Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus.


Serumen merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin
dari glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi dan
rambut.1,2,3,4

Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan


sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen
obsturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan
serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran,
menyebabkan rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinitus.3,4 Serumen prop
atau kotoran telinga adalah produk kelenjar sebasea dan apokrin yang ada pada kulit
liang telinga dalam kondisi menumpuk dan keras. Pengerasan serumen atau kotoran
telinga ini lebih sering terjadi pada anakanak dan orang dewasa atau remaja.
Sebenarnya fungsi utama serumen ini adalah untuk menghalangi serangga yang
masuk kedalam tubuh kita, namun serumen tidak bersifat anti jamur dan anti bakteri.
Kondisi kulit liang telinga biasanya dalam kondisi kering sehingga menyebabkan
risiko terjadinya serumen obsturan lebih cepat.

Di Indonesia, adanya sumbatan kotoran telinga atau serumen obsturan


merupakan penyebab utama dari gangguan pendengaran pada sekitar 9,6 juta orang.
Berdasarkan survei cepat yang dilakukan Profesi Perhati Fakultas Kedokteran
Indonesia (FK UI) di beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi
serumen obsturan pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30- 50% (Kemenkes,
2013). Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis kronik,
liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya benda
asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam saat
mencoba membersihkan telinga
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit


yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering.1,2,3,4

Anatomi dan Fisiologi

Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu bagian luar, tengah dan dalam. Telinga
luar berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke
struktur - struktur telinga tengah. Bentuk dari liang telinga seperti spiral
sehingga mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda asing dan efek
termal.1 Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari pinggir konka
hingga membran timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa
sedangkan duapertiga bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian yang
tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan.1

Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antarindividu. Kulit
bagian telinga luar membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam
pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini.1.3,5
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut
debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani.
Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan
dan pembentukan fisura pada epidermis. Efek Serumen 3 bakterisidal serumen
berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin.Serumen dibagi
menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi
menjadi tipe lunak dan tipe keras.Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan
serumen secara alami, dengan adanya migrasi epitel dari membran timpani
menuju ke meatus akustikus eksterna dan dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.1,3,4

Fungsi serumen: 2

 Membersihkan

Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses


yang disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan
gerakan rahang seperti mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah
membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo kedinding kanalis
akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus eksternus
juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw
movement membantu proses ini dengan memampatkan kotoran yang menempel pada
dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan pengeluaran kotoran.

 Lubrikasi

Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit


kanalis akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alkohol.
 Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal

Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia colli.
Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat
dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini
dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang
relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal).

Dikatakan pula bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri
dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat
menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun
secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.

Serumen dapat dibagia menjadi 2 tipe yaitu menjadi tipe basah dan tipe kering.
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.2.

Serumen tipe basah dan tipe kering

Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan


dengan orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras
Oriental, memilki karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas
dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras non-
Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun keras.
Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme herediter, alel serumen
kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah. Yang cukup menjadi
perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan dengan rendahnya insidensi
kanker payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kelenjar
seruminosa dan kelenjar pada payudara sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.

Serumen tipe lunak dan tipe keras

Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe


lunak dan serumen tipe kering:2

Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering
pada orang dewasa
Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering
kita temukan di tempat praktek.

Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen
yang berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila
dijumpai maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria.2

Patofisiologi

Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen


terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau
produksi serumen yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi
dari kelenjar serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan
kontaminan. Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan
mendorong serumen ke arah membran timpani.2,3
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen
kontak dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin
kering dan perubahan dari sekret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan
sulit dikeluarkan.3,

Gejala
Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga
menyebabkan rasa penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif).
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien mengeluhkan adanya
vertigo atau tinitus.3,4

Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang
telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari
serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani dan
riwayat fraktur tulang temporal atau pembedahan telinga.3

Penanganan
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal.
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengair atau kuret. Apabila dengan cara ini
serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu
dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh
terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.2,4

Indikasi
Untuk mengeluarkan selumen adalah sulit untuk melakukan evaluasi
membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli
konduktif.

Kontraindikasi
Dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bila
terdapat keluhan tinitus, cerumen yang sangat keras dan pasien yang tidak
kooperatif merupakan kontraindikasi dari microsuction.6
Mengeluakan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-
alat. Irigasi merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus
eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi
membran timpani memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah sehingga menyebabkan otitis media. Perforasi dapat terjadi akibat
semprotan air yang terlalu keras kearah membran timpani. Liang telinga
diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan
pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis
akustikus eksternus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang.
Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan
bantuan asisten.2
Tatalaksana
Pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang digunakan
antara lain minyakmineral, hydrogen peroksida, debrox dan cerumenex. Tidak boleh
menggunakan zat ini untuk jangka waktu lama karena dapat menyebabkan iritasi
kulit bahkan dermatitis kontak.2
BAB III
PENUTUP

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit


yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Serumen normal ditemukan pada
kanalis akustikus eksternus yang berfungsi untuk membersihkan, lubrikasi dan
antibakteri serta antifungi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan keluhan
pasien berupa adanya tekanan sampai nyeri telinga, penurunan fungsi
pendengaran dan gambaran serumen saat dilakukan otoskopi. Penanganan
serumen dilakukan dengan cara kuretase, suction/ penyedotan, irigasi, hingga
pemberian obat yang bersifat serumenolisis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams et al. Serumen dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT


(BOIES Fundamentals of Otolaryngology)Edisi 6. Jakarta; EGC. 1997: 76-7

2. Anonim. Makalah Serumen. Cimahi. 2008

3. Probst R. Grevers G. Iro H. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic


Otorhinolaryngology.
German; Thieme. 2006: 210-14.

4. Soepardi E. Iskandar N. Bashiruddin J. Restuti R. Serumen dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
2010: 59-60

5. Lalwani A. Diseases of the External Ear in Current Diagnosis & Treatment


Otolaryngology
Head and Neck Surgery 2ndEd. New York; McGraw-Hill’s. 2007

6. Wyk C. Cerumen Impaction Removal. Medscape. 2012.


http://emedicine.medscape.com
/article/1413546-overview#showal

Anda mungkin juga menyukai