Anda di halaman 1dari 5

MASTITIS

DEFINISI

Peradangan parenkim kelenjar mammae, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi 2-33% pada ibu menyusui

Sering terjadi pada minggu kedea dan ketiga pasca kelahiran (74% - 95% kasus
terjadi dalam 12 minggu pertama)

Dapat terjadi pada setiap tahap laktasi, termasuk pada tahun kedua

Abses payudara paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pasca kelahiran

ETIOLOGI

a. Stasis ASI
Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini
dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau saat bayi tidak
mengisap ASI, yang dihasilkan oleh sebagian atau seluruh payudara. Penyebabnya
termasuk pengisapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi
lain yang mempengaruhi predisposisi terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang
sangat berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih. Berikut faktor-faktor
penyebab stasis ASI :

1. Bendungan payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga stasis
ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal
mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan
pernbentukan abses. Isapan bayi adalah sarana pengeluaran ASI yang efektif.
2. Frekuensi menyusui
Insiden stasis ASI dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa
batas. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila bayi
mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar menyusui
semakin lama.
3. Pengisapan pada payudara
Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien,
saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan
puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis. Penyebab nyeri
dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara,
kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan
menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan
karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.
4. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi
payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan
bahwa pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan stasis ASI dan mastitis,
lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui.
5. Faktor mekanis lain
Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada
payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga mengurangi
efisiensi pengeluaran ASI dan predisposisi untuk mastitis.
b. Infeksi
1. Organisme penyebab infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara
adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staph. albus,
kadang-kadang ditemukan Escherichia coli dan Streptococcus, dan organisme
infeksi streptokokal neonatus ditemukan pada sedikit kasus. M.tuberculosis adalah
penyebab mastitis lain yang jarang ditemukan. Dalam populasi yang endemik
tuberkulosis, M.tuberbulosis dapat ditemukan pada kira-kira 1% dari kasus
mastitis dan berkaitan dengan beberapa kasus tonsillitis tuberkulosis pada bayi.
Bakteri sering ditemukan dalam ASI dari payudara yang asimtomatik di
negara-negara industri dan berkembang. Spektrum bakteri sering serupa dengan
yang ditemukan di kulit. Berdasarkan penelitian, hanya 50% biakan AS1 bersifat
steril, sedangkan yang lain menunjukkan hitungan koloni "normal" dari 0-2.500
koloni per ml. Oleh karena itu, adanya bakteri dalam ASl tidak selalu
menunjukkan terjadinya infeksi, bahkan bila bakteri bukan kontaminan dari kulit.
2. Rute infeksi
Bagaimana infeksi memasuki payudara belum diketahui. Beberapa jalur telah
diduga, yaitu melalui duktus laktiferus ke dalam lobus, dengan penyebaran
hematogen dan melalui fisura puting susu ke dalam sistem limfatik periduktal.
Frekuensi fisura puting susu telah dilaporkan meningkat dengan adanya mastitis.
Mastitis dan puting pecah-pecah terjadi bersamaan karena keduanya dapat
mengakibatkan pengisapan yang buruk pada payudara, selain itu, seringkali fisura
menjadi titik masuk infeksi.

FAKTOR RISIKO
Primipara
Stress
Teknik menyusui yang tidak benar pengosongan payudara tidak terjadi dengan
baik
Pemakaian bra yang terlalu ketat
Pengisapan bayi yang kurang kuat statis dan obstruksi kelenjar payudara
Luka pada puting payudara

KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat :
1. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae
2. Mastitis ditengah payudara yang menyebabkan abses di tempat itu sendiri
3. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar menyebabkan abses antara
payudara dan otot-otot dibawahnya

GEJALA KLINIS
Demam (39,5 - 40C) disertai menggigil
Mialgia
Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
Takikardi
Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri
Timbul garis-garis merah ke arah ketiak

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Mastitis akut, Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa
nyeri setempat pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika bayi menyusu.
Mastitis lanjut, Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses.Dari
tingkat radang ke abses berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-
duktulus menjadi edematous,air susu terbendung,dan air susu yang terbendung itu
segera bercampur dengan nanah. Gejala nyeri dapat diikuti gejala lain seperti flu,
demam, nyeri otot, sakit kepala, keputihan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Payudara : payudara bengkak, kemerahan dengan batas tegas, mengeras,
lebih hangat, tanda fluktuasi dan nyeri pada palpasi, biasanya unilateral dan terjadi 3
bulan pertama menyusui.
3. Pemeriksaan Penunjang (USG) : untuk mendeteksi abses

World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas
bila:
1. Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
2. Terjadi mastitis berulang
3. Mastitis terjadi di rumah sakit
4. Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antibiotik diberikan jika 12-24 jam tidak terdapat perbaikan
1. Penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin
2. Eritromisin (jika alergi penicillin)
3. Dikloksasilin 500 mg peroral 4x1 (10-14 hari)
4. Amoxicillin-clavulanate 500 mg atau 875 mg (10-14 hari) atau
5. Clindamycin 300 mg (10-14 hari) atau
6. Trimethoprim-sulfamethoxazole dosis tunggal (10-14 hari)
Analgesik
Ibuprofen 1,6 gr/hari

Non Medikamentosa
Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
Kompres hangat pada area yang terkena
Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
Meningkatkan asupan gizi dan cairan
Edukasi ibu
Bayi sebaiknya terus menyusu (terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan
selama mungkin), jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri/penolakan bayi
pada payudara yang terinfeksi pemompaan teratur harus terus dilakukan u/
mengosongkan payudara mencegah statis ASI
#N.B : Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses

Penatalaksanaan menyusui yang efektif :


Mulai menyusui dalam 1 jam atau lebih setelah melahirkan
Memastikan bayi mengisap payudara dengan baik
Menyusui tanpa batas (dalam hal frekuensi atau durasi) dan membiarkan bayi selesai
menyusui 1 payudara dulu sebelum memberikan yang lain
Menyusui secara eksklusif selama minimal 4 bulan dan bila mungkin 6 bulan

KOMPLIKASI
Abses payudara ( 10%)
Tanda dan gejala :
1. Discharge puting susu purulenta
2. Demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil
3. Pembengkakan payudara dan sangat nyeri
4. Massa besar dan keras dengan area kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan
kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus

PROGNOSIS
Pengobatan segera dan adekuat akan menghilangkan gejala dalam 24-48 jam
Jarang terjadi komplikasi

Anda mungkin juga menyukai