Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT

MIOMA UTERI PADA P1A1


BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

 Nama pasien : Tn.WL


 Umur : 39 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Karanganyar
 Pekerjaan : Dagang
 Status Perkawinan : Menikah
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Berat Badan : 50 kg
 Pendidikan Terakhir : SD
 Tanggal Masuk RS : 25-01-2017
B. ANAMNESIS

 Keluhan Utama
Haid tidak teratur (2x/bulan)

 Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.WL, 38 tahun datang ke RSUD Karangayar karena
menstruasi tidak teratur setelah menghenti penggunaan KB.
Pesien memilih metode KB dengan cara suntikan hormone yaitu
3 bulan sekali selama 11 tahun, kemudian diganti dengan
minum pil KB selama 4 tahun. Semenjak berhenti minum pil
KB, haidnya mulai tidak teratur yaitu 1 bulan haidnya 2 kali,
lama haidnya 7 hari.
 Pada tahun 2016, pasien pernah USG dan tes Iva namun
hasilnya tidak terdapat kelainan.
 1 tahun SMRS, haidnya masih 2x/bulan dan setiap kali haid
rasanya nyeri. Pasien juga mengeluh ada benjolan kecil di
perut bawah bagian kiri, bila ditekan tidak terasa nyeri.
 4 bulan SMRS, haidnya masih belum teratur namun sudah
tidak terasa nyeri, karena pasien mengkonsumsi obat untuk
mengurangi nyeri yang dibeli sendiri di apotek . Benjolan di
perut bawah bagian kirinya makin membesar sampai perut
bawah bagian tengah.
 3 bulan SMRS, tidak datang haid. Pasien mengira dirinya
hamil lalu diperiksa tes kehamilan, namun hasilnya negative.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat serupa : diakui
 Riwayat kelainan pembekuan darah : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat diabetes melitus : disangkal
 Riwayat alergi makanan : disangkal

 Riwayat Pribadi
 Riwayat Merokok : disangkal
 Riwayat minum-minuman beralkohol : disangkal.
 Riwayat minum obat-obatan jamu : diakui
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan serupa pada keluarga disangkal

 Riwayat menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus haid : 15 hari
 Jumlah : ganti pembalut dalam sehari sekitar 3- 4
kali
 Lama : ± 7 hari
 Riwayat perkawinan
 Menikah sekali, pada usia 18 tahun, dengan suami sekarang
sudah berjalan selama 20 tahun.

 Riwayat kehamilan
 G2P1A1
 Abortus
 Laki-laki, 3.1 kg, spt, 18 tahun

 Riwayat KB
 Suntikan hormone 11 tahun
 Pil KB 4 tahun
C. PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : compos mentis


 Tanda vital
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Frekuensi nadi : 80x/menit
 Suhu : 36,5 C
 Respirasi : 20x/menit
 Kepala
 Bentuk : normocepal
 Rambut : rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah
dicabut.
 Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
 Telinga : normotia, tidak keluar cairan/ sekret.
 Hidung : tidak ditemukan deviasi, tidak mengeluarkan
sekret
 Mulut : dalam batas normal
 Leher : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar
 Thoraks
 Inspeksi : normochest
 Palpasi : dalam batas normal
 Perkusi : dalam batas normal
 Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), Ronchi (-/-), BJ
I/II reguler
 Abomen :
 Inspeksi : distensi (-)
 Palpasi : teraba massa solid, nyei tekan (-), mobile,
permukaan licin, di 2 jari di bawah regio iliaca sinstra dan supra
pubik
 Perkusi : pekak pada bagian mssa
 Auskultasi : peristaltik
 Kulit : ikterik (-), petechie (-)
 Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis(-), edema
(-)
 Pemeriksaan Dalam
 V T : dinding vagina normal, massa (+), portio licin, kenyal,
pembukaan (-), nyeri goyang (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Satuan
HEMATOLOGI Hasil Nilai rujukan
 Laboratorium :
Hemoglobin 7.7 12.00-16.00 g/Dl

Hematokrit 23.7 37.00-47.00 %

Leukosit 8.8 5-10 10^3/uL

Trombosit 533 150-300 10^3/uL

Eritrosit 3.96 4.00-5.00 10^6/uL

MPV 7.4 6.5-12.00 fL

PDW 12.2 9.0-17.00

MCV 59.8 82.0-92.0 fL

MCH 19.4 27.0-31.0 Pg

MCHC 32.5 32.0-37.0 g/dL

Gran% 67.5 50.0-70.0 %

Limfosit% 24.5 25.0-40.0 %

Monosit% 8.0 3.0-9.0 %

Masa Pembekuan (CT) 3’00 2-8 menit

Masa Perdarahan (BT) 1’00 1-3 menit


KIMIA
GDS 113 70-150 mg/100ml
HATI
SGOT 37 0-46 U/I
SGPT 26 0-42 U/I
GINJAL
Creatinin 0.78 0.5-0.9 MG/DL
Ureum 17 10-50 MG/DL
IMUNO SEROLOGI
HBsAg Non reaktif Non reaktif
HIV Non reaktif
E. DIAGNOSIS

 Diagnosis kerja : Mioma Uteri, Anemia

F. PENATALAKSANAAN

 Inf. RL 20 tpm
 Transfusi PRC
 Miomektomi
G. FOLLOW UP
S O A P
27-01-17 Haid tidak Ku : cukup, CM Mioma Uteri Transfusi PRC 2 kolf
teratur TD :100/70 mmHg Anemia
N : 70 x/mnt
RR : 18x/mnt
S : 36.4 C
Palp.Abd : Massa (+)
iliaca sinistra dan
hippgasrium, NT (-)

28-01-17 Haid tidak Ku : cukup, CM Mioma Uteri Transfusi PRC 2 kolf


teratur TD :120/70 mmHg Anemia
N : 80 x/mnt
RR : 22x/mnt
S : 37 C
Palp.Abd : Massa (+)
iliaca sinistra dan
hipogasrium, NT (-)
29-01-17 Tidak Ada Ku : cukup, CM Mioma Uteri Miomectomy
Keluhan TD :110/70 mmHg Inj. Ceftriaxone/ 12jm
N : 840 x/mnt Inj. Ketorolac/ 8 jm
RR : 20x/mnt Ranitidine/ 12 jm
S : 36.4 C
Palp.Abd : Massa (+)
iliaca sinistra dan
hipogasrium, NT (-)

30-01-17 Tidak Ada Ku : cukup, CM Post Amoxicillin 3x1


Keluhan TD :100/70 mmHg Miomectomy Metronidazol 3x1
N : 80 x/mnt Hari I Paracetamol 3x1
RR : 18x/mnt
S : 36.4 C
Palp.Abd : Massa (-), NT (-)

31-01-17 Tidak Ada Ku : cukup, CM Post Amoxicillin 3x1


Keluhan TD :110/80 mmHg Miomectomy Metronidazol 3x1
N : 88 x/mnt Hari II Paracetamol 3x1
RR : 20x/mnt
S : 36.2 C
Palp.Abd : Massa (-), NT (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri


dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan fibroid dan kolagen.
Beberapa istilah mioma uteri antara lain fibromioma,
miofiroma, leiomiofibroma, fibroleiomioma, fibroma, dan
fibroid (Memarzadeh, dkk., 2003; Hadibroto, 2005).

B. ETIOLOGI
Menurut Bieber (2006) menyatakan faktor-faktor penyebab
mioma uteri belum diketahui, namun terdapat 2 teori :
 Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai factor etiologi
 Mioma uteri tumbuh lebih cepat pada masa hamil
 Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
 Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
 Hyperplasia endometrium ditemukan bersama dengan mioma
uteri

 Teori Cellnest
Terjandinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen.
C. EPIDEMIOLOGI

 Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan


kedua setelah kanker serviks

 sering ditemukan pada wanita nulipara atau kurang subur

 Terbanyak pada umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 43


tahun sebanyak 51%.

 menarche dini (<10 tahun) meningkatkan risiko kejadian


mioma uteri (1 ,24 kali) dan menarche terlambat dapat
menurunkan risiko kejadian mioma uteri

 belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche dan


setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
tumbuh
E. PATOFISIOLOGI
Factor predisposisi

Mioma uteri

Rasa nyeri
Tanda-tanda penekanan

Penipisan dinding uterus


Tergantung dari besar dan
lokasi mioma uteri
Miometrium tidak bisa
berkontraksi maksimal
Hiperplasia endometrium

Perdarahan pervaginam tidak


normal
Tekanan intra abdomen

Mioma submukosum
Penekanan kandung kemih

Menoraghia
Disuria
Pecahnya pembuluh darah

Gangguan eliminasi
BAK Anemia

Kelemahan fisik
E. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasinya
1. Mioma submukosa
Mioma submukosa menempati lapisan dibawah
endometrium dan menonjol ke dalam (cavum uteri).
Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan
endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan melalui
vagina. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga
dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikan
dalam menangani mioma bertangkai adalah kemungkinan
terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah
tinggi.
2. Mioma intramural/ interstitial
 disebut juga sebagai mioma intrepitelial biasanya multipel. Tumor
jenis ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium,
dan sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah.

3. Mioma subserosa
 Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan
saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Mioma dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma
ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering/ parasistic fibroid.
F. MANIFESTASI KLINIS

1 . Perdarahan uterus yang abnormal


Mekanisme Perdarahan Abnormal pada Mioma Uteri

1. Peningkatan ukuran permukaan endometrium


1. Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus
1. Gangguan kontraktilitas uterus
1. Ulserasi endometrium pada mioma submukosum
1. Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium

2. Penekanan pada organ sekitar


3. Nyeri

4. Infertilitas

Mekanisme Gangguan Fungsi Reproduksi dengan Mioma Uteri

1. Gangguan transportasi gamet dan embrio


2. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
3. Perubahan aliran darah vaskuler
4. Perubahan histologi endometrium
G. DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai
gangguan haid dan ada rasa nyeri.
 Pemeriksaan Fisik
 Palpasi abdomen : tumor yang keras, bentuk tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
 Pemeriksaan bimanual : tumor pada uterus, yang umumnya
terletak di garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali
teraba terbenjol-benjol.
 Pada pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal namun pada
keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan
noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan
kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali
apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa. Kavum
 Pemeriksaan Laboratorium
 Anemia
 Leukositosis
 Ultra Sonografi (USG):
 Simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik
menunjukkan anechoic.
 USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor
dengan kalsifikasi
 Magnetic Resonance Imagine (MRI):
 menentukan ukuran, lokasi dan jumlah mioma uteri serta bisa
mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam
dinding miometrium.
H. PENATALAKSANAAN

 Histerektomi
 Miomektomi
 Bedah Modern
 Medikamentosa
 Gonadotropin-releasing Hormone Analogs
 Uterine Atery Embolization
I. KOMPLIKASI

 Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi


yang paling sering pada kasus mioma. Obstruksi saluran
kemih atau usus dari mioma besar atau parisitik lebih kurang
umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera ureter
atau ligasi merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus
mioma terutama yang terhubung dengan serviks (Alan
DeCherney, 2006).
J. PROGNOSIS

 Dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan luar, dalam , dan USG. Dari anamnesis
di dapatkan keterangan dari ibu yakni haidnya tidak teratur,
nyeri saat menstruasi, dan teraba benjolan di perut bagian
bawah. Pada pemeriksaan luar, teraba massa di regio iliaca
sinistra dan hypogastrium dan tidak nyeri tekan. Pemeriksaan
dalam, teraba massa dan tidak nyeri. Pasien juga mengalami
anemia dapat ditegakkan dari pemeriksaan darah rutin.
Menggunakan kontrasepsi baik suntik maupun pil yang
kandungannya adalah hormone estrogen maupun progesterone
dalam jangka waktu panjang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri. Karena estrogen dapat memicu
pertumbuhan mioma uteri karena mioma uteri kaya akan
reseptor estrogen (Sarwono, 2009). Pada kontrasepsi hormonal
dengan progestin (progesteron saja) studi klinis menunjukkan
progesteron memfasilitasi pertumbuhan fibroid. Misalnya,
ukuran fibroid meningkat selama pengobatan dengan
progesterone sintetis (Cynthia, 2006). Progesteron merangsang
pembentukan enzim sulfotransferase di endometrium sehingga
terjadi pembentukan estrogen dalam jumlah besar (Ali 2003).
Pertumbuhan mioma uteri paling sedikit memerlukan
waktu sekitar 8 tahun dan sangat sulit dideteksi dan ada pula
teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri
diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai
ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat (Sarwono, 2009). Dari pemeriksaan laboratorium,
anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya
cadangan zat besi (Bailliere, 2006; Marshal et al., 1998).
Mioma uteri dapat dilakukan pembedahan miomektomi
maupun histerektomi. Namun pada kasus ini, dilakukan
miomektomi karena pasien masih ingin mempunyai anak.
Walaupun beberapa penelitian menyatakan sekitar 27-40%
wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

Anda mungkin juga menyukai