PENDAHULUAN
Telinga merupakan salah satu panca indera dalam tubuh manusia yang
memiliki peranan yang sangat penting karena memilki fungsi sebagai alat
pendengaran dan keseimbangan.1
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media merupakan salah
satu penyebab utama gangguan pendengaran dan ketulian, bahkan dapat
menimbulkan penyulit yang mengancam
Namun demikian oleh sebagian masyarakat masih dianggap hal biasa, sehingga
tidak segera mencari pertolongan saat menderita otitis media. Saat pendengarannya
mulai berkurang, tidak mampu mengikuti pelajaran di
beraktifitas dengan baik ataukah
setelah
terjadi
komplikasi barulah
mereka
nonpurulen di telingah tengah, sedangkan membran tympani utuh tanpa ada tandatanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila
efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. ANATOMI TELINGA
Struktur yang terganggu pada otitis media adalah bagian telinga tengah.
Dimana telinga tengah itu sendiri terdiri dari :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
kanalis
fasialis,
tingkap
lonjong,
tingkap
bundar,
dan
promontorium.1
terdiri dari 3 lapis yaitu : lapisan kutaneous (Lapisan paling luar yang
terdiri dari berlapis kubis), lapisan mukosa (Lapisan paling dalam yang terdiri
dari epitel selapis kubis atau lanjutan dari mukosa saluran nafas, dan
Lamina propria (terletak di tengah dan terdiri dari lapisan sirkuler dan radier).
Fungsi dari membrane timpani ini adalah untuk mengubah gelombang suara
menjadi getaran yang akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran.2
Pada kavum timpani terdapat 3 ruangan yaitu epitimpani, mesotimpani
dan hipotimpani. Pada epitimpani terdapat jaringan yang berguna untuk
mempertahan tulang-tulang pendengaran dan juga terdapat sedikit udara dan
terdapat pintu dari mastoid. Mastoid ini merupakan hasil pneumatisasi dari os.
Temporal. Sampai saat ini fungsi dari mastoid masih belum diketahui secara
pasti.2
Gambar 2. Anatomi telinga tengah.2
Sedangkan pada Hipotimpani, berbatasan dengan vena jugularis dan
terdapat tuba eustachius. Untuk tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva,
terdiri dari Maleus (yang bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu
Stapes yang berlekatan dengan tingkap lonjong. Fungsi dari tulang
pendengaran ini selain menghantarkan getaran dari membrane timpani juga
untuk memperkuat getaran tersebut sampai 17 kali.2
energi listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa
mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.1,2
2.3. DEFINISI
Otitis media dengan efusi adalah adanya cairan di telinga tengah tanpa tandatanda atau gejala infeksi telinga akut. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media
serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue
ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius dan rongga mastoid. Faktor
yang berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lain yang
dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing
palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rinitis, defisiensi
imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan
dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi telinga tengah).1
2.4. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah kesehatan utama
yang ditemukan pada bayi dan anak. Suatu survei yang melakukan skrining pada
anak-anak yang sehat usia bayi sampai 5 tahun menunjukkan sebanyak 15-40%
memiliki efusi pada telinga tengah. Studi lain, pada anak yang diperiksa secara
berkala selama 1 tahun, 50-60% peserta dan 25% anak usia sekolah ditemukan efusi
pada telinga tengah, dengan puncak insiden pada musim dingin.3
Sekitar 80% anak-anak mengalami episode otitis media dengan efusi saat
berusia kurang dari 10 tahun. Lima persen dari anak-anak usia 2-4 tahun mengalami
hilangnya pendengaran karena efusi telinga tengah yang menetap selama 4 bulan
ataulebih. Prevalensi otitis media dengan efusi didapatkan paling tinggi pada
kelompok usia 2 tahun ke bawah dan menurun secara drastis pada anak di atas 6
tahun.3
2.5. ETIOPATOGENESIS
Pada dasarnya otitis media efusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu otitis
media serosa dan otitis media mukoid. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media
mukoid.1
Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi
perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada
di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di
dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang
berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius.
Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab barotrauma, sinusitis, rinitis,
defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor
tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi di telinga tengah).1
Disfungsi tuba eustachius adalah prekursor yang utama. Jika tuba eustachius
tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum di dalam telinga tengah. Sumbatan
yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang semakin
memperberat masalah. Gangguan pada tuba eustachius yang membuat tuba
eustachius tidak dapat membuka secara normal antara lain berupa palatoskisis
dan
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tibatiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai 90
cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar
dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur
darah.1
Otitis media efusi dapat didahului dengan otitis media akut. Hal ini
disebabkan oleh sekresi cairan dari mukosa yang terinflamasi. Mukosa telinga tengah
tersensitisasi oleh paparan bakteri sebelumnya, dan melalui reaksi alergi terus
menerus memproduksi sekret. Tetapi otitis media dengan efusi tidak harus selalu
diawali dengan otitis media akut.3
2.6. KLASIFIKASI
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Otitis media serosa akut
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba eustachius yang
terjadi disebabkan oleh infeksi saluran nafas bagian atas atau serangan
alergik pada nasal.9
2. Otitis media serosa kronis
Pada keadaan kronis, terjadinya sumbatan pada tuba eustachius
dalam jangka waktu yang lama atau terbentuknya sekret yang lebih
kental sehingga sekret tidak dapat diserap dan tidak bisa disalurkan
melalui tuba eustachius.9
2.7. MANIFESTASI KLINIS
Otitis media efusi seringkali muncul tanpa nyeri. Cairan yang terkumpul dalam
telinga tengah dapat mengurangi pendengaran. Gejala yang menonjol pada otitis
media efusi biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh
rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda,
pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Umumnya orang dewasa dapat
menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya secara lebih dramatis, dapat berupa
perasaan rasa penuh dalam telinga, menurunnya ketajaman pendengaran dan tinitus.
Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan
biasanya bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Pada kebanyakan anak, otitis media
serosa terjadi secara asimptomatik terutama pada anak-anak dibawah umur 2 tahun.
Karena anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya
pendengaran akibat cairan di telinga tengah
dapat
menyebabkan
keterlambatan
berulang.
Riwayat dalam keluarga dengan sakit yang sama.
2. Pemeriksaan fisik
- Otoskopi
Diagnosis otitis media efusi terutama didasarkan pada pemeriksaan
membran timpani. Otoskopi yang tepat memerlukan liang telinga yang
bersih dan pencahayaan dan pembesaran yang memadai. Pada kasus
efusi mucoid, pemeriksaan otoskopi dapat memperlihatkan membrane
timpani opaque, translusen, warna kusam dan tekstur tebal. Tekanan
yang disebabkan oleh efusi di telinga tengah dapat menyebabkan
membrane timpani sedikit menonjol. Pada efusi serosa kadang-kadang
hanya mengisi sebagian rongga timpani, ini memperlihatkan adanya air
fluid level dan gelembung udara yang terlihat melalui membran
timpani.10,11,13
Pneumatic otoscope
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga
terhadap perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang
berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan
3. Pemeriksaan penunjang
- Impedance audiometry (tympanometry)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans
akustik sistem membran timpani telinga tengah melalui perubahan
tekanan udara
10
lokasi
bisa
dilakukan.
Terapi
medikamentosa
dapat
berupa
decongestan, anti histamin, antibiotik, perasat valsava bila tidak ada tandatanda infeksi jalan napas atas dan hiposensitisasi
alergi.
Dekongestan
dapat diberikan melalui tetes hidung, atau kombinasi anti histamin dengan
dekongestan oral. Namun kepustakaan lain menuliskan bahwa antihistamin
maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongest nasofaring.
Untuk otitis media efusi itu sendiri, pemberian antibiotik tidak disarankan.
Dasar dari pemberian antibiotik adalah berdasarkan penelitian
dari
hasil
kultur bakteri cairan otitis media efusi. Cairan serosa dan mukoid yang
dikumpulkan pada miringotomi untuk diteliti, hasilnya ditemukan biakan
kultur positif pada 40% spesimen. Hasil biakan kultur tersebut mengandung
organisme yang
identik
dengan
organisme
yang
didapat
dari
dengan
otitis
media
akut
Hasil
perlu
dibatasi.
Tatalaksana
lain
yang
masih
kontroversial
11
untuk
mengurangi
gejala.
Selama
politzerization
dan
dengan
12
sebelum terlepas keluar secara spontan pada saat mukosa sembuh dan tidak
perlu ventilasi lebih lanjut. Sesetengah pasien bisa mengalami rekuren,
bagaimanapun, ini memerlukan pemasangan tabung ventilasi kembali.
Ttubes menetap di tempat untuk waktu yang lama, tapi semakin lama
mereka tetap dalam telinga, besar kemungkinan terjadinya komplikasi lokal.
Membran timpani yang terinfeksi di sekitar tabung ventilasi dapat diobati
dengan pembersihan lokal, biasanya dilakukan dengan alat hisap. Ini
merupakan cara yang terbaik dilengkapi dengan penyemprotan lokal dengan
asam borat. Pemberian antibiotik adalah tidak berpengaruh.10,14,18
Setelah insisi dilakukan, tabung ventilasi bisa ditempatkan di beberapa
bagian membran timpani, tetapi harus waspada dalam menempatkan tabung
karena menempatkan tabung ventilasi pada kuadran posterosuperior ditakuti
merusak sendi Incudostapedial. Setelah tabung ditempatkan, aksi dari
sistem mukosiliar akan membersihkan efusi serosa, lendir, atau mucopus
pada telinga tengah melalui tabung eustachius. Setelah melakukan
pemasangan tabung, harus segera dilakukan aspirasi cairan untuk
menghindari penyumbatan dari tabung ventilasi.10,11,15
13
Otitis media efusi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi berupa
atelektasi membran timpani, adhesive otitis media, tympano/ myringosclerosis dan
ankilosis tulang pendengaran yang bisa menyebabkan pembentukan kolesteatoma.9,10
2.12. PROGNOSIS
Meskipun kebanyakan pasien dengan otitis media efusi akhirnya sembuh
dengan baik, dan cukup cepat pada saat itu, sejumlah kasus refrakter terus berlanjut
bahkan setelah berulang melakukan pemasangan tabung ventilasi. Kasus refrakter ini
bisa berlanjut
kolesteatoma. Untuk kasus kronis otitis media efusi, aerasi jangka panjang yang
buruk pada telinga tengah, bisa mengarah pada komplikasi yang disebutkan di atas.
Disebabkan komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada struktur
telinga tengah pasien, harus dilakukan pemantauan untuk beberapa jangka waktu
yang cukup setelah sembuh untuk memastikan bahwa tidak ada atelektasis, saku
retraksi, atau bahkan kolesteatoma berkembang tanpa gejala.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi EA, et all,
editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
6th ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2007. p. 64-74
2. Probost R, Grevers G, Iro H. Middle ear. In: Probost R, Grevers G, Iro H, editors.
Basic Otorhinolaryngology. Stutgart : Thieme.; 2006. p. 228-249
3. American Academy of Pediatric. 2004. Otitis Media with Effusion. Office Journal
of The American Academy of Pediatrics. Volume 113 No 5. p. 1412-29
4. Paparella,MM., Adams, GL., Levine, SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Adams, GL., Boies,LR., Higler, PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Ed.
6. Jakarta:EGC. 1997. P. 90-9
5. Putz, R., Pabst, R. 2007. Sobotta Anatomie des Menschen Der komplette. 22th A
ed. Mnchen: Elsevier.p.1045
14
15