OLEH :
Reinhar Rusli.
11.2017.148
Pembimbing
1
PENDAHULUAN
Posterior capsular opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling sering dari
operasi katarak.1 PCO disebut sebagai katarak sekunder atau setelah katarak, kapsul
posterior yang jernih hingga menjadi keruh berkembang beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah operasi katarak. PCO merupakan hasil dari pertumbuhan dan
proliferasi abnormal sel epitel lensa (LEC) dari kapsul pada saat operasi katarak. Sel-
sel ini bermigrasi ke kapsul posterior yang mendekati sumbu visual sentral dan
mengaburkan aksis penglihatan, sehingga terjadi gangguan penglihatan. PCO memiliki
dua bentuk, yaitu fibrous dan pearl. Kadang-kadang kombinasi keduanya juga
ditemukan.2
Kekeruhan pada visual aksis akibat PCO mempunyai insidensi yang lebih
tinggi pada pasien anak dibanding dewasa, studi-studi melaporkan angka kejadian
berkisar dari 44%-100%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian PCO
diantaranya adalah usia pasien saat dioperasi, manajemen dari kapsul posterior dan
vitreous anterior, maupun pemilihan jenis dan desain IOL.3
Menurut jurnal yang ditulis oleh Shaikh dkk di Pakistan, insiden PCO terjadi
pada hingga 50% pasien selama 2 bulan hingga 5 tahun post operasi katarak. Pada
pasien anak 43,5% mengalami hal ini setelah 3 bulan operasi dan setelah 2 tahun angka
kejadiannya mendekati 100%. Sedangkan pada dewasa kejadiannya bervariasi dari 3,3-
50%, hal ini bergantung dari teknik operasi dan jenis IOL yang digunakan.4
Gejala klinis dari PCO adalah penglihatan kabur (seperti berkabut atau
berasap), fotofobia, dan tajam penglihatan menurun. Kekeruhan pada kapsul posterior
dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior.4
2
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA1,2
Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan
luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian
depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid,
korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina.
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.
b) Sklera
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan
bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang disebut
sebagai episklera.
3
c) Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis
penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana
sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan
sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau
40 dioptri, dengan indeks bias 1,38 .
d) Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e) Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan
dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata.
Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan
bagian yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi
mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar
pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.
f) Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila
berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis).
g) Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus
silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus.
4
h) Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.
Memiliki tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Terletak di belakang iris.
Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan
cahaya ke retina.
i) Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi
dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
j) Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya.
5
ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA1,2
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di
antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan
3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari
badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang
melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa
memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung
dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator.
Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki
kekuatan hingga 16-19 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi
lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa
paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan
paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um)
.
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi
dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang
matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk
6
korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa
yang baru dibentuk ke tengah lensa.
FISIOLOGI LENSA1,2
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya.
Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh
karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap
junction antar sel.
7
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata
untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
8
katarak.7 Pada anak-anak, PCO dapat timbul setelah dilakukan operasi katarak
pada kasus-kasus katarak pediatrik.3
Etiologi
Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi EKEK atau
sesudah trauma yang memecah lensa. PCO paling cepat dapat terlihat setelah 2
hari prosedur Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). PCO terjadi akibat
proliferasi, pertumbuhan, migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang
terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel
lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.6,7
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada
kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah, membentuk
gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi.6
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok, Elsching pearl
ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah
dindingnya.6 Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi Ekstraksi
Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) atau sesudah trauma yang memecah lensa.
PCO paling cepat dapat terlihat setelah 2 hari prosedur EKEK. PCO terjadi akibat
proliferasi, pertumbuhan, migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang
terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel
lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.6,7
Patogenesis
Pada lensa yang normal, sel epitel lensa terbatas pada permukaan anterior
didaerah pertengahan lensa (Gambar 2.1). Baris tunggal sel kuboid ini dibagi
dalam 2 zona biologis yang berbeda, yaitu:8,9
9
A. Zona anterior-sentral (sama dengan zona kapsul anterior), terdiri atas selapis
sel kuboid datar, sel epitel dengan aktivitas mitosis minimal sebagai respon
terhadap berbagai stimulus, sel epitel anterior ini (sel ’A’) berproliferasi dan
mengalami metaplasia fibrosa. Keadaan ini dinamakan sebagai
‘pseudofibrous metaplasia’.
B. Zona kedua ini penting dalam patogenesis pembentukan dari ‘mutiara’ atau
pearl. Lapisan ini merupakan kelanjutan dari sel lensa anterior disekitar
daerah garis tengah(equatorial), yang membentuk bagian busur lensa ( sel
‘E’). Tidak seperti lapisan sel A, pada bagian ini sel melakukan mitosis,
pembelahan, dan multiplikasi secara cukup aktif. Serat lensa yang baru
diproduksi secara terus menerus pada zona ini sepanjang hidup.
10
Meskipun kedua tipe sel (sel zona anterior-sentral dan sel pada daerah
busur equatorial) sama-sama berpotensi menghasilkan kekeruhan visual, namun
kasus PCO klasik tersering disebabkan oleh proliferasi dari sel equatorial.
Berbeda dengan lesi dari kapsul anterior (sel A) yang disebabkan oleh
fenomena yang berhubungan dengan fibrosis, sel E cenderung membentuk sel
yang berdiferensiasi menjadi mutiara (sel bladder) dan korteks. Sel E juga
berperan dalam pembentukan cincin soemmering’s. Cincin soemmering’s
11
merupakan lesi berbentuk donat yang biasanya terbentuk akibat ruptur dari
kapsul anterior, yang pertama kali dijelaskan dalam kaitannya terhadap trauma
okular. Dasar patogenesis dari cincin soemmering’s adalah ruptur kapsul anterior
lensa diikuti keluarnya nukleus dan sebagian material pusat lensa. Sisa-sisa dari
korteks yang dikeluarkan berubah menjadi mutiara Elsching. Cincin
soemmering’s sebenarnya terbentuk setiap kali dilakukan EKEK baik secara
manual maupun secara otomatis atau dengan fakoemulsifikasi. Material ini
berasal dari proliferasi sel E di daerah busur lensa pada garis
pertengahan(equatorial). Sel ini mampu untuk berproliferasi dan bermigrasi ke
posterior melalui axis visual sehingga menimbulkan kekeruhan pada kapsul
posterior.
Jenis sel lain selain sel epitel lensa bisa jadi berperan dalam PCO, seperti
halnya EKEK selalu berhubungan dengan kerusakan beberapa sawar darah
aqueous, sel inflamasi, eritrosit, dan banyak mediator inflamasi lainnya yang
dilepaskan ke cairan aqueous/aqueous humor. Keparahan dari respon inflamasi
ini dapat dieksaserbaasi oleh IOL. Benda asing ini memicu respon imun tipe 3
yang melibatkan banyak tipe sel berbeda, termasuk leukosit polimorfonuklear,
sel giant, dan fibroblast. Deposit kolagen pada IOL dan kapsul dapat
menyebabkan kekeruhan dan juga kerut halus pada kapsul posterior. Namun
demikian pada kebanyakan kasus, respon inflamasi ini tidak signifikan secara
klinis.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK
ataupun setelah suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan
menjadi semakin kabur, juga rasa silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan
pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan menggunakan
oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak gelembung-gelembung
kecil pada daerah belakang lensa, atau dapat ditemukan gambaran mutiara
12
Elsching maupun cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam
penglihatan didapatkan visus yang menurun.11
Terapi
13
2. Pengelupasan dan aspirasi dari mutiara menggunakan krioterapi.
Riebsamen dan kawan-kawan mendeskripsikan sebuah teknik
pengelupasan pada epitel muatiara dimana pengelupasan dengan alat yang
digenggam dibelakang IOL dari limbus terhubungan dengan sebuah mesin
penghisap (suction). Teknik ini tidak terlalu efektif untuk mengobati
robekan fibrosis kapsul. Bhargava dan kawan-kawan mengevaluasi efikasi
dari operasi dengan cara pengelupasan dan aspirasi dari mutiara PCO
menggunakan sebuah desain kanula khusus dan menemukan bahwa
tindakan pengelupasan dan aspirasi dari mutiara dapat menjadi salah satu
alternatif dari kapsulotomi laser Nd: YAG untuk PCO membranosa.
Rekurensi munculnya lapisan mutiara, uveitis dan udem macula cystoid
adalah penyebab tersering berkurangnya penglihatan. Beberapa penulis
juga menyarankan krioterapi untuk mencegah PCO.
14
membentuk PCO sangat signifikan. Berbeda PCO fibrosa lebih tipis dan
membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan dengan PCO
membranosa yang lebih tipis.
15
Sebelum dilakukannya laser capsulotomy indirek persiapan yang harus
dilakukan untuk mengukur opasitas kapsul secara signifikan adalah : 15
1. Edukasi kepada pasien bahwa tindakan ini menyebabkan rasa nyeri yang
minimal, prosedur siap dalam beberapa menit. Saat tindakan mungkin
akan terdengar suara klik, hal tersebut berguna untuk mempertahankan
posisi pasien yang tepat.
2. Visualisasi menggunakan oftalmoskop direk dari struktur fundus
3. Retinoskopi evaluasi reflek merah menggunakan slit lamp dan
oftalmoskop direk atau indirek
4. Evaluasi menggunakan laser interferometer.
5. Evaluasi tajam penglihatan potensial
6. Angiografi fluorescein
7. Evaluasi fundus menggunakan Hruby lens
16
4. Vitrektomi dan kapsulotomi posterior primer, Guo dan asisten peneliti
menelaah kembali sumber kepustakaan yang berhubungan dengan operasi
katarak pada anak dan menemukan bahwa terdapat konsensu untuk
melakukan PCCC dengan vitrektomi anterior pada anak-anak yang berusia
dibawah 6-7 tahun. PCCC sendiri dapat menghambat onset PCO tetapi tidak
menghilangkannya.
17
(TIO), integritas sel endotel kornea dan tajam penglihatan. Rata-rata nilai
maksimal yang menginduksi peningkatan TIO adalah 1.4 mmHg dan hal ini
muncul dalam satujam pertama kapsulotomi. Angka rata-rata kehilangan sel
endotel kornea adalah 7%. Tajam penglihatan meningkta lebih baik sekitar 20/30
pada 87.5% pasien.
Pencegahan
Dr. Apple telah mengidentifikasi enam faktor penting dalam pencegahan
PCO : 16
1. Tiga faktor bedah :
a. Pembersihan kortikal dengan peningkatan hydrodissection
b. Diameter curvilinear capsulorhexis lebih kecil dibandingkan
dengan optic IOL
18
c. Fiksasi posterior chamber IOL
2. Tiga faktor terkait IOL :
a. Geometri IOL: bentuk persegi, tepi terpotong
b. Biokampatibilitasa dari biomaterial IOL (stimulasi dari proliferasi
IOL)
c. Kontak maksimal antara IOL dengan kapsul posterior
Komplikasi
Terkadang ada bagian dari katarak yang jatuh ke dalam vitreus sehingga
harus dilakukan operasi ulang untuk mengambilnya. Perdaraha di dalam vireus
sat operasi dapat menyebabkan hilangnya penglihatan permanen. Infeksi dapat
terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah operasi. Berikan antibiotik
untuk mencegahnya. Udem kornea sering terjadi akibat operasi katarak.17
Prognosis
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagimanapun hasil dan komplikasi
operasi tidak dapat dipastikan. Penglihatan setelah operasi tergantung dengan
kondisi kesehatan mata. Umumnya pasien merasa puas karena penglihatan
membaik, tetapi sebagian kecil pasien merasa terganggu dengan adanya efek
samping pada lensa intraokular yang ditanam karena adanya halo, merasa ada
banda asing yang berterbangan, atau bayangan.16
19
DAFTAR PUSTAKA
20