Pembimbing
Dr. Albinus Cobis, Sp.An, M.kes
Pendahuluan
Definisi
• Appendisitis adalah peradangan pada appendiks
vermiformis
• Periapendikular infiltrate adalah suatu keadaan
menutupnya appendiks vermiformis yang meradang
oleh omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikuler
Epidemiologi
Pemeriksaan fisik
• Nyeri tekan McBurney
• Rebound tenderness
• - Rovsing sign
• Psoas sign
• Obturator sign
Pemeriksaan penunjang
• Leukositosis
• Peningkatan jumlah neutrofil (shift to the left)
Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen dapat
membantu dalam diagnosis appendisitis sekaligus membantu dokter ahli bedah
untuk mengambil keputusan yang tepat
Anorexia 1
Nause 1
Nyeri alih 1
Total 10
Pelvic Kehamilan
Gastroenteritis Inflamataory ektopik
Disease (PID) terganggu (KET)
Urolitiasis
Kista ovarium
dextra
Tatalaksana
Anestesi spinal adalah teknik anestesi neuraksial dimana anestesi lokal ditempatkan
langsung di ruang intratekal (ruang subarachnoid)
Memahami anatomi dermatom sangat penting untuk memahami tingkat blokade struktur
target.
Anestesi spinal
Anestesi spinal juga disebut spinal analgesia atau sub-arachnoid block (SAB), adalah
bentuk anestesi regional yang melibatkan injeksi agen anestesi lokal ke dalam ruang
subarachnoid.
Terlepas dari agen anestesi yang digunakan, efek yang diinginkan adalah untuk
memblokir transmisi sinyal saraf aferen dari nosiseptor perifer
Sinyal sensorik diblokir, sehingga menghilangkan rasa sakit
Tingkat blokade neuron tergantung pada jumlah dan konsentrasi anestesi lokal yang
digunakan dan sifat akson
Anestesi spinal adalah teknik anestesi regional yang
sederhana dan andal yang memberikan sensor blokade
motorik dan kualitas tinggi
Dalam posisi duduk, kaki pasien diletakkan di atas bangku sementara pasien duduk
tegak, kepalanya tertekuk, lengan memeluk bantal
Anestesi appendicitis
laparotomi
Evaluasi
preoperatif
Evaluasi
perioperatif
Tatalaksana
postoperatif
Evaluasi preoperatif
Penilaian risiko pra operasi dilakukan dengan
Tujuan evaluasi pra operasi menggunakan sistem klasifikasi risiko ASA yang
adalah untuk mendapatkan dikembangkan pada tahun 1941
status medis saat ini dan
sebelumnya
Evaluasi preoperasi akan
memberi kemampuan
manajemen pasien
perioperative
Karena masalah medis dapat
mempengaruhi anestesi,
dokter anestesi harus
memiliki pengetahuan dan
menanganinya secara
perioperative
Penilaian risiko pra operasi dilakukan
Indikasi utama dari puasa pra operasi
dengan menggunakan sistem
adalah untuk mengurangi resiko aspirasi
klasifikasi risiko ASA yang
paru. Pedoman ASA mendukung periode
dikembangkan pada tahun 1941
puasa 2 jam untuk cairan
Ketidaknyamanan
Batuk Hipotensi
selama operasi
Idealnya semua harus memiliki periode pemantauan ketat baik di unit perawatan
pasca anestesi atau pengaturan perawatan kritis
Penilaian ulang secara rutin diperlukan untuk mengenali pasien yang memburuk
pasca operasi untuk memungkinkan intervensi dan pengobatan dini
Laporan Kasus
Identitas pasien
Nama : Tn. T.H
TTL/Umur : 01-01-1994 / 26 tahun
No. RM : 41 63 23
Alamat : Yahukimo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Berat Badan : 98 kg
Tinggi Badan : 168 cm
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku Bangsa : Papua
Status Maritas : Belum Menikah
Ruangan : Instalasi Gawat Darurat
Tanggal MRS : 27 Oktober 2020
Tanggal Operasi: 28 Oktober 2020
Anamnesis
Keluhan utama
• Nyeri perut bagian bawah
Paru
Thoraks : Jantung
midclavicularis sinistra
membesar.
Perkusi : Tymphani.
Auskultas
: Bising usus (+), 4-5 kali/menit.
i
Akral teraba hangat, kering dan merah, Capillary Refill Time < 2”, Edema tidak ada, kekuatan
Ekstremitas :
otot di ekstremitas superior et inferior : 5
Pemeriksaan penunjang Kimia Darah
Glukosa Darah
102 <= 140 mg/dL
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Sewaktu
Kadar Hemoglobin 15.2 13.3-16.6 g/dL Creatinin 1.11 <= 0.95 mg/dL
Non Non
HBs Ag (Rapid)
Konsultasi Bagian Anestesi Penentuan PS ASA / Status
Anestesi
28 Oktober 2020, advice:
Acc Operasi
PS. ASA : PS ASA II (Pasien
Puasa
dengan gangguan sistemik ringan
Siapkan SIO sampai sedang, yang disebabkan
baik oleh keadaan yang harus
Siapkan Darah
diobati dengan jalan pembedahan
maupun oleh proses
patofisiologis)
Persiapan anestesi
Hari/Tanggal : 28-10-2020
BB/TB : 98 Kg/168 cm
TTV di Ruang Operasi Tekanan darah:120/70 mmHg; nadi: 92x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh; respirasi: 22x / menit;
:
(28-10-2020, 11.00 WIT) suhu badan:36,8oC
SpO2 : 99%
Laporan anestesi Pernafasan
Posisi
: Oksigen Nasal 2-3 lpm
: Supine
Induksi dan
Jenis Anestesi : Regional Anestesi : -
Maintenance
Anestesi dengan
: Bupivakain 4ml Midazolam 2,5mg
Fentanil 50 mcg
Pasien di dudukkan Ketamin 100 mg
Medikasi Durante
Identifikasi L3- L4 : Petidin 30mg
Operasi
Lakukan desinfektan lapangan anastesi dengan Ranitidin 50 mg
Teknik Anestesi
Ondansentron 4mg
: betadine dan alkohol
Metamizole Sodium 1gr
Tusuk L3 – L4 dengan spinocain No.27
Tanda-tanda vital pada TD: 128/70 mmHg, Nadi :90x/m, reguler, kuat angkat,
Blood (-) , LCS (+), Injeksi Bupivakain 20mg. :
akhir pembedahan Suhu badan: 36,70C , Frekuensi napas: 24 x/m, SpO2: 99%
Pasien di baringkan kembali
160
140
120
100
Sistolic
80
Diastolic
Nadi
60
40
20
0
11.40' 11.50' 12.00' 12.10' 12.20' 12.30' 12.40' 12.50' 13.00' 13.10' 13.20'
Riwayat penyakit sebelumnya seperti asma, malaria, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskular, pengobatan, operasi sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit turunan pada
keluarga seperti asma, alergi, DM dan hipertensi disangkal.
Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri tekan region epigastrium, iliaka kanan dan
kiri, dan juga region suprapubik. Hasil laboratorium didapatkan peningkatan leukosit yaitu
11.950/uL, dan penurunan limfosit 20%.
Diagnosis
Dari kasus tersebut pasien didiagnosis sebagai appendicitis akut dengan rencana
laparotomy appendektomi.
Penentuan ASA
●
Menurut teory physical status dari American Society of Anesthesiologistdilakukan untuk menentukan prognosis pada pasien sebelum
dilakukan tindakan anestesi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui risiko apa yang bisa terjadi pada pasien tersebut dan tindakan apa
yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut. PS ASA II Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang, yang disebabkan
baik oleh keadaan yang harus diobati dengan jalan pembedahan maupun oleh proses patofisiologis. Pada kasus ini pasien tergolong
PS ASA II yaitu karena keadaan yang harus diobati dengan jalan pembedahan atau proses patofisiologis.
Penentuan Jenis Anestesi, Mengapa Regional anastesi spinal?
Teori Kasus
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan Pada pasien ini digunakan teknik Regional Anestesi (RA) dengan Sub Arakhnoid
tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang Block (SAB), yaitu pemberian obat anestesi lokal ke ruang subarachnoid. Teknik ini
subaraknoid. sederhana, cukup efektif. Pemilihan teknik anestesi spinal adalah karena prosedur
pembedahan dilakukan pada area gastrointestinal bagian bawah. Selain itu tidak
Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai blok spinal
didapatkan adanya kontraindikasi dari anestesi spinal pada pasien ini seperti penolakan
intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita
pasien, infeksi pada tempat penyuntikan, hipovolemia berat, syok, terapi antikoagulan,
menyuntikkan obat analgesic lokal ke dalam ruang subarachnoid di
tekanan intracranial tinggi, dan kelainan psikis. Selain itu dengan dilakukan anestesi
daerah antara vertebra L2-L3 atau L3- L4 atau L4-L5. ).
spinal maka efek merugikan dari anestesi umum dapat dihindari seperti menghindari
Anestesi spinal ini digunakan pada hampir semua operasi abdomen
penggunaan ventilasi, risiko aspirasi, dan juga postoperatif analgesi yang lebih
bagian bawah (termasuk seksio sesaria), anstesi general dapat di
adekuat.
lakukan jika diantaranya ada penolakan pasien, infeksi pada
tempat suntikan, hipovolemia, koagulopati, dan peningkatan
tekanan intrakanial,
Hasil : Sudah tepat
Penentuan Obat Anestesi
Pada kasus ini induksi anestesi menggunakan Bupivacaine yang merupakan anestesi
lokal golongan amida
Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat
reversible
Pada pasien ini juga diberikan fentanyl sebanyak 1 cc. Fentanyl merupakan suatu opioid
sintetik berupa larutan yang berikatan dengan sitrat.
Karena sifat analgesia yang baik, onset yang cepat dan durasi yang singkat, sedikit
mendepresi kardiovaskular serta tidak menyebabkan pelepasan histamin, maka
fentanyl seringkali menjadi pilihan utama sebagai agen premedikasi dan induksi
dalam anestesi umum.
Pada pasien ini juga diberikan petidin yang merupakan analgesic sistesis yang
bekerja dengan mengaktifkan reseptor opioid di susunan saraf sehingga impuls nyeri
terhambat. Pada pasien ini diberikan petidin sebanyak 30 mg.
Selain itu, pasien ini juga diberikan sedacum 2,5 mg yang merupakan obat
midazolam yang merupakan golongan benzodiazepine
Pemberian obat ini untuk kecemasan pasien terhadap operasi
Pada pasien ini juga diberikan ranitidin, ondansentron dan bertujuan untuk mencegah
mual serta muntah yang dapat terjadi pada anestesi spinal
Critical Point Pada Kasus
Problem List Actual Potensial Antisipasi
Airway bebas, spontan, - Hipoksia dan Hiperkarbia - Pemberian O2 yang adekuat
RR: 22x/mnit, SN: dengan nasal kanul atau masker
vesikuler +/+, rhonki -/-, - Monitoring tanda tanda vutal
wheezing -/-, SpO2: 100%
- Aspirasi - Pengosongan lambung,
netralisasi asam lambung
Selain itu, terdapat kesulitan yang signifikan dalam penentuan tempat suntik anestesi spinal pada obesitas
Selain itu dapat ditemukan komplikasi gastrointestinal pada pasien obesitas. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan tekanan intraabdominal yang tinggi. Untuk menurunkan risiko
aspirasi diberikan ranitidine dan juga ondansetron
Kebutuhan cairan durante operasi 1 jam 30 menit (90 menit) Input:
1. Maintenance - Gelafusal: 500 cc
pasien BB 98 kg
1 jam 30 menit = 90/60 x 163.6 – 90/60 x 204.2 Output:
= 245.4 – 306.3 cc/jam Urin: ± 200 cc
Perdarahan: ± 300 cc
2. Replacment :
a. Resusitasi perdarahan selama operasi
1. Estimate Blood Volume (EBV) : 98 x 75 mL/kg = 7350 cc
Cairan yang Dibutuhkan Aktual
2. Estimate Blood Loss (EBL):
- BB: 98 Kg Input:
10 % = 735 cc
1. Maintenance : RL : 500 cc 20 % = 1470 cc
- Kebutuhan cairan harian 40-50 30 % = 2205 cc
cc/kgBB/hari Output: a. Pengantian kehilangan cairan karena penguapan selama
40 cc x 98 kg = 3920cc/jam - Urine : ± 800cc operasi :
Durante Operasi kecil : 4 – 6 ml x BB
50 cc x 98 kg = 4900cc/jam
Operasi Operasi sedang : 6 – 8 ml x BB
Jadi, total = 3920-4900 cc/jam
Operasi besar : 8 – 10 ml x BB
- Kebutuhan cairan per jam
3920 : 24 jam = 163.3cc/jam
Pada kasus ini : Operasi sedang
4900 : 24 jam = 204.2cc/jam
Pre Selama 1 jam 30 menit (90 menit) prediksi cairan yang
Jadi, total kebutuhan cairan : 163.3-204.2 hilang selama operasi dihitung dari:
Operasi
cc/jam Jenis operasi x KgBB = 6 x 98 = 588 cc 8 x 98 = 784 cc
Kebutuhan cairan karena penguapan = 9.8 cc – 13
2. Replacement : cc/menit
- Kebutuhan cairan untuk pengganti puasa 8 1 jam 30 menit = 90 x 9.8 cc-13cc = 882-1.170 cc
Total Kebutuhan Cairan Durante Operasi
jam:
= (163.3-204.2)cc + 300 cc + (882-1.170)cc
= 8 jam x 163.3cc = 1.306,4cc
= 1.345,3 – 1674.2 cc
8 jam x 204.2 cc = 1.633,6cc
Jadi, total = 1.306,4-1.633,6 cc adalah cairan
pengganti yang diperlukan pada saat pasien
puasa selama 8 jam
Balance Cairan: Input - Ouput Selama Pre Operasi hingga Durante Operasi:
Input : Pre Operasi (RL 500 cc) + Durante Operasi (Gelafusal 500 cc + RL 500 cc + RL 500cc)
Output : Pre Operasi (Urin 800 cc + Durante Operasi (Perdarahan 300 cc + Urin 200 cc) = 1300 cc
28-10-2020 jam 14.00 s/d besok pagi 08.00 (18 jam) 28-10- 2020 jam 14.00 s/d besok
1. Maintenance pagi 08.00 (18 jam)
- Kebutuhan cairan harian 40-50 cc/kgBB/hari Input :
40 cc x 98 kg = 3920cc/jam Volume cairan :
50 cc x 98 kg = 4900cc/jam RL: 1000 cc/24 jam
Jadi, total = 3920-4900cc/jam
- Kebutuhan cairan post op selama 18 jam
= BB x Kebutuhan cairan/ jam x 18 jam
= 98 kg x 1-2 cc/kgbb/jam x 18 jam = 1.764-3.528 cc
- Kebutuhan Elektrolit :
Post Operasi
Natrium : 2-4 mEq/kgBB/hari = 196-392mEq/24 jam
Kalium : 1-3 mEq/kgBB/hari = 98-294mEq/24 jam
Kalori : 25-30 mg/kgBB/hari = 2450-2.940 kkal/24 jam
Asam Amino : 1-2 mg/kgBB/hari = 98-196mg/hari
1. Replacement :
- Kebutuhan cairan untuk pengganti puasa 8 jam:
= 8x163.3-204.2
Jadi, total = 1306.4-1.633,6cc adalah cairan pengganti yang diperlukan
pada saat pasien puasa selama 8 jam
Kesimpulan
Teknik anestesi digunakan berdasarkan lokasi prosedur pembedahan dan juga efek
samping.
Pasien diklasifikasikan ke dalam PS ASA II karena kondisi penyakit yang
mendasarinya.
Teknik anestesi yang baik pada pasien dinilai sudah tepat dengan
mempertimbangkan keselamatan dan kenyamanan pasien. Teknik yang digunakan
adalah anestesi regional berupa subaracnoid blok (anestesi spinal).
Bupivacain disertai fentanyl digunakan dalam kasus ini karena lama kerjanya lebih
panjang serta mula kerjanya lebih cepat.
Terapi cairan pre-operasi dan durante operasi di nilai sudah tepat sesuai dengan
kebutuhan cairan pasien.