LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. W
Usia
: 31 Tahun
Alamat
: Cisompet
Pendidikan
: Kelas 2 SD
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Sunda
Status Marital
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pengangguran
Dikirim oleh
Keterangan
: 13 Januari 2016
Rencana masuk RS
: 19 Januari 2016
2. Anamnesis
Keluhan Utama: Benjolan pada perut kiri bawah
Anamnesa Khusus
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada perut kiri bawah
sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya dirasakan sebesar telur puyuh
kemudian lama kelamaan terasa membesar hingga sekarang sebesar kepalan
tangan. Benjolan dapat digerakkan dan tidak terasa nyeri. Pasien mengaku
sejak 1 tahun yang lalu hingga sekarang tidak mengalami menstruasi sama
sekali.
Pasien mengaku 1 tahun yang lalu sebelum menstruasi terhenti, pasien
mengalami demam tinggi, nyeri perut, dan nyeri kepala sehingga dirawat
selama 1 minggu. Menurut keterangan keluarga pasien saat dirawat tersebut
pasien mengalami demam tifoid.
Keluhan keluar darah dari jalan lahir disangkal. Keluhan mual, muntah,
demam disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan gorengan dan makanan pedas.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol disangkal oleh pasien. Sehari-hari
pasien berdiam diri di rumah dan jarang bergaul dengan masyarakat sekitar.
Riwayat keluarga: ibu pasien mengalami hal serupa, adanya benjolan di
perut bawah tetapi tidak sempat diperiksakan ke tenaga kesehatan.
3. Riwayat Obstetri
Pasien belum menikah
4. Keterangan Tambahan
A) Status Marital : Pasien belum menikah.
B) Haid : siklus haid teratur, lama 6 hari, pendarahan banyak, dan usia
menarche adalah 14 tahun. 1 tahun terakhir tidak mengalami menstruasi
C) Kontrasepsi : Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun.
5. Pemeriksaan Fisik
A) Status Presens
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,2oC
Kepala: Mata : Conjunctiva : anemis -/Sklera : ikterik -/ Leher
: Tiroid : T.A.K.
Kel. Getah Bening : T.A.K.
Thorak
: Cor : S1 S2 murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS Ka=Ki, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen
: datar, lembut, nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Hepar : T.A.K.
Lien : T.A.K.
Ekstremitas
: Edema : -/-/-/Varises : -/B) Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar :
o Inspeksi
: Terlihat massa di regio suprapubic
o Palpasi
:
Fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor: Teraba massa dengan ukuran 11x9x2 cm,
permukaan licin, mobilitas (+), posisi sentral, dan
konsistensi kistik.
o Perkusi
: dullness pada region suprapubik
Inspekulo
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam :
o Vulva
: T.A.K.
o Vagina
: T.A.K.
o Portio
: tidak dilakukan
o Ostium Uteri Eksterna
: tidak dilakukan
o Corpus Uteri
: tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium (13 Januari 2016)
Hematologi Rutin
o Hb
: 10,6 gr/dL ()
o Ht
: 36 %
o Leukosit : 13.420 / mm3 ()
o Trombosit : 412.000 / mm3
o Eritrosit : 4,37 juta / mm3
o Masa Pendarahan / BT : 2
o Masa Pembekuan / CT : 730
Kimia Klinik
o SGOT
: 30 U/L
o SGPT
: 40 U/L
o Ureum
: 20 mg/dL
o Kreatinin : 0,9 mg/dL
o Kolesterol total
: 137 mg/dL
o Trigliserida
: 116 mg/dL
o Glukosa darah Puasa
: 111 mg/dL
o Asam urat
: 5,4 mg/dL
Penanda tumor (2 Mei 2015)
CA 125
7. Diagnosis
Kista Ovarium Bilateral
8. Rencana Pengelolaan / Tindakan
9. Follow Up
Pasien ini dirawat di RSUD dr. Slamet Garut dari tanggal 19 Januari 2016
sampai dengan tanggal 25 Januari 2016 dengan rincian sebagai berikut:
A) Pre-Operasi
Tanggal
20/01/201
6
Catatan
S : tidak ada keluhan
O : KU : CM
TD : 90/60 mmHg
N : 72 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5 0C
Mata : CA +/+, SI -/-
Instruksi
Infus RL 500cc 20gtt
Rencana Operasi
Persiapan darah (tidak
ada), operasi besok
Pada tanggal 21 Januari 2016, dilakukan tindakan operasi dengan rincian sebagai
berikut:
Nama
Usia
No. CM
Jam Mulai
Jam Selesai
Lama Operasi
Diagnosis Pra-Bedah
Diagnosis Pasca
Bedah
Laporan Lengkap
Ny. W
Tanggal
21/01/2016
31 Tahun
Operator
dr. Rizki SN. Sp.OG
765xxx
Asisten
Meta
10.20 WIB
Ahli Anastesi
dr. Dhadi Sp.An
11.50 WIB
Asisten Anastesi Asti
65 Menit
Jenis Anastesi
NU
Kista Ovarium Indikasi Operasi Kista Ovarium
Tuba-ovarii
Jenis Operasi
Wedge Resection +
abses (TOA)
Ovarium sinistra
ovarium
adhesiolisis
sinistra +
perlengketan
Dilakukan tindakan a dan antiseptic pada daerah perut dan
sekitarnya.
Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 10cm.
Setelah peritoneum dibuka, tampak massa kistik sebesar
10x10x2 cm yang mengadakan perlengketan ke ileum,
peritoneum, uterus, rektum, dinding peritoneal sebelah kiri.
Drainase abses tumor 50 cc
Dilakukan pembebasan perlengketan
Kesan : Tuba-ovarii abses ovarium sinistra
Massa kistik diinsisi
Perdarahan dirawat. Setelah yakin tidak ada lagi perdarahan,
dilakukan reperitonealisasi.
Rongga abdomen dicuci dengan NaCl dari darah & bekuan
darah hingga bersih.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
Perdarahan 400 cc dan Diuresis 100 cc.
B) Post-Operasi.
Setelah operasi, pasien dirawat di RSUD dr.Slamet Garut, selama 4 hari,
dengan rincian sebagai berikut:
Tanggal
22/01/201
6
POD I
Catatan
S : nyeri luka bekas operasi
O : KU : CM
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/m
R : 20 x/m
S : 36,5 0C
Mata : CA +/+, SI -/-
Instruksi
Infus RL 500cc 20gtt
Cefotaxime 2x1 gr IV
Metronidazole 3x500 mg
Kaltrofen 2x100 mg supp
Feeding Test
24/01/201
6
POD III
25/01/201
6
POD IV
Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Doxicyclin 2x100 mg
Clindamycin 3x300 mg
As mefenamat 3x500 mg
BLPL
10
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Anamnesa
a. Terdapat benjolan pada perut bagian bawah sejak 2 tahun yang lalu.
b. Pembesaran benjolan terjadi selama 2 tahun (non-progresif).
c. Tidak menstruasi selama 1 tahun.
Pemeriksaan Fisik
a. Terdapat massa pada region suprapubic dengan ukuran 11x9x2 cm,
permukaan licin, mobilitas (+), posisi sentral, dan konsistensinya kistik.
b. Terdapat nyeri tekan pada abdomen.
USG
Kesan: mioma uteri + kista ovarium bilateral
Durante op:
ditemukan tuba-ovarii abses ovarium sinistra dengan perlengketan
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Pro-bedah: dilakukan wedge resection tuba-ovarii abses ovarium sinistra
3. Bagaimanakah fungsi reproduksi pada pasien ini selanjutnya?
Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam.
Quo ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi ad bonam.
Fungsi menstruasi dubia ad bonam karena pasien tidak menstruasi
selama 1 tahun terakhir.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam ovarium. Bentuknya kistik dan adapun yang
berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, atau nanah.
2.2 Klasifikasi
Kista ovarium diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Tumor ovarium jinak
Tumor ovarium jinak terdiri dari:
a) Tumor ovarium non-neoplastik
Kista folikel
Kista ini paling sering ditemukan di ovarium, berasal dari folikel
de graaf yang tidak berovulasi atau kista ini terjadi akibat gagalnya
proses ovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista.
Kista ini terjadi akibat pertumbuhan lanjut dari korpus luteum atau
perdarahan yang terjadi mengisi rongga yang terbentuk setelah
ovulasi. Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan
menjadi korpus albikans secara perlahan. Kadang-kadang korpus
luteun mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi
didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang
berwarna merah.
12
Kista endometrium
Kistadenoma musinosum
Kista ini mecakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan
85% diantaranya jinak. Kista ini pada umumnya multilokuler
13
Kistadenoma serosum
Kista dermoid
14
Kistadenokarsinoma serosum
Epidermoid karsinoma
b) Solid
Karsinoma endometroid
Mesonefroma
2.3 Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin, seperti pada kasus gestational trophoblastic neoplasma, ovulasi
yang terjadi secara terus menerus, adanya zat karsinogen, zat radioaktif,
asbes, virus eksogen, hidrokarbon polikistik, dan pada pasien yang sedang
diobati akibat kasus infetril melalui manipulasi hormon.
Selain itu perubahan anatomis yang dapat mempengaruhi berat dan ukuran
ovarium dapat mengubah posisi tuba fal;opi dan menimbulkan puntiran.
Malformasi
kongenital
dan
pemanjangan
tuba
fallopi
juga
dapat
15
2.5 Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor tumor tersebut.
1) Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alatalat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.
2) Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali
jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3) Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
16
minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran
tangkai
menimbulkan
tarikan
melalui
ligamentum
17
2.6 Diagnosis
1) Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinisnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Timbulnya benjolan di perut dalam waktu yang relatif lama.
Gangguan buang air besar maupun kecil.
Mual dan muntah.
Perdarahan pervaginam.
18
Nyeri perut.
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa pada perut bagian bawah
dengan ukuran >5cm. letak tumor di parametrium kiri/kanan atau mengisi
cavum doughlas. Konsistensinya kistik, mobile, dan permukaan tumornya
rata.
3) Pemeriksaan penunjang
a. USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid,
dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
atau tidak.
b. Foto Roentgen
Pemeriksaan pielogram secara intravena dan barium enema pada
kolon dapat menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau dari
tidak, misalnya pada kasus tumor kolon sigmoid.
c. Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125.
Zat ini diasosiakan dengan kanker ovarium untuk menentukan apakah
tumor bersifat jinak atau ganas.
d. Laparoskopi
Dilakukan laparoskopi untuk mengidentifikasi massa serta mengambil
sedikit jaringan untuk dilakukan pemeriksaan PA.
2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, tumor ovarium memerlukan pembedahan, tetapi ada
beberapa kista benigna yang pada umumnya tidak memerlukan pembedahan
seperti kista folikel de graf, kista korpus luteum dan kista endometrium.
Penatalaksanaan pada tumor berbeda beda tergantung jenis tumor neoplastik
ganas atau tidak.
19
21
22
Penatalaksaan :
Biasanya respon terhadap terapi antibiotika, diindikasikan untuk dilakukan
pembedahan atau drainase. Hypothesis sementara mengatakan bahwa ukuran dari
TOA berhubungan dengan lamanya perawatan dirumah sakit dan peningkatan
terhadap tindakan pembedahan dan drainase.
Secara umum, perawatan terhadap TOA adalah tindakan bilateral
oophorectomy dan hysterectomy. Manajemen secara medikamentosa dengan
pemberian antibiotika broad spectrum secara umum direkomendasi untuk
manajemen pada TOA yang belum pecah. Pada tahun 2006 The Center For
Disease Control and Prevention Sexually Transmittede Disease Treatments
Guidelines merekomendasikan pemberian antibiotika kurang dari 24 Jam secara
intra vena. Tidak terdapat spesifik antibiotika yang direkomendasikan. Namun
CDC menyarankan bahwa klindamisin atau metronidazole digunakan dengan
doksisiklin selama 14 hari perawatan untuk mereduksi bakteri gram negative
anaerobs. Tindakan pembedahan direkomedasikan apabila terdapat kegagalan
terhadap respon antibiotika dalam 48 jam sampai 72 jam.
23