PENDAHULUAN
Pada kasus blighted ovum yang disebabkan oleh infeksi TORCH, khususnya
toxoplasmosis sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala klinis
yang nyata. Infeksi T. gondii merupakan penyebab utama kematian janin karena T.
gondii dapat ditularkan ke janin melalui plasenta (transplasenta) dari ibu yang terinfeksi
atau saat melahirkan pervaginam. Mekanisme imunitas toxoplasmosis yang seperti apa
yang dapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum sampai sekarang belum diketahui
secara pasti. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sulitnya memperoleh bahan biopsi
yang cocok, penyelidikan gagal untuk memberikan data informatif pada tahap infeksi
dan pengaruh perlakuan yang diberikan. Faktor biaya juga tidak dipungkiri menjadi
kendala karena biasanya membutuhkan dana yang tidak sedikit baik dari segi
pegumpulan sampel maupun pada proses penelitiannya sendiri.
1
dari 40 tahun. Untuk perbandingan yang sama pada usia ayah, frekuensi meningkat dari
12% menjadi 20%. Namun kembali lagi belum diketahui apakah keguguran yang tidak
disadari, juga dipengaruhi oleh usia dan paritas.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Utama
Dengan disusunnya laporan kasus ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang blighted ovum .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Etiologi
Penyebab dari blighted ovum saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga
karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted ovum sebagai berikut:
1. Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.
2. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
3. Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah
anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.
4. Kelainan genetik
3
2.3. Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan umumnya.
Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke 4
setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan
memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes
kehamilan positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut
dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan
pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak
ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan
perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi. Blighted ovum dapat terjadi
pengeluaran darah dari vagina.
4
2.4. Diagnosa
1. Anamnesis
Terlambat haid
Perdarahan pervaginam yang berwarna coklat kemerah-
merahan.
Nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspekulo
Palpasi Abdomen
5
Gambar 2.2 : Blighted Ovum Gambar 2.3 : Kehamilan Normal
2.5 Penatalaksanaan.
6
Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-
mula membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan secara mekanis yaitu
dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap)
atau keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi
dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh
destruksi mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap
maka digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa
jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang membedakan
pada (D&X) sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka.
Penanganan :
Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan
perdarahan.
2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.
Penanganan :
Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk
dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil
konsepsi perdarahan memanjang.
Penanganan
7
yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang
kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu,
memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal
dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan
operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus)
atau dengan histerektomi.
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya
Penanganan
1.KET
2.Abortus
3.Mola Hidatidosa
8
Tanda-tanda hamil Ada Ada Ada Ada
muda
BAB III
9
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : IRT
No. MR : 130856
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita usia 28 tahun masuk Nifas RSUD Solok rujukan dari Poli
dengan diagnosis Blighted Ovum pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00 WIB.
Riwayat keputihan ( - )
10
Riwayat Penyakit Dahulu
Tahun 2012, perempuan, 2900 gram, cukup bulan, spontan, bidan, hidup
Kehamilan sekarang
Kesadaran : CMC
11
Berat Badan : 65 Kg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 °C
Leher:
Thorax:
Pulmo
Perkusi : Sonor
Cor
12
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Status Obstetrikus
Abdomen :
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Fundus Uteri tidak teraba, massa(-)
Genitalia :
Inspekulo :
Portio : Multipara, ukuran sebesar ibu jari kaki dewasa, OUE tertutup,
Tumor (-), Laserasi (-), Fluksus (-).
USG
13
Gs : 9 -10 minggu
Fetal echo : -
FHM : -
Laboratorium
Ht : 39,5 % BT : 1.30
Diagnosa :
Informed consent
14
Laminaria
Rencana : Curettage
21 Februari 2017
Pk 08.00 WIB
S/ Demam (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), Nyeri perut (-)
O/
KU KS TD ND NF T
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
P/
Sikap :
15
Mobilisasi bertahap
Terapi :
IVFD RL 500 cc
Mobilisasi dini
Terapi :
SF 1 x 300 mg
Vit C 3 x 50 mg
16
Metilat 3 x1
Laporan Curettage
Pasien tidur dalam posisi litotomi dengan anastesi intravena total (TIVA)
FOLLOW UP
22 Maret 2017
Pk 07.30 WIB
S/ Demam (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), Nyeri perut (-)
O/
17
KU KS TD ND NF T
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
P/ Sikap :
Mobilisasi bertahap
Terapi:
IVFD AFF
Amoxicilin 3 x 500 mg
18
SF 1 x 300 mg
Vitamin C 3 x 50 mg
Methergin tab 3 x 1
Rencana :
Boleh Pulang
BAB IV
ANALISA KASUS
19
Seorang pasien wanita usia 28 tahun masuk Nifas RSUD Solok kiriman dari Poli
Kebidanan dengan diagnosis Blighted Ovum pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00
WIB. Keluar darah dari kemaluan (-), keluar jaringan seperti daging (-), keluar jaringan
seperti mata ikan (-). Inspeksi: tak tampak membuncit, Palpasi :TFU tidak teraba,
Perkusi : timpani, Auskultasi: bising usus (+) normal, Djj (-). Genitalia, Inspeksi: v/u
tenang, PPV (-), Inspekulo: Vagina: tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), Porsio ukuran
MP seukuran jempol kaki dewasa, tampak licin, tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), VT :
Tidak dilakukan. Pemeriksaan darah rutin Hb: 13,1 gr/dL, Leukosit : 8.410 /mm3, Ht :
39,5%, Trombosit : 306.000 /mm3, CT: 3.30, BT: 1.30, HbSAg: negative. Pemeriksaan
USG: Gs : 9 -10 minggu, Fetal echo : (-), FHM: (-), Kesan : Blighted ovum ( BO ).
Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan yang dilakukan adalah kuretase
jaringan. Pada kuretase secara sistematis didapatkan hasil jaringan 70 gram, perdarahan
selama tindakan ± 100 cc, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga
rahim siap untuk kehamilan berikutnya.
BAB V
PENUTUP
20
4.1. KESIMPULAN
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapitidak
ada bayi di dalam kandungannya. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan
kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperm, infeksi TORCH dan
streptokokus. Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol. rendahnya kadar beta
HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat
menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin
tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Jika telah didiagnosis blighted
ovum. maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim
/kuretase. Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum
dan mengatasi penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Cunninggam, MacDonald, Gant, 2013, Obstetri Williams, Edisi 23, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Abdul Bari Saifuddin, 2010, Ilmu Kebidanan Edisi IV, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf
4. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic
Diagnosis & Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
5. Peter W. Callen. Ultrasonography in Obstetrics and Gynecology, 5th Edition.
6. Anne Jackson Bracker. 2006. Blighted Ovum / Anembryogenic Pregnancy.
http://www.miscarriageassociation.org.uk/ma2006/downloads/Blighted%20ovum.pdf
7. Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
8. Nasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400 mcg
Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.
9. Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek
Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro : Media Medika Indonesiana
10. Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet
Misoprostol 100 Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix Sebelum Tindakan
Kuretase. Subbagian Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
22