I.
kemungkinan infeksi
8. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru
dan traktus gastro intestinalis.
II.
karena
faktor
mekanis
dan
terutama
cairan
adalah
pembesaran uterus disertai kesulitan dalam meraba bagianbagian janin dan mendengar denyut jantung janin. Pada
kasus berat, dinding uterus sangat tegang. Membedakan
Faktor Ibu
Agenesis ginjal
Penyakit hipertensi
Uropati obstruksi
Insufisiensi utero-plasenta
Sindrom antifosfolipid
Dehidrasi-hipovolemi
terhentinya
IV.
Penegakan Diagnosis
a. Amniosintesis
Obstetri modern menginginkan deteksi kelainan pada
kehamilan sedini mungkin . Untuk membuat diagnosis terrsebut
umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam cairan amnion
dengan melakukan amniosintesis.
Amniosintesis pada saat ini lebih sering dilakukan melalui
transabdominal. Penggunaan amniosintesis antara lain digunakan
dalam manajamen kelahiran preterm , dimana dapat mendeteksi
secara cepat adanya infeksi intraamnion. Penggunaan lainnya
adalah untuk mendeteksi infeksi sitomegalo virus pada janin yang
dilakukan dengan kultur cairan amnion, hal ini berkaitan dengan
adanya reaksi rantai polymerase yang digunakan untuk mendeteksi
DNA virus .
Penggunaan lain Amniosintesis adalah untuk mendeteksi
kadar alpha feto protein dalam cairan amnion . deteksi kadar alpha
feto protein ini dilakukan jika pada pemeriksaan USG tidak
menunjukan adanya peningkatan kadar alpha feto protein serum
ibu.
Amniosintesis sering digunakan untuk mengkonfirmasi
kematangan paru janin , dengan menggunakan konsentrasi relatif
dari surfactan active phospholipid
Amniosintesis untuk diagnostic genetic biasannya dilakukan pada
usia kehamilan 15-20 minggu , beberapa pusat studi telah
mengkonfirmasikan pada saat itu amnioxintesis cukup aman
dilakukan dan mempunyai keakuratan diagnostic 99%.
Pada wanita yang berusia 35 tahun amniosintesis rutin
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan genetik, karena
terjadinya peningkatan resiko tersebut.
Pada penyakit-penyakit hemolitik dari janin penggunaan
amniosintesis dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin dalam
cairan amnion. Ketika sel-sel darah janin mengalami hemolisis ,
menjadi pigmen-pigmen terutama bilirubin. Kadar bilirubin dalam
diagnostik
amniosintesis
juga
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
cara
dini
adalah
2,5
dibandingkan
dengan
bahwa
mengakibatkan
menurunkan
penurunan
gangguan
volume
oligohidramnion.
perfusi
aliran
miksi
dan
darah
uteroplasenta
ginjal
menyebabkan
dari
dapat
janin,
terjadinya
Interpretasi
2-8 cm
Volume
cairan
amnion
normal
>8 cm
Polihidramnion
8-12 cm
Polihidramnion ringan
12-16 cm
Polihidramnion sedang
>16 cm
Polihidramnion berat
1-2cm
<1 cm
Oligohidramnion
V.
Hasil Pengukuran
Interpretasi
>25 cm
Polihidramnion
9-25 cm
Normal
5-8 cm
Borderline
<5 cm
Oligohidramnion
mekonium,
dapat
juga
terjadi
sebelum
persalinan
berupa
yaitu
pemasangan
instrumen
serat
optik
yang
berlampu
Pemeriksaan
tersebut
jarang
dilakukan
karena