BLOK REPRODUKSI
KELOMPOK 17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna
memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala
kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya.Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.
Kelompok 17
SKENARIO 1
Seorang perempuan, berusia 30 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 10.00
dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang. Dari anamnesis diketahui ini
adalah kehamilan ketiga (G3P2A0) dimana anak pertama dan kedua lahir normal.
Keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi malam. Hasil evaluasi pertama
pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus
3 jari bawah prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah
kepala, perlimaan 3/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 35 cm,
lingkar perut ibu 88 cm. Denyut jantung janin 136 x/mnt. His 3x dalam 10 menit
dengan durasi 2530 dtk. Pembukaan serviks 4 cm, selaput ketuban teraba,
penurunan sesuai bidang Hodge 2 dengan kondisi panggul dalam cukup. Pukul
14.00 (evaluasi kedua) Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung janin
152 x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 dtk bagian terendah
kepala, perlimaan 3/5. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban tidak teraba,
penurunan sesuai bidang Hodge 3.
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Perempuan usia 30 tahun
2. Keluhan utama: sakit perut tembus ke belakang
3. Dari anamnesis diketahui ini adalah kehamilan ketiga (G3P2A0) dimana
anak pertama dan kedua lahir normal
4. pertama pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal,
tinggi fundus 3 jari bawah prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu,
bagian terendah kepala, perlimaan 3/5
5. Pukul 14.00 (evaluasi kedua) Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut
jantung janin 152 x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 dtk
bagian terendah kepala, perlimaan 3/5
6. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban tidak teraba, penurunan sesuai
bidang Hodge 3.
PERTANYAAN
1. Jelaskan tanda-tanda persalinan normal
2. Jelaskan mekanisme persalinan normal
3. Jelaskan definisi dan etiologi persalinan lama
4. Jelaskan faktor-faktor penyebab persalinan lama
5. Jelaskan penyebab terjadinya ketuban pecah dini
6. Jelaskan mengenai dampak persalinan lama terhadap ibu dan janin
7. Jelaskan mengenai diagnosis banding yang sesuai dengan scenario
8. Jelaskan mengenai perspektif Islam
JAWABAN PERTANYAAN
1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul, terutama pada primigravida pada minggu ke-36, dan
menimbulkan sesak dibagian bawah, di atas simfisis pubis dan sering
kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala. Sedangkan pada
multipara tidak begitu kelihatan.
2. Perut kleihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggan karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya plekus frankenhauser yang terletak sekitar serviks
(tanda persalian palsu-false labour pains).
4. Serviks menjadi lembek/lunak, mulai mendatar karena terdapat kontraksi
otot rahim.
5. Terjadinya pengeluaran lender bercampur darah (bloody show) karena
lender penutup serviks dilepaskan
Tanda-tanda persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu :
a) Pengeluaran lendir
b) Lendir bercampur darah (show) yamg lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a) Pelunakan serviks
b) Pendataran serviks
c) Terjadi pembukaan serviks
Gambaran perjalanan persalinan secara klinis
Gambaran terjadinya persalinan secara klinis dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tanda persalinan sudah dekat
a) Terjadinya lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan:
(1) Kontraksi Braxton hicks
(2) Ketegangan dinding perut
(3) Ketegangan ligamentum rotundum
(4) Gaya berat janin di mana kepala kea rah bawa
Referensi : Fitri Imelda. 2017. Fisiologi Persalinan (Lebih Dekat Dengan Sistem
Reproduksi Wanita). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Halaman 108-
112
1. Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
a. masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura
sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan
promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati
promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior,
ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah
dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun
penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua persalinan. Hal
ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam waktu
yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong kejalan
lahir.
1. majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya
kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya
kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran
paksi dalam, dan ekstensi.
Penyebab majunya kepala antara lain :
a) tekanan cairan intrauterine
b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c) kekuatan mengejan
d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal
kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
c. Usaha meneran ibu
d. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
a. Ukuran dan bentuk panggul
b. Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan
menyebabkan desensus berlangsung lambat.
a. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
b. Putar paksi dalam- internal rotation
c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar
paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang
kearah posterior).
e. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
5. Ekstensi Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput
tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di
atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
6. paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul
dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin dengan
ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar
cepat segera setelah menvapai dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu
bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang
menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar
Referensi:
Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,Jakarta
Widyastuti yani,Sumarah &Wiyati Nining,(2008)Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan
Kebidanan pada ibu Bersalin),Yogyakarta
Referensi :
1) Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
4. Jelaskan faktor-faktor penyebab persalinan lama
Sebab – sebab terjadinya partus lama
a. Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks. Jenis-jenis kelainan his:
1) Inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat dan lebih
jarang dibandingkan denaga his yang normal. Inersia uteri dibedakan
atas inersia uteri primer dan inersia uteri sekunder, Inersia uteri primer
adalah kelainan his yang timbul sejak permulaan persalinan, sedangkan
inersia uteri sekunder adalah kelainan his yang timbul sejak adanya his
yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.
2) Inkoordinasi kontrakasi uterus
Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
singkronisasi kontrakasi bagian bagiannya. Tidak koordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan. Ibu berumur ≤ dari 20 tahun dan ≥35
tahun dianggap beresiko terhadap kelainan his. Usia ≤ 20 tahun respon
hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena fungsi sistem
reproduksi yang belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh
Pawzner menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada
kasus multipara ≤ 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk
persalinan karena serviks belum matang. Usia ≥ 35 tahun dapat
menyebabkan kelainan his oleh karena adanya kemunduran fungsi dan
efisiensi kontraksi spontan miomametrium oleh karena menuanya
jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya persalinan
lama.Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu. Paritas adalah jumlah
kelahiran seluruhnya bayi yang hidup.
2) Makrosemia
Makrosemia atau janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000
gram. Makrosemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
adalah herediter, riwayat penyakit diabetes mellitus, pola hidup yang
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan yang berlebihan. Pada
panggul normal, janin dengan berat 2.500-4.000 gram umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Bayi yang besar dapat member
tanda atau peringatan terhadap kemungkinan terjadinya persalinan
lama akibat sulitnya pelahiran bahu.
3) Hidrosefalus
HIdrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran
sutura serta ubun ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel
biasanya berkisar antara 500-1.500 ml, akan tetapi kadang-kadang
akan mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak
dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan
dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvic dengan segala akibatnya.
c. Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya kelainan panggul ibu.
1) Kelainan Panggul
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian
ukuran panggul dan ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak
cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic
sampai terjadi kelahran pervaginan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
kegagalan kemajuan persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus
hipotonik yang dapat memicu persalinan lama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya CPD :
a) Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apa bila conjungtiva
vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.
pada panggul sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar
tertahan pada pintu atas panggul.
b) kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah
distansia interspinarum, kurang dari 12 cm. Sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan jika diameter
sagitalis posterior pendek pula.
c) Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior
kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis juga mengecil (≤80)
sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh:
Faktor perkambangan herediter atau congenital.
Faktor nutrisi: malnutrisi dapat menyebabkanpanggul sempit.
Faktoe seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan
bentuk panggu android.
Trauma, penyakit atau tumor pada panggul atau tulang
belakang.
2) Prolaps funikuli
Prolapas funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada
disamping atau melawati bagian terendah janin didalam jalan lahir
setelah ketuban pecah. Pada presentase kepala prolaps funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat dijepit diantara
bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan
gangguan oksigenasi janin. Prolaps funikali menyebabkan gangguan
adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggu
tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut.
3) Obstruksi jalan lahir
Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan edema
pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan persalinan yang
memicu terjadinya persalinan lama.
d. Faktor Penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
bertindak dalam memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan
memimpin mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong pesalinan
harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam persalinan
dan mengetahui kapan harus memulai persalinan, selanjutnya melakukan
perawatan pada ibu dan bayi. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan
persalinan tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama dan muncul
berbagai komplikasi.
e. Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus
emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak
dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan
proses persalinan membuat takut dan cemas, sehingga menghambat suatu
proses persalinan. Gangguan kecemasan ibu akan memberi stimulus syaraf
dalam menghasilkan hormone pemicu stress yaitu hormone adrenalin
nyang dapat berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya
produksi oksitosin yang member pengaruh terhadap kontraksi uterus.
Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan sehubungan dengan kehamilanya, meliputi
pemeriksaan persalinan, dukungan psikologis serta penyuluhan kesehatan
sehingga terbina hubungan saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu
terhadap bidan dan keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses
persalinan.
f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana pecahnya
ketuban sebelum persalinan atau sebelum kehamilan memasuki aterm (37
minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya selaput ketuban yang
ada hubungannya dengan istensi uterus berlebihan, kontraksi rahim dan
gerakan janin.Bila ketuban telah pecah dan belum ada tanda-tanda inpartu
resiko terjadinya infeksi lebih tinggi dan dapat mempengruhi keadaan
dalam vagina yang bias menyebabkan terjadinya partus lama.
Klasifikasi Distosia
Klasifikasi Distosia /partus lama dapat dibagi berdasarkan pola
persalinanya, menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten memanjang
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu
multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain
keadaa serviks yang memburuk (misalnya tebal, tidak mengalami
pendataran atau membuka) dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula
ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak melewati 4 cm
sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
b) Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan
protraction (berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak
maju). Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan
penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan
kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1cm/jam. Arrest
didefinisakan sebagai berhentinya pembukaan atau penurunan ditandai
dengan tidak ada perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan
kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam. Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan
melihat tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis
waspada prograf. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan adanya inersia
uteri jika frekuensi his kurang dari 3his/10 menit dan lamanya kurang dari
40 detik.
c) Kala II memanjang
Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan
berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi
2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas tinggi,
komtinuitas otot vagina dan perineum sudah meregang, atau sudah tiga
kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk
mengeluarkan janin
Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun, mulai terjadi regresi sel–sel
tubuh terutama endometrium sehingga memperbesar kemungkinan untuk
menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu
maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Disamping itu, tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu
kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus
kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama.
Usia seseorang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan lama karena umur ibu
yang beresiko dalam kehamilan dan persalinan dapat mengakibatkan kurangnya
kesiapan fisik dan psikologis bahkan komplikasi antenatal yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin serta kesulitan dalam
proses persalinan ibu.
Faktor Paritas
Paritas berisiko dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama dikarenakan otot–
otot rahim pada ibu yang sering melahirkan sudah melemah sehingga bisa
mengakibatkan lamanya proses persalinan.
Ibu dengan primipara cenderung merasa cemas dan ketakutan karena belum
memiliki pengalaman sehingga akan mempengaruhi his yang ditimbulkan,
sedangkan ibu dengan multipara memungkinkan terjadinya malpresentasi dan
malposisi janin karena kondisi uterus yang sudah mengendur, sehingga
menyebabkan lemahnya kontraksi otot rahim dan akan memperpanjang waktu
persalinan. Ibu yang sering melahirkan memiliki risiko mengalami komplikasi
persalinan pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan
gizi. Pada paritas lebih dari tiga, keadaan rahim biasanya sudah lemah sehingga
menimbulkan persalinan lama dan pendarahan saat kehamilan.
Ada kemungkinan juga ibu masih harus menyusui dan memberikan perhatian
pada anak yang dilahirkan sebelumnya, sehingga kondisi ibu yang lemah ini akan
berdampak pada kesehatan janin dan berat badan lahirnya.
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja
dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks
inkopenten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi
vagina (Helen, 2003). Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan
bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi:
a. Usia
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2
kali atau lebih.
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan
zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi
anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai
34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke
tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu,
saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum
karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %,
tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.
e. Perilaku Merokok
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
Referensi:
PENGERTIAN
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga janin
tidak dapat keluar melalui vagina.1
Etiologi
CPD disebabkan oleh :
1. Panggul ibu yang sempit.
2. Ukuran janin yang terlalu besar.
3. Kombinasi keduanya.
Bentuk panggul
Menurut farmakologinya bentuk panggul dibagi menjadi 4, yaitu :1
1. Ginecoid
2. Android
3. Antropoid
4. Platipeloid
Panggul sempit
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat kehamilan.
Penyempitan panggul bisa terjadi pada :
1. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra
sacrum 1, linea innominata, serta pinggir atas simfisis.Konjugata
diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,
Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang.Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina
diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk
tangan kiri.Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.1-3
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5
cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan
konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.1-3
PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam
pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya
dilakukan pada letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam
atau setelah anak lahir per vaginam.Partus percobaan dikatakan berhasil jika
anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps
atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik
dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan
diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas
panggul.
Forseps atau vakum gagal.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter
sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Jika pintu
bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga
sempit.Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan
seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan
episiotomy yang cukup luas. 1-3
3.Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,
diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit
relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus
percobaan.1-3
B. Insersia Uteri
Definisi Inersia Uteri
Inersia uteri adalah his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada pendrita keadaan umum kurang baik
seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta
parapenderita dengan keadaan emosi yang kurang baik.
Epidemiologi
Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap bahaya
kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda terjadinya gawat janin
tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama intrapartum. Walaupun terapi
infeksi intrauterin dengan antibiotik memberikan proteksi terhadap wanita, tetapi
manfaatnya kecil dalam melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri
sekunder, gawat janin cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi
inersia uteri sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan
predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya selaput
ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan dapat menyebabkan
infeksi intrapartum
1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%, dimulai
dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes
per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat
membuka.
Referensi:
Nurjayanti. (2017). MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “A”
DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD HAJI MAKASSAR TAHUN 2017.
8. Jelaskan mengenai perspektif Islam
Artinya:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mukminun [23]: 12–14)
) ث ُ َّم٨( ين
ٍ ساللَ ٍة ِم ْن َماءٍ َم ِه ْ َ( ث ُ َّم جَ عَ َل ن٧( ين
ُ سلَهُ ِم ْن ٍ ان ِم ْن ِط
ِ س َ سنَ ُك َّل ش َْيءٍ َخلَقَهُ َوبَ َدأ َ َخ ْلقَ اإل ْنَ ْالَّذِي أَح
} )٩( َشك ُُرون ْ ََار َواأل ْفئِ َدةَ َق ِليال َما ت َّ وح ِه َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال
َ س ْم َع َواأل ْبص ِ س َّواهُ َونَفَ َخ فِي ِه ِم ْن ُر
َ
Artinya :
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;(tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.