PENDAHULUAN
fungsi akan terlihat sebelum usia 18 tahun. Keterbatasan ini berkaitan dengan
dua atau lebih area keterampilan seperti: komunikasi, merawat diri, keterampilan
dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf
antara anak-anak usia sekolah, dengan angka yang lebih rendah pada periode pra
Association) 2,5 % dari populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya
kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah mendapat pelayanan retardasi
mental.
Retardasi mental terbagi atas retardasi mental ringan dan berat. Retardasi
1
perkembangan otak, gangguan metabolisme sejak lahir, gangguan
satu atau beberapa bidang kemampuan, dan dapat memiliki dampak pada fungsi
sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak membutuhkan
lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa
orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Retardasi Mental
Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
Education Act (IDEA) adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul
2
bersamaan dengan defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode
mental mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah
rata-rata, didefinisikan sebagai nilai Intelegence Quotient (IQ) <70 - 75, terdapat
bersamaan dengan keterbatasan yang berkaitan dengan dua atau lebih area
bawah 70, anak tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara
berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah,
demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri,
menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan
2.2 Epidemiologi
3
Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari
mental ringan. Di Amerika serikat tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau
secara signifikan berada di bawah rata-rata “ (memiliki nilai tes yang berada
lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata). Prevalensi retardasi mental
ringan paling tinggi diantara anak-anak dari keluarga miskin, sementara individu
yang mengalami kecacatan yang lebih berat diwakilkan secara sama pada semua
2.3 Etiologi
intracranial, karena serum, obat atau toxic lainnya. Beberapa contoh adalah :
Parotitis epidemika, rubella, sifilis, dan toxoplasmosis kongenital
Ensefalopatia karena infeksi postnatal
Ensefalopatia karena toxemia gravidarum atau karena intoxikasi lain
Ensefalopatia bilirubin (“Kernicterus”)
Ensefalopatia post - imunisasi
4
2. Akibat Rudapaksa Dan/Atau Sebab Fisik Lain
Rudapaksa: rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar –
(Asfiksia neonatorum) yang terjadi pada 1 / 5 dari semua kelahiran. Hal ini
dapat tejadi karena aspirasi lendir, aspirasi liquour amnii, anesthesia ibu dan
prematuritas. Bila kekurangan zat asam berlangsung terlalu lama makan akan
terjadi degenarasi sel – sel kortex yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
PPDGJ – 1 menyebutkan:
Ensefalopatia karena kerusakan prenatal
Ensefalopatia karena kerusakan pada waktu lahir
Ensefalopatia karena kerusakan postnatal
3. Akibat Gangguan Metabolisme, Pertumbuhan Atau Gizi
Semua retardasi mental yang langsung di sebabkan oleh gangguan
bahwa gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4
umur 6 tahun , sesudah ini biarpun anak itu di banjiri dengan makanan yang
5
Histiositosis lipidum jenis keratis (penyakit Gaucher)
Histiositosis lipidum jenis fosfatid (penyakit Niemann - Pick)
Fenilketonuria: diturunkan melalui suatu gen yang resesif
Pada fenilketonuria tidak terdapat enzim yang memecahkan fenilalanin
sehingga timbul keracunan neuron – neuron dengan zat itu. Retardasi mental
akibat ini sekarang dapat dicegah dengan diet yang mengandung sedikit sekali
fenilalanin.
4. Akibat Penyakit Otak Yang Nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak
beberapa reaksi sel – sel yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul
etiologinya (diduga herediter atau familial). Reaksi sel – sel otak (reaksi
6
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlahnya atau dalam
keadaan bayi yang pada waktu lahi berat badannya kurang dari 2500gram dan
atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab
masa anak – anak. Untuk membuat diagnosis ini harus jelas telah terjadi
gangguan jiwa yang berat dan tidak terdapat tanda – tanda patologi otak.
kelompok ini.
9. Akibat Deprivasi Psiko – Sosial
Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor – faktor biomedis atau pun
psikososial dan tidak terdapat tanda – tanda patologi susunan saraf. Keadaan
yang mengakibatkan retardasi mental ini mungkin kultural – familial atau dan
7
mendiagnosis retardasi mental kultural –familial harus didapatkan retardasi
mental paling sedikit pada salah seoang dari orang tua penderita dan pada
seorang atau lebih saudaranya. Retardasi mental jenis ini biasanya ringan.
b. Retardasi mental akibat deprivasi lingkungan
Timbul karena kurangnya rangsangan dari lingkungan. Penelitian tentang
biasanya ringan.
2.4 Patogenesis
Perlu dipahami bahwa otak bayi dan anak bukanlah miniatur otak dewasa.
Otak bayi dan anak merupakan organ tubuh yang masih tumbuh dan
berkembang. Otak bayi dan anak akan tumbuh menjadi besar, lebih besar, dan
masih berkembang dari otak yang semula imatur menjadi otak matur. Masa
pembelahan sel telur yang telah dibuahi. Sedangkan pada usia kehamilan 2-8
Awal pembentukan susunan saraf pusat atau otak dimulai setelah kehamilan 8
lempeng saraf (neural plate) pada masa embrio, yakni sekitar hari ke-16.
Kemudian menggulung membentuk tabung saraf (neural tube) pada hari le-
8
22.Pada minggu ke-5 mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung tabung
saraf. Selajutnya terbentuklah batang otak, serebelum (otak kecil), dan bagian-
saraf satu dengan yang lainnya (sinaps), dan pembentukan selubung saraf
(mielinasi).
pembelahan menjadi banyak, dan proses ini disebut proliferasi. Proses proliferasi
ini berlangsung selama kehamilan 4-24 minggu, dan selesai pada waktu bayi
lahir.Setelah proses proliferasi, sel saraf akan migrasi ke tempat yang semestinya.
bulan ke-6 masa gestasi. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang, yaitu sel
saraf yang bermigrasi awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi
Pada akhir bulan ke-6, lempeng korteks ini sudah memiliki komponen sel
neuron yang lengkap dan sudah tampak adanya diferensiasi menjadi 6 lapis
seperti orang dewasa. Di tempat yang semestinya, sel saraf mengalami proses
menjadi sel neuron dengan cabang-cabangnya dan terbentuk pula sel penunjang
(sel Glia). Fungsi sel inilah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari.
9
Ada yang mengatakan penambahan jumlah sel saraf telah selesai pada saat
kelahiran. Setelah lahir hanya terjadi pematangan fungsi sel saraf, tetapi selubung
saraf atau myelin yang disebut mielinisasi masih berkembang. Tetapi, setelah
lahir terjadi penambahan volume dan berat otak, bayi tampak lebih pintar. Hal ini
karena adanya pertumbuhan serabut saraf, adanya peningkatan jumlah sel glia
yang luar biasa dan proses mieliniasi akibat proses stimulasi yang didapat saat
retardasi mental berat, tetapi terlihat normal secara kesuluruhan. Sebagian besar
otak manusia menunjukkan perubahan yang ringan dan non-spesifik yang tidak
pada substansial alba bagian subkortikal, korteks dengan susunan regular yang
tidak biasa dan neuron yang terikat lebih kuat dari biasanya. Hanya sebagian
kecil dari otak yang menunjukkan perubahan spesifik pada susunan dendrit dan
sinap, dengan adanya disgenesis dari dendrit di spinal atau di neuron kortikal
atau adanya gangguan pertumbuhan dendrit. Pengaturan sistem saraf pusat yang
mencakup proses induksi; maturasi sistim saraf pusat dipengaruhi oleh genetik,
fenotip neuron pada orang dewasa mencakup transkrip genetik yang sama, yang
10
berperan penting selama perkembangan fetus melalui aktivasi mekanisme
transduksi intrasel.
Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula
anamnesis yang baik dari orang tua, pengasuh atau gurunya, akan sangat
dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat
diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
sistem susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti untuk mengetahui apakah
ada keluarga yang cacat, dan mencari masalah lingkungan/faktor non organik
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
Katarak
Sindrom Cockayne
11
Sindrom Down
Sindrom Lowe
Kretin
Galactosemia
Mukolipidosis
Korioretinitis
Lues Kongenital
Sindrom Hurler
Sindroma Hunter
Sindrom Lowe
Kepala
Mikrosefali
Makrosefali
Hidrosefalus
Mucopolisakaridase
Efusi subdural
12
Perawakan pendek
Kretin
Sindrom Prader-Willi
Distonia
Sindrom Hallervorden-Spaz
antara 50 – 69. Diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan
bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal
hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka
mampu latih tetapi tidak mampu didik. IQ biasanya dalam rentang 35 – 49. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih
apabila bekerja nanti mereka ,memerlukan pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu mengahadapi
13
3. Retardasi mental berat (F72)
biasanya berada dalam rentang 20 – 34. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini ,
karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih
higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana , tidak dapat dilatih
hidupnya.
berada di bawah 20. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan
fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh
dibawahnya.
14
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada anak dengan retardasi
mental antara lain neuroimaging, tes metabolik, genetik, kromosom darah, dan
sedang, perawakan fisik yang tidak normal, dan/atau memiliki riwayat retardasi
mental pada keluarga; atau perempuan dengan defisit kognitif ringan dengan
sikap pemalu yang berlebihan dan memiliki riwayat keluarga. Anak dengan
laktat darah, enzim lisosom dalam limfosit), anak dengan episode mirip kejang
prosedur neuroimaging.
dan tes kemampuan fungsi adaptif. The Bayley Scales of Infant Development
perilaku, kemampuam motorik halus, dan kemampuan motorik kasar pada anak
15
usia 1 bulan – 3 tahun, dari skala tersebut akan diperoleh hasil berupa mental
dengan retardasi mental berat dan anak normal, namun tes ini tidak terlalu
Tes psikologis yang paling umum digunakan untuk anak > 3 tahun adalah
revised (WPPSI-III) digunakan untuk anak usia mental 2,5 – 7,3 tahun. The
untuk anak dengan usia mental diatas 6 tahun. Kedua skala tersebut terdiri dari
beberapa subtest dalam area verbal dan keterampilan. Meskipun anak dengan
retardasi mental memiliki skor dibawah rata-rata pada seluruh subscale scores,
namun kadang mereka memiliki skor rata-rata pada satu atau lebih area
keterampilan.
terdapat hubungan antara skor intelijensia dan skor adaptif. Kemampuan adaptif
16
Sebelum menegakkan diagnosis retardasi mental, kelainan-kelainan lain
dan kondisi lain yang melibatkan keterbelakangan intelektual sebagai salah satu
Lebih dari setengah anak-anak yang menderita serebral palsi atau autisme juga
menderita retardasi mental. Serebral palsi dengan retardasi mental tampak pada
patologis dan perubahan tonus. Pada autisme, kemampuan adaptif sosial lebih
biasanya terdapat lebih banyak defisit pada kemampuan sosial, motorik, adaptif
dan kognitif.
1. Kromosomal kariotip
17
Terdapat beberapa kelainan kongenital
Genitalia abnormal
Imaging)
Tuberous sklerosis
Kejang lokal
Neonatal hepatosplenomegali
Chorioretinitis
Mikroptalmia
Kalsifikasi intrakranial
Mikrosefali, dll
2.8 Penatalaksanaan
18
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan
sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan
potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog
atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf
bila anak juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anaknya
Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi
mental ini.
Pada orang tua perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-
kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai
keadaaan anaknya. Bila orang tua belum dapat menerima keadaan anaknya, maka
perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan
kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua, agar tidak terjadi kesimpang
19
siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian, agar anak tidak diejek atau dikucilkan.
2.9 Pencegahan
susunan saraf pusat. Misalnya, identifikasi dini dan penanganan yang tepat
dan tepat terhadap berbagai penyakit anak, seperti keracunan timah atau
sel otak.
Diagnosis dan koreksi dini defek sensoris pada anak, dapat meningkatkan
20
sensoris, sehingga dapat dicegah terjadinya retardasi mental akibat defisiensi
sensoris.
2.10 Komplikasi
Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya
atau emosi, komplikasi medis, dan kejang.Makin parah tingkat retardasi makin
terapi wicara, alat bantu dengar, dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam
mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap gangguan yang terjadi dapat
2.11 Prognosis
lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa
21
orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat
sejak dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang
berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi
kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan
ambang normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat
berbagai keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi
dikategorikan menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari
mental seiring dengan berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai,
pelayanan dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa,
22
dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi
Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
belum dapat dijelaskan secara pasti. Anak dengan retardasi mental akan banyak
Kebanyakan anak dengan kemunduran intelektual ini tidak bisa mengikuti teman
23
Dalam mendiagnosa retardasi mental, tidak hanya dinilai dari IQ saja akan
tetapi kita perlu mendapatkan anamnesa yang komprehensif dari orang tua
mengenai riwayat kehamilan, persalinan dan tumbuh kembang anak. Selain itu
cermat terhadap seorang anak. Observasi psikiatrik juga perlu dikerjakan untuk
Dokter juga harus mampu memberi penerangan yang jelas kepada orang tua
mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang
masyarakat juga sangat diperlukan agar mereka dapat menerima anak tersebut
dengan wajar.
sangat individual. Oleh karena itu seorang dokter harus mampu membuat strategi
ahli rehabilitasi medis, ahli terapi wicara, dan guru sebagai pendidik anak
tersebut. anak yang retardasi memerlukan perawatan intensif dan khusus seperti
24
DAFTAR PUSTAKA
Hingga Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA,
Hartanto H, Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 th ed.
25
3. Maramis Alberth A, Maramis Willy F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pertumbuhan, perkembangan otak pada bayi dan
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1983413154521
26