Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. W

Usia

: 31 Tahun

Alamat

: Cisompet

Pendidikan

: Kelas 2 SD

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sunda

Status Marital

: Belum Menikah

Pekerjaan

: Pengangguran

Tanggal Masuk RS: 19 Januari 2016


Tanggal Keluar RS: 25 Januari 2016

Dikirim oleh

: Sp.PD (27 April 2015)

Keterangan

: myoma uteri + kista ovarium bilateral

Rencana Jadwal Operasi : 20 Januari 2016


Rencana kontrol pre-op

: 13 Januari 2016

Rencana masuk RS

: 19 Januari 2016

2. Anamnesis
Keluhan Utama: Benjolan pada perut kiri bawah
Anamnesa Khusus
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada perut kiri bawah
sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya dirasakan sebesar telur puyuh
kemudian lama kelamaan terasa membesar hingga sekarang sebesar kepalan
tangan. Benjolan dapat digerakkan dan tidak terasa nyeri. Pasien mengaku
sejak 1 tahun yang lalu hingga sekarang tidak mengalami menstruasi sama
sekali.
Pasien mengaku 1 tahun yang lalu sebelum menstruasi terhenti, pasien
mengalami demam tinggi, nyeri perut, dan nyeri kepala sehingga dirawat
selama 1 minggu. Menurut keterangan keluarga pasien saat dirawat tersebut
pasien mengalami demam tifoid.
Keluhan keluar darah dari jalan lahir disangkal. Keluhan mual, muntah,
demam disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan gorengan dan makanan pedas.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol disangkal oleh pasien. Sehari-hari
pasien berdiam diri di rumah dan jarang bergaul dengan masyarakat sekitar.
Riwayat keluarga: ibu pasien mengalami hal serupa, adanya benjolan di
perut bawah tetapi tidak sempat diperiksakan ke tenaga kesehatan.

3. Riwayat Obstetri
Pasien belum menikah
4. Keterangan Tambahan
A) Status Marital : Pasien belum menikah.
B) Haid : siklus haid teratur, lama 6 hari, pendarahan banyak, dan usia
menarche adalah 14 tahun. 1 tahun terakhir tidak mengalami menstruasi
C) Kontrasepsi : Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun.
5. Pemeriksaan Fisik
A) Status Presens
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,2oC
Kepala: Mata : Conjunctiva : anemis -/Sklera : ikterik -/ Leher
: Tiroid : T.A.K.
Kel. Getah Bening : T.A.K.
Thorak
: Cor : S1 S2 murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS Ka=Ki, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen
: datar, lembut, nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Hepar : T.A.K.
Lien : T.A.K.
Ekstremitas
: Edema : -/-/-/Varises : -/B) Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar :
o Inspeksi
: Terlihat massa di regio suprapubic
o Palpasi
:
Fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor: Teraba massa dengan ukuran 11x9x2 cm,
permukaan licin, mobilitas (+), posisi sentral, dan
konsistensi kistik.
o Perkusi
: dullness pada region suprapubik
Inspekulo
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam :
o Vulva
: T.A.K.
o Vagina
: T.A.K.
o Portio
: tidak dilakukan
o Ostium Uteri Eksterna
: tidak dilakukan
o Corpus Uteri
: tidak dilakukan

o Parametrium Kanan : tidak dilakukan


o Parametrium Kiri
: tidak dilakukan
o Cavum Douglas
: tidak dilakukan

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium (13 Januari 2016)
Hematologi Rutin
o Hb
: 10,6 gr/dL ()
o Ht
: 36 %
o Leukosit : 13.420 / mm3 ()
o Trombosit : 412.000 / mm3
o Eritrosit : 4,37 juta / mm3
o Masa Pendarahan / BT : 2
o Masa Pembekuan / CT : 730
Kimia Klinik
o SGOT
: 30 U/L
o SGPT
: 40 U/L
o Ureum
: 20 mg/dL
o Kreatinin : 0,9 mg/dL
o Kolesterol total
: 137 mg/dL
o Trigliserida
: 116 mg/dL
o Glukosa darah Puasa
: 111 mg/dL
o Asam urat
: 5,4 mg/dL
Penanda tumor (2 Mei 2015)

CA 125

: 97,24 U/mL (normal: <= 35 U/mL)

USG (27 April 2015 dari Sp.PD)


Uterus ukuran 11 x 7 cm
Tampak massa kistik ukuran 10,3 x 9,2 x 7 cm & 10 x 7 x 4,8 cm
Kesan: mioma uteri + kista ovarium bilateral

7. Diagnosis
Kista Ovarium Bilateral
8. Rencana Pengelolaan / Tindakan

Observasi KU dan TTV


Infus RL 500 cc 20 gtt
Cek Hematologi Rutin
Pro USG
Rencana operasi

9. Follow Up
Pasien ini dirawat di RSUD dr. Slamet Garut dari tanggal 19 Januari 2016
sampai dengan tanggal 25 Januari 2016 dengan rincian sebagai berikut:
A) Pre-Operasi
Tanggal
20/01/201
6

Catatan
S : tidak ada keluhan
O : KU : CM
TD : 90/60 mmHg
N : 72 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5 0C
Mata : CA +/+, SI -/-

Instruksi
Infus RL 500cc 20gtt
Rencana Operasi
Persiapan darah (tidak
ada), operasi besok

Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-),


terdapat massa di region suprapubic
dengan ukuran 11x9 cm, konsistensi
kistik, berbatas tegas, mobilitas (+), dan
permukaan rata
Perdarahan : BAB/BAK : +/+
A : Kista ovarium bilateral + anemia
Hb (13/01/16) : 10,6 gr/dL
21/01/201
6

S: tidak ada keluhan


O : KU : CM
TD : 120/70 mmHg
N : 76 x/m
R : 20 x/m
S : 36,6 0C
Mata : CA +/+, SI -/-

Infus RL 500cc 20gtt


Rencana Operasi hari ini

Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-),


terdapat massa di region suprapubic
dengan ukuran 11x9 cm, konsistensi
kistik, berbatas tegas, mobilitas (+), dan
permukaan rata
Perdarahan : BAB/BAK : -/+
A : Kista ovarium bilateral + anemia

Pada tanggal 21 Januari 2016, dilakukan tindakan operasi dengan rincian sebagai
berikut:
Nama
Usia
No. CM
Jam Mulai
Jam Selesai
Lama Operasi
Diagnosis Pra-Bedah
Diagnosis Pasca
Bedah

Laporan Lengkap

Ny. W
Tanggal
21/01/2016
31 Tahun
Operator
dr. Rizki SN. Sp.OG
765xxx
Asisten
Meta
10.20 WIB
Ahli Anastesi
dr. Dhadi Sp.An
11.50 WIB
Asisten Anastesi Asti
65 Menit
Jenis Anastesi
NU
Kista Ovarium Indikasi Operasi Kista Ovarium
Tuba-ovarii
Jenis Operasi
Wedge Resection +
abses (TOA)
Ovarium sinistra
ovarium
adhesiolisis
sinistra +
perlengketan
Dilakukan tindakan a dan antiseptic pada daerah perut dan
sekitarnya.
Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 10cm.
Setelah peritoneum dibuka, tampak massa kistik sebesar
10x10x2 cm yang mengadakan perlengketan ke ileum,
peritoneum, uterus, rektum, dinding peritoneal sebelah kiri.
Drainase abses tumor 50 cc
Dilakukan pembebasan perlengketan
Kesan : Tuba-ovarii abses ovarium sinistra
Massa kistik diinsisi
Perdarahan dirawat. Setelah yakin tidak ada lagi perdarahan,
dilakukan reperitonealisasi.
Rongga abdomen dicuci dengan NaCl dari darah & bekuan
darah hingga bersih.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
Perdarahan 400 cc dan Diuresis 100 cc.

B) Post-Operasi.
Setelah operasi, pasien dirawat di RSUD dr.Slamet Garut, selama 4 hari,
dengan rincian sebagai berikut:
Tanggal
22/01/201
6
POD I

Catatan
S : nyeri luka bekas operasi
O : KU : CM
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5 0C
Mata : CA +/+, SI -/-

Instruksi
Infus RL 500cc 20gtt
Cefotaxime 2x1 gr IV
Metronidazole 3x500 mg
Kaltrofen 2x100 mg supp
Feeding Test

Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-)


BU : + 9x/menit
Perdarahan : LO : tertutup verban, rembesan +
BAB/BAK : -/+ dc 400 cc
A : Post Wedge Resection Tuba-ovarii
abses ovarium sinistra + anemia
Hb (21/01/16) : 8,5 gr/dL
23/01/201
6
POD II

S : nyeri luka bekas operasi, gelisah, Infus RL 500cc 20gtt


Cefadroxil 2x500 mg
demam, berkeringat
Metronidazole 3x500 mg
O : KU : CM
As mefenamat 3x500 mg
TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/m
R : 20 x/m
S : 37,7 0C
Mata : CA +/+, SI -/Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-)
BU : + 10x/menit
Perdarahan : LO : tertutup verban, rembesan +
BAB/BAK : -/+
A : Post Wedge Resection Tuba-ovarii
abses ovarium sinistra + anemia

24/01/201
6
POD III

25/01/201
6
POD IV

S : nyeri luka bekas operasi, gelisah, Infus RL 500cc 20gtt


Cefadroxil 2x500 mg
demam, menggigil, berkeringat
Metronidazole 3x500 mg
O : KU : CM
Meropenem 2x1 gr IV
TD : 100/60 mmHg
Doxicyclin 2x100 mg
N : 110 x/m
Clindamycin 3x300 mg
R : 28 x/m
0
As mefenamat 3x500 mg
S : 38,0 C
Ganti verban
Mata : CA +/+, SI -/Aff infus
Abd : cembung, lembut, NT (+), DM (-)
Perdarahan : LO : tertutup verban, rembesan +
BAB/BAK : -/+
A : Post Wedge Resection Tuba-ovarii
abses ovarium sinistra + anemia
S : nyeri luka bekas operasi
O : KU : CM
TD : 110/60 mmHg
N : 84 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5 0C
Mata : CA +/+, SI -/-

Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Doxicyclin 2x100 mg
Clindamycin 3x300 mg
As mefenamat 3x500 mg
BLPL

Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-)


Perdarahan : LO : kering, rembesan BAB/BAK : +/+
A : Post Wedge Resection Tuba-ovarii
abses ovarium sinistra + anemia

10. Diagnosis Akhir


Post Wedge Resection Tuba-ovarii abses ovarium sinistra + anemia

10

PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Anamnesa
a. Terdapat benjolan pada perut bagian bawah sejak 2 tahun yang lalu.
b. Pembesaran benjolan terjadi selama 2 tahun (non-progresif).
c. Tidak menstruasi selama 1 tahun.
Pemeriksaan Fisik
a. Terdapat massa pada region suprapubic dengan ukuran 11x9x2 cm,
permukaan licin, mobilitas (+), posisi sentral, dan konsistensinya kistik.
b. Terdapat nyeri tekan pada abdomen.
USG
Kesan: mioma uteri + kista ovarium bilateral
Durante op:
ditemukan tuba-ovarii abses ovarium sinistra dengan perlengketan
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Pro-bedah: dilakukan wedge resection tuba-ovarii abses ovarium sinistra
3. Bagaimanakah fungsi reproduksi pada pasien ini selanjutnya?
Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam.
Quo ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi ad bonam.
Fungsi menstruasi dubia ad bonam karena pasien tidak menstruasi
selama 1 tahun terakhir.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam ovarium. Bentuknya kistik dan adapun yang
berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, atau nanah.
2.2 Klasifikasi
Kista ovarium diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Tumor ovarium jinak
Tumor ovarium jinak terdiri dari:
a) Tumor ovarium non-neoplastik
Kista folikel
Kista ini paling sering ditemukan di ovarium, berasal dari folikel
de graaf yang tidak berovulasi atau kista ini terjadi akibat gagalnya
proses ovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista.

Kista korpus luteum

Kista ini terjadi akibat pertumbuhan lanjut dari korpus luteum atau
perdarahan yang terjadi mengisi rongga yang terbentuk setelah
ovulasi. Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan
menjadi korpus albikans secara perlahan. Kadang-kadang korpus
luteun mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi
didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang
berwarna merah.
12

Kista inklusi germinal

Kista ini terjadi akibat invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil


dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.

Kista teka lutein

Kista ini terbentuk akibat meningkatnya kadar HCG yang terdapat


pada mola hidatidosa, ovarium polikistik, kariokarsinoma, terapi
HCG, dan klomifen sitrat. Kista ini perdisposisi terjadinya torsio,
perdarahan, dan rupture kista.

Kista endometrium

Kista ini merupakan kista endometriosis yang berlokasi di


ovarium.

Kista stein laventhal

Kista ini terbentuk akibat peningkatan kadar LH yang akan


menyebabkan terjadinya hiper stimulasi pada ovarium.
b) Tumor ovarium neoplastic
Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya
bertangkai, sering bilateral, dan dapat menjadi besar.

Kistadenoma musinosum

Kista ini mecakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan
85% diantaranya jinak. Kista ini pada umumnya multilokuler

13

dan lokulus yang berisi cairan musinosum tampak berwarna


kebiruan dalam kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor
tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel
berwarna gelap terletak dibagian basal.

Kistadenoma serosum

Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium. Usia


penderitanya berkisar 20-50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista
ini terjadi pada kedua ovarium. Kista ini berisi cairan serosa,
jernih kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding kista
menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista yang
dapat bertransformasi menjadi kistadenofibroma.

Kista dermoid

Kista ini merupakan kista terbanyak yang berasal dari sel


germinativum. Paling banyak diderita oleh gadis yang berusia
dibawah 20 tahun.

2) Tumor ovarium ganas


Tumor ovarium ganas terdiri dari:
a) Kistik
Kistadenokarsinoma musinosum
Kista ini terjadi sekitar 10% dari kanker pada ovarium. 30-35%
diantaranya terjadi secara bilateral. Kista ini biasanya multilocular
dengan ratusan hingga ribuan kista kecil didalamnya.

14

Kistadenokarsinoma serosum
Epidermoid karsinoma
b) Solid
Karsinoma endometroid
Mesonefroma

2.3 Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin, seperti pada kasus gestational trophoblastic neoplasma, ovulasi
yang terjadi secara terus menerus, adanya zat karsinogen, zat radioaktif,
asbes, virus eksogen, hidrokarbon polikistik, dan pada pasien yang sedang
diobati akibat kasus infetril melalui manipulasi hormon.
Selain itu perubahan anatomis yang dapat mempengaruhi berat dan ukuran
ovarium dapat mengubah posisi tuba fal;opi dan menimbulkan puntiran.
Malformasi

kongenital

dan

pemanjangan

tuba

fallopi

juga

dapat

mengakibatkan terjadinya kista ovarium.


2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut:
a) Ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesterone.
b) Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol.
c) Degenerasi ovarium.
d) Genetik
e) Gaya hidup yang tidak sehat, seperti:
Konsumsi makanan tinggi lemak, kurang serat, dan berpengawet.
Penggunaan zat tambahan pada makanan.
Kurang berolahraga.
Merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Terpapar dengan polusi dan agen infeksius.
Stress

15

2.5 Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor tumor tersebut.
1) Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alatalat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.
2) Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali
jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3) Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang

16

minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran

tangkai

menimbulkan

tarikan

melalui

ligamentum

infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan


rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis) memperkuat
diagnosa keganasan.

17

2.6 Diagnosis
1) Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinisnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Timbulnya benjolan di perut dalam waktu yang relatif lama.
Gangguan buang air besar maupun kecil.
Mual dan muntah.
Perdarahan pervaginam.

18

Nyeri perut.
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa pada perut bagian bawah
dengan ukuran >5cm. letak tumor di parametrium kiri/kanan atau mengisi
cavum doughlas. Konsistensinya kistik, mobile, dan permukaan tumornya
rata.
3) Pemeriksaan penunjang
a. USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid,
dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
atau tidak.
b. Foto Roentgen
Pemeriksaan pielogram secara intravena dan barium enema pada
kolon dapat menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau dari
tidak, misalnya pada kasus tumor kolon sigmoid.
c. Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125.
Zat ini diasosiakan dengan kanker ovarium untuk menentukan apakah
tumor bersifat jinak atau ganas.
d. Laparoskopi
Dilakukan laparoskopi untuk mengidentifikasi massa serta mengambil
sedikit jaringan untuk dilakukan pemeriksaan PA.

2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, tumor ovarium memerlukan pembedahan, tetapi ada
beberapa kista benigna yang pada umumnya tidak memerlukan pembedahan
seperti kista folikel de graf, kista korpus luteum dan kista endometrium.
Penatalaksanaan pada tumor berbeda beda tergantung jenis tumor neoplastik
ganas atau tidak.
19

1) Tumor ovarium non-neoplastik


Tumor ovarium yang tidak memberikan gejala / keluhan pada penderita
dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari
5 cm termasuk tumor nonneoplastik. Tidak jarang tumor-tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan menghilang. Maka tindakan yang
dilakukan ialah:
a. Menunggu selama 2 sampai 3 bulan.
b. Mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang.
c. Mengamati peningkatan pertumbuhan tumor.
d. Mempertimbangkan tindakan operatif, apabila kesimpulan dari hasil
observasi tumor tersebut bersifat neoplastik.
2) Tumor ovarium neoplastik tidak ganas
Tindakan yang dilakukan pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah :
a. Pengangkatan tumor ini adalah dengan pengangkatan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor.
b. Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi).
c. Operasi kedua dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
ditemukan tumor pada satu atau dua ovarium.
d. Operasi tumor ovarium yang diangkat harus terbuka, untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
saat operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
20

section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan


kepastian apakah tumor tersebut ganas atau tidak.
3) Histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral
Operasi yang tepat jika terdapat keganasan adalah dengan histerektomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral (pengangkatan kedua tuba). Pada wanita
muda yang masih ingin mempunyai keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah (misalnya tumor sel granulosa), dapat
dipertanggungjawabkan untuk mengambil risiko dengn melakukan operasi
yang tidak bersifat radikal.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini adalah:
a) Torsi
Torsi terjadi jika pedikel sangat panjang dan tumor tidak terfiksasi
pada struktur lain. Tumor yang besar jarang terjadi pemutaran karena tidak
memiliki ruangan yang cukup untuk melakukan putaran. Ketika terjadi
torsi, lilitan timbul pertama kali pada vena, suplai darah pada arteri tetap
berlanjut, dan tumor akan berisi darah yang kemudian akan menjadi
kemerahan dan kadang terjadi perdarahan intraperitoneal.
b) Ruptur
Ruptur spontan dari ovarium dapat timbul. Hal ini disebabkan
suplai darah yang tidak adekuat pada dinding tumor. Pada tumor
berukuran kecil maka nyeri yang dirasakan akan kecil atau minimal, akan
tetapi rupture pada kista yang besar dapat mengakibatkan nyeri hebat dan
mual. Pada pemeriksaan abdomen akan terdapat nyeri tekan, begitupun
pada pemeriksaan pelvik akan ditemukan nyeri tekan.

21

2.9 Tuba ovarium abses (TOA):


Definisi :
Tubo-ovarian abscess adalah akumulasi suatu keadaan penyakit inflamasi
akut pelvis dimana kondisi tersebut dikarakteristikkan dengan adanya massa pada
dinding pelvis yang mengalami inflamasi.
Faktor Resiko :
Abses ini dapat muncul setelah onset salpingitis, namun lebih sering akibat
infeksi adnexa yang berulang. Sepertiga sampai setengah pasien mempunyai
riwayat PID yang merupakan infeksi dari polymicrobial bakteri aerobic dan
anaerobic.
Gejala Klinis :
Pasien dapat asimptomatik atau dalam keadaan septic shock. Onset
ditemukan 2 minggu setelah menstruasi dengan nyeri pelvis dan abdomen, mual,
muntah, demam, dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan nyeri. Leukosit dapat
rendah, normal, atau sangat meningkat. Dijumpai adanya nyeri abdomen yang
dapat menjadi nyeri yang hebat, nyeri pada bagian pelvis, dapat terjadi demam
tinggi yang disertai dengan menggigil, dan leukositosis
Pemeriksaan penunjang :

22

USG yang terbaik dilakukan USG transvaginal dan dijumpai gambaran


yang homogen, kistik, dengan dinding yang tipis, dengan batas yang tegas.
Komplikasi :
Infertility, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain, pelvic thrombophlebitis
dan ovarian vein thrombosis.

Penatalaksaan :
Biasanya respon terhadap terapi antibiotika, diindikasikan untuk dilakukan
pembedahan atau drainase. Hypothesis sementara mengatakan bahwa ukuran dari
TOA berhubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit dan peningkatan
terhadap tindakan pembedahan dan drainase.
Secara umum, perawatan terhadap TOA adalah tindakan bilateral
oophorectomy dan hysterectomy. Manajemen secara medikamentosa dengan
pemberian antibiotika broad spectrum secara umum direkomendasi untuk
manajemen pada TOA yang belum pecah. Pada tahun 2006 The Center For
Disease Control and Prevention Sexually Transmittede Disease Treatments
Guidelines merekomendasikan pemberian antibiotika kurang dari 24 Jam secara
intra vena. Tidak terdapat spesifik antibiotika yang direkomendasikan. Namun
CDC menyarankan bahwa klindamisin atau metronidazole digunakan dengan
doksisiklin selama 14 hari perawatan untuk mereduksi bakteri gram negative
anaerobs. Tindakan pembedahan direkomedasikan apabila terdapat kegagalan
terhadap respon antibiotika dalam 48 jam sampai 72 jam.

23

Anda mungkin juga menyukai