Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PBL MODUL PERSALINAN MACET

BLOK REPRODUKSI

Tutor : dr. Inna Mutmainnah Musa

KELOMPOK 17

MUH. RACHMAD SAMMULIA 11020160070


FIKRAH FAUZIAH 11020160005
AYU AZIZAH SYEN 11020160121
RIFKA AUGINA ISLAMI 11020160127
UMMU MIR’ATUL QINAYAH 11020160137
SONIA ESMARETA 11020160148
MUH. RAFLI RACHMATULLAH 11020160157
DWI OKTAVIANI DANA REKSA 11020160158
SRI ANGGRENI SARDI 11020160167
MARHAMAH 11020160177

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna
memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala
kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya.Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.

Makassar, 5 Maret 2019

Kelompok 17
SKENARIO 1
Seorang perempuan, berusia 30 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 10.00
dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang. Dari anamnesis diketahui ini
adalah kehamilan ketiga (G3P2A0) dimana anak pertama dan kedua lahir normal.
Keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi malam. Hasil evaluasi pertama
pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus
3 jari bawah prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah
kepala, perlimaan 3/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 35 cm,
lingkar perut ibu 88 cm. Denyut jantung janin 136 x/mnt. His 3x dalam 10 menit
dengan durasi 2530 dtk. Pembukaan serviks 4 cm, selaput ketuban teraba,
penurunan sesuai bidang Hodge 2 dengan kondisi panggul dalam cukup. Pukul
14.00 (evaluasi kedua) Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung janin
152 x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 dtk bagian terendah
kepala, perlimaan 3/5. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban tidak teraba,
penurunan sesuai bidang Hodge 3.
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Perempuan usia 30 tahun
2. Keluhan utama: sakit perut tembus ke belakang
3. Dari anamnesis diketahui ini adalah kehamilan ketiga (G3P2A0) dimana
anak pertama dan kedua lahir normal
4. pertama pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal,
tinggi fundus 3 jari bawah prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu,
bagian terendah kepala, perlimaan 3/5
5. Pukul 14.00 (evaluasi kedua) Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut
jantung janin 152 x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 dtk
bagian terendah kepala, perlimaan 3/5
6. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban tidak teraba, penurunan sesuai
bidang Hodge 3.
PERTANYAAN
1. Jelaskan tanda-tanda persalinan normal
2. Jelaskan mekanisme persalinan normal
3. Jelaskan definisi dan etiologi persalinan lama
4. Jelaskan faktor-faktor penyebab persalinan lama
5. Jelaskan penyebab terjadinya ketuban pecah dini
6. Jelaskan mengenai dampak persalinan lama terhadap ibu dan janin
7. Jelaskan mengenai diagnosis banding yang sesuai dengan scenario
8. Jelaskan mengenai perspektif Islam

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan tanda-tanda persalinan normal ?

Tanda-tanda permulaan persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya


wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor). Dengan penurunan hormone
progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi.

Kontraksi otot rahim menyebabkan terjadinya tanda-tanda sebagai berikut.

1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul, terutama pada primigravida pada minggu ke-36, dan
menimbulkan sesak dibagian bawah, di atas simfisis pubis dan sering
kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala. Sedangkan pada
multipara tidak begitu kelihatan.
2. Perut kleihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggan karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya plekus frankenhauser yang terletak sekitar serviks
(tanda persalian palsu-false labour pains).
4. Serviks menjadi lembek/lunak, mulai mendatar karena terdapat kontraksi
otot rahim.
5. Terjadinya pengeluaran lender bercampur darah (bloody show) karena
lender penutup serviks dilepaskan

Tanda-tanda persalinan

1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu :
a) Pengeluaran lendir
b) Lendir bercampur darah (show) yamg lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a) Pelunakan serviks
b) Pendataran serviks
c) Terjadi pembukaan serviks
Gambaran perjalanan persalinan secara klinis
Gambaran terjadinya persalinan secara klinis dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tanda persalinan sudah dekat
a) Terjadinya lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan:
(1) Kontraksi Braxton hicks
(2) Ketegangan dinding perut
(3) Ketegangan ligamentum rotundum
(4) Gaya berat janin di mana kepala kea rah bawa

Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakaan ibu hamil :

a. Terasa ringan di bagian atas, rasa sesak berkurang


b. Di bagian bawah terasa sesak
c. Terjadi kesulitan di saat berjalan
d. Sering miksi (seing kencig)
b) Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks.
Kontaksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan
sakit dan mengganggu. Kontraksi Braxton hicks terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen, progesterone dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitoksin.
Dengan makin tua usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesterone makin berkurang, sehingga oksitoksin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih serig, sebagai his palsu.
Sifat his palsu adalah :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktifitas
2. Tanda persalinan
a) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin
besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan main bertambah
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan:
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.

Referensi : Fitri Imelda. 2017. Fisiologi Persalinan (Lebih Dekat Dengan Sistem
Reproduksi Wanita). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Halaman 108-
112

2. Jelaskan mekanisme persalinan normal

1. Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
a. masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura
sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan
promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati
promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior,
ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah
dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun
penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua persalinan. Hal
ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam waktu
yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong kejalan
lahir.
1. majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya
kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya
kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran
paksi dalam, dan ekstensi.
Penyebab majunya kepala antara lain :
a) tekanan cairan intrauterine
b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c) kekuatan mengejan
d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim

2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).

Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal
kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
c. Usaha meneran ibu
d. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
a. Ukuran dan bentuk panggul
b. Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan
menyebabkan desensus berlangsung lambat.
a. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
b. Putar paksi dalam- internal rotation
c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar
paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang
kearah posterior).
e. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

4. Putaran paksi dalam


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan
ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke
bawah symphysis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi
dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
a. pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b. bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan
kanan.
c. ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

5. Ekstensi Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput
tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di
atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
6. paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul
dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin dengan
ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar
cepat segera setelah menvapai dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu
bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang
menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar

Referensi:
Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,Jakarta
Widyastuti yani,Sumarah &Wiyati Nining,(2008)Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan
Kebidanan pada ibu Bersalin),Yogyakarta

3. Jelaskan definisi dan etiologi persalinan lama


Persalinan macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang
mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi
ibu maupun janin (anak). persalinan macet merupakan persalinan yang
berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam untuk
multigravid. Persalinan sulit ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Keadaan ini terjadi karena emapt macam abnormalitas, yang dapat
ditemukan secara tunggal maupun kombinasi.
1. Abnormalitas pada tenaga ekspulsi, yaitu tenaga uterus yang tidak cukup
kuat atau yang tidak terkoordinasi dengan tepat untuk menghasilkan
penipisan dan dilatasi serviks (disfungsi uterus) atau upaya otot volunter
yang tidak memadai pada persalinan kala dua. (POWER)
2. Abnormalitas pada presentasi, posisi atau perkembangan janin
(PASSANGER)
3. Abnormalitas tulang panggul ibu
4. Abnormalitas pada jalan lahir yang bukan tulang panggul sehingga
menghambat proses turunnya janin
5. Kelainan pada jaringan lunak seperti serviks, vagina, perineum, dan
uterus. (PASSAGE)
Penyebab persalinan macet:
1. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
2. Presentasi abnormal :
 Dahi
 Muka
 Distosia bahu
 Aftercoming head pada presentasi sungsang
3. Kelainan janin : hidrocephal, locked twins, besar janin
4. Traktus reproduksi yang abnormal : tumor
5. Kelainan His sering dijumpai primigravida tua sedangkan inersia uteri
sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti.
6. Faktor herediter, emosi,dan ketakutan memegang peranan penting
7. Salah pimpinan persalinan, atau salah pemberian obat-obatan seperti
oksitosin dan obat-obat penenang.
8. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah
rahim,ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi
sefalopelvik.
9. kelainan uterus misalnya,uterus bikornis unikolis

Referensi :
1) Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
4. Jelaskan faktor-faktor penyebab persalinan lama
 Sebab – sebab terjadinya partus lama
a. Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks. Jenis-jenis kelainan his:
1) Inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat dan lebih
jarang dibandingkan denaga his yang normal. Inersia uteri dibedakan
atas inersia uteri primer dan inersia uteri sekunder, Inersia uteri primer
adalah kelainan his yang timbul sejak permulaan persalinan, sedangkan
inersia uteri sekunder adalah kelainan his yang timbul sejak adanya his
yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.
2) Inkoordinasi kontrakasi uterus
Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
singkronisasi kontrakasi bagian bagiannya. Tidak koordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan. Ibu berumur ≤ dari 20 tahun dan ≥35
tahun dianggap beresiko terhadap kelainan his. Usia ≤ 20 tahun respon
hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena fungsi sistem
reproduksi yang belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh
Pawzner menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada
kasus multipara ≤ 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk
persalinan karena serviks belum matang. Usia ≥ 35 tahun dapat
menyebabkan kelainan his oleh karena adanya kemunduran fungsi dan
efisiensi kontraksi spontan miomametrium oleh karena menuanya
jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya persalinan
lama.Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu. Paritas adalah jumlah
kelahiran seluruhnya bayi yang hidup.

b. Kelainan Janin (Passenger) Persalinan dapat mengalami gangguan karena


malpresentase dan malposisi serta kelainan dalam bentuk janin.
1) Malpresentase dan Malposisi
Malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada disegmen
bawa rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (ubun-
ubun kecil) tidak berada dianterior sehingga bagian janin ataupun
diameter kepala yang melalui rongga panggul menjadi lebih besar.
Keadaan ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya paritas ibu,
plasenta previa, prematuritas polihidramnion serta riwayat presentase
bokong sebelumnya. Malpresentae dan malposisi dapat mengakibatkan
kegagalan kemajuan persalinan , persalinan macet dan disfungsi
nuterus hipotonik.

2) Makrosemia
Makrosemia atau janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000
gram. Makrosemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
adalah herediter, riwayat penyakit diabetes mellitus, pola hidup yang
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan yang berlebihan. Pada
panggul normal, janin dengan berat 2.500-4.000 gram umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Bayi yang besar dapat member
tanda atau peringatan terhadap kemungkinan terjadinya persalinan
lama akibat sulitnya pelahiran bahu.
3) Hidrosefalus
HIdrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran
sutura serta ubun ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel
biasanya berkisar antara 500-1.500 ml, akan tetapi kadang-kadang
akan mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak
dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan
dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvic dengan segala akibatnya.
c. Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya kelainan panggul ibu.
1) Kelainan Panggul
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian
ukuran panggul dan ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak
cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic
sampai terjadi kelahran pervaginan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
kegagalan kemajuan persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus
hipotonik yang dapat memicu persalinan lama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya CPD :
a) Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apa bila conjungtiva
vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.
pada panggul sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar
tertahan pada pintu atas panggul.
b) kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah
distansia interspinarum, kurang dari 12 cm. Sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan jika diameter
sagitalis posterior pendek pula.
c) Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior
kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis juga mengecil (≤80)
sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh:
 Faktor perkambangan herediter atau congenital.
 Faktor nutrisi: malnutrisi dapat menyebabkanpanggul sempit.
 Faktoe seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan
bentuk panggu android.
 Trauma, penyakit atau tumor pada panggul atau tulang
belakang.
2) Prolaps funikuli
Prolapas funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada
disamping atau melawati bagian terendah janin didalam jalan lahir
setelah ketuban pecah. Pada presentase kepala prolaps funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat dijepit diantara
bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan
gangguan oksigenasi janin. Prolaps funikali menyebabkan gangguan
adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggu
tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut.
3) Obstruksi jalan lahir
Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan edema
pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan persalinan yang
memicu terjadinya persalinan lama.
d. Faktor Penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
bertindak dalam memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan
memimpin mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong pesalinan
harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam persalinan
dan mengetahui kapan harus memulai persalinan, selanjutnya melakukan
perawatan pada ibu dan bayi. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan
persalinan tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama dan muncul
berbagai komplikasi.
e. Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus
emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak
dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan
proses persalinan membuat takut dan cemas, sehingga menghambat suatu
proses persalinan. Gangguan kecemasan ibu akan memberi stimulus syaraf
dalam menghasilkan hormone pemicu stress yaitu hormone adrenalin
nyang dapat berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya
produksi oksitosin yang member pengaruh terhadap kontraksi uterus.
Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan sehubungan dengan kehamilanya, meliputi
pemeriksaan persalinan, dukungan psikologis serta penyuluhan kesehatan
sehingga terbina hubungan saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu
terhadap bidan dan keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses
persalinan.
f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana pecahnya
ketuban sebelum persalinan atau sebelum kehamilan memasuki aterm (37
minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya selaput ketuban yang
ada hubungannya dengan istensi uterus berlebihan, kontraksi rahim dan
gerakan janin.Bila ketuban telah pecah dan belum ada tanda-tanda inpartu
resiko terjadinya infeksi lebih tinggi dan dapat mempengruhi keadaan
dalam vagina yang bias menyebabkan terjadinya partus lama.
Klasifikasi Distosia
Klasifikasi Distosia /partus lama dapat dibagi berdasarkan pola
persalinanya, menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten memanjang
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu
multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain
keadaa serviks yang memburuk (misalnya tebal, tidak mengalami
pendataran atau membuka) dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula
ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak melewati 4 cm
sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
b) Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan
protraction (berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak
maju). Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan
penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan
kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1cm/jam. Arrest
didefinisakan sebagai berhentinya pembukaan atau penurunan ditandai
dengan tidak ada perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan
kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam. Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan
melihat tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis
waspada prograf. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan adanya inersia
uteri jika frekuensi his kurang dari 3his/10 menit dan lamanya kurang dari
40 detik.
c) Kala II memanjang
Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan
berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi
2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas tinggi,
komtinuitas otot vagina dan perineum sudah meregang, atau sudah tiga
kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk
mengeluarkan janin

 Faktor Usia Ibu :


Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kualitas
kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi. Pada ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun, perkembangan alat–alat reproduksi belum matang
sehingga sering timbul komplikasi persalinan, Kehamilan pada usia ibu < 20
tahun secara biologis belum optimal sehingga emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan
pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi
uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan.

Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun, mulai terjadi regresi sel–sel
tubuh terutama endometrium sehingga memperbesar kemungkinan untuk
menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu
maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Disamping itu, tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu
kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus
kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama.

Usia seseorang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan lama karena umur ibu
yang beresiko dalam kehamilan dan persalinan dapat mengakibatkan kurangnya
kesiapan fisik dan psikologis bahkan komplikasi antenatal yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin serta kesulitan dalam
proses persalinan ibu.

 Faktor Paritas
Paritas berisiko dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama dikarenakan otot–
otot rahim pada ibu yang sering melahirkan sudah melemah sehingga bisa
mengakibatkan lamanya proses persalinan.

Ibu dengan primipara cenderung merasa cemas dan ketakutan karena belum
memiliki pengalaman sehingga akan mempengaruhi his yang ditimbulkan,
sedangkan ibu dengan multipara memungkinkan terjadinya malpresentasi dan
malposisi janin karena kondisi uterus yang sudah mengendur, sehingga
menyebabkan lemahnya kontraksi otot rahim dan akan memperpanjang waktu
persalinan. Ibu yang sering melahirkan memiliki risiko mengalami komplikasi
persalinan pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan
gizi. Pada paritas lebih dari tiga, keadaan rahim biasanya sudah lemah sehingga
menimbulkan persalinan lama dan pendarahan saat kehamilan.

 Faktor Jarak Kehamilan


Jarak ideal antar kehamilan adalah lebih dari 2 tahun. Dengan demikian memberi
kesempatan pada tubuh untuk memperbaiki persediaannya dan organ – organ
reproduksi untuk siap mengandung lagi. Sistem reproduksi yang terganggu akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin. Jarak kelahiran < 2 tahun
dapat berisiko kematian janin saat dilahirkan, bblr, kematian di usia bayi ataupun
anak yang bertubuh kecil. Ibu hamil yang jarak kelahirannya < 2 tahun, kesehatan
fisik dan kondisi rahimnya butuh istirahat yang cukup.

Ada kemungkinan juga ibu masih harus menyusui dan memberikan perhatian
pada anak yang dilahirkan sebelumnya, sehingga kondisi ibu yang lemah ini akan
berdampak pada kesehatan janin dan berat badan lahirnya.

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin


kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan
rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang
berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap
terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia, dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
Referensi :
1. Prawirohardjo,S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Ardhiyanti, Yurlina; Susanti, Susi. 2016. Faktor Ibu yang Berhubungan
dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Riau : Jurnal Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah.
3. Riyanto. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partus lama
di puskesmas poned kabupaten lampung. Lampung : Jurnal Kesehatan
Metro Poltekkes Kemenkes.
5. Jelaskan penyebab terjadinya ketuban pecah dini

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi


pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36
minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja
dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks
inkopenten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi
vagina (Helen, 2003). Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan
bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.

Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi:

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan


ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan
(Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem
reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.

b. Sosial ekonomi (Pendapatan)

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas


kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang
meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2
kali atau lebih.

Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami


hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan
beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

d. Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan
zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi
anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai
34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke
tiga.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu,
saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum
karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %,
tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.

e. Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi


dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500
zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

g. Serviks yang inkompetensik


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan
suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui
ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
(Manuaba, 2009).

h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan


dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :

1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

2) Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau


lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak
ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah (Saifudin. 2002)

Referensi:

1. Gahwagi, MM., Busarira, MO and Atia, M (2015) Premature Rupture


of Membranes Characteristics, Determinants, and Outcomes of in
Benghazi, Libya. Journal of Obstetrics and Gynecology, 5, 594-504
2. Utami, NW dan Nurhidayati, E (2010) Hubungan Konsumsi Vit C
dengan kejadian KPD pada Ibu hamil di RSU PKU Yogyakarta
3. Sulistyarini, S dan Nurma, YAE (2015) Hubungan antara Ibu Hamil
Perokok Pasip dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD
Kabupaten Karang Anyar, UNS.
6. Jelaskan mengenai dampak persalinan lama terhadap ibu dan janin

Pengaruh distosia terhadap ibu


a. Infeksi Inpartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinya pada
partuslama atau distosia, terutama bila disertai dengan pecahnya ketuban.
Bakteri yangterdapat dicairan amnion menembus amnion dan
menginvasidesidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan
sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan
amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke dalam
uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai akan terjadi persalinan lama.
b. Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama,terutama dengan paritas tinggi dan terutama mereka
dengan riwayat resiko casarea. Apabila antara kepala janin dan panggul
sedemikian besar sehingga kepala tidak cukup (engaged) dan tidak terjadi
penurunan segmen bawah uterus menjadi sangat tegang dan kemudian
akan menyebabkan rupture. Pada kasus ini dicurigai mungkin terbentuk
cincin retraksi atau logis yang dapat diraba sebagai sebuah Kristal
transversa atau oblik yang berjalan melintang diuterus antara simpisis dan
umbilicus. Apabila terjadi keadaan sperti ini maka diindikasikan untuk
dilakukan persalinan perabdominal.
c. Cincin Retraksi Patologis
Walapun keadaan ini jarang terjadi namun keadaan ini cukup berbahya
karena timbulnya konstriksi cincin pada uterus. Tipe yang paling sering
terjadi adalah cicin retraksi patologis bandl yaitu pembentukan cincin
retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini timbul karena persalinan yang
terhambat, disertaidengan penegangan dan penipisan berlebihan dari
segmen bawah uterus.
d. Pembentukan Fistula
Apabila bagian bawah janin menekan kuat kepintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang lama, bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat mengakibatkan terjadinya
nekrosis yang akan jelas timbul dalam beberapa hari pasca persalinan
dengan muncul fistula fesicovaginal, vesicoservical, atau retrovaginal.
Umumnya nekrosis akibat penekanan pada persalinan kala II yang
berkepanjangan.
e. Cedera Otot dasar Panggul
Cedera ini mungkin terjadi pada setiap persalinan namun presentase
menjadi meningkat apabila partus lama dimana dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya
mengedan ibu. Gaya gaya yang digunakan ibuselama mengedan dapat
meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadiperubahan
fungsional anatomi otot, saraf,dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar
kekhawatiran bahwa efek-efek otot dasar panggul selam melahirkan akan
menyebabkan inkontinensia urin dan prolaps organ panggul.

Pengaruh Distosia Terhadap Janin


a. Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan saring terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang
serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala
sendiri belum cukup. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar
sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.
b. Molase Kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpah tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang
disebut molase (molding, moulage). Biasanya batas median tulang parietal
yang berkontak dengan promontorium bertumpah tindih dengan tulang
disebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun,
tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan
ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata.Di lain pihak,
apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan
robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan
intrakranial pada janin.
Referensi:
Prawirohardjo, Sarwono, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
7. Jelaskan mengenai diagnosis banding yang sesuai dengan scenario

 Cephalopelvic disproportion (CPD)

PENGERTIAN
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga janin
tidak dapat keluar melalui vagina.1
Etiologi
CPD disebabkan oleh :
1. Panggul ibu yang sempit.
2. Ukuran janin yang terlalu besar.
3. Kombinasi keduanya.

Bentuk panggul
Menurut farmakologinya bentuk panggul dibagi menjadi 4, yaitu :1
1. Ginecoid
2. Android
3. Antropoid
4. Platipeloid

Panggul sempit
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat kehamilan.
Penyempitan panggul bisa terjadi pada :
1. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra
sacrum 1, linea innominata, serta pinggir atas simfisis.Konjugata
diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,
Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang.Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina
diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk
tangan kiri.Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.1-3
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5
cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan
konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.1-3

2. Panggul Tengah Panggul


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.Pengukuran
klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung.Terdapat
penyempitan setinggi spina isciadika. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil
yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.1-3

3. Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri
dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul
yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum
ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5
cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm). 1-
3

JANIN YANG BESAR


Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
 Diabetes mellitus
 Herediter
 Multiparitas1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri
juga lebih besar. Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam
karena penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit.
Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala
belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal
terhadap ibu), dan dagu menjadi bagian presentasinya. Faktor
predisposisi presentasi muka:3-5
a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba
pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 2 Presentasi Muka3

Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi


belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami
penurunan (descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi dan rotasi eksternal. Sebelum
masuk panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal,
sehingga masih presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari
panggul akan menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan
menjadi presentasi muka. Ketika masuk pintu atas panggul dagu dalam posisi
transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal adalah
membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah
posisi dagu ke arah anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala
akan tertahan oleh sakrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan
terjadilah persalinan macet. Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat
kepala dapat memasuki pintu tengah panggul dan dagu serta mulut muncul di
vulva.3-5

Penanganan presentasi muka:


Posisi dagu di anterior merupakan syarat yang haru dipenuhi apabila janin
presentasi muka hendak dilahirkan vaginal.
 Kala I: Bila tidak ada gawat janin, observasi hingga pembukaan lengkap.
 Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan
vaginal dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih
posterior, didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya.3-5
2. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara
dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap,
janin dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diaeter
oksipitomental yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan
punggungnya berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas
mungkin masih dapat dilahirkan pervaginam.3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba
dagu atau mulut janin.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan
erjadi molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan
terbentuk caput succedaneum di daerah dahi. 3-5
Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah
sesar untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas
perinatal. Jika dibandingkan presentasi belakang kepala, persalinan vaginal pada
presentasi dahi akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura uteri (17
kali), transfusi darah (3 kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan kematian
perinatal (2 kali).
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan
dengan sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan
kepala atau dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul. Presentasi dahi yang
menetap atau dengan selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan
bedah sesar untuk melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan bantuan
ekstraksi vakum, forseps, atau simpisiotomi karena hanya akan meningkatkan
mordibitas dan mortalitas.
3. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di
belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi
interna.Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD,
fleksi kepala kurang serta inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah
simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture
perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum
diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari
posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.3-5
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral
ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.

Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :


1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau
kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
4. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. 5,6 Persangkaan panggul sempit
– Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif

Pengaruh pada persalinan:


1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan
ataupun banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak.
Kelainan pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum
waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul,
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks
karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan
yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan
yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis, pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat
mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
peroneus. 5,6

Pengaruh pada anak:


1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm. 5,6

PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam
pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya
dilakukan pada letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam
atau setelah anak lahir per vaginam.Partus percobaan dikatakan berhasil jika
anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps
atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
 Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
 Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
 Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
 Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik
dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan
diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas
panggul.
 Forseps atau vakum gagal.

Dalam keadaan–keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio


sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi
sebab-sebab yang menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada
persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk melakukan persalinan
percobaan lagi
2.Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.Seksio
sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas
indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum
lengkap/gagal), persalinan percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada
persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan persalinan berikutnya
mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi
jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan
seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil
ruangan jalan lahir.Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan,
yang berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm.
Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing.Oleh karena
itu, biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan
pintu bawah panggul.

Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter
sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Jika pintu
bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga
sempit.Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan
seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan
episiotomy yang cukup luas. 1-3

3.Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi


Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan,
maka dilakukan seksio sesarea

PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,
diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit
relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus
percobaan.1-3

B. Insersia Uteri
Definisi Inersia Uteri

Inersia uteri adalah his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada pendrita keadaan umum kurang baik
seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta
parapenderita dengan keadaan emosi yang kurang baik.

Epidemiologi

Pada tahun 2015 jumlah persalinan di RS Haji Makassar mencapai 692


orang, dari 692 wanita yang mengalami persalinan terdapat 12 wanita yang
mengalami distosia persalinan yang disebabkan dengan kelainan his. Pada tahun
2016 jumlah persalinan di RS Haji Makassar mencapai 720 orang, dari 720 wanita
yang mengalami persalinan terdapat 27 wanita yang mengalami distosia
persalinan yang disebabkan dengan kelainan his. Pada tahun 2016 angka kejadian
distosia 4 persalinan yang disebabkan oleh inersia uteri mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya.

Klasifikasi Insersia Uteri

a. Inersia uteri hipertonis, yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi,


misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini
sifatnya hipertonis, sering disebut sebagai inersia spastis. Pasien biasanya sangat
kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu
dinamakan juga sebagai inersia primer.

b. Inersia uteri hipotonis, yaitu kontraksi terkoordinasi tetapi lemah.


Melalui deteksi dengan menggunakan cardio Tocography (CTG), terlihat tekanan
yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak
kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut naik bila
tekanan intrauterine mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif
atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder.

Komplikasi Persalinan Inersia Uteri

Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap bahaya
kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda terjadinya gawat janin
tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama intrapartum. Walaupun terapi
infeksi intrauterin dengan antibiotik memberikan proteksi terhadap wanita, tetapi
manfaatnya kecil dalam melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri
sekunder, gawat janin cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi
inersia uteri sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan
predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya selaput
ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan dapat menyebabkan
infeksi intrapartum

Penatalaksanaan inersia uteri

Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau kelainan janin


yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, apabila ketuban
positif dilakukan pemecahan ketuban terlebih dahulu. Jika upaya ini tidak
berhasil, berikut langkah-langkah penanganan selanjutnya:

1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%, dimulai
dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes
per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat
membuka.

2) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak


mempekuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu
dianjurkan untuk istirahat. Keesokan harinya bias diulang pemberian
oksitosin drips.

3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya


dilakukan seksio sesarea.

4) Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder/hipertonis,


pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine
dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan
bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal.
Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang-kadang dicoba juga
oksitosin, tetapi 23 dalam larutan yang lebih lemah. Namun jika his tidak
menjadi lebih baik dilakukan seksio sesarea .

Referensi:
Nurjayanti. (2017). MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “A”
DENGAN INERSIA UTERI DI RSUD HAJI MAKASSAR TAHUN 2017.
8. Jelaskan mengenai perspektif Islam

Artinya:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mukminun [23]: 12–14)

‫) ث ُ َّم‬٨( ‫ين‬
ٍ ‫ساللَ ٍة ِم ْن َماءٍ َم ِه‬ ْ َ‫( ث ُ َّم جَ عَ َل ن‬٧( ‫ين‬
ُ ‫سلَهُ ِم ْن‬ ٍ ‫ان ِم ْن ِط‬
ِ ‫س‬ َ ‫سنَ ُك َّل ش َْيءٍ َخلَقَهُ َوبَ َدأ َ َخ ْلقَ اإل ْن‬َ ْ‫الَّذِي أَح‬
} )٩( َ‫شك ُُرون‬ ْ َ‫َار َواأل ْفئِ َدةَ َق ِليال َما ت‬ َّ ‫وح ِه َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫س ْم َع َواأل ْبص‬ ِ ‫س َّواهُ َونَفَ َخ فِي ِه ِم ْن ُر‬
َ

Artinya :

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;(tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.

Anda mungkin juga menyukai