Anda di halaman 1dari 25

LOW BACK PAIN (Teguh)

CARA PEMERIKSAAN
ANAMNESA
Lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktifitas terhadap nyeri
Pengaruh posisi tubuh
trauma
kemungkinan danya proses keganasan
Aktivitas sehari-hari
PEMERIKSAAN FISIK
Look
Postur
Deformitas tulang belakang
Kulit: psoriasis, atau penyakit vascular yang menimbulkan nyeri
Pola jalan
Fell
Tulang
Otot: trigger point, spasme, tonus
Move
ROM spine: forward flexion, extensiom, side bending, rotasi
Ekstremitas
Tes neurologi
Motorik
Sensorik
Reflek fisiologis dan patologis
Low back maneuver:
SLR
Kernig test
o Posisikan pasien untuk tidur terlentang
Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90)dengan tubuh, tungkai atas
dan bawah pada posisi tegak lurus pula.
Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai
membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha.
Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135, karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang
n.Ischiadicus, sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksi
involuter pada lutut kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif.
Pelvic rock test
o pada tes ini pemeriksa menggoyang-goyangkan atau mengocok bagian
panggul penderita apakah ada nyeri atau tidak.
Patrick-contra Patrick
o Tes patrick dan kontra patrick : pasien diminta untuk menekuk lutut tegak
lurus dengan badan lalu lutut di abduksi (patrick) serta ditekan dan setelah itu
di adduksi (kontra patrick) serta di tekan lalu evaluasi apakah ada nyeri atau
tidak.

Bragard test
o Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Sicard test
o Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri .

PROGRAM REHABILITASI LOW BACK PAIN


1. Istirahat di tempat tidur : untuk fase akut
Untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekananintradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2
hari. Tirahbaring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.Pasien dilatih secara
bertahap untuk kembali keaktivitas biasa
2. Terapi panas
Terapi panas superfisial/dalam
Dapat menggunakan SWD,MWD,UWD
Tujuan : mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasmeotot.
Keadaan akut kompres dingin, termasuk bila terdapat edema
Kronik kompres panas maupun dingin.
3. Traksi pinggul
bermanfaat untuk merelaksasikan otot, memperbaiki lordosis serta memaksa penderita
malakukan tirah baring total
4. stimulasi listrik(TENS)
penempatan elektroda TENS:
Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab
metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan
penyebab nyeri.
Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang terlibat, penempatan pada
lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan pada dua tempat yaitu di
anterior dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu.
Area trigger point dan motor point
Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas di bawah kontraksi motor (intensitas sensorik).
Pada frekuensi tinggi, secara selektif merangsang syaraf tertentu 'non-sakit' serat untuk
mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya membawa pesan rasa sakit.
Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan intensitas yang menghasilkan kontraksi motor. Pada
frekuensi rendah, dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan rasa sakithormon.
5. Pemakaian alat : lumbal korset
Korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapatmengurangi spasme
6. Terapi latihan
Latihan Untuk Mencegah Nyeri Punggung Bawah

Pelvic Tilts
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk, tumit diatas lantai, dan
berat badan bertumpu pada tumit. Tekan punggung kecil
menghadap lantai, kerutkan bokong (angkat sekitar setengah inci
dari lantai), dan kerutkan otot perut. tahan posisi ini untuk
hitungan 10. ulangi 20 kali

Abdominal Curls
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan kaki diatas lantai.
Letakkan tangan melintani dada. Mengkerutkan otot perut, secara
perlahan mengangkat bahu 10 inci dari lantai sambil menjaga
kepala belakang (dagu seharusnya tidak menyentuh dada).
Kemudian mepaskan otot perut, secara perlahan merendahkan

bahu. lakukan 3 kali 10

Knee-to-Chest Stretch
Berbaring pada punggung dengan lutut ditekuk dan kedua tumit
pada lantai. Ketika menjaga lutut ditekuki, letakkan kedua tangan
dibelakang salah satu lutut dan arahkan ke dada. Tahan untuk
hitungan ke 10. secara perlahan rendahkan kanki dan ulangi
dengan kaki yang lain. Lakukan latihan ini 10 kali.

Sitting Leg Stretch


Duduk diatas lantai dengan lutut lurus tetapi sedikit dilenturkan
(tidak dikunci) dan kaki berpisah sejauh mungkin. Letakkan kedua
tangan diatas lutut yang sama. Secara perlahan-lahan dorong
kedua tangan kearah pergelangan kaki. Hentikan jika nyeri terasa
dan berjalan tidah lebih jauh dari posisi yang bisa ditahan dengan
nyaman untuk 10 detik. Secara perlahan-lahan kembali ke posisi
duduk. Ulangi dengan kaki yang lain. Lakukan olahraga ini 10 kali
untuk setiap kaki.

Hip and Quadriceps Stretch


Berdiri dengan salah satu kaki diatas lantai dan lutut pada kaki
yang lain ditekuk kira-kira bersudut 90 . Genggam didepan
pergelangan kaki pada kaki yang ditekuk dengan tangan pada sisi
yang sama. (tangan yang lainnya kemungkinan diletakkan di
belakang bangku atau pada dinding untuk keseimbangan).
Menjaga lutut bersamaan, menekan kaki berlawanan dengan
tangan dan menjauh dari tubuh. tahan untuk hitungan ke 10.
ulangi dengan kaki yang lain. Lakukan olah raga ini 10 kali.

7. Penggunaan tubuh secara baik dan benar


Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus.
Hal ini akan menjagakelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan danlengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisiduduk. Pada saat
akan berdiri tumpukan tangan padapaha untuk membantu posisi berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantumengangkat dan menggeser posisi panggul
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saatakan berdiri badan diangkat dengan
bantuan tangansebagai tumpuan
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lututditekuk seperti hendak jongkok,punggung
tetapdalam keadaan lurus dengan mengencangkanotot perut. Denganpunggung lurus,
beban diangkat dengan carameluruskan kaki. Beban yang diangkat dengantangan
diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutarbadan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubahposisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bilaperlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk sehingga
memudahkan gerakan dan tidakmembebani punggung saat bangkit

FROZEN SHOULDER (ADHESIVE CAPSULITIS) (Krisna)


PEMERIKSAAN FISIK :
Pada fase sangat nyeri terjadi penurunan LGS aktif dan pasif. Tiap gerakan
menyebabkan nyeri,
terutama external rotasi dan abduksi.
1.Pemeriksaan Fungsi
a.Tes Orientasi (untuk melihat kemampuan aktifitas lengan)
Pasien tidak bisa memegang tulang belikat (scapula) sisi kontraletal
Pasien tidak bisa memegang telinga sisi kontralateral
Pasien tidak mampu menyisir dan mengambil dompet di saku celana
b.Pemeriksaan Fungsi Dasar (gerakan aktif, pasif, dan tes isometric melawan tahanan
sendi bahu)
Aktif
Fleksi : Nyeri, ROM Terbatas
Ekstensi : Nyeri, Full ROM
Endorotasi : Nyeri, ROM Terbatas
Exorotasi : Nyeri, ROM Terbatas
Abduksi : Nyeri, ROM Terbatas
Adduksi : Nyeri, ROM Terbatas
Pasif
Fleksi : Nyeri + Terbatas, soft end feel
Ekstensi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel
Endorotasi : Nyeri + Terbatas Hard end fell
Exorotasi : Nyeri, full ROM, hard end feel
Abduksi : Nyeri + Terbatas, hard end feel
Adduksi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel
TIMT (tes isometric melawan tahanan sendi bahu)
Fleksi : Normal
Ekstensi : Normal
Endorotasi : Normal
Exorotasi : Nyeri, kelemahan otot
Abduksi : Nyeri
Adduksi : Nyeri
2.Pemeriksaan Fungsi Tambahan
a.Palpasi
Nyeri tekan pada otot deltoideus
Spasme pada otot deltoideus pars medial
Tidak ada atropi otot
3.ADL Test
a.Menyisir rambut
b.Memasang tali BH
c.Memegang scapula yang kontralateral

d.Mengambil dompet di saku belakang


4. Pemeriksaan Spesifik:
1.Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.
2.Tes kekuatan otot.
3.Tes koordinasi gerakan.
4.Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.
PENANGANAN FISIOTERAPI (terapi latihannya) :
Shoulder Rehab Rutin

1. Hanging circumduction

Ini adalah latihan pemula yang baik, khusus untuk mereka yang memiliki banyak
kelemahan bahu, atau mereka yang baru saja menjalani operasi dari bahu.
Mulailah dengan memegang benda yang ringan seperti sekaleng kacang, kemudian
membungkuk dan membiarkan lengan Anda hanya tergantung bebas. Kemudian,
goyangan tubuh Anda dalam lingkaran lembut (seperti ditampilkan dalam warna
merah), sehingga lengan tertimbang mulai bergerak dalam lingkaran juga
(diperlihatkan dengan warna biru. Hati-hati untuk mengizinkan lengan untuk
"menggantung" sepanjang waktu, dan tidak menggunakan lengan untuk bergerak
dalam lingkaran. Lakukan latihan selama 1 menit, kemudian putar sebaliknya.
2. Wall Crawl

Ini adalah latihan pemula baik, dan cocok sekali untuk orang dengan Frozen
Shoulder, atau pada orang-orang yang menemukan mengangkat lengan secara
umum lemah atau menyakitkan. mulailah dengan menghadap dinding,
menempatkan jari-jari tangan di dinding di sekitar pertengahan setinggi dada,
jangan berdiri terlalu jauh ke belakang.

Perlahan-lahan merangkak jari-jari Anda ke dinding, sementara Anda mulai


berpaling dari dinding, tahan sejenak jika menjadi menyakitkan atau sulit

Hentikan jika anda juga tidak bisa melakukannya lebih tinggi dengan tangan Anda,
atau ketika Anda memiliki ternyata sejajar dengan dinding dengan tubuh Anda. lalu
perlahan-lahan merangkak jalan kembali ke dinding, sementara secara bersamaan
menoleh ke belakang ke dalam menghadap ke dinding. Ingatlah untuk lakukan
perlahan dan berhenti jika Anda tidak nyaman. Gunakan dinding untuk membatu.
3. Wall Press
Ini adalah latihan pemula mudah.
Menghadap dinding, dengan kaki satu langkah mundur dari itu. Letakkan tangan
Anda dalam sebuah "push up" posisi, dan bersandar sedikit berat badan Anda ke
arah dinding.
Biarkan dada menyentuh dinding, kemudian dorong perlahan menjauh dengan
tangan Anda, sampai Anda tegak lagi. Ulangi 10 kali. Untuk meningkatkan
tantangan, langkah lebih jauh ke belakang, yang akan meningkatkan beban pada
lengan Anda.
4. Circumductions

5.

6.

7.

8.

9.

Latihan pemula penting lain. Berdiri dengan mengangkat lengan Anda ke samping,
perlahan-lahan mulai menggambar lingkaran kecil, lalu perlahan-lahan
meningkatkan ukuran sampai Anda mencapai sebagai sebuah lingkaran yang besar
karena anda dapat membuat tanpa rasa sakit. Pastikan lingkaran akurat karena
anda dapat membuatnya, dan tidak berbuat curang dengan menggunakan tubuh
Anda untuk membantu mengangkat lengan. Lalu mereka perlahan menurun lagi
sampai Anda mencapai posisi awal. Harus mengambil setengah menit untuk pergi
ke satu arah, lalu setengah menit lagi untuk kembali yang lain. Ulangi sebanyak 3
kali.
Jika Anda merasa tidak nyaman, atau merasa lengan terlalu berat, cobalah latihan
yang sama, tetapi dengan siku daripada seluruh lengan diperpanjang.
Upper-cuts
Sebuah tingkat pemula latihan. Buatlah kepalan dengan satu tangan, Beding
lengan di siku, tapi tetap di sisi anda.
perlahan-lahan lakukan pukulan ke atas dengan kepalan tangan Anda.
Lakukan ke atas setinggi mungkin, hingga kepalan tangan melewati belakang bahu
Anda, tahan selama 10 detik, kemudian relaks. Ulangi sebanyak 3 kali.
Back - Hands
Sebuah tingkat pemula latihan. Posisi awal sama dengan posisi awal upper cuts,
kemudiansilangkan lengan bawah rata di atas perut Anda.
Perlahan-lahan memutar kepalan tangan Anda menjauh dari perut Anda yang jauh
karena badan akan ikut bergerak, pastikan untuk menjaga erat-erat lengan atas sisi
anda. Latihan ini dapat dimodifikasi dengan sambil memegang gagang pintu dan
gagang pintu yang lain dalam kepalan tangan yang sebelahnya. Ketegangan dari
elastis dapat digunakan untuk membuat perlawanan terhadap gerakan tangan
Anda.
Chicken Wings
Tempatkan kepalan tangan Anda yang tertutup di puncak pinggang Anda.
Kemudian ambil siku dengan tangan yang berlawanan dan tarik ke arah depan
sejauh mungkin. Anda harus merasakan regangan di bagian belakang bahu Anda.
Tahan selama 20 detik, lalu lepaskan. Ulangi beberapa kali. Anda harus bisa
mendapatkan siku Anda di depan dada Anda (akhirnya!)
Berhati-hatilah agar tangan Anda tidak merayap di atas perut Anda, karena akan
terlalu mudah untuk melakukan peregangan di posisi ini.
Juga, jangan biarkan bahu bergeser ke depan. Jaga agar bahu anda tetap belakang
dan ke atas saat Anda melakukan peregangan.
Jika Anda sangat dibatasi dalam gerakan ini, dan bahkan tidak dapat mencapai siku
dengan tangan Anda, cobalah meletakkan kedua tangannya di pinggang dan
mengepakkan siku Anda ke depan dan ke belakang dengan lembut, sambil terus
berusaha untuk meningkatkan peregangan ketika Anda "flap" sayap Anda. Cobalah
untuk menjaga tindakan bahkan dengan kedua tangan.
Cross-Chest stretch
Sebuah tingkat menengah peregangan. Tempatkan satu tangan di dada Anda, lalu
menekan ke arah dada lebih lanjut menggunakan lengan yang lain. Anda dapat
meningkatkan intensitas peregangan dengan meremas dan tambahan mengangkat
lengan ke atas ke arah daguTahan selama 20 detik kemudian relaks. Ulangi
sebanyak 3 kali.
Rear thrusts
Latihan tingkat menengah.
Mulailah dengan menempatkan tangan bersama-sama di belakang punggung,
telapak tangan menghadap ke belakang.

Lalu, dorong tangan Anda perlahan-lahan ke belakang dan ke bawah, merasakan


tekanan pada otot lengan Anda, dan regangan di bagian atas bahu Anda. Tahan
selama 20 detik kemudian relaks. Ulangi 3 kali.
Anda dapat meningkatkan intensitas latihan, dengan bersandar ke depan sedikit,
lalu mengangkat tangan ke atas juga, yang akan menggeser lebar lebih ke depan
bahu.
10. Pec Stretches
Sebuah tingkat menengah peregangan.
Mulailah dengan berdiri di samping pintu bingkai. Tempatkan lengan bawah dan
tangan sepanjang satu sisi kusen pintu, dengan siku di bawah bahu. Perlahan-lahan
berpaling, dan terasa regangan di otot dada Anda saat Anda melakukannya. Tahan
selama 20 detik, kemudian relaks.
Lakukan peregangan yang sama lagi, tapi kali ini geser lengan Anda sampai siku
berada di bahu.
Akhirnya, melakukan peregangan lagi, tapi kali ini dengan lengan atas setinggi
bahu.
11. Doorway lean Pintu ramping
Sebuah tingkat menengah peregangan. Berdiri di ambang pintu, dan mencoba
untuk menggantung ke atas ambang pintu dengan kedua tangannya. Kemudian
bersandar ke pintu, berhati-hati untuk tidak membiarkan pergi dan jatuh. Tahan
peregangan selama 20 detik, kemudian relaks. Ulangi 3 kali.
Pelaksanaan Fisioterapi
1) Elektro Terapi
Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini adalah Continuous Electro Magnetic
27 MHz (CEM). Merupakan arus AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang
memproduksi energi elektromagnetik dengan panjang gelombang 11,6 meter, di
gunakan untuk menimbulkan berbagai efek terapeutik melalui suatu proses tertentu
dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini menghasilkan energi internal kinetika di dalam
jaringan tubuh sehingga timbul panas; energi ini akan menimbulkan pengaruh
biofisika tubuh misalnya pada thermosensor lokal maupun sentral (kulit dan
hipotalamus) dan juga terhadap struktur persendian.
Tujuan yang diharapkan dan arus CEM ini adalah menurunkan aktifitas noxe
sehingga nyeri berkurang, meningkatkan elastisitas aringan dan sebagai
pendahuluan sebelum exercises.
2) Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan roll dan slide pada gerakangerakan sendi bahu yang mengalami keterbatasan.
Tujuan metode ini adalah membebaskan perlengketan pada permukaan sendi,
sehingga jarak gerak sendi akan bertambah.
Dasar teknik ini adalah memperhatikan bentuk kedua permukaan sendi dan
mengikuti aturan Hukum Konkaf dan Konveks suatu persendian.
3) Latihan aktivitas sehari-hari
Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita frozen shoulder adalah menyisir
rambut, mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet, memutar lengan, dan
mengangkat beban yang kecil-kecil.

Refrensi:

http://sharingmaniahere.blogspot.com/2012/03/pemeriksaan-spesifik-shoulder-joint.html
http://binhasyim.wordpress.com/2008/01/22/fisioterapi-pada-frozen-shoulder-akibathemiplegia/
http://sharingmaniahere.blogspot.com/2011/09/frozen-shoulder.html

STROKEEEE !!!!!!! (Krisna)


Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena
(WHO, 1989).
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1. S troke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling
banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. S troke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a.

TIAS (Trans Ischemic Attack)


Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan
hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b.

Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)


Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu
dan maksimal 3 minggu.
1.

S troke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin
berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau
beberapa hari.

2.

Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

PEMERIKSAAN SPESIFIK :
Tes spesifik sesuai dengan kondisi/kelainan yang mengacu pada diagnosis medis
1. Kelainan pada Otak (head injury, stroke dll)
a. Pemeriksaan sensorik: rasa sikap & gerak (proprioceptive), sentuh (somatosensorik)
b. Spastisitas (skala asworth)
c. Gerak voluntair / gerak aktif (pola sinergis)
d. Posture
e. Koordinasi (finger to nose; heel to shin)
f. Keseimbangan (CTSIB, TUG, Functional reach, Step test, Berg)
g. Antropometri
h. Tes fungsional dasar dan aktivitas
i. Tes aktivitas fungsional (FIM, Barthel, Katz)
j. Pemeriksaan kognitif dan fungsi luhur (MMSE)
k. MMAS
l. Gait analysis
m. Home evaluation
2. Kelainan pada medulla spinalis
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan fungsi otonom
c. Pemeriksaan reflek
d. Pemeriksaan tonus & spastisitas
e. Pemeriksaan gerak voluntair
f. Koordinasi dan keseimbangan
g. LGS
h. MMT
i. Anthropometri
j. Tes fungsional dasar dan aktivitas
k. Tes aktivitas fungsional (FIM, Barthel, Katz)
l. Gait analysis
m. Home evaluation

TERAPI LATIHANNYA :
Terapi latihan adalah kegiatana fisik yang regular dan dilakukan dengan tujuan
meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya
fisioterapi dan okupasioral terapi (Kwakkel, et al, 2004.)
a.

Latihan Pasif
Gerak pasif dihasilkan oleh kekuatan eksternal ketika otot-otot tidak bisa berkontraksi atau

otot berelaksasi secara voluenter untuk melakukan pergerakan. Dengan kata lain gerak pasif
adalah gerak yang digerakkkan oleh orng lain. Pada latihan gerak pasif dibantu oleh keluarga
atau pengasuh. Latihan pasif dilakukan sedini mungkin walaupun pasien belum sadar. Menurut
Mulyasih dan Ahmad (2008), latihan pasif pada penderita stroke adalah :
1)

Latihan Pasif Anggota Gerak Atas


- Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu
- Gerakan menekuk dan meluruskan siku
- Gerakan memutar pergelangan
- Geraka menekuk d a n meluruskan pergelangan tangan
- Gerakan memutar ibu jari
- Gerakan menekuk dn meluruskan ibu jari tangan

2)

Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah


- Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
- Garakan menekuk dn meluruskan lutut
- Gerakana latihan pangkal paha
- Gerakan memutar pergelangan kaki

b.

Latihan Aktif
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri( Gardiner, 1964 dan

Soeparman, 2004). Latihan aktif dilakukan bila kondisi pasien telah stabil dan kooperatif
(Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
Menurut Mulyatsih dan Ahmad (2008), latihan aktif pad penderita meliputi:
Latihan I :
1)
Menganjurka n penderita mengangkat tangan yang lemah/ lumpuh menggunakan
yang sehat kea rah atas.
2)
Meletakkan kedua tangan di atas kepala. Mengembalikan tangan ke posisi semula
(bawah)
Latihan II :
1)
Menganjurkan penderita mengankat tangan yang lemah / lumpuh melewat dada
kearah tangan yang sehat
2)
Menegembalikan ke posisi semula
Latihan III :
1)
Menganjurkan penderita mengankat tangan yang lemah/ lumpuh ke atas kepala

2)
Mengembalikan ke posisi semula
Latihan IV :
1)
Menekuk siku yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang sehat
2)
Meluruskan siku , kemudian mengangkat ke atas
3)
Meletakkan kembali tangan yang lemah di tempat tidur
Latihan V :
1)
Memegang pergelangna tangan yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang
sehat , mengangkat ke atas kepala
2)
Memutar pergelangan tangan kea rah dalam dan ke arah luar
3)
Mengembalikan tangan ke posisi semula
Latihan VI :
1)
Menekuk dan meluruskan jari-jari yang lemah dengan tangan yang sehat
2)
Melakukan gerakan memutar ibu jari yang lemah dengan tangan yang sehat
Latihan VII :
1)
Menganjurkan pasien meletakkan kaki yang sehat di bawah lutut yang lemah
2)
Menurunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat bersentuhan
dengan pergelangan kaki yang lemah
3)
Mengankat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat , kemudian turunkan
pelan-pelan
Latihan VIII :
1) Mengangkat kaki yang lemah menggunakan kai yang sehat ke atas sekitar 3 cm
2) Mengayunkan kaki sejauh mungkin ke arah kanan dan ke kiri. Kembali posisi semula
dan mengulang lagi.

SCOLIOSIS (Nia)
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Metode Cobb : Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang .
Caranya: - Mengukur sudut Cobb dengan menggambar garis tegak lurus dari lempen ujung
superior dari vertebra paling atas pada lengkungan (mengukur dari puncak T9 )
- Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari lengkungan
(mengukur dari alas L3 )
- Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur

TERAPI
Tujuan utama penatalaksanaan rehabilitasi medis yang diterapkan sedini mungkin adalah untuk
mencegah progresivitas lengkungan (kurva). Program rehabilitasi yang dapat diberikan berupa
1. Modalitas atau alat untuk mengurangi nyeri dan ketegangan pada otot. Alat ini dapat
berbentuk Modalitas Panas (microwave diathermi dan Infra-red radiation) atau Trans Electrical
Nerve Stimulation yang diberikan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri (juga
dapat dipakai untuk merangsang otot-otot sisi cembung lengkungan).
2. Masase dan Ortotik (alat bantu).
Masase diberikan dengan teknik stroking dan sangat membantu mengurangi nyeri serta
ketegangan otot.
3. Ortotik : penggunaan spinal brace yang biasanya diberikan pada kurva lebih dari 20 derajat.
Yang penting diingat adalah brace tidak akan bisa menghentikan progresivitas lengkungan
kurva. Tujuan pemberian brace adalah untuk mencegah memburuknya lengkungan kurva atau
memberikan sedikit koreksi yang menetap dan stabilisasi lengkung kurva. Untuk kurva lebih
dari 40 derajat, brace tidak dapat diberikan. Pertimbangan yang diberikan adalah tidakan
terapi pembedahan. Terdapat dua jenis jenis brace, yaitu Milawaukee Brace dan Bostom
Brace. Milwaukee Brace biasa dipakai untuk anak di bawah 10 tahun dengan lengkung kurva
yang berat, tetapi belum masuk kandidat untuk pembedahan, dan biasa dipakai pada
lengkung kurva pada thorakal di atas 6 tahun dengan kelengkungan lebih dari 20 derajat.
Brace ini harus dipakai terus-menerus selama 23 jam sehari sampai penderita mencapai usia
maturitas tulang dan koreksi telah stabil. Perlu dilakukan observasi tiap 46 bulan untuk
melihat progresivi tas koreksi dari brace tersebut. Sementara, Boston Brace merupakan spinal
brace tanpa struktur metalhanya berupa cetakan jaketdan dipakai untuk kasus dengan
lengkung kurva pada daerah lumbal dan torakolumbal rendah.
4. Terapi latihan. Latihan pada skoliosis bertujuan untuk menguatkan otot-otot yang memberikan
kestabilan pada batang tubuh (truncal muscles). Latihan ini pun secara aktif mengurangi dan
memperbaiki lengkungan tulang belakang dan kelainan lain yang berhubungan, seperti
lordosis lumbalis dan rotasi vertebra.
. Latihan Khusus Tanpa Brace:
Pelvic tilt: Menaikkan panggul pada posisi berbaring telentang dengan sendi panggul
dan lutut ditekuk.
Menaikkan panggul dengan sendi panggul dan lutut diluruskan pada posisi berbaring.
Sit up sebagian dengan sendi panggul dan lutut ditekuk.
Pelvic tilt dengan sikap berdiri.
Ekstensi tulang belakang (menekuk ke belakang) pada sikap tengkurap.
Latihan bernapas secara dalam.

2. Latihan Khusus dengan Brace:


Sama dengan latihan 15 tanpa brace
Berusaha menarik punggung yang menonjol menjauhi bantalan punggung dengan cara
menarik tubuh ke arah lateral. Latihan ini bertujuan mengurangi rib hump.
Berusaha menjauh dari bantalan dagu seakan-akan tubuh menjadi lebih tinggi; memanjangkan
tubuh dengan cara berdiri tinggi dan meluruskan punggung serta mengangkat kepala dari
bantalan dagu dan bantalan oksiput. Latihan ini bertujuan untuk pemanjangan tulang belakang.
Latihan body shift untuk mengoreksi body tilt. Caranya, tubuh didorong ke arah berlawanan
dari sisi cembung lengkungan sehingga terjadi pergeseran tubuh di dalam brace. Bersamaan
dengan ini, penderita dapat dilatih untuk berusaha membuat sisi yang cekung menjadi
secembung mungkin sambil diberikan tahanan untuk penguatan otot-otot pada sisi cekung.
Rehabilitasi medis yang terakhir adalah Hidroterapi. Terapi yang menggunakan metode air ini
sudah lama dianjurkan, walaupun beberapa ahli mengatakan tidak banyak manfaatnya. Akan
tetapi, dari pengalaman penulis, dengan hidroterapi pasien akan merasakan kenyamanan pada
saat latihan karena adanya efek daya apung dan efek hidrostatis dari air. Latihan bisa berjalan
menjadi efektif dengan mengombinasikan latihan-latihan di atas.

OSTEOPOROSIS (Ratih)
Tes spesifik untuk penegakan diagnose osteoporosis di Indonesia :
1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry).
Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini
aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.

DXA sangat berguna untuk:


o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
o

penderita yang diagnosisnya belum pasti

penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat

2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit
osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan
tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari
-2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga
pemeriksaannya yang lebih murah.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang
dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan
hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam
menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam
memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin.
Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai
penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada
beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau
pengobatan osteoporosis.
Latihan Fisik Mencegah & Mengobati Osteoporosis
Bentuk latihan yang dianjurkan untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatan tulang berupa weightbearing exercise / latihan poros tubuh dan latihan kekuatan atau ketahanan. W eight-bearing exercise
dapat berupa berjalan cepat atau aerobik low impact minimal 15 - 20 menit dengan frekuensi 3 - 4 kali
seminggu. Jika tidak dapat berjalan karena terlalu sukar atau nyeri, dianjurkan latihan dengan sepeda
statis. Penelitian membuktikan bahwa orang-orang yang melakukan latihan paling sedikit 3 - 4 jam per
minggu menunjukkan penurunan risiko patah tulang pangkal paha hingga 50%. Latihan kekuatan berupa
latihan mengangkat beban (latihan isokinetik) anggota gerak atas dan anggota gerak bawah akan
memperkuat seluruh tulang dalam tubuh, terutama latihan pada kelompok otot besar seperti kaki, tangan
dan togok. Dimulai dengan level rendah dan secara bertahap ditingkatkan dalam beberapa bulan. Setiap
kali latihan dilakukan repetisi 10 -15 kali. Jika otot sudah bertambah kuat, beban ditingkatkan secara
bertahap, tetapi peningkatan beban jangan melebihi 10% tiap minggu. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Jakarta oleh Soewarno Susetyo pada tahun 2002 bahwa selain latihan, aktivitas berdiri tegak
lebih dari 30 menit per hari akan mencegah terjadinya penurunan kepadatan tulang.

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (Ratih)


TES SPESIFIK :
1. Tes laseque
2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan menunjukkan gangguan
akar saraf L4-5
3. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1
4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP.

Bila tes ini positif, berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP. Pemeriksaan
yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90% kejadian HNP. Namun
pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L2-3 dan L3-4 yang secara klinis sulit
didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan
ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan
kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun
para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

TERAPI LATIHAN :
1.
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
2.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut
biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat
digunakan kompres panas maupun dingin.
3.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada
diskus serta dapat mengurangi spasme.
4.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan kaki, naik
sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk
memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan
dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
5.

Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya lentur.
Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan kencang. Latihan untuk kelenturan punggung
adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan
sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan
membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini
dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.

6.

Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring.
Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan tumit
tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari
lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis
vertebra lumbal.

Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung menekan
dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini
untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring yang
kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior,
ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan
dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian berjinjit
(mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki yang lain
dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara
perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

CERVICAL ROOTS SYNDROME (Yesi)


PEMERIKSAAN / TES KHUSUS
Untuk tes-tes khusus yang harus dilakukan sebenarnya banyak, misalnya :
1. Tes Provokasi
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala
dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila
terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat
spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal.
Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual
dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil
dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

tes provokasi
2. Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini
dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi
kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.

Tes Distraksi Kepala


3. Tindakan Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis
bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler.
Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara
meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia
menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.

Tindakan Valsava

FISIOTERAPI
Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau resolusi defisit neurologis
dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut.
1. Traksi
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau pada pasien dengan
gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terusmenerus atau intermiten.

Traksi

2. Cervical Collar
Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks
saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu
jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten
pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat
sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka
waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila
disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya
tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.

Cervical Collar
3. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas terapi ini dapat
digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan
sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali
sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas
atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.

Thermoterapi
4. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa dimulai pada akhir minggu
I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak
membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat
diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan.

BELLS PALSY (Yesi)


Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya kelumpuhan n. fasialis perifer
diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain dan kelumpuhan n. fasialis perifer.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat kerusakan n.
fasialis sbb:
Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)

Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik.
Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan
kerusakan n. fasialis ireversibel.
Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik
pada n. fasialis kiri dan kanan.
Elektromiografi
Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.
Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi
pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asin dan rasa pahit (pil kina).
Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik
pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP
menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya.
Uji Schirmer
Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian
bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter;berkurang atau
mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl. Genikulatum

Pemeriksaan sederhana dengan Pemeriksaan fisik:


-

Pemeriksaan neurologis ditemukan paresis N.VII tipe perifer.


Gerakan volunter yang diperiksa, dianjurkan minimal :
1 Mengerutkan dahi
2 Memejamkan mata
3 Mengembangkan cuping hidung
4 Tersenyum
5 Bersiul
6 Mengencangkan kedua bibir.(Annsilva, 2010)

Rehabilitasi Medik Pada Penderita Bells Palsy


Tujuan rehabilitasi medik pada Bells palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi
bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita tetap dapat
melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari.
Program-program yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik, psikologi dan
ortotik prostetik, sedang program perawat rehabilitasi dan terapi wicara tidak banyak berperan. (Annsilva,
2010)
A.

Program Fisioterapi
Pemanasan
1.1Pemanasan superfisial dengan infra red.
1.2Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy
2 Stimulasi listrik
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah/memperlambat terjadi
atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya
dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih
fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2
minggu setelah onset.
3 Latihan otot-otot wajah dan massage wajah
Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut. Latihan berupa mengangkat alis
tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum,
bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh). (Annsilva, 2010)
1

Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud untuk
perbaikan/pemulihan. Pada fase akut, Bells palsy diberi gentle massage secara perlahan dan
berirama.

Gentle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan relaksasi otot dan
mempertahankan tonus otot.
Setelah lewat fase akut diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan gerak volunter otot wajah.
Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap pembuluh darah vena dan limfe,
melancarkan pembuangan sisa metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi
serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan.
Massage daerah wajah dibagi 4 area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan
keatas, lamanya 5-10 menit. (Annsilva, 2010)
B. Program Terapi Okupasi
Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot wajah. Latihan diberikan dalam bentuk
aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan
melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita.
Latihan dapat berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan, latihan meniup
lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin.(Annsilva,2010)
C.

Program Sosial Medik

Penderita Bells palsy sering merasa malu dan menarik diri dari pergaulan sosial. Problem sosial biasanya
berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan
menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu dapat bekerja pada bagian yang tidak
banyak berhubungan dengan umum.
Untuk masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat kerja atau melalui
keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat
sangat penting untuk kesembuhan penderita. (Annsilva, 2010)
D.
Program Psikologik
Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat menonjol, rasa cemas sering menyertai
penderita terutama pada penderita muda, wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang
mengharuskan ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat diperlukan.
(Annsilva, 2010)
E.
Program Ortotik Prostetik
Dapat dilakukan pemasangan Y plester dengan tujuan agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh.
Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam. Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi.
Pemasangan Y plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan pada penderita setelah
menjalani fisioterapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah teregangnya otot Zygomaticus selama parese dan
mencegah terjadinya kontraktur. (Annsilva, 2010)
HOME PROGAME
1 Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
2

Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat

Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan sedotan,
mengunyah permen karet

Perawatan mata :
1

Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari

Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari

Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur


(Michael Lambert, 2009)

Carpal Tunnel Syndrome (Ruth)


Pemeriksaan spesifik
a. Tinel's sign. : dilakukan dengan cara mengetuk atau menekan ligamentum fleksor
retinakulum di mana terdapat N. medianus pada pergelangan tangan dengan tangan dalam
posisi netral atau fleksi. Pemeriksaan Tinel dikatakan positif bila penderita merasakan
kesemutan atau rasa seperti tersengat listrik (shock like sensation) di daerah persarafan N.
medianus.
b. Phalen's test. : dilakukan dengan cara mengetuk atau menekan ligamentum fleksor
retinakulum di mana terdapat N. medianus pada pergelangan tangan dengan tangan dalam
posisi netral atau fleksi. Pemeriksaan Tinel dikatakan positif bila penderita merasakan
kesemutan atau rasa seperti tersengat listrik (shock like sensation) di daerah persarafan N.
medianus.
c. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jarijarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus
diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
d. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
e. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar
lalu ujung jari 1dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada
ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan
gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
f. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik
timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.
g. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas
siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Terapi :
Stretching :
- peregangan flexi dan ekstensi pada pergelangan tangan & lengan bawah dibantu dengan
tangan yang tidak sakit.
- kepalkan tangan dengan kencang selama 3-5 detik, lalu lepaskan dan ratakan seluruh jari
tangan (ditahan selama 3-5 detik. Ulangi gerakan sebanyak 5x tiap tangan
Splint :
- splint dimalam hari pada posisi netral, dapat mengurangi gejala. Penggunaan splint sepanjang
hari, memberikan hasil yang lebih baik

Sumber :
- http://www.scribd.com/doc/100077828/Revisi-Paper-Carpal-Tunnel-Syndrome
- fotokopian

OA Genu (Nenny)

Anda mungkin juga menyukai