Anda di halaman 1dari 20

POSTERIOR CAPSULE OPACITY

OLEH :

Reinhar Rusli.
11.2017.148

Pembimbing

dr. Wahyu Triyanto, Sp.M

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


JL. Arjuna Utara No.6 kebon jeruk- jakarta barat.
RSPAD Gatot Soebroto

1
PENDAHULUAN

Posterior capsular opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling sering dari
operasi katarak.1 PCO disebut sebagai katarak sekunder atau setelah katarak, kapsul
posterior yang jernih hingga menjadi keruh berkembang beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah operasi katarak. PCO merupakan hasil dari pertumbuhan dan
proliferasi abnormal sel epitel lensa (LEC) dari kapsul pada saat operasi katarak. Sel-
sel ini bermigrasi ke kapsul posterior yang mendekati sumbu visual sentral dan
mengaburkan aksis penglihatan, sehingga terjadi gangguan penglihatan. PCO memiliki
dua bentuk, yaitu fibrous dan pearl. Kadang-kadang kombinasi keduanya juga
ditemukan.2

Kekeruhan pada visual aksis akibat PCO mempunyai insidensi yang lebih
tinggi pada pasien anak dibanding dewasa, studi-studi melaporkan angka kejadian
berkisar dari 44%-100%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian PCO
diantaranya adalah usia pasien saat dioperasi, manajemen dari kapsul posterior dan
vitreous anterior, maupun pemilihan jenis dan desain IOL.3

Menurut jurnal yang ditulis oleh Shaikh dkk di Pakistan, insiden PCO terjadi
pada hingga 50% pasien selama 2 bulan hingga 5 tahun post operasi katarak. Pada
pasien anak 43,5% mengalami hal ini setelah 3 bulan operasi dan setelah 2 tahun angka
kejadiannya mendekati 100%. Sedangkan pada dewasa kejadiannya bervariasi dari 3,3-
50%, hal ini bergantung dari teknik operasi dan jenis IOL yang digunakan.4

Gejala klinis dari PCO adalah penglihatan kabur (seperti berkabut atau
berasap), fotofobia, dan tajam penglihatan menurun. Kekeruhan pada kapsul posterior
dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior.4

2
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA1,2
Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan
luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian
depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid,
korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina.
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.

Gambar 1. Anatomi Mata


a) Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva berasal
dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

b) Sklera
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan
bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang disebut
sebagai episklera.

3
c) Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis
penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana
sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan
sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau
40 dioptri, dengan indeks bias 1,38 .

d) Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.

e) Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan
dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata.
Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan
bagian yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi
mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar
pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.

f) Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila
berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis).

g) Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus
silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus.

4
h) Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.
Memiliki tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Terletak di belakang iris.
Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan
cahaya ke retina.

i) Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi
dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.

j) Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya.

Gambar 2. Fisiologis Penglihatan

5
ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA1,2
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di
antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan
3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari
badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang
melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa
memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung
dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator.
Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki
kekuatan hingga 16-19 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi
lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :

1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa
paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan
paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um)
.
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi
dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.

3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang
matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk

6
korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa
yang baru dibentuk ke tengah lensa.

4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)


Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya
lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium
menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

Gambar 3. Anatomi Lensa

FISIOLOGI LENSA1,2
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya.
Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh
karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap
junction antar sel.

7
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata
untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 4. Fisiologi Lensa

Definisi Posterior capsular opacity


Posterior Capsule Opacity atau Posterior Capsule Opacification (PCO)
atau dikenal juga sebagai katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat
terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal.6 PCO merupakan
komplikasi jangka panjang yang paling utama setelah dilaksanakannya operasi

8
katarak.7 Pada anak-anak, PCO dapat timbul setelah dilakukan operasi katarak
pada kasus-kasus katarak pediatrik.3

Etiologi
Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi EKEK atau
sesudah trauma yang memecah lensa. PCO paling cepat dapat terlihat setelah 2
hari prosedur Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). PCO terjadi akibat
proliferasi, pertumbuhan, migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang
terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel
lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.6,7
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada
kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah, membentuk
gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi.6
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok, Elsching pearl
ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah
dindingnya.6 Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi Ekstraksi
Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) atau sesudah trauma yang memecah lensa.
PCO paling cepat dapat terlihat setelah 2 hari prosedur EKEK. PCO terjadi akibat
proliferasi, pertumbuhan, migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang
terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel
lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.6,7

Patogenesis
Pada lensa yang normal, sel epitel lensa terbatas pada permukaan anterior
didaerah pertengahan lensa (Gambar 2.1). Baris tunggal sel kuboid ini dibagi
dalam 2 zona biologis yang berbeda, yaitu:8,9

9
A. Zona anterior-sentral (sama dengan zona kapsul anterior), terdiri atas selapis
sel kuboid datar, sel epitel dengan aktivitas mitosis minimal sebagai respon
terhadap berbagai stimulus, sel epitel anterior ini (sel ’A’) berproliferasi dan
mengalami metaplasia fibrosa. Keadaan ini dinamakan sebagai
‘pseudofibrous metaplasia’.
B. Zona kedua ini penting dalam patogenesis pembentukan dari ‘mutiara’ atau
pearl. Lapisan ini merupakan kelanjutan dari sel lensa anterior disekitar
daerah garis tengah(equatorial), yang membentuk bagian busur lensa ( sel
‘E’). Tidak seperti lapisan sel A, pada bagian ini sel melakukan mitosis,
pembelahan, dan multiplikasi secara cukup aktif. Serat lensa yang baru
diproduksi secara terus menerus pada zona ini sepanjang hidup.

Gambar 2.1Anatomi lensa dan kapsul lensa


(Suresh K Pandey et al, 2004) 10

10
Meskipun kedua tipe sel (sel zona anterior-sentral dan sel pada daerah
busur equatorial) sama-sama berpotensi menghasilkan kekeruhan visual, namun
kasus PCO klasik tersering disebabkan oleh proliferasi dari sel equatorial.

Proses kekeruhan biasanya mengambil satu dari dua bentuk morfologi.


Salah satu bentuk terdiri atas ‘mutiara kapsular’, yang bisa terdiri atas
sekelompok epitel ‘mutiara’ yang mengalami kekeruhan dan bengkak atau sel E
yang bermigrasi ke posterior (sel bladder atau sel wedl) seperti pada Gambar 2.2.
Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan kedua tipe sel epitel lensa juga dapat
berkontribusi dalam pembentukan serat/fibrous pada kekeruhan.

Gambar 2.2 Mutiara kapsular


(Suresh K Pandey et al, 2004)10
Epitel anterior atau sel A kemungkinan berperan dalam patogenesis dari
fibrosis PCO, oleh karena respon primer dari tipe sel ini adalah mengalami
metaplasia fibrosa. Meskipun pertumbuhan dari sel E lebih kearah
pembengkakan, pembentukan sel serupa bulosa (sel wedl), sel ini juga dapat
berkontribusi dalam pembentukan fibros PCO dengan mengalami metaplasia
fibrosa.

Berbeda dengan lesi dari kapsul anterior (sel A) yang disebabkan oleh
fenomena yang berhubungan dengan fibrosis, sel E cenderung membentuk sel
yang berdiferensiasi menjadi mutiara (sel bladder) dan korteks. Sel E juga
berperan dalam pembentukan cincin soemmering’s. Cincin soemmering’s

11
merupakan lesi berbentuk donat yang biasanya terbentuk akibat ruptur dari
kapsul anterior, yang pertama kali dijelaskan dalam kaitannya terhadap trauma
okular. Dasar patogenesis dari cincin soemmering’s adalah ruptur kapsul anterior
lensa diikuti keluarnya nukleus dan sebagian material pusat lensa. Sisa-sisa dari
korteks yang dikeluarkan berubah menjadi mutiara Elsching. Cincin
soemmering’s sebenarnya terbentuk setiap kali dilakukan EKEK baik secara
manual maupun secara otomatis atau dengan fakoemulsifikasi. Material ini
berasal dari proliferasi sel E di daerah busur lensa pada garis
pertengahan(equatorial). Sel ini mampu untuk berproliferasi dan bermigrasi ke
posterior melalui axis visual sehingga menimbulkan kekeruhan pada kapsul
posterior.

Jenis sel lain selain sel epitel lensa bisa jadi berperan dalam PCO, seperti
halnya EKEK selalu berhubungan dengan kerusakan beberapa sawar darah
aqueous, sel inflamasi, eritrosit, dan banyak mediator inflamasi lainnya yang
dilepaskan ke cairan aqueous/aqueous humor. Keparahan dari respon inflamasi
ini dapat dieksaserbaasi oleh IOL. Benda asing ini memicu respon imun tipe 3
yang melibatkan banyak tipe sel berbeda, termasuk leukosit polimorfonuklear,
sel giant, dan fibroblast. Deposit kolagen pada IOL dan kapsul dapat
menyebabkan kekeruhan dan juga kerut halus pada kapsul posterior. Namun
demikian pada kebanyakan kasus, respon inflamasi ini tidak signifikan secara
klinis.

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK
ataupun setelah suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan
menjadi semakin kabur, juga rasa silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan
pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan menggunakan
oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak gelembung-gelembung
kecil pada daerah belakang lensa, atau dapat ditemukan gambaran mutiara

12
Elsching maupun cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam
penglihatan didapatkan visus yang menurun.11

Dari anamnesis di dapatkan gejala sebagai berikut :12

a. Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih


buruk daripada sebelum di operasi.
b. Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
c. Tajam penglihatan menurun

Sedangkan dari pemeriksaan klinis di dapatkan sebagai berikut :12


a. Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada
kapsul posterior.
b. Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada
kapsul posterior lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang
dalam beberapa tahun oleh kerena dindingnya pecah.
c. Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul
posterior lensa.

Terapi

PCO disebabkan oleh terbentuknya formasi mutiara atau fibrosis yang


biasanya muncul setelah operasi katarak. Manajemen PCO mengalami
pergeseran paradigma dalam strategi dan teknik pengobatan. Macam-macam
terapi PCO pada dewasa antara lain:1,13,14

1. Kapsulotomi dengan pisau dan jarum, sebelum munculnya laser


penatalaksanaan PCO telah dilakukan menggunakan prosedur pembedahan
dimana sebuah irisan dibuat pada kapsul posterior dengan pisau Ziegler atau
jarum bent . Kapsulotomi posterior sekunder dibuat untuk PCO mengikuti
EKEK dan mungkin juga dilakukan pada PCO yang sangat tipis.

13
2. Pengelupasan dan aspirasi dari mutiara menggunakan krioterapi.
Riebsamen dan kawan-kawan mendeskripsikan sebuah teknik
pengelupasan pada epitel muatiara dimana pengelupasan dengan alat yang
digenggam dibelakang IOL dari limbus terhubungan dengan sebuah mesin
penghisap (suction). Teknik ini tidak terlalu efektif untuk mengobati
robekan fibrosis kapsul. Bhargava dan kawan-kawan mengevaluasi efikasi
dari operasi dengan cara pengelupasan dan aspirasi dari mutiara PCO
menggunakan sebuah desain kanula khusus dan menemukan bahwa
tindakan pengelupasan dan aspirasi dari mutiara dapat menjadi salah satu
alternatif dari kapsulotomi laser Nd: YAG untuk PCO membranosa.
Rekurensi munculnya lapisan mutiara, uveitis dan udem macula cystoid
adalah penyebab tersering berkurangnya penglihatan. Beberapa penulis
juga menyarankan krioterapi untuk mencegah PCO.

3. Laser kapsulotomi Neodymium Yttrium Aluminium Garnet (Nd:


YAG),adalah sebuah alat oftalmik dimana aplikasinya menggunakan
konversi teknik operasi dari intrakapsular ke ekstrakapsular pada operasi
katarak. Cara ini akan meningkatkan ukuran dengan memperhalus sudut
dari kapsul yang diretraksi dan menjadikan kapsul lebih berbentuk sirkular.
Saat ini kapsulotomi Nd: YAG telah mengganti posisi tindakan operasi
invasif sebagai modalitas terapi yang paling sering dilakukan untuk
tatalaksana PCO.

Kebutuhan untuk dilakukannya kapsulotomi tergantung dari gangguan


fungsi penglihatan yang diderita pasien, rasa tidak nyaman, ketergantungan
dan munculnya faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit seperti
myopia, riwayat detachment retina, resiko tinggi udem cystoid macular dan
hanya sebelah mata yang berfungsi untuk melihat. Bhargava dan kawan-
kawan memperkirakan tingkat kebutuhah energi rata-rata untuk subtype
PCO dan menemukan bahwa rata-rata energi yang dibutuhkan untuk
membentuk kapsulotomi pada jaringan fibrosa dan mutiara untuk

14
membentuk PCO sangat signifikan. Berbeda PCO fibrosa lebih tipis dan
membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan dengan PCO
membranosa yang lebih tipis.

Stager dan kawan-kawan meneliti keefektifan laser kapsulotomi Nd: YAG


untuk terapi PCO pada anak dengan IOL akrilik. Dari total 51 mata (70%)
yang di evaluasi setelah menjalani prosedur Nd: YAG tunggal didapatkan
penglihatan yang jernih, 10 mata (84% kumulatif) setelah dilakukan 2
prosedur, dan 3 mata lainnya (88% kumulatif) setelah 3 prosedur (rentang
periode followup: 3–92 bulan; median: 25 bulan). Mereka menyimpulkan
laser kapsulotomi Nd: YAG adalah salah satu pilihan yang dapat diterima
untuk menatalaksana PCO setelah pemasangan IOL akrilik pada anak. Pada
penelitian prospektif pada 474 pasien dengan PCO yang menjalani laser
kapsulotomi,Bhargava dan kawan-kawan menemukan hubungan yang
signifikan antara rata-rata energi laser total dan komplikasi lain seperti
lubang IOL, naiknya IOL, CME dan detachment retina. Peneliti
menyimpulkan bahwa subtype PCO dan fiksasi IOL secara signifikan
mempengaruhi kebutuhan energy laser yang dibutuhkan untuk
kaspulotomi, sedangkan biometri IOL tidak. Komplikasi seperti
terbentuknya lubang, uveitis peningkatan TIO, RD dan CME secara
signifikan lebih banyak ketika diberikan energi laser total untuk tatalaksana.

Laser capsulotomy Nd YAG diindikasikan untuk terapi PCO yang


menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan atau fungsi penglihatan
atau keduanya pada pasien. Kontraindikasi capsulotomy laser Nd YAG
dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi
absolutnya yaitu skar pada kornea, iregularitas atau udem diperberat
dengan visualisasi target atau gangguan optic yang tidak dapat
diprediksikan dan stabilita inadekuat pada mata. Sedangkan kontraindikasi
relative nya adalah lensa intraokuler kaca dicurigai adanya udem macular
cystoid, inflamasi intraokuler aktif, risiko tinggi terjadi lepasnya retina. 15

15
Sebelum dilakukannya laser capsulotomy indirek persiapan yang harus
dilakukan untuk mengukur opasitas kapsul secara signifikan adalah : 15

1. Edukasi kepada pasien bahwa tindakan ini menyebabkan rasa nyeri yang
minimal, prosedur siap dalam beberapa menit. Saat tindakan mungkin
akan terdengar suara klik, hal tersebut berguna untuk mempertahankan
posisi pasien yang tepat.
2. Visualisasi menggunakan oftalmoskop direk dari struktur fundus
3. Retinoskopi evaluasi reflek merah menggunakan slit lamp dan
oftalmoskop direk atau indirek
4. Evaluasi menggunakan laser interferometer.
5. Evaluasi tajam penglihatan potensial
6. Angiografi fluorescein
7. Evaluasi fundus menggunakan Hruby lens

Prosedur laser capsulotomy Nd YAG : 15

1. Digunakan kontak lensa peyman atau central Abraham untuk


menstabilkan mata, meningkatkan optic sinar laser, dan memfasilitasi
daya fokus yang akurat. Laser ini berguna untuk :
i. Meningkatkan sudut konvergensi dari 160 menjadi 240
ii. Mengurangi area laser pada kapsula posterior dari 21 µm
menjadi 14 µm
iii. Meningkatkan diameter sinar pada kornea dan retina
2. Gunakan energi seminimal mungkin ( jika mungkin 1 mJ )
3. Identifikasi dan potong melewati tension line
4. Lakukan cruciate opening dimulai dari arah jam 12 pada perifer
lanjutkan dengan melewati arah jam 6 dan potong dari arah jam 3 dan
9.
5. Bersihkan semua sisa-sisanya.
6. Hindari potongan-potongan bebas yang mengambang

16
4. Vitrektomi dan kapsulotomi posterior primer, Guo dan asisten peneliti
menelaah kembali sumber kepustakaan yang berhubungan dengan operasi
katarak pada anak dan menemukan bahwa terdapat konsensu untuk
melakukan PCCC dengan vitrektomi anterior pada anak-anak yang berusia
dibawah 6-7 tahun. PCCC sendiri dapat menghambat onset PCO tetapi tidak
menghilangkannya.

Terapi PCO yang dapat diberikan pada anak-anak adalah membranektomi


pars plana. Menurut Mitra dan kawan-kawan yang mengusulkan
kapsulovitrektomi pars plana pada PCO dimana laser Nd: YAG tidak terlalu
efektif untuk menjernihkan axis penglihatan dan mereka menemukan
keberhasilan dalam penetrasi pada membrane yang tipis. Penelitian Lee dan
kawan-kawan pada tahun 2004 melaporkan kasus sebuah kasus mengenai
kepadatan PCO dan opaksitas hialoid anterior setelah ekstraksi katarak
kongenital yang berhasil dan dengan mudah dihilangkan menggunakan sistem
TSC dan melakukan perawatan rutin terhadap axis penglihatan yang sudah
bersih.

Lam dan kawan-kawan mengevaluasi keamanan dan efikasi


membranektomi pars plana menggunakan jarum sistem TSV 25-gauge didalam
manajemen operasi PCO pada 10 mata pseudofakia dari 6 orang anak (mean usia:
35.1 ± 37.8 bulan; rentang usia: 6–93 bulan). Semua mata menunjukkan
perbaikan tajam penglihatan dari rata-rata 6/67 sebelum tindakan menjadi 6/29
setelah operasi (p = 0.001). Satu mata pada pasien dengan uveitis menyebabkan
terbentuknya PCO rekuren dan kapsulotomi kedua dilakukan kembali
menggunakan sistem TSV dan jarum 25-gauge. Lam dan kawan-kawan
menyimpulkan operasi PCO menggunakan jarum 25 G sistem TSV adalah salah
satu cara yang paling aman dan evektif. Keuntungan tindakan ini meliputi
manipulasi yang mudah dengan peralatan yang sangat kecil di mata anak-anak.

Hasil penelitian Wasserman dan kawan-kawan terhadap 367 Nd:YAG


kapsulotomi laser posterior dan hubungan perubahan Tekanan Intra Okuler

17
(TIO), integritas sel endotel kornea dan tajam penglihatan. Rata-rata nilai
maksimal yang menginduksi peningkatan TIO adalah 1.4 mmHg dan hal ini
muncul dalam satujam pertama kapsulotomi. Angka rata-rata kehilangan sel
endotel kornea adalah 7%. Tajam penglihatan meningkta lebih baik sekitar 20/30
pada 87.5% pasien.

Menurut penelitian Mitra dan kawan-kawan yang melakukan


kapsuloviterktomi pars plana dalam kasus PCO dimana laser Nd:YAG tidak
terlalu efektif untuk mengkoreksi axis penglihatan dan mereka menemukan cara
untuk melakukan penetrasi kedalam membran tipis pupil.

Penelitian Xie dan kawan-kawan yang mengevaluasi hasil kapsulotomi pars


plana dan vitrektomi dengan infuse melewati limbus untuk menghilangkan PCO
pada 51 anak (57 mata pseudofakia) dimana hal ini mungkin dilakukan
menggunakan prosedur kapsulotomi Nd:YAG. Inti kapsul posterior yang opak
dan vitreous anterior berhasil dihilangkan pada semua pasien tanpa disertai
komplikasi. Sebuah lubang bulat dengan diameter 3–4 mm diletakkan pada
bagian tengah dari kapsul posterior dengan tajam penglihatan ≥0.3 pada 51.9%
mata dibulan ke 3 dan axis visual yang jernih didapatkan selama periode follow
up selama 30 bulan. Pada penelitian lainnya Xie dan kawan-kawan juga
menemukan bahwa kapsulektomi pars plana dan vitrektomi adalah tindakan yang
aman dan efektif untuk PCO pada anak-anak dengan pseudofaki dimana
penglihatan setelah penyembuhan menjadi lebih baik, TIO postoperasi normal
dan rata-rata kehilangan sel endothelial secara keseluruhan adalah sebesar 3.4%.1

Pencegahan
Dr. Apple telah mengidentifikasi enam faktor penting dalam pencegahan
PCO : 16
1. Tiga faktor bedah :
a. Pembersihan kortikal dengan peningkatan hydrodissection
b. Diameter curvilinear capsulorhexis lebih kecil dibandingkan
dengan optic IOL

18
c. Fiksasi posterior chamber IOL
2. Tiga faktor terkait IOL :
a. Geometri IOL: bentuk persegi, tepi terpotong
b. Biokampatibilitasa dari biomaterial IOL (stimulasi dari proliferasi
IOL)
c. Kontak maksimal antara IOL dengan kapsul posterior

Dr. Apple menemukan bahwa pembersihan kortikal dengan peningkatan


hydrodissection faktor terpenting. Pada pembersihan sel yang baik tanpa adanya
bagian yang tertinggal pada kantung kapsular akan mencegah terjadinya
pembentukan katarak sekunder. 16

Beberapa peneliti lainnya menemukan bahwa pemberian infuse farmako


seperti lidokain bebas preserfatif 1% dapat meningkatkan pembersihan korteks,
meskipun belum diteliti dalam jangka panjang. 16

Komplikasi
Terkadang ada bagian dari katarak yang jatuh ke dalam vitreus sehingga
harus dilakukan operasi ulang untuk mengambilnya. Perdaraha di dalam vireus
sat operasi dapat menyebabkan hilangnya penglihatan permanen. Infeksi dapat
terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah operasi. Berikan antibiotik
untuk mencegahnya. Udem kornea sering terjadi akibat operasi katarak.17

Prognosis
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagimanapun hasil dan komplikasi
operasi tidak dapat dipastikan. Penglihatan setelah operasi tergantung dengan
kondisi kesehatan mata. Umumnya pasien merasa puas karena penglihatan
membaik, tetapi sebagian kecil pasien merasa terganggu dengan adanya efek
samping pada lensa intraokular yang ditanam karena adanya halo, merasa ada
banda asing yang berterbangan, atau bayangan.16

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.


2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-
Hill; 2007.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
4. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal : 200-10.
5. Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh tanggal 18
juli 2019
6. Posterior Capsular Opacity. http://www.jakarta-eye-centre.com. Diunduh tanggal
18 Juli 2019.
7. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika.
Jakarta. 2000. Hal : 175-81.
8. James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2005. Hal : 82.

20

Anda mungkin juga menyukai