Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Menteng
1.1.1.1 Keadaan Geografis

Letak Wilayah
Kecamatan Menteng adalah salah satu Kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat.

Batas Wilayah
 Utara : Jl. Kebon Sirih Raya ( Kecamatan Gambir )
 Barat : Kali Cideng ( Kecamatan Tanah Abang )
 Selatan : Kali Malang ( Kecamatan Setia Budi )
 Timur : Kali Ciliwung ( Kecamatan Senen )

Luas Wilayah
Kecamatan Menteng mempunyai luas wilayah 653,46 Ha. Mempunyai
5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan
Cikini, Kelurahan Menteng dan Kelurahan Pegangsaan.

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Menteng

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah RW & RT di Wilayah Kecamatan Menteng

1
Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah RW Jumlah RT
Kebon Sirih 83,40 Ha 10 77
Gondangdia 145,82 Ha 5 40
Cikini 82,09 Ha 5 66
Menteng 243,90 Ha 10 137
Pegangsaan 98,25 Ha 8 104
Jumlah 653,46 Ha 38 424
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

Daerah Kumuh

Tabel 2. Daerah Kumuh di Wilayah Kecamatan Menteng


Kelurahan RW Kumuh Keterangan
Kebon Sirih 08 Jl. Kali Pasir
10 Jl. Kali Pasir
Pada umumnya tidak terdapat RW
Kumuh, yang ada hanya
lingkungan padat penduduk
Gondangdia - -
Cikini 03 Jl. Raden Saleh
Menteng 01 Jl. Menteng Tenggulun
09 Jl. Menteng Jaya
Pegangsaan 01 Jl. Matraman Jaya
03 Jl. Matraman Luar
04 Jl. Tambak
06 Jl. Matraman Jaya
07 Jl. Matraman Dalam
08 Jl. Matraman Dalam
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

Wilayah Kerja

Wilayah Kecamatan Menteng terdiri dari enam kelurahan, mempunyai


satu unit Puskesmas tingkat Kecamatan dan lima unit Puskesmas tingkat
kelurahan, yaitu :
1. BLUD Puskesmas Kec. Menteng

2
Jl. Pegangsaan Barat No.14 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng,
Kota Administrasi Jakarta Pusat, 10310
No. Tlp : 021 – 31935836 / 3103439, Fax : 021 – 31904965
Email : pkm.kecmenteng@yahoo.co.id
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Jl. Tambak No. 28 Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Kota
Administrasi Jakarta Pusat, 10320
No. Tlp / Fax : 021 – 3925445
3. Puskesmas Kelurahan Gondangdia
Jl. Sumatera No. 50 Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Kota
Administrasi Jakarta Pusat, 10350
No. Tlp / Fax : 021 – 31934421

1.1.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng sampai akhir Bulan Desember 2015
adalah 85.385 orang.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk di Wilayah Kecamatan Menteng


Jumlah Penduduk
Kelurahan
Laki – laki Perempuan Jumlah
Kebon Sirih 7.930 7.492 15.422
Gondangdia 2.217 2.420 4.637
Cikini 4.811 4.824 9.635
Menteng 14.430 14.544 28.974
Pegangsaan 13.444 13.273 26.717
Kecamatan Menteng 42.832 44.973 85.385

3
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

1.1.2. Gambaran Umum Puskesmas


Indonesia sehat 2015 adalah visi pembangunan sehat di Indonesia.
Puskesmas dijadikan sebagai ujung tombak upaya kesehatan baik upaya kesehatan
masyarakat maupun kesehatan perorangan. Lebih dari tiga dasawarsa Republik
Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, telah mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan
pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasan–gagasan
baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun
demikian faktanya adalah kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih
jauh dari memuaskan bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

1.1.2.1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya

4
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga


pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan
saran teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas 30.000 – 50.000
penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
maka puskesmas perlu ditinjau dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus
untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
puskesmas bisa meliputi 1 kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan
jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi (Hatmoko, 2006).

1.1.2.2. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah


tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2015.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

5
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yaitu : (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu serta, (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat,
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
kecamatan setempat.

1.1.2.3. Misi

Untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2015”, ditetapkan empat misi


pembangunan kesehatan, yaitu:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat lingkungannya.
Salah satu upaya untuk mendukung misi tersebut adalah dengan
penyediaan berbagai sarana pelayanan kesehatan. Sesuai dengan UUD 1945, pasal
28 ayat 1 dan UU Nomor 23 tahun 1992 kesehatan merupakan hak asasi sekaligus
investasi. Sehingga, kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan
oleh setiap individu serta seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat
menikmati hidup sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta, tidak
hanya tanggung jawab pemerintah saja. Pembahasan tentang puskesmas telah
tertuang dalam SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.

1.1.2.4. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas


adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

6
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2015.

1.1.2.5. Fungsi

Ada tiga fungsi puskesmas , yaitu :


1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
mempunyai indikator :
a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang sehat
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP

2. Pusat pemberdayaan masyarakat


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau upaya
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, warga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat. Mempunyai indikator kegiatan :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat

7
b. Tumbuh dan kembangnya LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat)
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kegiatan
pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah :
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas


meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan lainya.

1.1.2.6. Azas

8
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

9
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara
lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa.
3) Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
Gizi, promosi kesehatan, & Kesehatan gigi.
4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan
jiwa & promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor


Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :

10
1) UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.
3) KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) & Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB).
4) Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha & organisasi kemsyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah epala desa, tenaga kerja & dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :


a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang

11
lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan
perorangan dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan
pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan
kabupaten / kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.

1.1.2.7. Upaya penyelenggaraan

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah pusat pengembangan,


pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan garda

12
terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk tujuan tersebut,
Puskesmas berfungsi melayani tugas teknis dan administratif.
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya Kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, dan keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
1. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi mayarakat
e. Upaya pencehagan dan pengendalian penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata

13
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta


upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini
merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila
perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebutm, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan
pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi, yakni upaya lain diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional
lainnya.
Tabel 4. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas

Upaya Kesehatan
Kegiatan Indikator
Wajib
Promosi Kesehatan Tatanan sehat

14
Promosi hidup bersih dan Perbaikan perilaku sehat
sehat
Kesehatan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersih
Lingkungan Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesehatan ibu dan ANC Cakupan K1, K4
anak Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
Keluarga Berencana Pelayanan KB Cakupan MKET
(KB)
Pengendalian Diare Cakupan kasus diare
penyakit menular ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
DHF Cakupan penemuan kasus
Angka kesakitan
Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A /Fe / cap
yodium yodium
PSG % gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
Sumber : Trihono.2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes,ed.

Tabel 5. Program Kesehatan Pengembangan yang dilakukan di Puskesmas

15
Upaya kesehatan pengembangan Kegiatan Indikator
Upaya kesehatan sekolah UKS/UKGS Jml. Sekolah dg
UKS/UKGS
% sekolah sehat
Upaya Kesehatan olah raga Memasyarakatkan Jumlah kelompok senam
olah raga untuk Jumlah klub jantung
kesehatan sehat
Upaya perawatan kesehatan Kunjungan rumah % keluarga rawan yang
masyarakat konseling dikunjungi
Upaya kesehatan kerja Memasyarakatkan % pos UKK
masker (norma Tingkat perkembangan
sehat dalam pos UKK
bekerja)
Upaya kesehatan gigi dan mulut Poliklinik gigi Jumlah kasus gigi
Upaya kesehatan jiwa Konseling Jumlah kasus penyakit
jiwa
Upaya kesehatan mata Mencegah Jml pend. Katarak yg
kebutaan dioperasi
Jml kelainanvisus yang
dikoreksi
Upaya kesehatan usia lanjut Memasyarakatkan % posyandu usila
perilaku sehat di Tingkat perkembangan
usia lanjut posyandu usila
Usaha pembinaan pengobatan Membina Jumlah sarasehan battra
tradisional pengobatan Jumlah battra yang
tradisional yang dibina
rasional
Sumber : Trihono.2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes,ed.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari


kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja Puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu atau Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan
jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas dapat meliputi
satu kelurahan. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas
meliputi :

16
1. Promotif ( peningkatan kesehatan )
2. Preventif ( upaya pencegahan )
3. Kuratif ( pengobatan )
4. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Menteng


Puskesmas Menteng merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis dari
dinas kesehatan yang bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi di wilayah kerjanya (dalam hal ini kecamatan Menteng serta lima
kelurahan di dalamnya).
BLUD Puskermas Kecamatan Menteng dengan luas tanah 1.300 m 2 dan
lima lantai serta mempunyai Unit Rawat Inap Rumah Bersalin. Sedangkan dua
Puskesmas Kelurahan masih merupakan Puskesmas dengan tipe lama yaitu
kurang dari luas standart bangunan 547 m2. Puskesmas Kecamatan beroperasi
pada Tahun 1990.
Sejak tahun 2003 puskesmas ini ditetapkan melalui SK Gubernur No.15
tahun 2001 sebagai Puskesmas Swadana, kemudian pada tahun ini juga oleh
Gubernur DKI Jakarta semua Puskesmas Kecamatan harus membuka unit
Puskesmas Siaga selama 24 jam.
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.2086/2006
tanggal 28 Desember 2006 Tentang Penetapan 44 Puskesmas Kecamatan sebagai
Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang
menerapkam Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara
bertahap, maka Puskesmas Kecamatan Menteng sejak tahun 2008 menjalankan
keputusan tersebut.

Puskesmas sebagai pusat kesehatan strata pertama melaksanakan dua


kategori Upaya Pelayanan Kesehatan, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana

17
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. UKS
b. Puskesmas
c. Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Kesehatan Jiwa
e. Kesehatan Lansia, dll
Dalam melaksakan tugasnya diharapkan dapat memenuhi target standart
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta
serta dapat mencapai target Millenium Development Goal’s (MDG’s), SPM
tersebut merupakan salah satu indikator kinerja puskesmas.
Untuk dapat memenuhi target kinerja yang sudah ditentukan diperlukan
sumberdaya berupa sumberdaya manusia, biaya serta sarana dan prasarana lain
yang mendukung. Disamping itu perlu adanya suatu perencanaan kegiatan yang
disusun dengan baik berdasar pada data yang akurat. Tahun 2011 Puskesmas
Kecamatan Menteng melaksanakan kegiatan yang didanai oleh APBD (berupa
Subsidi dan BLUD) dan APBN (berupa dana BOK dan Jampersal).
Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas ditujukan untuk selurauh
masyarakat baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Untuk masyarakat
yang kurang mampu diberikan layanan Kartu Gakin dan SKTM. Fasilitas tersebut
dapat digunakan untuk berobat jalan dan rawat inap di puskesmas maupun di
rumah sakit kelas tiga.
Untuk menjamin mutu layanan, puskesmas menerapkan sistem menejemen
dengan standart ISO 9001 : 2008. Tujuan akhir dari kegiatan yang dilaksanakan
oleh puskesmas adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah
Kecamatan Menteng serta memberikan layanan yang memenuhi kepuasan
pelanggan.

1.1.3.1 Dasar Hukum Puskesmas Menteng


Sebagai salah satu Instansi dalam Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, Puskesmas Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat berkewajiban memberikan
Laporan Penyelenggaraan Tahunan sebagaimana yang disebutkan dalam Surat
Keputusan Gubernur No. 108 tahun 2004.

1.1.3.2 Visi dan Misi BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng


Visi

18
BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng menjadi Pusat Kesehatan yang
bermutu, terjangkau dan berorientasi pada peningkatan kualitas menuju pelayanan
primer.
Misi
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan secara merata dan
bermutu
b. Menyelenggarakan pembinaan pada upaya kesehatan masyarakat terutama
program promosi kesehatan dan pemberdayaan peranserta masyarakat
c. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dan berencana
d. Menyelenggarakan peningkatan menejemen pelayanan kesehatan
e. Menyelenggarakan advokasi dalam mewujudkan lingkungan sehat melalui
pembangunan berwawasan kesehatan
f. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau
kurang mampu
g. Menyelenggarakan SDM yang mampu dibidangnya

1.1.3.3 Kebijakan Mutu


Memberikan Pelayanan Kesehatan Profesional dan Ramah yang
berorientasi pada peningkatan kepuasan pelanggan dan secara terus-menerus
melakukan perbaikan mutu melalui Penerapan Sasaran Menejemen Mutu ISO
9001 : 2008.
1.1.3.4 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kecamatan
Menteng serta peningkatan potensi masyarakat untuk melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.

1.1.3.5 Tujuan Khusus


1. Memperluasa Jangkauan Pelayanan
2. Pengembangan SDM
3. Pengembangan Fungsi Puskesmas
4. Meningkatkan Promosi
5. Meningkatkan Sistem Informasi
6. Pengembangan Asuransi Kesehatan

1.1.3.6 Fungsi Puskesmas


1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Klinis yang meliputi : loket, rekam
medik, klinik umum, klinik ibu dan anak, klinik 24 jam, rumah bersalin,
laboratorium, apotik, farmasi, radiologi, klinik Harm Reduction serta
klinik lainnya sesuai kebutuhan
2. Melakukan pembinaan pengawasan pengendalian terhadap pengelolaan
dan pelayanan Puskesmas Kelurahan

19
3. Mengkoordinasikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan
Puskesmas Kelurahan yang meliputi program KIA, KB, perbaikan gizi,
Puskesmas, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan
kesehatan masyarakat, UKS, kesehatan usia, upaya kesehatan kerja, dll.
4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat di Bidang Kesehatan yang
meliputi Kader kesehatan Posyandu, Karang Werda, dll.
5. Mengkoordinasikan temu lintas sektoral dalam penanggulanagan masalah
kesehatan
6. Menilai dan melaporkan kinerja puskesmas

Diagram 1. Struktur Organisasi

1.1.3.7 Sumber Daya Manusia di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng

20
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng tahun 2015 berjumlah 103 orang. Adapun jumlah PNS ada 62 orang dan
Non PNS berjumlah 41 orang ( 28 tenaga kontrak dan 13 tenaga PHL ) tersebar di
2 Puskesmas Kelurahan dan Puskesmas Kecamatan yang bertugas di berbagai
bidang, terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga administrasi.

Tabel 6. Keadaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) & Pegawai Non PNS BLUD
Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

JUMLAH PEGAWAI
NO JENIS KEPEGAWAIAN
PNS NON PNS
1 Dokter Umum 10 2
2 Dokter Gigi 6 -
3 Perawat dan Perawat Gigi 15 3
4 Bidan 5 7
5 Apoteker dan Asisten Apoteker 6 2
6 Analis Kesehatan 1 1
7 Gizi 1 -
8 Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi 4 -
9 Rekam Medis 1 -
10 Radiografer - 1
11 Umum (lain-lain) 13 12
Jumlah 62 28
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

1.1.3.8 Jenis Layanan di BLUD Puskesmas Kec. Menteng


1. Layanan Medis Umum
2. Layanan Kesehatan Gigi
3. Layanan Kesehatan Ibu dan Anak
4. Layanan Kesehatan Gizi
5. Layanan Kegawatdaruratan
6. Layanan Rumah Bersalin
7. Layanan Kesehatan TB Paru
8. Layanan TB Farmasi
9. Layanan Laboratorium
10. Layanan MTBS

21
11. Layanan Pemeriksaan Jenazah
12. Layanan Radiologi
13. Layanan Kesehatan Jiwa
14. Layanan Kesehatan Haji
15. Layanan Puskesmas Keliling
16. Layanan Tindakan
17. Layanan 24 Jam

Ront
Pelayanan 24 Rawat
No. Bulan BPU BPG KB KIA KIR MTBS RB gen
jam (IGD) Inap
213
1 Januari 2.754 707 87 551 73 187 21 1.534 24
178
2 Februari 2.928 541 75 408 75 353 14 2.205 25
228
3 Maret 3.288 758 88 545 176 265 12 2.167 30
238
4 April 2.798 718 73 608 90 214 22 2.069 44
196
5 Mei 2.480 738 72 554 97 166 24 2.295 42
132
6 Juni 5.409 605 80 373 292 165 20 1.985 24
158
7 Juli 4.275 513 89 297 136 135 24 2.004 17
258
8 Agustus 5.351 649 68 383 136 188 20 2.133 30

22
236
9 September 5.513 654 99 397 155 238 22 2.074 29
238
10 Oktober 5.260 623 84 516 142 209 21 2.156 29
156
11 November 2.330 620 56 351 516 211 20 2.041 16
188
12 Desember 5.470 656 85 504 749 209 23 2.147 28
2.419
Jumlah 47.854 7.782 956 5.487 2.637 2.540 243 24.810 338
Tabel 7. Laporan Kunjungan Sekecamatan Menteng Tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

1.1.3.9 Sarana dan Prasarana Puskesmas Kecamatan Menteng


Wilayah Kecamatan Menteng Mempunyai 3 Puskesmas, yaitu 1 buah
Puskesmas tingkat kecamatan dan 2 buah Puskesmas tingkat kelurahan.
Puskesmas Kecamatan terletak di kelurahan Menteng, 1 buah Puskesmas terletak
di Kelurahan Gondangdia sedangkan 1 Puskesmas Kelurahan terletak di
Kelurahan Pegangsaan.

Puskesmas Kecamatan Menteng dibangun tahun 1988 (usia bangunan 23


tahun) merupakan Puskesmas dengan luas 1300 m2 , terdiri dari 5 lantai dan
memiliki unit rawat inap Rumah Bersalin. Sedangkan kedua Puskesmas
Kelurahan tidak mempunyai unit rawat inap.

23
Tabel 8. Prasarana Gedung Puskesmas di Kecamatan Menteng

Uraian Kel. Menteng Kel. Gondangdia Kel. Pegangsaan

Luas Tanah (m2) 1300 600 547

Luas Bangunan 1500 200 460


2
(m ) 5 lantai 1 lantai 3 lantai

Pembangunan
1988 1970 1999/2000
Gedung

Atap Genteng Genteng Genteng

Plafon Eternit Eternit Eternit

Tembok Tembok Tembok


Dinding
Keramik Keramik Keramik

Lantai Keramik Keramik Keramik

Pagar Besi Besi Besi

WC 7 2 2

Listrik (watt) 53.000 1.300 28.000

Telepon Ada Ada Ada


Nomor : 31935836 31934421 3193455

Air PAM PAM PAM

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2015

1. Transportasi
a. 1 buah Mobil Kijang Ambulans Puskesmas Keliling Inpres tahun
1989/1990
b. 8 buah Sepeda Motor, 4 buah di Puskesmas Kecamatan dan 2 buah
masing – masing di Puskesmas Kelurahan
c. 1 Unit Mobil Ambulans untuk Operasional Puskesmas (Mitsubishi
L 300)

24
d. 1 Unit Mobil Dinas Suzuku APV untuk Operasional Puskesmas
diterima tahun 2005
e. 1 unit mobil puskesmas keliling (berupa suzuki APV yang
diadakan oleh puskesmas pada tahun 2010)
2. Alat komunikasi
Telepon ada 6 buah, yaitu :

a. Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor : 31935836,


3157164, 3103439, Fax 31904965
b. Puskesmas Kelurahan Gondangdia dengan nomor : 31934421
c. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355
3. Alat medis dan non medis
a. Alat Rontgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan PB
dan 1 petugas Radiographer.
b. Alat pemeriksaan 1 unit EKG
c. 1 unit alat USG dan 2 unit nebilizer (bantuan APBN dan bantuan
APBD)
d. 3 Dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng dan masing –
masing 1 unit di Puskesmas Kelurahan.
e. Peralatan laboratorium lengkap.
f. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosis, Kartu Pasien, Formulir
laporan sebagian dianggarkan dari Swadana dan yang lainnya dari
Dana Subsidi Pemda DKI Jakarta.

g. Obat – obatan
Perencanaan obat – obatan disesuaikan dengan kebutuhan masing –
masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun
sebelumnya

1.1.4. Program Promosi Kesehatan Masyarakat


Kemajuan teknologi diagnostik dan terapi ternyata seringkali berujung
pada meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Disisi lain karena keterbatasan
sumber daya kesehatan masih menjadi kendala bagi pemerataan layanan
kesehatan. Pada titik ini, ilmu kedokteran pencegahan di berbagai level menjadi
sangatlah penting.

25
Promosi kesehatan merupakan aspek penting sekaligus lini pertama dalam
ilmu kedokteran pencegahan. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
masyarakat dituntut untuk menjadi fasilitator dalam usaha berjalannya level
pencegahan ini (Health Promotion) melalui pendidikan kesehatan masyarakat.
Tujuan umum promosi kesehatan adalah meningkatkan kesadaran
penduduk akan nilai kesehatan melalui upaya promosi kesehatan sehingga
masyarakat mau mengubah perilaku menjadi perilaku yang sehat.
Adapun tujuan khusus dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam upaya penanggulangan
masalah kesehatan.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat mengenai potensi yang ada
dikeluarga atau masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan.
 Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan
Adapun tujuan akhir dari program kesehatan dasar ini adalah mengubah
perilaku masyarakat agar sesuai dengan syarat-syarat terciptanya kualitas
kesehatan masyarakat yang optimal.Perubahan perilaku ini merupakan hasil dari
adopsi pengetahuan dan terbangunnya awareness atau kepedulian masyarakat
dalam tataran aplikatif.
Oleh karena itu, kegiatan pada program promosi kesehatan masyarakat
ini dikemas dalam bentuk yang disesuaikan dengan target tingkat pendidikan,
kesehatan masyarakat serta ekonomi masyarakat.
Pada tahap target pendidikan adalah perubahan aspek kognitif
masyarakat maka usaha promosi kesehatan dikemas dalam bentuk ceramah umum
atau penyuluhan satu arah. Bentuk kegiatannya akan berbeda apabila target yang
diinginkan sudah tercapai pada tahap perubahan sikap maupun perilaku. Dalam
hal ini, kegiatan biasanya berbentuk kelompok kecil dengan komunikasi dua arah
serta kegiatan lain yang sifatnya praktek langsung. Dari pengetahuan yang sudah
disampaikan dalam ceramah / penyuluhan kesehatan, sasarannya adalah:
 Perorangan.
 Kelompok: pengunjung puskesmas, posyandu, puskesmas keliling,
masyarakat sekolah dan panti.
 Massa: media cetak dan elektronik.
Saat ini, di Puskesmas Kecamatan Menteng terdapat empat kegiatan pada
program promosi kesehatan masyarakat ini, yaitu :
 Penyuluhan Kesehatan Dalam dan Luar Gedung
 Pengembangan Kelurahan Siaga Aktif

26
 Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat
 Sosialisasi Program Prioritas

A. Penyuluhan Kesehatan Dalam dan Luar Gedung


Topik yang diangkat dalam penyuluhan kesehatan umumnya merupakan
masalah aktual yang sedang dialami masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari
analisis data sekunder laporan bulanan setiap program di Puskesmas. Untuk
kegiatan promosi kesehatan masyarakat selain dilakukan diluar gedung,
puskesmas juga melaksanakan di dalam gedung. Kegiatan ini berupa penyuluhan
langsung kepada pasien dan juga penyuluhan melalui media elektronik seperti
televisi yang di berada di lantai dasar puskesmas. Penyuluhan ini disajikan dalam
bentuk animasi dan bahasa yang dimudah diterima oleh sasaran baik lansia maupu
anak-anak. Setiap hari nya televisi ini menanyangkan bermacam penyuluhan,
mulai dari ISPA sampai kesehatan ibu hamil.
Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dilaksanakan secara integratif
untuk mendukung semua kegiatan program Puskesmas. Adapun kegiatan
penyuluhan yang sudah berjalan selama periode bulan Januari - Maret 2016 dapat
dilihat pada tabel 9 :

Tabel 9. Penyuluhan Dalam Gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Menteng Pada Bulan Januari – Maret Tahun 2016

No PROGRAM YANG TARGET PENCAPAIAN PERSENTASE


DITUNJANG (Kali) (kali) (%)
1 DM 1 1 100%
2 DBD 1 1 100%
3 Hipertensi Bumil 1 1 100%
Jumlah 3 3

Tabel 10. Penyuluhan Luar Gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Menteng Pada Bulan Januari – Maret Tahun 2016

No PROGRAM YANG TARGET PENCAPAIAN PERSENTASE


DITUNJANG (Kali) (kali) (%)
1 Gizi Balita 1 1 100%

27
2 Ca 1 1 100%
3 Asi esklusif 1 1 100%
4 DM 1 1 100%
5 PHBS institusi 1 3 300%
kesehatan
6 Diare 1 1 100%
7 Tuberkulosis 1 1 100%
8 ISPA 1 1 100%
9 Hipertensi 1 1 100%
10 Gizi 1 1 100%
Jumlah 10 12

B. Pengembangan Kelurahan Siaga Aktif


a. Pembinaan Kelurahan Siaga
Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang
telah dimulai sejak 2006. Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut
dengan nama lain atau kelurahan, yang :

1. Penduduknya dapat
mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan
pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskedes) atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat
Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana
kesehatan lainnya.
2. Penduduknya
mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat
(meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta
penyehatan lingkungan sehingga masyarakat menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).

28
Tujuan pembinaan Kelurahan Siaga adalah untuk percepatan terwujudnya
masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali,
mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri
sehingga derajat kesehatannya meningkat.

Komponen Kelurahan Siaga Aktif : Pelayanan Kesehatan Dasar,


Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan UKBM dan mendorong upaya
survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana serta penyehatan lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pembinaan Keluarahan Siaga dilaksanakan pada tanggal 3 September


2015 di Kantor Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang
dihadairi oleh KASIE Kesmas Kecamatan, Ibu Lurah, Pamong Kelurahan, Tokoh
Masyarakat dan Kader.

b. Pembinaan RW Siaga dan SMD


Rw Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya,
kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan/ kejadian luar biasa (KLB). Tujuan dari
Pembinaan RW Siaga secara umum adalah terwujudnya RW Siaga dengan
masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Sementara tujuan RW Siaga adalah meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat RW tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bahaya yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (bencana wabah, kegawatdaruran, dan
sebagainya), meningkatkan keluarga sadar gizi, meningkatkan kesehatan
lingkungan masyarakat, dan meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat
untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan. 7 asepek kegiatan RW Siaga
yaitu adanya Pos RW Siaga, UKBM (donor darah siaga, transparan siaga,
posyandu, dan lain-lain), survailans berbasis masyarakat, sistem gawat darurat,
pembiayaan kesehatan (jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat), lingkungan
sehat, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dalam pelaksanaan RW

29
Siaga ini ditemukan kendala dan masalah. Warga mengharapkan adanya
pembinaan dari petugas yang datang ke lapangan untuk pemauntauan kegiatan
RW Siaga ini. Pembinaan RW Siaga perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana
pencapaian RW Siaga dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
RW Siaga sehingga dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bersama-
sama. Manfaat RW Siaga ini harus benar-benar dirasakan masyarakat melalui
pemberdayaan masayarakat sehingga warga RW Siaga tahu, mau dan mampu
menghadapi permasalahan yang ada di lingkungannya secara mandiri.

Survei Mawas Diri (SMD) merupakan bagian dari kegiatan RW Siaga. Inti
kegiatan RW Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya diperlukan
langkah-langkah pendekatan edukatif yaitu upaya mendampingi masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai
kegiatan bersumber data masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga dan lain-lain, sebagai
embrio atau titik awal pengembangan menuju RW Siaga. Dengan demikian
mengubah RW menjadi RW Siaga akan lebih cepat bila di RW tersebut telah ada
berbagai UKBM. Peran puskesmas dalam kegiatan SMD adalah melakukan
pendamping dalam proses pembelajaran masyarakat untuk mengenali potensi dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh RW tersebut. Dengan mengenali potensi dan
masalah yang dihadapi diharapkan masyarakat di wilayah RW tersebut akan
mampu memecahkan masalah melalui Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Kegiatan pembinaan RW Siaga dan SMD dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Pembinaan RW Siaga di Wilayah Kecamatan Menteng pada bulan


Januari - Maret 2016

Jadwal kegiatan
Nama kegiatan
Januari Febuari Maret
Pembinaan RW Siaga Belum Belum Belum
/ SMD terlaksana* terlaksana* terlaksana*
Jumlah - - -
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2016

30
*Dijadwalkan pada bulan Mei, Juli, Agustus, September dan Oktober 2016

C. Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat


a. Pendataan PHBS
Pendataan PHBS dilakukan pada 20 RW di Kecamatan Menteng yaitu :

Tabel 12. Pendataan PHBS di Wilayah Kecamatan Menteng pada bulan


Januari - Maret 2016

Jadwal kegiatan
Nama kegiatan
Januari Febuari Maret
Pendataan PHBS Belum Belum Belum
terlaksana* terlaksana* terlaksana*
Jumlah - - -
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2016
*Dijadwalkan pada bulan Juni - November 2016

Sosialisasi / Penyuluhan PHBS


Sosialisasi / Penyuluhan PHBS

Tabel 8. Penyuluhan PHBS di Wilayah Kecamatan Menteng pada bulan


Januari - Maret 2016
Jadwal kegiatan
Nama kegiatan
Januari Febuari Maret
Sosialisasi / Penyuluhan Belum Belum Belum
PHBS terlaksana* terlaksana* terlaksana*

Jumlah - - -
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2016
*Dijadwalkan pada bulan Mei, Juli, Agustus, September dan Oktober 2016

31
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Frekuensi penyuluhan DM dalam gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
2. Frekuensi penyuluhan BDB dalam gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
3. Frekuensi penyuluhan Hipertensi Pada Ibu Hamil dalam gedung di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak
1 kali.
4. Frekuensi penyuluhan Gizi Balita luar gedung di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
5. Frekuensi penyuluhan Kanker luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
6. Frekuensi penyuluhan Asi Eksklusif luar gedung di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
7. Frekuensi penyuluhan Penyakit tidak menular (DM) luar gedung di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak
1 kali.
8. Frekuensi penyuluhan PHBS luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 3 kali.
9. Frekuensi penyuluhan Diare luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
10. Frekuensi penyuluhan TB luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
11. Frekuensi penyuluhan ISPA luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
12. Frekuensi penyuluhan Hipertensi luar gedung di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.
13. Frekuensi penyuluhan Gizi luar gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 1 kali.

1.3. RUMUSAN MASALAH

32
Setelah mengidentifikasi masalah dari Promosi Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Kecamatan Menteng, maka ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Frekuensi penyuluhan PHBS luar gedung di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 sebanyak 3
kali, lebih dari target 1 kali.

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Menetapkan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus
dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu
menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu

33
ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan.
Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif,
subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.


Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah
kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai
sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang
tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah

2.1.1. Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :

A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi
peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk
mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak
dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.

34
2.1.2. Scoring Technique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik


skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

1. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi


2. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka

kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan

tersebut

3. Manageability :Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan


sumber daya

4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah


kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari


prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima
yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah
dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai
prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat
dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah
yang akan diambil.

B. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian
masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan

35
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan
nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:

- Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian


- Greatest member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
- Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
- Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
- Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional

C. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian
masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:

- Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena


masalah atau penyakit yang ditunjukkan
dengan angka prevalens.
- Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang
ditunjukkan dengan case fatality rate
masing- masing penyakit.
- Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau
obat yang efektif untuk mengatasi masalah
tersebut.
- Community and political concern: Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran masyarakat
dan para politisi
- Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang
tersedia
Parameter diletakan pada kolom dan masalah masalah yang ingin dicari
prioritasnyadiletakan pada baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya
didapat dari perkalian parameter tersebut. Masalah yang mempunyai skor tertinggi,
dijadikan sebagai prioritas masalah.

2.1.3. Scoring Masalah Program Promosi Kesehatan

36
Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA karena metode ini menempatkan
parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot dan memberikan hasil final score
yang objektif di mana score yang diberikan pada tiap-tiap parameter ditambahkan, lebih
sederhana dan mudah dalam penggunaannya.

Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah


dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut
diberikan nilai.

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas
masalah yaitu :

1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun
jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah KIA, maka yang digunakan sebagai
parameter adalah angka kematian ibu, dan lain sebagainya.

2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain,
maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian
suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor
lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa
luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.

4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber

37
daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan
tersebut.

5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan
pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai
dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap
permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern
terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di
berbagai media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada
metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu


dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang
lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai
nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai
yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : penting

Bobot 1 : cukup penting

38
2.2 Mencari Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan
kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada
tahap ini digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga diagram tulang ikan (fishbone
diagram/ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia dapat
disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu sumber daya atau
masukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem adalah :
1. Man : jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja.
2. Money: jumlah dana yang dianggarkan.
3. Material: jumlah peralatan medis, dan jenis obat.
4. Method: cara.
Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi output. Pada
proses terdiri dari :
1. Planning (perencanaan) : sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan unuk mencapainya.
2. Organizing (pengorganisasian) : rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (pelaksana) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki dan
dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) : proses untuk mengamati secara terus—menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan.

Akar penyebab masalah yang dapat ditemukan pada lingkungan adalah:

1. Environment : Sub sistem yang ada di luar puskesmas yang dapat mempengaruhi masalah
puskesmas. Tetapi , tidak dapat di intervensi oleh puskesmas.

42
Diagram 2.1. Fishbone Masalah Cakupan Penyuluhan ISPA Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari – Agustus 201
Method Material Money Man

Dana yang dibutuhkan


Media promosi PHBS untuk penyuluhan
untuk penyuluhan luar cukup banyak
gedung sangat beragam

Adanya alokasi
Ketersediaan media dana yang khusus
promosi dari untuk program
Tidak adanya SOP puskesmas penyuluhan
khusus mengenai
Cukupnya jumlah
kualifikasi dari Banyaknya media petugas promkes untuk
Dana dari
pembicara promosi yang diberikan
pemerintah melakukan penyuluhan
dari pemerintah Frekuensi penyuluhan
penyuluhan mencukupi di luar gedung
PHBS Luar Gedung di
Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode
Lingkungan tempat Salah satu bulan Januari – Maret
Tidak adanya petugas Kurangnya waktu saat Adanya tanggung jawab program
tinggal yang kurang 2016 sebanyak 3 kali
khusus yang penyuluhan yang diberikan pada dilakukan
memadai sehingga lebih dari target
memudahkan penularan mengawasi kinerja petugas promkes untuk melebihi jadwal
petugas promkes menjalankan yang ada sebanyak 1 kali.
penyakit.
programmnya
Kepadatan jumlah
Petugas promkes
penduduk yang tinggi
dalam satu lingkungan memiliki pekerjaan lain
selain penyuluhan

Materi penyuluhan Terjadwalnya kegiatan penyuluhan


Kurangnya kepedulian
Kurangnya PHBS yang cukup Petugas promkes selama 1 tahun
masyarakat akan
kedisiplinan petugas banyak diberikan tugas sesuai
PHBS
promkes bidangnya

Environment Controlling Actuating Organizing Planning

43
2.3 Mencari Akar Penyebab Masalah yang Dominan
Pada tahap ini adalah menentukan akar penyebab masalah yang dominan. Dari
sembilan prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau
lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan
data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab
masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Akar
penyebab masalah yang paling dominan adalah akar penyebab masalah yang apabila
diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat
dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan dengan cara
diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini
adalah akar penyebab masalah yang dominan dalam program promosi kesehatan pada
puskesmas di wilayah Kecamatan Menteng.

2.3.1 Frekuensi Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih
Dari Target Sebanyak 1 Kali.

Berdasarkan data yang ditemukan frekuensi penyuluhan PHBS di luar gedung di


Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari – Maret 2016 sebanyak 300% melebihi dari
target 100%.
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

1. Jumlah petugas promkes terlalu banyak untuk penyuluhan luar gedung


(Man).
2. Dana dari pemerintah mencukupi (Money).
3. Banyaknya media promosi yang diberikan dari pemerintah (Material).
4. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan
(Methods).

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :

1. Terjadwalnya kegiatan penyuluhan selama 1 tahun (Planning).


2. Petugas promkes diberikan tugas sesuai bidangnya (Organizing).
3. Petugas promkes membuat penyuluhan yang cukup informatif (Actuating).
4. Adanya campur tangan dari Gubernur yang akan langsung menindak
lanjuti kritik dari masyarakat (Controlling).

44
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:

1. Kurangnya kepedulian masyarakat akan PHBS(Environtment).

Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Dua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut yang
didapatkan dari wawancara penanggung jawab program promosi kesehatan di puskesmas
kecamatan Menteng. Masalah tersebut berupa:

1. Jumlah petugas promkes terlalu banyak untuk penyuluhan luar gedung (Man).
2. Kurangnya kepedulian masyarakat akan PHBS (Environtment).
3. Terjadwalnya kegiatan penyuluhan selama satu tahun (Planning).

45
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH

3.1 Menetapkan Alternatif Cara Pemecahan Masalah


Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA
(Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skoring 1 – 3 pada
bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi kelompok. Parameter
diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom. Selanjutnya
kepada setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang
didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari setiap
alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan
masing – masing alternatif masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah :
1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mungkin
diselesaikan dengan sempurna dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit
diselesaikan.
2. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mudah
dilaksanakan dengan sempurna dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit
dilaksanakan.
3. Murah biayanya
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling murah biaya
pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan nilai 1 merupakan masalah yang memerlukan
waktu paling lama dalam penyelesaiannya.

3.1.1 Frekuensi Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih
Dari Target Sebanyak 1 Kali.

46
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan
tersebut adalah:
1. Jumlah petugas promkes terlalu banyak untuk penyuluhan luar gedung
(Man).
Alternatif pemecahan masalah : Menambah jumlah frekuensi penyuluhan
dalam gedung sehingga petugas promkes penyuluhan luar gedung dapat
dikurangi.
2. Kurangnya kepedulian masyarakat akan PHBS (Environtment).
Alternatif pemecahan masalah : Melakukan motivasi kepada masyarakat
tentang pentingnya PHBS.

Tabel 3.1. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Jumlah petugas Promkes


Terlalu Banyak untuk Penyuluhan Luar Gedung dan Kurangnya Kepedulian
Masyarakat akan PHBS di Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Januari – Maret 2016

No Parameter Bobot AL – 1 AL – 2
N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 2 8
2 Murah biayanya 3 1 3 2 6
3 Waktu penerapannya sampai 2 1 2 1 2
masalah terpecahkan tidak terlalu
lama
4 Dapat menyelesaikan dengan 1 2 2 2 2
sempurna
Jumlah 11 18

Keterangan :
AL - 1 : Menambah jumlah frekuensi penyuluhan dalam gedung sehingga petugas
promkes penyuluhan luar gedung dapat dikurangi.
AL - 2 : Melakukan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS.

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Menambah jumlah frekuensi penyuluhan dalam gedung sehingga petugas


promkes penyuluhan luar gedung dapat dikurangi.
2. Melakukan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS

47
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Menyusun Rencana Pemecahan Masalah

Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah pada


tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat
mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap
paling dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang
bersifat pokok yang dipandang paling penting dan akan dilakukan menurut
urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel
yang menjelaskan rencana memecahkan masalah.

3.1.2 Frekuensi Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih
Dari Target Sebanyak 1 Kali.
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah Frekuensi Penyuluhan
PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari –
Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih Dari Target Sebanyak 1 Kali, yang didapatkan
dalam BAB III, maka dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut:

3.1.3 Tabel 4.1 Rencana Pemecahan Masalah untuk Masalah Frekuensi


Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan Menteng

48
Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih Dari Target
Sebanyak 1 Kali.

RENCANA VOLUME BIAYA


NO ALTERNATIF TARGET
KEGIATAN KEGIATAN

1. Mengajukan 1. Melakukan rapat 1. Terwujudnya 1 x /11 bulan Pembicara:


usulan untuk untuk menyusun kegiatan pelatihan
Rp. 200.000
pelatihan kegiatan yang di harapkan
tentang pelatihan dapat menambah Konsumsi :
perencanaan pengetahuan petugas
20 x 7000 =
program mengenai strategi
penyuluhan promosi kesehatan. Rp. 140.000
katarak untuk
petugas
Promosi
Kesehatan

2. Melaksanakan 2. Petugas promosi 1 x/ 11 bulan


program pelatihan kesehatan dapat lebih
optimal dalam hal
pelaksanaan kegiatan
program promosi
kesehatan
3. Menerapkan 3. Petugas promosi Pada
perencanaan kesehatan mampu kegiatan
program penyuluhan menerapkan strategi penyuluhan
Katarak promosi kesehatan yang katarak
baik dan benar pada
(6x/ 5 bulan)
penyuluhan Katarak
selanjutnya
4. Evaluasi kegiatan 4. Pencapaian program 1x/6 bulan Rp 100.000,
penyuluhan Katarak memenuhi target
2. Menambah 1. Mengajukan 1. Proposal untuk 1 x /11 bulan Print + Foto
jumlah tenaga permohonan petugas pengrekrutan petugas

49
RENCANA VOLUME BIAYA
NO ALTERNATIF TARGET
KEGIATAN KEGIATAN
kesehatan baru Promosi Kesehatan promkes baru sampai ke Rp. 20.000
yang baru ke kepala kepala Puskesmas dan isi
diprioritaskan puskesmas proposal tersampaikan
untuk program dengan baik kepada
Promosi kepala Sudin
Kesehatan
2. Mengadakan 2. Mendapatkan kriteria 1 x /11 bulan Konsumsi:
rapat untuk dan anggaran untuk
20 x 7.000 =
menetapkan kriteria tenaga kontrak yang
dan anggaran untuk dibutuhkan Rp. 140.000
petugas Promosi
Kesehatan baru
3. Mengajukan 3. Proposal untuk 1 x /11 bulan
proposal ke Kepala pengrekrutan petugas
Puskesmas untuk Promosi Kesehatan baru
pengrekrutan sampai ke Kepala
petugas Promosi Puskesmas dan isi
Kesehatan baru proposal tersampaikan
ataupun tenaga dengan baik
honorer
4. Membuka 4. Mendapatkan calon 1 x /11 bulan Pembuatan
lowongan pekerjaan petugas Promosi formulir
dan tes penerimaan Kesehatan yang sesuai pendaftaran
petugas Promosi dengan kriteria berkas ujian
Kesehatan
Rp. 150.000
5. Penilaian hasil 5. Penilaian petugas 1 x /11 bulan
test Promosi Kesehatan sesuai
dengan yang dibutuhkan
6. Pengumuman 6. Penilaian seobjektif 1 x /11 bulan
hasil test mungkin

50
RENCANA VOLUME BIAYA
NO ALTERNATIF TARGET
KEGIATAN KEGIATAN
7. Pengangkatan 7. Mendapatkan tenaga 1 x /11 bulan
pegawai baru kerja baru yang siap kerja
dan kompeten
8. Mengevaluasi 8. Pelaksanaan Program 1 x /11 bulan Konsumsi:
kegiatan Promosi Kesehatan dapat
20 x 7000 =
berjalan lebih baik
dengan kehadiran petugas Rp. 140.000
baru dan cakupan
mencapai target
Total Rp 890.000

4.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Setelah menyusun pemecahan masalah, maka akan dilakukan rencana pelaksanaan


pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rencana usulan kegiatan.Perencanaan
pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam bentuk tabel gant chart berikut ini:

51
Tabel 4.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk Penyuluhan Katarak di Luar Gedung di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan
Tanjung Priok Periode Maret - September 2016

Bulan

No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Melakukan rapat untuk


x
menyusun kegiatan pelatihan

2. Melaksanakan program
pelatihan perencanaan program x
penyuluhan Katarak

3. Menerapkan perencanaan
program penyuluhan Katarak x x x x x x
selanjutnya

4. Evaluasi kegiatan penyuluhan


x
Katarak

54
Bulan

No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

5. Mengajukan permohonan
petugas Promosi Kesehatan x
baru ke kepala puskesmas

6. Mengadakan rapat untuk


menetapkan kriteria dan
x
anggaran untuk petugas
Promosi Kesehatan baru

7. Mengajukan proposal ke
Kepala Puskesmas untuk
x
pengrekrutan petugas Promosi
Kesehatan

8. Membuka lowongan pekerjaan


Lowo-

dan tes penerimaan petugas ngan Tes


kerja

Promosi Kesehatan

55
Bulan

No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9. Penilaian hasil test x

10. Pengumuman hasil test x

11. Pengangkatan pegawai baru x

12. Mengevaluasi kegiatan x

56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Setelah melewati berbagai proses maka didapatkan satu program kesehatan
dasar Puskesmas Kecamatan Menteng yang dievaluasi yaitu program promosi
kesehatan dan didapatkan 1 masalah yang teridentifikasi melewati diskusi dan
justifikasi sehingga didapatkan dua prioritas masalah selama bulan Januari – Maret
2016 yaitu:
1. Frekuensi Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih
Dari Target Sebanyak 1 Kali.

Selanjutnya prioritas masalah di atas dicari akar penyebab masalah yang paling
dominan dan setelah dilakukan diskusi, argumentasi dan justifikasi maka dapat
disimpulkan akar penyebab masalah yang dominan dari kedua prioritas masalah
sebagai berikut:
1. Frekuensi Penyuluhan PHBS Luar Gedung di Puskesmas Kecamatan
Menteng Periode Bulan Januari – Maret 2016 Sebanyak 3 Kali Lebih
Dari Target Sebanyak 1 Kali.
Akar penyebab masalah dominan :
1. Jumlah petugas promkes terlalu banyak untuk penyuluhan luar gedung.
2. Kurangnya kepedulian masyarakat akan PHBS.

5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Menteng yaitu:
a. Mengajukan usulan untuk pelatihan tentang strategi promosi kesehatan untuk
petugas Promosi Kesehatan dengan kegiatan :
1. Melakukan rapat untuk menyusun kegiatan pelatihan
2. Melaksanakan program pelatihan perencanaan program penyuluhan
Katarak.
3. Menerapkan perencanaan program penyuluhan Katarak selanjutnya
4. Evaluasi kegiatan penyuluhan Katarak.
b. Mengajukan usulan untuk menambah jumlah tenaga kesehatan baru yang
diprioritaskan untuk program Promosi Kesehatan dengan kegiatan:
1. Mengajukan permohonan petugas Promosi Kesehatan baru ke kepala
puskesmas

57
2. Mengadakan rapat untuk menetapkan kriteria dan anggaran untuk petugas
Promosi Kesehatan baru
3. Mengajukan proposal ke Kepala Puskesmas untuk pengrekrutan petugas
Promosi Kesehatan baru ataupun tenaga honorer
4. Membuka lowongan pekerjaan dan tes penerimaan petugas Promosi
Kesehatan
5. Penilaian hasil test
6. Pengumuman hasil test
7. Pengangkatan pegawai baru
8. Mengevaluasi kegiatan

58
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2014. Modul Materi


Kesehatan Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI 2014. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun


2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Puskesmas Kecamatan Menteng. 2015. Laporan Puskesmas Tahun 2015. Jakarta:


Puskesmas Kecamatan Menteng.

Trihono. 2005. ARRIMES Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:


Sagung Seto.

59

Anda mungkin juga menyukai