Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Penyebab utama abortus spontan pada kehamilan trimester pertama adalah


blighted ovum, terhitung sebesar 50% dari semua kejadian abortus pada kehamilan
trimester pertama. Diperkirakan kejadian blighted ovum salah satunya diakibatkan oleh
adanya infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Citomegalovirus, Herpes Simpleks).

Pada kasus blighted ovum yang disebabkan oleh infeksi TORCH, khususnya
toxoplasmosis sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala klinis
yang nyata. Infeksi T. gondii merupakan penyebab utama kematian janin karena T.
gondii dapat ditularkan ke janin melalui plasenta (transplasenta) dari ibu yang terinfeksi
atau saat melahirkan pervaginam. Mekanisme imunitas toxoplasmosis yang seperti apa
yang dapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum sampai sekarang belum diketahui
secara pasti. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sulitnya memperoleh bahan biopsi
yang cocok, penyelidikan gagal untuk memberikan data informatif pada tahap infeksi
dan pengaruh perlakuan yang diberikan. Faktor biaya juga tidak dipungkiri menjadi
kendala karena biasanya membutuhkan dana yang tidak sedikit baik dari segi
pegumpulan sampel maupun pada proses penelitiannya sendiri.

Prevalensi abortus spontan bervariasi sesuai kritesia yang digunakan untuk


mengidentifikasinya. Sebagai contoh, Wilcox, dkk (1988) mempelajari 221 wanita sehat
melalui 707 daur haid. Mereka mendapatkan bahwa 31% kehamilan gagal setelah
implantasi. Yang penting, dengan menggunakan pemeriksaan yang sangta spesifik
untuk mendeteksi gonadotropin korion manusia β (β-hCG) dalam kadar sangat sedikit
dalam serum, dua per tiga dari kematian dini dianggap asimptomatik (clinically silent).
Sejumlah faktor mempengaruhi angka abortus spontan, tetapi belum diketahui saat ini
apakah abortus yang asimptomatik dipengaruhi oleh faktor ini. Sebagai contoh,
keguguran simptomatik meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah
(Gracia, 2005., Warburton, 1964., Wilson, 1986, dkk). Frekuensi berlipat dua dari 12%
pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang berusia lebih

1
dari 40 tahun. Untuk perbandingan yang sama pada usia ayah, frekuensi meningkat dari
12% menjadi 20%. Namun kembali lagi belum diketahui apakah keguguran yang tidak
disadari, juga dipengaruhi oleh usia dan paritas.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Utama
Dengan disusunnya laporan kasus ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang blighted ovum .

1.2.2 Tujuan Khusus


Menjelaskan tentang defenisi, etiologi, patogenesa, gejala dan tanda, diagnosis,
penanganan dan penatalaksanaan blighted ovum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan


kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan
tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak terbentuk.
Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya.
Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus
spontan.

2.2. Etiologi

Penyebab dari blighted ovum saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga
karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted ovum sebagai berikut:

1. Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.

2. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

3. Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah
anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.

4. Kelainan genetik

5. Kebiasaan merokok dan alkohol.

3
2.3. Patofisiologi

Gambar.2.1. Patofisiologi blighted ovum

Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan umumnya.
Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke 4
setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan
memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes
kehamilan positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut
dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan
pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak
ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan
perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi. Blighted ovum dapat terjadi
pengeluaran darah dari vagina.

4
2.4. Diagnosa

1. Anamnesis
 Terlambat haid
 Perdarahan pervaginam yang berwarna coklat kemerah-
merahan.
 Nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

 Tampak darah keluar dari vagina


 Kelihatan anemis bila perdarahan sudah banyak

Inspekulo

 Tampak darah keluar dari rahim bukan dari kelainan servik


atau yang lain.

Palpasi Abdomen

 Nyeri abdomen bagian bawah


 Fundus uteri tidak teraba
3. Pemeriksaan Penunjang (USG)
Diagnosis pasti, bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 7-8
minggu (transvaginal). Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah
lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ
juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak
berisi janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila
pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 25 mm, tidak dijumpai
adanya struktur mudigah.

5
Gambar 2.2 : Blighted Ovum Gambar 2.3 : Kehamilan Normal

2.5 Penatalaksanaan.

Gambar 2.4: Penatalaksanaan blighted ovum

6
Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-
mula membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan secara mekanis yaitu
dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap)
atau keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi
dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh
destruksi mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap
maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa
jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang membedakan
pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka.

2.6. Komplikasi Post Kuretase

1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.

Penanganan :

Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan
perdarahan.

2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.

Penanganan :

Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk
dilakukan laparatomi.

3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil
konsepsi perdarahan memanjang.

Penanganan

Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan


kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg
, 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam
bila perdarahan hebat. Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri

7
yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang
kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu,
memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal
dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan
operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus)
atau dengan histerektomi.

4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya

Penanganan

Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika.Profilaksis menggunakan


metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV /
IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010).

2.7. Diagnosa Banding

1.KET

2.Abortus

3.Mola Hidatidosa

BO KET Abortus Mola Hidatidosa


Planotest + +/- + +
Perdarahan Ada Ada Ada Ada berupa buah
pervagina anggur atau mata
ikan
Warna Coklat kemerah- Merah kehitaman Merah segar Coklat spt bumbu
merahan rujak
Nyeri abdomen Ada Ada biasanya ada Ada
sebelah kiri atau
kanan

8
Tanda-tanda hamil Ada Ada Ada Ada
muda

Terlambat haid Ada Ada Ada Ada


- Tampak kantong - Tampak kantong - Tampak sisa - Tampak bayangan
kehamilan tapi janin kehamilan dan kantong seperti badai salju
USG kosong bagian-bagian janin kehamilan tidak
diluar cavum uteri utuh lagi
bahkan kadang- - Tampak sisa
kadang tampak plasenta
denyut jantung janin

BAB III

9
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : IRT

No. MR : 130856

Tanggal Masuk : 20 Maret 2017

Alamat : Muara Panas

3.2. Anamnesis

Keluhan Utama

Seorang pasien wanita usia 28 tahun masuk Nifas RSUD Solok rujukan dari Poli
dengan diagnosis Blighted Ovum pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00 WIB.

Riwayat Penyakit Sekarang

 Keluar darah dari kemaluan ( + )

 Keluar jaringan seperti daging dari kemaluan ( - )

 Keluar jaringan seperti mata ikan dari kemaluan ( - )

 Tidak haid sejak ± 3 bulan yang lalu

 Riwayat keputihan ( - )

 Riwayat Menstruasi : Menarche umur 14 th, siklus haid tidak teratur.


nyeri haid (-)

 HPHT 23-11-2016 TP 30- 8-2017

 Ini merupakan kehamilan yang ke 2

10
Riwayat Penyakit Dahulu

 Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan


hipertensi sebelumnya.

 Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit


menular, maupun kejiwaan

Riwayat Perkawinan: satu kali, tahun 2012

Riwayat kehamilan / abortus / persalinan: 2 / 0 / 1

 Tahun 2012, perempuan, 2900 gram, cukup bulan, spontan, bidan, hidup

 Kehamilan sekarang

 Riwayat Kontrasepsi : (-)

 Riwayat Imunisasi : (-)

 Riwayat Pendidikan : Tamat SMA

 Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga

 Riwayat Kebiasaan : Merokok (-); Alkohol (-); Narkoba (-)

3.3. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Sedang

 Kesadaran : CMC

 Tinggi Badan : 158 cm

11
 Berat Badan : 65 Kg

 BMI : 26,03 Kg/m2

 Vital Sign :TD : 130/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20 x/menit

Suhu : 37 °C

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik

 Leher:

Inspeksi: JVP 5-2 cmH2O

Kelenjar tiroid tidak tampakmembesar

Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar

KGB tidak teraba membesar

 Thorax:

 Pulmo

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris Kanan = Kiri

Palpasi : Fremitus Normal Kiri = Kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

 Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS ICR V

12
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama teratur, bising (-)

 Abdomen : Status obstetrikus

 Genitalia : Status obstetrikus

 Ekstremitas : Edema -/-, RF +/+, RP -/-

Status Obstetrikus

 Abdomen :

Inspeksi : Striae Gravidarum (-)

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Fundus Uteri tidak teraba, massa(-)

 Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (+)

Inspekulo :

Vagina : Tumor (-);Laserasi (-), Fluksus (-)

Portio : Multipara, ukuran sebesar ibu jari kaki dewasa, OUE tertutup,
Tumor (-), Laserasi (-), Fluksus (-).

 USG

13
 Gs : 9 -10 minggu

 Fetal echo : -

 FHM : -

 Kesan : Blighted ovum ( BO )

 Laboratorium

 Hb : 13,1 gr/dL CT : 3.30

 Ht : 39,5 % BT : 1.30

 Leukosit : 8.410 /mm3 HbSAg: negatif

 Trombosit : 306.000 /mm3

 Diagnosa :

 G2P1A0H1 Gravid 13-14 Minggu + BO

 Sikap : Kontrol KU, VS, PPV,

Informed consent

14
Laminaria

 Rencana : Curettage

21 Februari 2017

Pk 08.00 WIB

 S/ Demam (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), Nyeri perut (-)

 O/

KU KS TD ND NF T

Sdg CMC 130/70mm/hg 80 x/i 20 x/i 37oc

Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik

Abdomen: Inspeksi: tampak sedikit membuncit

Palpasi : FUT tidak teraba

NT (-), NL (-), DM (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

 Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)

 A/ : G2P1A0H1 gravid 13-14 minggu + BO Hari rawatan ke-1

 P/

Sikap :

 Kontrol KU, VS, PPV

15
 Mobilisasi bertahap

Terapi :

 IVFD RL 500 cc

 Injeksi Ceftriaxon 2x1

 Injeksi Gentamicin 2x80 mg

Rencana: Curretage HARI INI

Pukul 10.00 WIB :Dilakukan curettage dalam narkose

Pk. 11.00 WIB

Selesai dilakukan curettage dalam narkose. Didapatkan sisa jaringan sebanyak ± 70


gram. Perdarahan selama tindakan ± 80cc

Diagnosis : P1A1H1 Post curratage a.i. BO, hari rawatan ke-1

Sikap : Perawatan post curettage

 Mobilisasi dini

 Pasien puasa sampai BU (+)

 Check Hb post curettage

 Terapi :

 IVFD RL 500 Ml + oxytocin 1 amp + metarghin 1 amp

 Injeksi Ceftriaxon 2x1

 Asam Mefenamat 3 x 500 mg

 SF 1 x 300 mg

 Vit C 3 x 50 mg

16
 Metilat 3 x1

 Pronalges supp. 200 mg

Laporan Curettage

 Pasien tidur dalam posisi litotomi dengan anastesi intravena total (TIVA)

 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik

 Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi

 Dilakukan kateterisasi urine dengan nelaton kateter

 Dipasang spekulum sims bawah dan atas

 Dilakukan penjepitan tenakulum arah jam 11

 Dilakukan sondage dengan sondage

 Hasil : Uterus anteflexi , panjang cavum uteri 10 cm

 Dilakukan kuretase secara sistematis dengan sendok kuret no 2,6,9

 Didapatkan hasil jaringan 70 gram

 Perdarahan selama tindakan ± 100 cc

FOLLOW UP

 22 Maret 2017

 Pk 07.30 WIB

 S/ Demam (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), Nyeri perut (-)

 O/

17
KU KS TD ND NF T

Sdg CMC 100/60 82 20 37

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik

Abdomen :

Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : FUT tidak teraba

NT (+), NL (-), DM (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (+) sedikit

 A/ P1A1H1 Post curettage a.i. BO , Hari rawatan ke-2

 P/ Sikap :

Kontrol KU, VS, PPV

Mobilisasi bertahap

Terapi:

 IVFD AFF

 Amoxicilin 3 x 500 mg

 Asam Mefenamat 3 x 500 mg

18
 SF 1 x 300 mg

 Vitamin C 3 x 50 mg

 Methergin tab 3 x 1

Rencana :

 Boleh Pulang

BAB IV
ANALISA KASUS

19
Seorang pasien wanita usia 28 tahun masuk Nifas RSUD Solok kiriman dari Poli
Kebidanan dengan diagnosis Blighted Ovum pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00
WIB. Keluar darah dari kemaluan (-), keluar jaringan seperti daging (-), keluar jaringan
seperti mata ikan (-). Inspeksi: tak tampak membuncit, Palpasi :TFU tidak teraba,
Perkusi : timpani, Auskultasi: bising usus (+) normal, Djj (-). Genitalia, Inspeksi: v/u
tenang, PPV (-), Inspekulo: Vagina: tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), Porsio ukuran
MP seukuran jempol kaki dewasa, tampak licin, tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), VT :
Tidak dilakukan. Pemeriksaan darah rutin Hb: 13,1 gr/dL, Leukosit : 8.410 /mm3, Ht :
39,5%, Trombosit : 306.000 /mm3, CT: 3.30, BT: 1.30, HbSAg: negative. Pemeriksaan
USG: Gs : 9 -10 minggu, Fetal echo : (-), FHM: (-), Kesan : Blighted ovum ( BO ).
Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan yang dilakukan adalah kuretase
jaringan. Pada kuretase secara sistematis didapatkan hasil jaringan 70 gram, perdarahan
selama tindakan ± 100 cc, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga
rahim siap untuk kehamilan berikutnya.

BAB V

PENUTUP

20
4.1. KESIMPULAN

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapitidak
ada bayi di dalam kandungannya. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan
kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperm, infeksi TORCH dan
streptokokus. Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol. rendahnya kadar beta
HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat
menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin
tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Jika telah didiagnosis blighted
ovum. maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim
/kuretase. Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum
dan mengatasi penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Cunninggam, MacDonald, Gant, 2013, Obstetri Williams, Edisi 23, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Abdul Bari Saifuddin, 2010, Ilmu Kebidanan Edisi IV, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf
4. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic
Diagnosis & Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
5. Peter W. Callen. Ultrasonography in Obstetrics and Gynecology, 5th Edition.
6. Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf
7. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
8. Nasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400 mcg
Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.
9. Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek
Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro : Media Medika Indonesiana
10. Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet
Misoprostol 100 Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix  Sebelum Tindakan
Kuretase. Subbagian Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

22

Anda mungkin juga menyukai