Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
Shoulder-hand syndrome umumnya berkembang menjadi distrofi refleks
diikuti dengan penyebab mendasarnya dan ditandai dengan rasa sakit di bahu.
Sindroma ini juga berkaitan dengan pembengkakan dan nyeri pada tangan yang
sakit. Perubahan sendi bahu identik dengan yang terlihat pada frozen-shoulder
syndrome. Hal ini dianggap oleh beberapa orang sebagai manifestasi dari distrofi
refleks simpatis yang terjadi pada setiap lesi bahu yang menyakitkan. Hal ini juga
ditemukan sebagai gejala sisa pada infark miokard, radang pleura, berbagai jenis
lesi intratoraks yang menyakitkan, kecelakaan serebrovaskular, trauma, ruptur
pada disk servikal, atau arthritis servikal.
Shoulder-hand syndrome mulai muncul ketika bahu pasien ditahan secara
persisten dan diimobilisasi. Tidak digunakannya otot-otot yang terlibat membuat
bahu kaku dan semakin menyakitkan. Pada akhirnya edema pada tangan mulai
terjadi dan gerakan sendi jari menjadi terbatas dengan progresif. Mekanisme yang
bertanggung jawab adalah respon refleks pada sensasi nyeri dari saraf simpatik,
yang berkomunikasi dengan saraf sensorik pada internuncial pool pada sumsum
tulang belakang. Saraf simpatik merespon rasa sakit distal yang terjadi dengan
memicu aksi refleks eferen vasomotor reaktif di regio yang terlibat. Hal ini secara
efektif mengurangi sirkulasi darah ke jaringan yang dianggap terlibat pada pola
nyeri.
Perubahan di tangan yang disebabkan oleh shoulder-hand syndrome terjadi
dalam 3 tahapan, yaitu: (1) pasien mengeluh rasa terbakar di tangan, yang secara
kebetulan baik dingin dan berkeringat atau dingin, merah, basah, kaku, dan bagian
superficial sensitive terhadap sentuhan atau tekanan; (2) tangan memutih, kulit
menebal, dan tangan semakin dingin dan kaku; (3) tangan memucat dan
mengurus, dan terjadi atrofi otot (talang air) dengan kontraktur sendi
(osteoporosis terlihat jelas dengan x-ray). Pada akhir proses ini tangan dan lengan
umumnya tidak berguna dan tidak berfungsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

DEFINISI

Shoulder-hand syndrome (SHS) merupakan istilah lain dari complex


regional pain syndrome (CRPS) yang terjadi hanya pada ekstremitas superior.1
SHS umumnya terjadi setelah stroke. Biasanya pada pasien dengan stroke
yang mengalami paralysis pada satu sisi. Untuk alasan yang tidak diketahui,
beberapa orang mengalami kelemahan dengan rasa sakit yang menyakitkan pada
ekstremitas atas. Ketika rasa sakit di tangan dan bahu berat, kondisi ini dinamakan
SHS.2
2.2.

ETIOLOGI
Penyebab SHS antara lain cedera pada tangan, fraktur pada pergelangan

tangan, infark miokard, stroke, radang pleura, lesi intratoraks, kecelakaan


serebrovaskular, trauma, ruptur disk servikal atau arthritis servikal.1, 2
2.3.

EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi SHS sendiri belum diketahui seberapa banyak. Namun

apabila dilihat secara garis besar melalui CRPS, sindroma ini ditemukan pada
berbagai usia dengan rata-rata usia pada saat di diagnosis adalah 42 tahun.
Sindroma ini mengenai baik laki-laki maupun perempuan. Frekuensi pada
perempuan 3 kali lipat dibandingkan pada laki-laki.3
2.4.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang muncul pada pasien SHS:


Nyeri pada bahu
Nyeri pada tangan
Rasa kebas
Nyeri pada siku
Nyeri pada pergelangan tangan
Rasa geli. 2
Gejala muncul dalam 3 tahapan:
1.
Pasien mengeluh rasa terbakar di tangan, yang secara kebetulan baik dingin
dan berkeringat atau dingin, merah, basah, kaku, dan bagian superficial
sensitive terhadap sentuhan atau tekanan
Tangan memutih, kulit menebal, dan tangan semakin dingin dan kaku
Tangan memucat dan mengurus, dan terjadi atrofi otot (talang air) dengan

2.
3.

kontraktur sendi (osteoporosis terlihat jelas dengan x-ray). Pada akhir proses
ini tangan dan lengan umumnya tidak berguna dan tidak berfungsi.1, 2
2.5.

DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis menurut International Association for the Study of Pain


(IASP):
Rasa sakit berkelanjutan yang tidak proporsional.
Setidaknya 1 gejala dikeluhkan dari setidaknya 3 kategori dibawah ini:
o Sensori: Hiperestesia atau allodynia
o Vasomotor: Temperatur asimetris, warna kulit berubah, warna kulit
asimetris.
o Sudomotor/ edema: Edema, perubahan berkeringat, atau berkeringat yang
asimetris.
o Motor/ trofik: Berkurangnya jangkauan gerak, disfungsi motor (misalnya
kelemahan, tremor, diastonia), atau perubahan trofik (misalnya rambut,
-

kuku, kulit).
Setidaknya 1 tanda pada saat evaluasi dari setidaknya 2 kategori dibawah ini:
o Sensori: Adanya bukti hiperalgesia (dengan peniti), allodynia (dengans
entuhan ringan, sensasi temperatur, tengan somatic yang dalam, atau
gerakan sendi).
o Vasomotor: Adanya bukti temperatur asimetris (>1C), perubahan warna
kulit atau asimetris.
o Sudomotor/ edema: Adanya bukti edema, perubahan keringat, atau
berkerigat yang asimetris.
o Motor/ trofik: Adanya bukti berkurangnya jangkauan gerak, disfungsi
motor (misalnya kelemahan, tremor, distonia), atau perubahan trofik

(misalnya rambut, kuku, kulit).


Tidak ada diagnosis lain yang lebih baik dalam menjelaskan tanda dan gejala.4

Gambar 1. Edema Pada Tangan Yang Sakit.

Gambar 2. Tanda CRPS Ekstremitas Atas atau disebut juga SHS.

Gambar 3. Perubahan Warna Kulit.

Gambar 4. Perubahan Warna dan Ukuran Tangan.

2.6.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus dimulai sedini mungkin. Hal ini penting dilakukan untuk

mencegah keadaan menjadi lebih buruk. Pengobatan biasanya kombinasi beberapa


terapi, seperti:
Obat-obatan: Pereda nyeri, steroid, obat tekanan darah yang bekerja pada
sistem saraf simpatik, obat untuk mengatasi bone loss (seperti Actonel), dan
anti depresan.
Fisioterapi
Aplikasi panas dan dingin
Penggunaan unit stimulator saraf transkutaneus elektrik
Injeksi obat ke kolumna spinalis untuk mengatasi serabut saraf yang nyeri
Pembedahan dengan memotok saraf untuk menghilangkan nyeri, tetapi juga

berdampak pada hilangnya sensasi lainnya.1, 2


2.7.

KOMPLIKASI
Apabila tidak terdiagnosa dan diobati sejak dini, hal ini menyebabkan

penyakit semakin progresif, seperti:


Atrofi jaringan
Pengetatan otot (kontraktur).5
2.8.

PROGNOSIS

Sekitar 80% pasien sembuh. Pasien dengan kecacatan mengalami


keterbatasan dalam aktivitas keseharian mereka. Tanda dan gejala dalam jangka
lama, perubahan trofik, semuanya berkaitan dengan tingginya angka kecacatan.4

DAFTAR PUSTAKA
1. Pertoldi S, Di Benedetto P. Shoulder-hand syndrome after stroke. A complex
regional pain syndrome. Eura Medicophys. 2005 Dec;41(4):283-92.
2. Arthritis Unplugged. 2008. Shoulder-Hand Syndrome. Available from:
http://www.arthritis-unplugged.com/Shoulder-Hand-Syndrome.html. Accessed
30 November 2015.
3. Veldman PH, Reynen HM, Arntz IE, Goris RJ (October 1993). "Signs and
symptoms of reflex sympathetic dystrophy: prospective study of 829 patients".
Lancet 342 (8878): 10126.
4. Wheeler AH. 2014. Complex Regional Pain Syndromes. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1145318-overview. Accessed 30
November 2015.
5. Mayo Clinic. 2015. Complex regional pain syndrome. Available from:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/complex-regional-painsyndrome/basics/complications/con-20022844. Accessed 30 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai