Anda di halaman 1dari 5

VERTIGO

ANAMNESIS

1. Perkenalkan diri, sampaikan tujuan anamnesis dan pemeriksaan


2. Tanyakan identitas
3. Keluhan utama: pusing
4. Pusing seperti apa: sakit kepala, goyang, pusing berputar ( vestib), rasa tidak stabil, melayang, terapung,
berdenyut?
5. Ilusi gerakan? Ada/tidak, ruangan/diri berputar
6. Intensitas serangan: ringan – berat (sampai tidak bisa membuka mata?)
7. Onset mulai kapan?
8. Awal serangan/awitan: sangat mendadak/mendadak, saat tidur/bangun, berbaring?
9. Sifat serangan: periodik – kontinyu (vestib)
10. Frekuensi serangan?
11. Durasi serangan?
12. Waktu serangan?
13. Faktor pencetus: vestib: perubahan posisi kepala, posisi tubuh, non vestib: situasi ramai, emosional,
suara, keletihan,
14. Hubungan pusing dengan posisi tubuh/leher/gerakan lengan : berbaring, duduk, berdiri
15. Keparahan : misal px tidak berani membuka mata
16. Gejala penyerta:
a. Otonom: mual, muntah, keringat dingin (ringan – berat)
b. Pendengaran: penurunan pendengaran (sisi mana?), telinga berdenging (seperti apa, sisi mana?), rasa
penuh (sisi mana?)
c. Defisit neurologis : kesadaran menurun, pandangan dobel, kelopak mata menutup, juling, tebal
separuh wajah, kesemutan sekitar mulut, mulut mencong, gangguan menelan, pelo, kelemahan
separuh tubuh, jalan sempoyongan, rasa tebal/kesemutan separuh tubuh, gg kencing
d. Gejala lain: palpitasi, bafas pendek, mulut kering, nyeri dada
17. Pengobatan: nama obat, lama, respon?
18. Riwayat obat: gentamisin/streptomisin, kemoterapi, salisilat
19. Riwayat operasi: operasi tulang temporal, prosedur trans timpani
20. Riwayat penyakit lain: DM, HT, kelainan jantung, hipotensi, paru, anemia, trauma

PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan fisik umum: KU, TD(berbaring-duduk, kiri-kanan), N, jantung, paru, abdomen


2. Pemeriksaan neurologis:
a. Pemeriksaan khusus (vestibular/cerebelar)
 Tes Romberg: pasien diminta berdiri dengan kaki rapat. Mula-mula dengan mata terbuka (30
detik) kemudian mata tertutup (30 detik). Lihat goyangan tubuh/deviasi menjauhi garis tengah.
Cerebellum: Deviasi (+) baik mata terbuka & menutup
Vestibular : Deviasi (+) hanya saat mata tertutup
 Tes Romberg dipertajam: pasien diminta berdiri dengan tumit berada didepan ibu jari kaki
lainnya. Mata terbuka (30 detik), kemudian mata tertutup (30 detik). Intepretasi sama dengan
Romberg.
 Tes Tandem gait: pasien diminta berjalan dengan tumit bertemu jari kaki lainnya, mengikuti garis
lurus dengan mata terbuka kemudian tertutup.
Cerebellum: penderita jatuh
Vestibular : Deviasi kesisi sakit
 Berdiri dengan lengan lurus horizontal depan. Lesi Vestibular Posisi px akan menyimpang
kearah lesi seperti melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua tangan
bergerak kearah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lain naik
 Tes Fukuda: Pasien diminta berjalan ditempat 50 langkah dengan mata tertutup. Diukur sudut
penyimpangan kedua kaki. Secara normal, tidak lebih dari 30°
Positif: deviasi ke satu sisi > 300 (arah sesuai lesi), atau maju-mundur > 1 m
 Tes Past pointing: Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, dengan jari telunjuk ekstensi &
lengan lurus ke depan sampai menyentuh kedua telunjuk pemeriksa. Kemudian pasien diminta
mengangkat lengannya ke atas, kmd diturunkan kembali sampai menyentuh telunjuk pemeriksa.
Dilakukan berulang, awalnya mata terbuka, kemudian mata menutup.
Positif: bila ada deviasi lengan pasien saat menyentuh jari pemeriksa ke arah lesi
 Tes Head Trust: pasien diminta melihat hidung atau dahi pemeriksa, kemudian kepala ditolehkan
ke satu sisi (450) bergantian.
Positif: bila ada gerak sakadik pada gangguan vestibular perifer

b. Saraf otak: fungsi motorik, sensorik

3. Pemeriksaan khusus otoneurologis


Untuk menentukan letak lesi sentral atau perifer
a. Fungsi vestibular (nistagmus)
Rutin:
 Cara sederhana: pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan lirikan mata (jarak 20
meter, sudut 300). Dilakukan dengan/tanpa kaca mata frenzel
 Tes Sakadik: pasien diminta melirik cepat ke kiri-kanan bergantian 200.
 Tes Pursuit Eye movement/Tracking test: Pasien diminta mengikuti gerakan bandul 200 ke kiri &
ke kanan, dengan kecepatan 400/detik
 Head Shaking: pasien disuruh menunduk 300, kemudian pasien diminta menggerakkan kepala ke
kanan-kiri 450 sebanyak 10-20 kali. Setelah selesai dilihat adanya nistagmus
Lesi Perifer : fase primer, fase lambat ke arah lesi. Fase sekunder, fase lambat ke arah sehat
Lesi Sentral : Cross coupling timbul nistagmus vertikal setelah head shaking horizontal

Khusus
 Tes Nylen-Barany atau Dix Hallpike: dilakukan bila ada vertigo posisional
1. Px duduk di atas ranjang periksa, perhatikan adanya nistagmus spontan
2. Kepala menengok 30-45° ke sisi kiri/kanan, menatap dahi pemeriksa
3. Kepala px dipegang lalu tubuhnya dibaringkan telentang dgn cepat sampai kepala 30° di
bawah garis horisontal selama 10-15 detik. Perhatikan nistagmus yg muncul.
4. Setelah itu, px dikembalikan ke posisi duduk dgn cepat, perhatikan adanya nistagmus
5. Baringkan kembali dgn kepala menengok ke sisi lain selama 10-15 detik dst
 Tes Kalori – Alternate Bineural Bithermal Test (ABB): Pasien berbaring dengan kepala fleksi 300.
Periksa dgn otoskopi. Irigasi telinga dengan air hangat (440C) dan air dingin (300C), masing2 30
detik, dgn interval 5 menit. Selama irigasi, mata ditutup atau pakai kacamata Frenzel. Nistagmus
dihitung waktunya dari awal sampai muncul (fase laten) dan sampai hilang (durasi).
Vestibulopati: durasi pada sisi telinga sakit menurun
 Elektronistagmografi
b. Fungsi pendengaran
 Tes bisik/detik
 Tes garputala
- Rinne : Garputala yg sdh digetarkan letakkn di mastoid px smp tdk mdengar lalu pindah ke depan
telinga .Jika msh dengar dbn atau tuli sensorik.Jika tdk mendengar  tuli konduksi
- Weber : Garputala yg sdh digetark letakkn di vertex atau glabella .Jika sama terdengar kanan kiri
berarti dbn. Jika lateralisasi ke sisi telinga sehat tuli persepsi.Jika lateralisasi ke sisi telinga sakit
tuli konduksi.
- Swabach
 Tes audiometric

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium 4. EEG 7. LP
2. EKG 5. EMG
3. TCD 6. Imaging

PENATALAKSANAAN

 Terapi kausal : sesuai dgn penyebab (terlampir)


 Terapi simtomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo
- Ca-entry blocker : Flunarisin (Sibelium) 3 x 5-10 mg/hr
- Antihistamin : Cinnarizine 3 x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x50 mg /hr
- Histaminik : Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg
- Fenotiazine : Chlorpromazine (Largactil) 3 x 25 mg/hr
- Benzodiazepine : diazepam 3x 2-5 mg/hr
- Antiepileptik : Carbamazepine 3 x200 mg/hr, fenitoin 3 x 100 mg

Pengobatan simtomatik otonom


- Metaclopramide (Primperan) 3 x 10 mg/hr

Terapi Rehabilitasi
- Latihan visual-vestibuler, Metode Brandt-Daroff, Gait exercise
Nilai Normal Pemeriksaan Fungsi Kognisi

1. MMSE : 24 – 30 = normal
17 - 23 = probable ggn kognitif
0 - 16 = definite ggn kognitif
2. CDT : <4
3. CDRS
O : bagus (normal aging/forgetfulness)
0,5 : questionable (MCI/VCI)
1 : Mild
2 : Moderate
3 : Severe
(1,2,3 : Demensia)
4. Token Test :
36 – 29 : normal
28 – 25 : ringan
24 – 17 : sedang
16 – 9 : berat
8 - 0 : sangat berat
5. Hachinsky (HIS)
≥ 7 : demensia vascular
< 4 : non vascular
6. ADL (kegiatan sehari-hari yg terlalu membutuhkan fungsi kognisi)/IADL (ADL + kognisi) :
0 : mandiri
1 : sedikit membutuhkan bantuan
2 : banyak membutuhkan bantuan/ketergantungan
7. FAQ
3 : ketergantungan penuh
2 : memerlukan bantuan
1 : dapat melakukan sendiri tp dgn kesulitan/tdk pernah melakukan dan akan mengalami kesulitan
0 :Mandiri/ tdk pernah melakukan tetapi dpt melakukan
8. Trail Making Test A > 55 detik → demensia ringan
9. Trail Making Test B > 180 detik → Gangguan fungsi eksekutif
10. Skala Depresi Geriatrik : skor 5 – 9 : kemungkinan besar depresi
Skor > 10 : depresi
11. Boston Naming test 14.06 : Normal
11,8 : Dementia Ringan

Anda mungkin juga menyukai