Anda di halaman 1dari 25

Mastitis

Pembimbing : Presentansi :
dr. Eko Purnanto, Sp.B Rinie Bunga Citra (17360144)
Definisi
Mastitis merupakan radang pada
payudara yang dapat disertai atau
disertai infeksi. Penyakit ini sebagian
besar menyertai laktasi, sehingga
disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis.
Epidemiologi
 Insiden
Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa
kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33%
wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
 Mula Timbul
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan
sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam
12 minggu pertama. Namun, mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi,
termasuk pada tahun kedua. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6
minggu pertama pasca kelahiran.
Anatomi Payudara ( Mammae)
Klasifikasi
Pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Mastitis periductal
2. Mastitis puerperalis/lactational
3. Mastitis supurativa
Etiologi
1. Statis ASI
2. Infeksi
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mastitis :
• Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
• Puting lecet
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan
ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
• Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya
minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
• Pengosongan payudara yang tidak sempurna
• Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap
puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi
atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna
• Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
• Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk
pengaman pada mobil.
• Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI,
jamur,serpihan kulit, dan lain-lain
• Ibu malnutrisi, hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah
Gejala Klinis
• Biasanya diawali dengan nipple susu luka/lecet
• Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat
nyeri.
• Biasanya hanya satu mammae
• Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
• Timbul reaksi sistemik seperti rasa panas dingin disertai demam
• Limfedenopati aksilaris yang nyeri
• Bila sudah masuk tahap abses, gejalanya:
• Nyeri bertambah hebat di mammae
• Kulit diatas abses mengkilap
• Suhu tubuh (38,5 – 400C)
• Bayi sendiri tidak mau minum pada mammae sakit, seolah bayi tahu bahwa
susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Inspeksi :
Kemerahan pada mammae
Tampak ada luka pada mammae
Bengkak pada mammae
Benjol – benjol pada mammae
 Bentuk prisma segitiga tidak beraturan (wedge ) pada mammae
Palpasi :
 Mammae teraba keras/tegang
 Nyeri tekan pada daerah yang terinflamasi
 Teraba hangat pada mammae yang terinflamasi
Patofisiologi
• Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan
alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI
menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat.
Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma
masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu
respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi.
• Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke
lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah).
Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli
dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
2. Biopsi
3. Kultur ASI
4. Pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan leukosit yang
menjelaskan jika terjadi peradangan
Penatalaksanaan
• Non-Farmakologi
1. Perawatan Sendiri
2. Istirahat, tetap terus menyusui dan minum lebih banyak cairan akan
membantu tubuh klien mengatasi infeksi mammae. Kosongkan mammae yang
terinfeksi sesering mungkin. Bila bayi menolak menyusu pada mammae yang
sakit, gunakan pompa asi atau perah dengan tangan untuk mengosongkan
mammae.
Farmakologi
1. Pemberian Antibiotik.
• Pengobatan mastitis umumnya membutuhkan waktu sekitar 10 – 14 hari
pemberian antibiotik dengan indikasi yaitu
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat nipple pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
Antibiotik
 Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
 Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
 Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
 Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
 Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
2. Pemberian Analgetik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat
anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan
gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau
asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada
ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami
mastitis
Komplikasi
• Recurrence
• Milk Stasis
• Abses (Bernanah)
• CA mammae
• Galaktokel
• Galaktorea
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Pencegahan
1. Gunakan penyangga payudara yang tidak ketat dan sesuai dengan ukuran mammae.
2. Usahakan selalu menjaga kebersihan mammae dengan cara membersihkan dengan
kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak
dan susu yang sudah kering
3. Risiko terjadi mastitis akan berkurang dengan benar – benar mengosongkan
mammae saat menyusui. Misalnya, biarkan bayi mengosongkan mammae kiri Anda
sebelum pindah ke mammae kanan. Bila bayi hanya menyusu sebentar – atau
bahkan tidak sama sekali – pada mammae kanan, untuk jadwal menyusui berikutnya
berikan mammae kanan terlebih dahulu.
4. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Mastitis
Daftar pustaka
Arif Mansjoer DKK, Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius,
Jakarta, 2000.
Brunner dan Suddart, Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC, Jakarta, 2002.
Lynn S. Bickley, Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, EGC,
Jakarta, 2008
Price A Sylvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6, EGC,
Jakarta, 2003
Taber Ben – Zion, Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta, 1994

Anda mungkin juga menyukai