Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

LEIOMIOMA UTERI
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
di RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :
dr. Irsyam SpOG
Disusun oleh :
ROSY MUTIARA TSANI
H2A008038

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
A. ANATOMI FISIOLOGI UTERUS ........................................................ 4
B. MIOMA UTERI ..................................................................................
6
B.1 Definisi..............................................................................................6
B.2 Klasifikasi..........................................................................................6
B.3 Etiologi dan patogenesis....................................................................7
B.4 Faktor Risiko.....................................................................................8
B.5 Patologi Anatomi...............................................................................11
B.6 Manifestasi Klinik.............................................................................12
B.7 Penegakan Diagnosis.........................................................................14
B.8 Diagnosis Banding............................................................................14
B.9 Komplikasi........................................................................................15
B.10 Pencegahan......................................................................................15
B.11 Penatalaksanaan...............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................19

BAB I
2

PENDAHULUAN
Mioma uteri atau bisa disebut dengan leiomioma uteri yaitu neoplasma jinak
berasal dari otot polos uterus, diselingi untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul
yang tipis, sering terjadi pada usia reproduksi. Tumor ini juga dikenal dengan istilah
fibromioma uteri, leimioma uteri, dan uterine fibroid. Dapat bersifat tunggal atau
ganda, dan mencapai ukuran besar, konsistensinya keras dengan batas kapsel yang
jelas sehingga dapat dilepas dari jaringan sekitarnya. 1
Mioma uteri mempunyai banyak faktor risiko. Risiko mioma uteri meningkat
seiring dengan peningkatan umur. Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok
umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%. Paritas memiliki
hubungan yang saling berbalik dengan kejadian mioma uteri. Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada wanita nulipara atau wanita yang kurang subur.2
Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche, pada masa menopause mioma akan mengecil
seiring dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh.2
Frekuensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh penyakit pada alatalat genital dan merupakan tumor pelvis. Angka kejadian tumor ini sulit ditentukan
secara tepat karena tidak semua penderita dengan mioma uteri memiliki keluhan.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak.. 2
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding dengan
wanita kulit putih, karena wanita kulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen.3
Di Indonesia Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya adalah
tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin
mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi
pilihan.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI UTERUS
Uterus atau rahim merupakan organ yang tebal, berotot, bentuknya
menyerupai buah pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di
dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Uterus
berukuran sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dinding uterus terdiri atas
otot polos. Uterus memiliki panjang berukuran 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm,
tebal 1,25 cm. Uterus normal memiliki berat lebih kurang 57 gram.4,5
Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi
dan sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan.
Uterus berada diantara anterior terhadap rectum dan posterior terhadap urinary
bladder. Bentuk seperti pear terbalik. Ukuran uterus sangat berbeda-beda
tergantung usia dan pernah melahirkanatau belum. Ukuran uterus pada wanita
yang belum pernah hamil (nullipara) a d a l a h p a n j a n g 7 , 5 c m , l e b a r 5 c m
d a n t e b a l 2 , 5 c m . P a d a w a n i t a y a n g sudah pernah hamil, ukuran uterus
lebih besar, sedangkan pada wanita yangsudah menopause, ukuran uterus
lebih kecil karena pengaruh hormon seks yang menurun. Ukuran panjang
uterus normalnya pada :
1. Anak anak : 2 3 cm
2. Nullipara ( wanita yang belum pernah melahirkan ) : 6 8 cm.
3. Premultipara ( wanita yang pernah melahirkan 1 kali ) : 7 cm
4. Multipara ( wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1 ) : 8 9 cm.
Uterus terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu :
1. Body ( corpus ) adalah bagian uterus ( 2/3 superior uterus ) yang melebar,
berada diantara kedua lembar ligamentum latum, tidak dapat digerakkan,
terdiri atas:
a. Fundus adalah bagian uterus berbentuk seperti kubah berada di bagian
superior dan tempat dimana terletaknya bagian superior uterine tube
office.
b. Uterine cavity / kavum uterus

c. Isthmus adalah bagian yang sedikit mengkerut/mengecil, letaknya


sedikit dekat dengan cervix
2. Cervix adalah bagian uterus (1/3 inferior uterus ) yang lebih sempit bentuk
seperti tabung yang dekat dengan vagina berisi cervical canal. Cervical
canal yang menghadap keluar disebut internal os (pars supravaginalis
cervicis).
, sedangkan cervical
Pada masa kehamilan uterus akan membesar akibat peningkatan kadar
estrogen dan progesteron pada bulan-bulan pertama. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar
estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause,
uterus pada wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke
ukuran pada masa predolesen.4,5
Gambar2.1 Anatomi uterus normal 6

B. MIOMA UTERI
B.1. Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang timbul dari otot polos uterus.
Leiomioma berasal dari mutasi somatik dalam sel-sel miometrium, sehingga
menyebabkan hilangnya regulasi pertumbuhan secara progresif. Mioma
uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri memiliki
banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga dengan istilah
fibroid, leiomioma uteri atau fibromioma uteri dan uterine fibroid. Mioma
ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya lebih dominan.
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering
dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berbedabeda sesuai dengan besar dan letak mioma.2,7
Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari miometrium disebut
leiomioma. Tetapi karena tumor ini berbatas tegas maka disebut juga
fibroid.17 Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari korpus uteri dan 5%
berasal dari serviks.8
B.2. Klasifikasi
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian
yaitu:4,9
a. Mioma Uteri Subserosum : lokasi tumor di sub-serosa korpus uteri.
Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang
dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai
mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan omentum di
sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus,
sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis
parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural : disebut juga sebagai mioma intra epitalial,
biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus,
tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus

bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma ini sering tidak


memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena
adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
c. Mioma Uteri Submukosum : mioma yang berada di bawah lapisan
mukosa uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila
tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk
ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
Gambar letak 2.2 mioma uteri6

B.3. Etiologi dan Patogenesis


Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Tumor ini mungkin
berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Mioma tumbuh mulai dari benih benih multipel yang sangat kecil dan
tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun, bukan dalam hitungan bulan).4,10,11
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a. Estrogen
Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma
uteri, hal ini dikaitkan dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum
menarkhe,

banyak ditemukan pada masa reproduksi, pertumbuhan

mioma lebih cepat pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa

menopause. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri
harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (sel muda yang
terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puuka, dkk
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapatkan dari pada miometrium normal.2,12
Hormon estrogen dapat diperoleh melalui alat kontrasepsi hormonal
(Pil KB, Suntikan KB dan susuk KB). Alat kontrsepsi hormonal
mengandung estrogen, progesteron dan kombinasi estrogen dan
progesteron.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17hidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen
pada tumor. Pemberian preparat progesteron atau testosteron dapat
mencegah efek fibromatosa.2,12
B.4. Faktor Risiko
Dalam Enviromental Health Perspectives, terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur
Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur. Ini
juga bertepatan dengan penelitian yang pernah dijalankan di India
(Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College
and Hospital) bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada
kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak
51%.10 Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita di bawah umur 20
tahun dan belum pernah dilaporkan terjadi kasus sebelum menarkhe,
dan setelah menopause hanya 10% kejadian mioma uteri yang masih
dapat bertumbuh lebih lanjut. Mioma uteri biasanya akan menunjukkan
gejala klinis pada umur 40 tahun keatas.2
b. Ras dan Genetik
8

Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada ras Afrika-Amerika (kulit


hitam) jika dibandingkan dengan ras Kaukasia (kulit putih). Wanita
kulit hitam memiliki risiko lebih besar untuk menderita mioma jika
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Terlepas dari faktor ras,
kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma uteri.10,11
c. Paritas
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita nulipara atau
wanita yang kurang subur. Mioma uteri berkurang pada wanita yang
mempunyai anak lebih dari satu dibandingkan dengan wanita yang
belum pernah melahirkan (Nullipara) hal ini berkaitan juga dengan
keadaan hormonal. Beberapa penelitian menemukan hubungan saling
berbalik antara paritas dan munculnya myoma uteri. Hal ini disebabkan
besarnya jumlah reseptor estrogen yang berkurang di lapisan
miometrium setelah kehamilan.2,13
d. Diet/makanan
Makanan memiliki hubungan dengan kejadian mioma uteri.
Makanan seperti daging setengah masak akan meningkatkan risiko
terhadap kejadian mioma uteri, selain itu terdapat diet/ makanan yang
dapat mengurangi resiko terhadap kejadian mioma uteri, seperti sayuran
hijau yang tinggi serat dan buah-buahan.13
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap peningkatan
indeks massa tubuh. Ini terjadi karena obesitas menyebabkan
peningkatan

konversi

menurunkan hormon

androgen

adrenal

kepada

estrogen

dan

sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan

peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan


mengapa

terjadi

peningkatan

prevalensi

mioma

uteri

dan

pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan hubungan antara


obesitas dan peningkatan kejadian mioma uteri. Wanita yang
mempunyai

Indeks

Massa

Tubuh

(IMT)

di

atas

normal,

berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri.2,10,11

f. Status Haid
Mioma uteri paling sering terjadi pada wanita umur 35-45 tahun
yang masih mengalami haid dan menurun pada masa menopause, hal
ini dikaitkan dengan produksi hormon estrogen yang masih dihasilkan
oleh tubuh. Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi,
dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarkhe, pada masa
menopause mioma akan mengecil seiring dengan penurunan hormon
estrogen dalam tubuh. Namun pertumbuhan mioma uteri yang tetap
membesar pada saat menopause dicurigai terjadi keganasan sehingga
tindakan histerektomi perlu dilakukan.2
g. Kadar Hemoglobin
Penelitian yang dilakukan di Nepal, dimana ditemukan hasil
persentase pasien yang memiliki kadar hemoglobin rendah pada
penderita mioma uteri. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pada
penderita dengan perdarahan yang banyak yang disebabkan permukaan
endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma,
maka lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya anemia.14
B.5. Patologi Anatomi
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut: Pada
gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai,
pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaranlingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal
tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan
ukuran yang berbeda-beda.2,9
Perubahan sekunder yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal
ini terjadi karena berkurangnya pemberian darah pada mioma. Perubahan
sekunder yang sering terjadi yaitu:2,9
a. Atrofi
Setelah menopause mioma uteri akan menjadi kecil, hal ini terjadi
karena saat menopause akan terjadi penurunan stimulus estrogen.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya dan menjadi homogen, dapat

10

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari tumor tersebut
seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok
lainnya.
c. Degenerasi Kistik
Perubahan ini dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma, dengan konsistensi yang lunak tumor sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi Membatu (calcireous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi, perubahan ini dapat terjadi setelah
degeneratif kistik dan dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma akan menjadi keras (womb stone) dan akan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Degenerasi Merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada masa kehamilan dan nifas.
Patogenesis diperkirakan karena suatu

nekrosis subakut sebagai

gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma


seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda seperti emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uteus membesar dan nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik ini sama seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
f. Degenerasi Lemak
Degenerasi lemak merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin,
akan tetapi perubahan ini jarang terjadi.
B.6. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan karena tumor ini tidak
mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang

11

mioma ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala yang terjadi dapat digolongkan seperti berikut:12,23,24
a. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab
perdarahan ini adalah:
1. pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium
2. permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
3. atrofi endometrium di atas mioma submukosum
4. miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit

pembuluh

darah

yang

melaluinya

dengan

baik.

Disebabkan permukaan endometrium yang menjadi lebih luas


akibat

pertumbuhan

mioma,

maka

lebih

banyak

dinding

endometrium yang terkikis ketika menstruasi dan ini menyebabkan


perdarahan abnormal. Walaupun menstruasi berat sering terjadi
tetapi siklusnya masih tetap. Perdarahan abnormal ini terjadi pada
30% pasien mioma uteri dan perdarahan abnormal ini dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada suatu penelitian yang
mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa
perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan
perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma intramural
(58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%)
dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik.
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri
bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi
dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang
disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi rongga
pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf

12

sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung


dan ekstremitas posterior.
c. Tanda dan gejala penekanan
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
B.7. Penegakan Diagnosis
Diagnosis myoma uteri dapat ditegakkan dengan:16,2
a. Anamnesis
Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan
penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada
perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali
teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai
yang terhubung dengan uterus.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultra Sonografi (USG) : mioma uteri yang besar paling bagus
didiagnosis dengan kombinasi trans-abdominal dan trans-vaginal
sonografi.

Gambaran

sonografi

simetrikal, berbatas tegas,

mioma

biasanya

adalah

hypoechoic dan degenerasi kistik

menunjukkan anechoic.
2. Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG
tetapi mahal. MRI mampu menentukan ukuran, lokasi dan
bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan
mioma submukosa di dalam dinding miometrium.
B.8. Diagnosis Banding
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan :
1. tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum
dan kehamilan;

13

2. mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio


uteri;
3. mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
4. khoriokarsinoma yaitu suatu keganasan, berasal dari jaringan trofoblas
dan kanker yang bersifat agresif, biasanya dari plasenta. Hal ini ditandai
dengan metastase perdarahan yang cepat ke paru-paru.
5. karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.12
B.9. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,320,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.2
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahanlahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan
suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan

kerana gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya

terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa


metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.2
B.10. Pencegahan
Pencegahan Mioma Uteri:
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarkhe
atau sebelum terdapat risiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti
sayuran dan buah.2
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum
seseorang menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan
14

dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor risiko mioma terutama


pada kelompok yang berisiko yaitu wanita pada masa reproduktif.
Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan
progesterone dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung
estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih
rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen.2,17,18
c. PencegahanSekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena
mioma uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan
diagnose dini dan pengobatan yang tepat.17
d. PencegahanTertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah
berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui
penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan
gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pascaoperasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam
masa pemulihannya.2,17
B.11. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari
semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap
3-6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor terbagi sebagai berikut:2,9
a. Terapi konservatif (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
agonis memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma
uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran
mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
15

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan


dapat

mengurangi

vaskularisasi

pada

tumor

sehingga

akan

memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya


seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi
gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.
b. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American
College of obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan

American

Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah:


1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2. Dugaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun karena
oklusi tuba
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau
histerektomi 2,19
i.

Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin
dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila
miomektomi ini dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah

30-50%. Tindakan

miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun


ii.

dengan laparoskopi.2,9,18
Histerektomi2,9,18
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah
tindakan terpilih. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar
30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati
keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.

16

Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal


(laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers, 17 th edition, Editor Campbell
SC, Monga A, page 115-118
2. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S. Ilmu kandungan. Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono; 2007.
3. Benson, Ralph. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit EGC; 2008.
4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.p.181-191.
5. Verralls, Sylvia. Anatomi dan fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica dan penerbit Andi; 1996.
6. National Women's Health Information Center. Medline Plus Medical
Ensyclopedia.

2011.

Available

from:

URL:

HIPERLINK

http://womenshealth.gov/publications/our-publications/fact-sheet/uterinefibroids.cfm.
7. Manuaba IBG. Kapita Selecta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta: Penerbit EGC; 2001.
8. Martin L, Pernoll. Benson & Pernolls handbook of Obstetrics & Gynecology.
USA: McGraw-Hill; 2001.p.619-625.
9. Sarjadi. Patologi Ginekologik. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 1995.
10. Gordon P Flake, Janet Andersen, and Darlene Dixon. Etiology and
Pathogenesis of Uterine Leiomyomas: A Review. Environmental Health
Perspectives 2002; 111(8).

17

11. Cahill, Matthew. Disease. Jakarta: Gramedia; 1996.


12. Manuaba IBG. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta. Penerbit EGC; 1993.
13. Hadibroto Budi R. Mioma uteri. Dalam: Majalah Kedokteran Nusantara
September 2005; 38(33): 255-260.
14. Verralls, Sylvia. Anatomi dan fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica dan penerbit Andi; 1996.
15. Hart DM, Norman J. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill
Livingstone; 2000.p.213-215.
16. Parker WH. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine.
California : American Society for Reproductive Medicine 2007; 87: 725-733.
17. Budiarto E. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2002.
18. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit EGC; 1998.
19. Hadibroto Budi R. Mioma uteri. Dalam: Majalah Kedokteran Nusantara
September 2005; 38(33): 255-260.

18

Anda mungkin juga menyukai