Keluhan Utama
Haid tidak teratur (2x/bulan)
Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat minum-minuman beralkohol : disangkal.
Riwayat minum obat-obatan jamu : diakui
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 15 hari
Jumlah : ganti pembalut dalam sehari sekitar 3- 4
kali
Lama : ± 7 hari
Riwayat perkawinan
Menikah sekali, pada usia 18 tahun, dengan suami sekarang
sudah berjalan selama 20 tahun.
Riwayat kehamilan
G2P1A1
Abortus
Laki-laki, 3.1 kg, spt, 18 tahun
Riwayat KB
Suntikan hormone 11 tahun
Pil KB 4 tahun
C. PEMERIKSAAN FISIK
F. PENATALAKSANAAN
Inf. RL 20 tpm
Transfusi PRC
Miomektomi
G. FOLLOW UP
S O A P
27-01-17 Haid tidak Ku : cukup, CM Mioma Uteri Transfusi PRC 2 kolf
teratur TD :100/70 mmHg Anemia
N : 70 x/mnt
RR : 18x/mnt
S : 36.4 C
Palp.Abd : Massa (+)
iliaca sinistra dan
hippgasrium, NT (-)
B. ETIOLOGI
Menurut Bieber (2006) menyatakan faktor-faktor penyebab
mioma uteri belum diketahui, namun terdapat 2 teori :
Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai factor etiologi
Mioma uteri tumbuh lebih cepat pada masa hamil
Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
Hyperplasia endometrium ditemukan bersama dengan mioma
uteri
Teori Cellnest
Terjandinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen.
C. EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri
Rasa nyeri
Tanda-tanda penekanan
Mioma submukosum
Penekanan kandung kemih
Menoraghia
Disuria
Pecahnya pembuluh darah
Gangguan eliminasi
BAK Anemia
Kelemahan fisik
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasinya
1. Mioma submukosa
Mioma submukosa menempati lapisan dibawah
endometrium dan menonjol ke dalam (cavum uteri).
Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan
endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan melalui
vagina. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga
dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikan
dalam menangani mioma bertangkai adalah kemungkinan
terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah
tinggi.
2. Mioma intramural/ interstitial
disebut juga sebagai mioma intrepitelial biasanya multipel. Tumor
jenis ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium,
dan sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah.
3. Mioma subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan
saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Mioma dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma
ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering/ parasistic fibroid.
F. MANIFESTASI KLINIS
4. Infertilitas
Histerektomi
Miomektomi
Bedah Modern
Medikamentosa
Gonadotropin-releasing Hormone Analogs
Uterine Atery Embolization
I. KOMPLIKASI
Dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan luar, dalam , dan USG. Dari anamnesis
di dapatkan keterangan dari ibu yakni haidnya tidak teratur,
nyeri saat menstruasi, dan teraba benjolan di perut bagian
bawah. Pada pemeriksaan luar, teraba massa di regio iliaca
sinistra dan hypogastrium dan tidak nyeri tekan. Pemeriksaan
dalam, teraba massa dan tidak nyeri. Pasien juga mengalami
anemia dapat ditegakkan dari pemeriksaan darah rutin.
Menggunakan kontrasepsi baik suntik maupun pil yang
kandungannya adalah hormone estrogen maupun progesterone
dalam jangka waktu panjang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri. Karena estrogen dapat memicu
pertumbuhan mioma uteri karena mioma uteri kaya akan
reseptor estrogen (Sarwono, 2009). Pada kontrasepsi hormonal
dengan progestin (progesteron saja) studi klinis menunjukkan
progesteron memfasilitasi pertumbuhan fibroid. Misalnya,
ukuran fibroid meningkat selama pengobatan dengan
progesterone sintetis (Cynthia, 2006). Progesteron merangsang
pembentukan enzim sulfotransferase di endometrium sehingga
terjadi pembentukan estrogen dalam jumlah besar (Ali 2003).
Pertumbuhan mioma uteri paling sedikit memerlukan
waktu sekitar 8 tahun dan sangat sulit dideteksi dan ada pula
teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri
diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai
ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat (Sarwono, 2009). Dari pemeriksaan laboratorium,
anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya
cadangan zat besi (Bailliere, 2006; Marshal et al., 1998).
Mioma uteri dapat dilakukan pembedahan miomektomi
maupun histerektomi. Namun pada kasus ini, dilakukan
miomektomi karena pasien masih ingin mempunyai anak.
Walaupun beberapa penelitian menyatakan sekitar 27-40%
wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.