BAB I
PENDAHULUAN
Permasalahan
Keluarga Ari tinggal di daerah Waitatiri, salah satu daerah dari beberapa
lokasi yang terletak di wilayah kerja Puskesma Passo. Daerah Waitatiri
berpenduduk sangat padat karena terletak di dekat pabrik pengolahan rotan. Jumlah
penduduk 535 orang. Rumah-rumah di daerah Waitatiri rata-rata berukuran 4x6
meter, dengan penghuni minimal 8 orang, yang terdiri dari ibu, bapak, anak-anak,
dan anggota keluarga lain.
2
1.1 Step I
Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci
1.1.1 Identifikasi Kata Sukar:
1. Makulovesikuler: Jenis ruam yang berwarna merah pada kulit
2. Herpes zoster: Cacar Api atau juga disebut Cacar Ular, bintil di kulit
dan berisi air
3. Varicella: Cacar Air yang disebabkan oleh virus bersifat melepuh
dan gatal pada kulit
1.1.2 Identifikasi Kalimat Kunci:
1. Ari anak berusia 3 tahun dengan demam dan terdapat ruam
makulovesikuler yang gatal pada muka, tungkai dan tubuhnya
2. 3 hari yang lalu mereka baru kembali dari Desa Saparua
3. Dalam perjalanan pulang Ari sudah mulai demam
4. Keesokan harinya muncul ruam merah pada tangan, muka, yang
menjalar keseluruh tubuhnya
5. Dokter puskesmas mendiagnosis Ari menderita varicella atau cacar
air
6. Sebelumnya kasus serupa itu tidak ada
7. Ari belum pernah mendapat vaksinasi varicella
8. Fatih, kakak Ari yang berusia 5 tahun serta ayah Ari yang menderita
demam
9. Ayah Ari merasa sakit di daerah dada sebelah kanan yang menjalar
dari bagian sisi kanan atas ke arah medial bawah
10. Dokter mendiagnosis Fatih mungkin tertular varicella, sedangkan
ayah mereka menderita Herpes Zoster
11. Di rumah-rumah lain yang terletak berseblahan dengan rumah Ari
juga ditemukan anak-anak dengan gejala sama.
12. Daerah Waitatiri berpenduduk sangat padat karena terletak di dekat
pabrik pengolahan rotan
13. Jumlah penduduk 535 orang
3
1.2 Step II
Identifikasi masalah
1. Cara penularan dari varicella?
2. Hubungan tempat tinggal dengan penyakit yang ditimbulkan?
3. Faktor yang memberatkan?
4. Vaksin yang digunakan terkait skenario?
5. Peran puskesmas terkait skenario?
6. Bagaimana tatalaksana terkait skenario?
7. Hubungan pada penyakit yang diderita dari bapak dan anaknya?
8. Apa yang membedakan bapaknya terkena herpes dan anaknya terkena
varicella?
9. Apakah termasuk dalam wabah atau KLB?
1.4 Step IV
Klarifikasi masalah dan mind mapping
1.4.1 Klarifikasi masalah: -
1.4.2 Mind mapping:
Herpes
Ayah zoster
Tindakan
Pencegahan oleh
Puskesmas
6
1.5 Step V
Learning objectives
1.5.1 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan faktor resiko terkait
skenario.
1.5.2 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan peran puskesmas dalam
pencegahan terkait skenario.
1.5.3 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan perbedaan varicella dan
herpes zoster.
1.5.4 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan imunisasi terkait skenario.
1.5.5 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan cara penularan virus
varicella zoster.
1.5.6 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan peran dokter keluarga
terkait skenario.
1.5.7 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan kesehatan lingkungan
terkait skenario.
1.5.8 Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan KLB dan wabah terkait
skenario.
1.6 Step VI
Belajar mandiri
(Hasil dari belajar mandiri dibahas pada step VII yaitu jawaban dari learning
objective)
7
BAB II
PEMBAHASAN
terjadinya Herpes Zoster adalah jenis kelamin perempuan, adanya trauma fisik
pada dermatom yang terkena dan tindakan pembedahan.
Vaksin anti-Varicella Zoster Virus yang dilemahkan langsung adalah
imunogen yang sangat baik, karena itu mereka semua menunjukkan kemanjuran
tinggi, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan respons imun.
Neonatus memiliki risiko tinggi terjadinya visceral varicella. Bila ibu hamil
menderita varisela pada minggu sebelum kelahiran, dianjurkan pemberian
asiklovir pada bayi bila terdapat lesi waktu lahir, bila bayi tidak terdapat lesi,
dapat diberikan Varicella Zoster Immune Globuline (V-ZIG) dan bayi
dimonitor ketat.
Pada pasien imunokompromais, varisela dapat menjadi berat bahkan
menyebabkan kematian. Terjadinya penyulit dikarenakan respon imun yang
gagal mengatasi replikasi dan penyebaran virus.
cepat menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2
akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali
pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan
menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta
ini akan lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella
jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder
bacterial.
Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala
prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri
kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul ruam dikulit.
Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral
dan jarang melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu
pada dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII. Lesi awal berupa
makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 12 - 24 jam akan
berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3
- 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh
tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada pasien
imunokompromais dapat terjadi herpes zoster desiminata dan dapat mengenai
alat visceral seperti paru, hati, otak dan disseminated intravascular
coagulophaty (DIC) sehingga dapat berakibat fatal. Lesi pada kulitnya biasanya
sembuh lebih lama dan dapat mengalami nekrosis, hemoragik dan dapat
terbentuk parut.
Jadi dapat dilihat bahwa Varicella dan Herpes zoster merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus yang sama yaitu Varicella zoster. Namun gejala-
gejala yang dirasakan memiliki beberapa perbedaan dan memiliki patogensis
yang berbeda pula.
varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung
syaraf sensoris dan ditransportasikan secara centripetal melalui serabut syaraf
sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten
(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila
terjadi reaktivasi virus Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan
yang menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita
yang mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan
pada orang penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan
kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion
sensoris. Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak
dan melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul
gejala klinis. Berikut gambar perbedaan varicella dan herpes zoster.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melewati tutorial 1 dan tutorial 2, maka kesimpulan yang dapat
ditarik dari scenario ini adalah