Abstrak
Invaginasi atau intususepsi adalah keadaan inversi segmen usus ke segmen usus lainnya. Invaginasi dapat terjadi pada
segala usia, terutama pada anak-anak. Puncak insidens tertinggi pada anak usia 4 – 9 bulan. Penyebab invaginasi pada anak
mayoritas idiopatik. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang radiologis. Invaginasi dapat menyebabkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Penatalaksanaan operatif
diperlukan untuk mencegah iskemik usus, perforasi, dan peritonitis yang dapat fatal. Bayi perempuan usia 5 bulan 18 hari,
datang dengan buang air besar (BAB) terdapat darah bercampur lendir sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien
mengatakan pasien juga muntah air bercampur lendir, bewarna kuning kehijauan. Riwayat makanan pasien yaitu ASI
ekslusif, dan riwayat kelahiran pasien yaitu aterm secara spontan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan flatus (-) dan kembung
(+). Riwayat penyakit sistemik, alergi dan operasi sebelumnya tidak ada. Pasien dilakukan tindakan laparatomi dengan
beberapa pertimbangan anestesi sebelumnya. Manajemen preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif yang lengkap akan
membuat keberhasilan operasi menjadi lebih baik.
Korenspondensi: Devi Liani Octiara, alamat Jl. Wartawan gang manis, No.6C, Gunung Sulah, Way Halim Bandar Lampung, HP
081272037002, e-mail devioctiara13@gmail.com
disebabkan manipulasi usus yang kasar dan bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor
lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan lebih mudah teraba pada waktu terdapat
hipoksia lokal. 1,3 peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan
Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya bawah teraba kosong yang disebut “dance’s
yaitu pada bagian usus mana yang terlibat: 1. sign” ini akibat sekum dan kolon terdorong ke
Ileo-ileal, adalah bagian ileum masuk ke distal, ikut proses invaginasi. 4
bagian ileum; 2. Ileo-colica, adalah bagian ileo- Pemeriksaan colok dubur didapatkan
caecal masuk ke bagian kolon; 3. Ileo-caecal, tonus sfingter melemah dan bila invaginasi
adalah bagian ileo-caecal masuk ke bagian dapat diraba, akan berupa massa seperti
apex dari invaginasi; 4. Appedicial-colica, portio. Saat jari ditarik dari dubur maka akan
adalah bagian caput dari sekum terinvaginasi; keluar darah bercampur lendir. Diagnosis
5. Colo-colica, adalah bagian kolon masuk ke invaginasi ditegakkan berdasarkan pada
bagian kolon. Pada kolon dikenal dengan jenis anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium
colo colica dan sekitar ileo-caecal dan ileo dan radiologi, tetapi diagnosis pasti dari suatu
colica, jenis-jenis yang disebutkan di atas invaginasi adalah ditemukannya suatu keadaan
dikenal dengan invaginasi tunggal dimana dimana segmen usus masuk ke dalam segmen
dindingnya terdiri dari tiga lapisan. Jika lainnya, pada saat dilakukan operasi
dijumpai dindingnya terdiri dari lima lapisan, laparotomy. 4,6
hal ini sering pada keadaan yang lebih lanjut Penatalaksanaan dari invaginasi pada
disebut tipe invaginasi ganda, sebagai contoh umumnya meliputi resusitasi, kofirmasi
adalah tipe invaginasi ileo-ileo colica atau colo- diagnostik melalui ultrasonografi, reduksi
colica. 4,5 hidrostasis, reduksi dengan barium enema
Secara klasik perjalanan invaginasi (kecuali anak mengalami tanda-tanda
memperlihatkan gambaran sebagai berikut: peritonitis), dengan intervensi bedah
anak atau bayi yang biasanya dengan keadaan merupakan pilihan terakhir. Keberhasilan
gizi yang baik, tiba-tiba menangis kesakitan, penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh
terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, cepatnya pertolongan diberikan, jika
penderita tampak seperti kejang dan pucat pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam
menahan sakit, serangan nyeri perut seperti dari serangan pertama maka akan memberikan
ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar prognosis yang lebih baik. 7
serangan anak atau bayi kelihatan seperti Pertimbangan anestesi yang digunakan
normal kembali, pada waktu itu sudah terjadi pada anak-anak maupun bayi juga harus lebih
proses invaginasi. Serangan nyeri perut diperhatikan, secara anatomi dan fisiologi
datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu hampir seluruh sistem berbeda dengan orang
15-20 menit, lama serangan 2-3 menit. Pada dewasa, contohnya seperti sistem respirasi,
umumnya selama serangan nyeri perut diikuti pada anak-anak maupun neonatus memiliki
dengan muntah berisi cairan dan makanan alveolus yang lebih kecil sehingga compliance
yang ada di lambung. Sesudah beberapa kali paru menurun dan rendahnya volume residual
serangan dan setiap kalinya memerlukan pada ekspirasi.6 Pada bayi dengan invaginasi
tenaga, maka di luar serangan si penderita manajemen anestesi lebih ditekankan pada
terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai hilangnya panas tubuh yang dapat
datang serangan kembali. 4 menyebabkan terjadinya hipotermia pada
Proses invaginasi yang belum terjadi pasien akibat terpapar lingkungan yang dingin,
gangguan pasase isi usus secara total, anak perbedaan rasio antara luas permukaan tubuh
masih dapat defekasi tetapi biasanya terjadi dengan berat badan, lemak subkutan yang
diare ataupun feses yang lunak, kemudian minim dan rendahnya kemampuan menggigil
feses bercampur darah segar dan lendir, pada anak-anak..8,9
kemudian defekasi hanya berupa darah segar
bercampur lendir tanpa feses. Karena Kasus
sumbatan belum total, perut belum kembung An. A, bayi perempuan usia 5 bulan 18
dan tidak tegang, dengan demikian mudah hari diantar ibunya datang ke Instalasi Gawat
teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi Darurat (IGD) RS Abdoel Moeloek dengan
sebagai suatu massa tumor berbentuk sosis di keluhan buang air besar (BAB) terdapat darah
dalam perut di bagian kanan atas, kanan bercampur lendir sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Ibu pasien mengatakan bahwa rehidrasi cairan dengan kristaloid sebanyak 4
BAB dengan darah yang keluar tanpa disertai ml/kgBB/jam yang bertujuan untuk mencukupi
ampas, dan BAB menjadi kekuningan disertai cairan intravaskular sebelum pasien diinduksi
ampas sejak 2 hari SMRS. Pasien juga muntah di ruang operasi. Saat preoperatif, sudah
air bercampur lendir, bewarna kuning dimulai manajemen termoregulasi untuk
kehijauan, kira-kira 10 kali dengan total mencegah kehilangan panas tubuh pasien dari
sebanyak kira-kira setengah gelas belimbing organ-organ dalam yang terpapar. Pada pasien
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan juga dilakukan pemasangan nasogastric tube
berangsur-angsur membaik. Riwayat makanan (NGT) untuk dekompresi lambung. Pada pasien
pasien yaitu ASI ekslusif, riwayat kelahiran ini dengan berat badan 5 kg dilakukan induksi
pasien yaitu aterm secara spontan, riwayat secara intravena dengan trias anestesi,
flatus (-) dan kembung (+). Riwayat penyakit propofol 10 mg sebagai hipnotik atau sedatif,
sistemik, alergi dan operasi sebelumnya tidak fentanyl 10 mcg sebagai analgesik, dan
ada. atracurium 2,5 mg sebagai pelumpuh otot.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 3,0
keadaan umum tampak lemas, kesadaran dengan panjang kedalaman 11 cm dengan
compos mentis, nadi 113 x/menit, respirasi 20 membandingkan hingga suara napas terdengar
x/menit, suhu aksila 37,5 °C. Pada sama pada kedua lapang paru. Selama operasi,
pemeriksaan kepala dan leher tidak anestesi dipelihara dengan oksigen: udara:
didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan thorak sevoflurane. Total input cairan pada pasien
dan jantung tidak didapatkan juga kelainan. sebanyak 280 cc dengan blood loss sebanyak 50
Pada abdomen, saat inspeksi didapatkan cc. Operasi berlangsung 60 menit, saat operasi
abdomen tampak cembung, pemeriksaan hemodinamik pasien stabil, nadi dan saturasi
auskultasi tidak didapatkan adanya bising dalam batas normal, produksi urin 5 cc. Setelah
usus, pada pemeriksaan perkusi didapatkan operasi selesai, kondisi pasien stabil, keadaan
timpani diseluruh lapang abdomen, pada umum baik, pasien dipindahkan ke ruang
palpasi abdomen teraba keras dan terdapat pemulihan. Hal yang perlu diawasi adalah
nyeri tekan di regio epigastrium, hipogastrik kesadaran, pernafasan yang spontan dan
dekstra dan sinistra. adekuat serta bebas dari pengaruh efek sisa
Pemeriksaan penunjang pasien berupa obat pelumpuh otot, denyut nadi, warna kulit,
darah lengkap dengan hasil hemoglobin 10,4 dan suhu tubuh. Pasien dapat dipindahkan ke
g/dL, hematokrit 35 %, leukosit 14.800 /μL, ruangan jika steward score mencapai >5. Pada
eritrosit 4,6 juta/μL, gula darah sewaktu (GDS) pasien didapatkan steward score 6.
121 mg/dL, ureum 11 mg/dL, kreatinin 0,26
mg/dL, aspartase aminotransferase (AST) 34 Pembahasan
U/L, alanine aminotransferase (ALT) 10 U/L, Invaginasi atau intususepsi adalah suatu
natrium 132 mmol/L, kalium 2,9 mmol/L, keadaan inversi segmen usus ke segmen usus
kalsium 8,7 mg/L, dan klorida 97 mmol/L. lainnya.1 Intususepsi menjadi penyebab
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan tersering obstruksi intestinal pada bayi dan
pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada anak-anak. Puncak insidens tertinggi pada anak
pasien ini adalah invaginasi dengan usia 4 – 9 bulan. Kegagalan diagnosis dan terapi
direncanakan untuk tindakan laparatomy. dini dapat menyebabkan iskemi usus, perforasi,
Pada kunjungan preoperatif didapatkan dan peritonitis yang dapat fatal. 1,4
kondisi pasien lemas namun masih dapat Secara klasik perjalanan invaginasi adalah
menangis dengan skor American Society of anak atau bayi yang biasanya dengan keadaan
Anesthesiologist (ASA) III E. Berdasarkan hasil gizi yang baik, tiba-tiba menangis kesakitan,
pemeriksaan laboratorium, kadar hemoglobin terlihat kedua kakinya terangkat ke atas,
dan nilai elektrolit pasien dalam kondisi yang penderita tampak seperti kejang dan pucat
buruk, oleh karena itu, sebelum dilakukan menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini
operasi elektrolit pasien diperbaiki terlebih berlangsung dalam beberapa menit. Diluar
dahulu dengan memberikan intravenous fluid serangan anak atau bayi kelihatan seperti
drip dengan cairan NaCl 3% dan KCL Packed normal kembali, pada waktu itu sudah terjadi
Red Cell (PRC) telah disiapkan untuk pasien proses invaginasi.10 Pada kasus ini, anak
sebanyak 200 cc. Pada pasien dilakukan berumur 5 tahun 18 hari mempunyai berat 5 kg
dengan panjang badan 60 cm, menurut kurva pembengkakan payer patch di ileum terminalis,
WHO BB/U nilainya < -2 SD yang berarti gizi menyebabkan invaginasi segmen ileum ke kolon
kurang, PB/U nilainya > -2 SD yang berarti proksimal. 3,4 Tipe intususepsi ini yang paling
normal, dan BB/PB nilainya < -2 SD yang berarti sering terjadi sesuai dengan hasil studi yang
kurus. menyatakan 88,46% kasus merupakan
Mayoritas invaginasi pada anak bersifat intususepsi ileokolikal. Jika segmen ileum
idiopatik. Perbedaan asupan makanan pada masuk ke kolon, terjadi kompresi pembuluh
bayi, ASI, antibodi maternal, prevalensi darah mesenterika, menyebabkan inflamasi dan
enteropatogen seperti adenovirus dan edema intestinal yang dapat berujung pada
rotavirus, berkontribusi pada risiko terjadinya obstruksi usus, gangguan vaskular, dan bahkan
intususepsi.10 Invaginasi dianggap berkaitan nekrosis usus. Pada pasien bayi dengan
dengan peristaltik usus yang tidak terkoordinir invaginasi memerlukan operasi darurat agar
atau adanya hiperplasia limfoid karena diare. 4 iskemi usus, perforasi, dan peritonitis yang
Dalam banyak kasus intususepsi, hampir dapat fatal tidak terjadi. 4,10
30% anak-anak mengalami penyakit virus Sebuah jurnal menilai apakah
sebelum timbulnya intususepsi. Hubungan ultrasonografi (USG) mampu digunakan untuk
dengan spesies adenovirus C terjadi di lebih membedakan intususepsi dari usus halus atau
dari sepertiga kasus telah dilaporkan dalam ileokolik. Parameter yang dianggap berguna
studi prospektif kontrol kasus di Vietnam dan sebagai pembeda adalah indeks diameter inti
Australia. Baru-baru ini hubungan dengan virus lemak bagian dalam dengan ketebalan dinding
syncytial pernapasan juga telah dijelaskan.10 usus. Jika nilai indeks lebih dari 1,0 maka
Beberapa jurnal menghubungkan kejadian karakteristik intususepsi ileokolik. Sensitivitas
intususepsi dengan penggunaan vaksin dan spesifisitas mencapai 100%. Sedangkan jika
rotavirus. Laporan dari Jerman kurang dari 1,0 adalah karakteristik intususepsi
mengungkapkan peningkatan risiko intususepsi usus halus. Hal ini berhubungan dengan
pada 7 hari pertama setelah vaksinasi; jika perbedaan anatomis struktur lemak
vaksin diberikan sebelum bayi berusia 12 mesenterium. Walaupun penilaian
minggu, risiko intususepsi adalah 1 dari 50.000 ultrasonografi bersifat subjektif, tetapi
anak; sedangkan jika diberikan setelah 12 sensitivitas dan spesifisitasnya hampir 100% di
minggu, risiko menjadi 1 dari 20.000 anak.11 tangan dokter berpengalaman.13 Pada kasus ini
Pada pasien ini tidak terdapat riwayat infeksi dilakukan pemeriksaan USG dan foto polos
terdahulu. Riwayat imunisasi pasien tidak abdomen. Pada pemeriksaan USG ditemukan
diketahui sehingga tidak dapat dipastikan gambaran “doughnut sign”. Pada foto polos
apakah vaksin rotavirus ini menjadi salah satu abdomen terlihat tanda-tanda obstruksi dengan
faktor risko yang menyebabkan terjadinya gambaran “airfluid level” serta distribusi udara
intususepsi pada pasien. dalam usus tidak merata.
Penelitian pada bayi intususepsi ileokolik Intususepsi termasuk kedalam kasus bedah
idiopatik menunjukkan bahwa mayoritas bayi kedaruratan. Permasalahan utama pada pasien
tidak lagi mengonsumsi ASI sehingga terjadi adalah kehilangan panas dan cairan, oleh
hilangnya imunitas maternal yang didapat karena itu, terapi cairan pada preoperatif
secara pasif. Sebuah studi di India menyatakan dilakukan untuk mempertimbangkan
bahwa 78,84% bayi intususepsi mendapat kebutuhan cairan untuk rumatan, defisit cairan
makanan pengganti ASI saat usia 2 – 4 bulan, dan kehilangan cairan yang sedang
15,38% bayi mendapat makanan pengganti saat berlangsung. Pada pasien ini didapatkan
masih berusia 4 – 6 bulan. Pada penelitian keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
tersebut, hanya 1 anak dengan ASI eksklusif compos mentis, rewel, mata tidak cekung,
yang menderita intususepsi.12 Pada penjabaran masih ada keinginan untuk minum, dan turgor
kasus dijelaskan bahwa pasien mendapatkan segera kembali yang berarti pasien mengalami
ASI eksklusif. Hal tersebut berarti keadaan dehidrasi ringan-sedang. Pada bayi atau anak,
pasien berbanding terbalik dengan mayoritas dosis kebutuhan cairan rumatan adalah 10 Kg I:
kasus intususepsi yang terjadi pada bayi yang 100ml/kgBB/24 jam, 10 Kg II: 50 ml/kg
tidak mendapatkan ASI ekskulsif. BB/24jam, 10 Kg III: 25ml/kgBB/24jam. Jumlah
Pemberian makanan pengganti ASI defisit cairan pada dehidrasi ringan 5% x BB
sebelum waktunya menimbulkan (dalam gram), dehidrasi sedang 10% x BB
(dalam gram), dehidrasi berat 15% x BB (dalam pasien yang menjalani anestesi umum. Dalam
gram).14 Jadi kebutuhan cairan pasien ini dalam sebagian besar keadaan, plasma [Na+] harus
24 jam adalah sebagai berikut; (1) kebutuhan diperbaiki untuk lebih dari 130 mmol/L untuk
cairan dehidrasi ringan = 5% x 5000 gr = 250 prosedur elektif, tanpa adanya gejala
ml, sedangkan kebutuhan cairan dehidrasi neurologis. Konsentrasi yang lebih rendah dapat
sedang = 10% x 5000 gr = 500 ml; (2) menyebabkan edema serebral signifikan yang
kebutuhan cairan rumatan = 100 ml x 5 kg/24 dapat dimanifestasikan secara intraoperatif
jam = 500 ml/24 jam; jadi kebutuhan total sebagai penurunan konsentrasi alveolar
cairan pasien ini adalah 750-1000 ml. minimum atau pasca operasi sebagai agitasi,
Pada pasien invaginasi dibutuhkan dua kali kebingungan, atau mengantuk.17 Pada pasien ini
dari dosis pemeliharaan dalam 24 jam diberikan intravenous fluid drip dengan cairan
pertama. Hal yang perlu dimonitoring selama NaCl 3% meskipun kadar natrium pasien adalah
resusitasi cairan adalah urine output, nadi, dan 132 mmol/L yang berarti masih dapat
perfusi jaringan. Pemberian cairan yang digolongkan aman untuk dilakukan anestesi
mengandung dekstrosa direkomendasikan umum tanpa diperlukan koreksi. Pemberian
untuk mencegah hipoglikemia dapat diberikan cairan NaCl 3% secara intravena dilakukan untuk
untuk beberapa hari selanjutnya sampai kadar mencegah terjadinya hiponatremi pada 12 dan
glukosa stabil. Kadar gula darah dan elektrolit 24 jam pasacaoperasi yang berhubungan
harus dimonitor dan larutan diberikan dengan dengan kegawatdaruratan operasi berupa
kecepatan maintenance yang sesuai. ensefalopati hiponatremia (20%-40%.pada
Kehilangan cairan pada intususepsi berupa pasien anak). Ensefalopati hiponatremia adalah
cairan isotonik beserta protein oleh karena itu suatu keadaan disfungsi otak yang ditimbulkan
pilihan terbaik adalah Dekstrosa 1% pada oleh rendahnya kadar natrium dalam darah
Ringer Laktat, D5% ¼ NS (KA-EN 1B).4, 7 dengan manifestasi berupa penurunan
Pada pemeriksaan penunjang pasien kesadaran, perubahan kognisi dan kejang.17
didapatkan hasil hemoglobin (hb) 10, 4 g/dL. Hipokalemia merupakan temuan pra
Transfusi darah diberikan pada bayi yang operasi umum. Keputusan untuk melanjutkan
mengalami anemia preoperatif dengan kadar dengan operasi elektif sering didasarkan pada
hb <10 gr/dL. Transfusi dapat diberikan pada plasma lebih rendah [K+] antara 3 dan 3,5
kadar hb <12 gr/dL jika terjadi tanda dan gejala mEq/L. Pengambilan keputusan pemeberian
anemia berat seperti apnea, hipotensi atau koreksi harus didasarkan pada tingkat
asidosis.15 Pada pasien tidak didapatkan tanda- perkembangan hipokalemia serta ada atau tidak
tanda anemia berat. Jika didasarkan pada studi adanya disfungsi organ sekunder. Secara umum,
yang telah disebutkan, pasien tidak hipokalemia ringan kronis (3-3,5 mEq/L) tanpa
memerlukan transfusi. Hal yang perlu adalah perubahan EKG tidak meningkatkan risiko
menyiapkan darah untuk transfusi bila anestesi.17
diperkirakan jenis operasi akan mengakibatkan Kadar kalium pasien ini adalah 2,9 mmol/L
perdarahan yang cukup banyak, umumnya PRC yang berarti membutuhkan koreksi elektrolit.
20 ml/kgBB cukup memadai.15 Pada pasien ini Pada pasien diberikan terapi intavena KCl.
disiapkan PRC sebanyak 200 cc pada saat Terapi kalium yang paling aman adalah melalui
preoperatif. oral. Pemberian oral dengan larutan KCl adalah
Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan yang paling dianjurkan. Jalur intravena
natrium 132 mmol/L, kalium 2,9 mmol/L, sebaiknya dibatasi hanya pada pasien yang tidak
kalsium 8,7 mg/L, dan klorida 97 mmol/L. dapat menggunakan jalur enteral atau dalam
Kadar normal elektrolit adalah sebagai berikut; komplikasi berat (paralisis dan aritmia).17 KCl
natrium 134-150 mmol/L, kalium 3,6-5,8 harus selalu diberikan dalam larutan garam,
mmol/L, dan klorida 94-112 mmol/L.16 bukan dekstrosa karena peningkatan insulin
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut pasien yang diinduksi dekstrosa dapat memperburuk
mengalami hiponatremia dan hipokalemia. hipokalemia. Dosis intravena perifer biasanya
Hiponatremia merupakan manifestasi dari 20-40 mmol/L. Untuk kecepatan pemberian
gangguan yang medasari sebuah penyakit dan kalium intravena pada anak dengan kadar
memerlukan evaluasi perioperatif yang amat kalium >2 mmol/L adalah 0,5-1 mmol/kg/dosis
teliti. Konsentrasi natrium plasma lebih besar dalam 1 jam.16 Adapun jumlah kalium yang
dari 130 mmol/L biasanya dianggap aman untuk dibutuhkan pasien adalah (K serum yang
dan gas inhalasi, nitrit oksida (N2O) sebaiknya dan anestesi. Komplikasi yang dapat terjadi
tidak digunakan untuk mencegah terjadinya pasca operatif pada pasien bayi dan anak-anak
distensi usus. Gas inhalasi harus dititrasi untuk antara lain: instabilitas sistem kardiovaskuler,
mencegah hipotensi pada pasien ini. Hal insufisiensi sistem respirasi, instabilitas
tersebut dapat dipastikan dengan memantau temperatur tubuh, menggigil, agitasi, retensi
saturasi oksigen diatas 90%.9 urin, ataupun yang paling sering terjadi adalah
Selama durante operasi, indikator berupa mual dan muntah.23 Oleh karena itu
nadi, urine output, oksigenasi arteri dan pH pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital
harus diperhatikan.8 Selama operasi yang pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, laju
berlangsung selama 60 menit, hemodinamik napas, saturasi oksigen, dan suhu harus
pasien stabil, nadi dan saturasi dalam batas dilakukan.20 Pemberian cairan pascaoperasi
normal. Selain itu, produksi urin pada pasien juga diberikan pada pasien. Cairan yang
selama operasi sebanyak 5 cc. Jika dalam diberikan pada pasien adalah Ringer Laktat atau
pembedahan dilakukan terapi cairan yang larutan NaCl 0, 9% dengan Dekstrosa 5%.
tepat, maka urine output yang didapatkan Setelah pasien dipantau ketat di ruang
sebesar 1-2ml/kg/jam. Keseimbangan cairan pemulihan, kemudian dilakukan penghitungan
dan suhu tubuh harus seimbang selama operasi skor steward dan total skor pada pasien adalah
berlangsung. Hipotermia dapat diminimalisir 5, yang berarti pasien dapat dialihkan ke ruang
dengan meningkatkan suhu ruangan operasi, perawatan.
menggunakan handuk hangat, menghangatkan Hal lain yang perlu diperhatikan pada
cairan intravena terlebih dahulu dan manajemen pascaoperasi adalah manejemen
memastikan bahwa organ visera selalu nyeri. Nyeri pascaoperasi dapat berpengaruh
tertutupi dengan kasa. Hipertermia harus dalam proses penyembuhan pasien. Sulitnya
dicegah karena dapat meningkatkan kebutuhan penilaian nyeri pada pasien anak menyebabkan
oksigen dan kehilangan panas melalui proses penatalaksanaan nyeri pascaoperasi menjadi
evaporasi, sehingga hal tersebut harus inadekuat. Manajemen nyeri yang inadekuat
dihindari.7,19 Pada pasien ini, pencegahan dapat menyebabkan komplikasi fisik,
hipotermi dilakukan dengan menggunakan pemanjangan masa pemulihan atau bahkan
warming matress yang diletakkan di bawah adanya perubahan perilaku untuk jangka waktu
tubuh bayi dan suhu tubuh bayi diukur setiap yang lama pada anak-anak.24 Berdasarkan
15 menit dipertahankan diatas 36,0°C rekomendasi terbaru, pendekatan multimodal
Setelah operasi selesai, pada pasien dipercaya sebagai gold-standard untuk
dilakukan ekstubasi. Pemilihan keputusan manajemen nyeri pascaoperasi pada anak-anak.
untuk dilakukan ekstubasi harus dipikirkan Pemberian analgesik multimodal dimaksudkan
secara hati-hati. Pada kasus operasi pada anak, sebagai pemberian analgesik sistemik dan lokal
harus dipastikan pasien sudah sadar penuh, secara bersamaan.19,24,25 Analgesik yang paling
bernapas secara adekuat, dan terindikasi ideal digunakan harus memiliki efek terapetik
secara klinis dengan melihat fleksi pada tungkai yang luas, memiliki efek depresan yang minimal
bawah.20 Proses ekstubasi pasca tindakan terhadap sistem kardiovaskular dan respirasi,
operasi dapat menyebabkan desaturasi oksigen dan harus memiliki efek yang reversibel pada
pada pasien. Penurunan saturasi oksigen ini kasus emergensi. Opioid adalah agen analgesik
disebabkan oleh adanya obstruksi pada jalan yang memiliki efek paling maksimal dalam
nafas. Lidah jatuh kebelakang sehingga manajemen nyeri pascaoperasi. Namun, karena
menutupi jalan napas adalah penyebab yang adanya kemungkinan efek samping yang serius
paling sering terjadi. Penyebab lain yang sering seperti depresi respirasi, menyebabkan
menyebabkan obstruksi jalan napas adalah pemberian opioid untuk pasien anak-anak
laringospasme. Bayi memiliki risiko tiga kali dibatasi.24 European Society for Paediatric
lebih tinggi terjadi laringospasme dibandingkan Anaesthesiology (ESPA) membuat rekomendasi
anak dengan usia yang lebih tua.23 Setelah penggunaan analgesik yang sesuai pada pasien
dipastikan tidak ada gangguan pasca ekstubasi, anak. ESPA memberi rekomendasi penggunaan
pasien dibawa ke ruang pemulihan untuk analgesik menjadi tiga level: basic, intermediate
dilakukan monitoring pascaoperasi. dan advanced.26 Pada level dasar, dapat
Evaluasi pascaoperasi dilakukan untuk digunakan parasetamol dengan dosis umum 20-
mencegah komplikasi pasca tindakan operasi 30 mg/kgBB yang diberikan per 6-8 jam