Sub Modul
Terapi Dingin (Cold Therapy)
0
Sub Modul
Terapi Dingin (Cold Therapy)
I. Waktu
II. Tujuan
A. Tujuan umum
III. Kompetensi
A. Kompetensi kognitif
1
5. Memahami indikasi, kontra indikasi dan penghati-hati (precaution) yang perlu
diperhatikan pada penggunaan terapi Dingin
B. Kompetensi ketrampilan
A. Metoda:
o Kuliah interaktif
o Curah pendapat dan diskusi
o Pendampingan (coaching)
o Bed side teaching
B. Strategi
Tujuan 1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR pada pasien yang memerlukan
penggunaan terapi Dingin
Wajib diketahui:
o Pemeriksaan dasar IKFR
o Pemeriksaan penunjang termasuk pencitraan
Wajib diketahui:
2
o Kondisi yang memerlukan terapi Dingin
o Kontraindikasi penggunaan terapi Dingin
o Komplikasi dan penyulit
Tujuan 3. Mampu membuat resep terapi Dingin secara tepat dan benar.
Wajib diketahui:
o Area yang hendak diterapi
o Frekuensi, intensitas, dosimetri, serta durasi terapi
Tujuan 5. Mampu melakukan evaluasi hasil terapi Dingin dan tindak lanjut
Wajib diketahui:
o Tujuan terapi yang akan dicapai
o Komplikasi dan penyulit
V. Persiapan Sesi
3
VI. Referensi Buku Wajib
Terapi Dingin merupakan suatu modalitas KFR untuk terapi yang menggunakan
bermacam sumber dingin, seperti es, kompresi dingin dan uap/gas/cairan dingin.
Ibu Nani, 50 tahun datang keluhan sakit di pundak kanan sejak 2 hari yang lalu. Ia
seorang penulis novel yang banyak bekerja dengan komputer. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tegangan otot-otot pada pundak terutama Trapezius dan
Supraspinatus. Trigger point positif. Lingkup gerak sendi leher terbatas pada fleksi
lateral ke kiri. Tidak ada gejala gangguan neurologik.
A. Bahan diskusi:
o Apa masalah yang diderita oleh Ibu Nani?
o Apa diagnosis fungsional pasien ini?
o Adakah penyakit lain yang merupakan kontraindikasi penggunaan Terapi
Dingin?
o Bagaimana jenis terapi Dingin dan resep yang tepat untuk pasien ini?
o Bagaimana evaluasi dan penentuan terminasi terapi Dingin?
o Adakah tatalaksana lanjut lainnya?
4
o Kontraindikasi absolut tidak ada
o Pemberian terapi Dingin (Spray & Stretch Technique) untuk mengurangi
nyeri, meregangkan otot yang spasme dan memendek serta memperbaiki
sirkulasi. Terapi peregangan bersamaan dengan terapi Dingin.
o Tercapainya lingkup gerak sendi penuh dan hilangnya nyeri
o Pencegahan kekambuhan dan pemberian rekondisi otot-otot Cervical dan
pundak serta sekitar sendi bahu untuk menunjang aktivitas
o Modifikasi perilaku antara lain postur/sikap tubuh terutama saat bekerja
X. Evaluasi
Kognitif
Pre-test dan post-test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ
Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
Curah Pendapat dan Diskusi
Contoh Soal
Jawaban : B
Psikomotor
5
Self Assessment dan Peer Assisted Learning
Peer Assisted Evaluation (berbasis nilai 0, 1 dan 2)
Penilaian Kompetensi (berbasis nilai memuaskan, perlu perbaikan dan tidak
memuaskan)
Kesempatan untuk Perbaikan (Task-based Medical Education)
Skor
No. Penuntun Belajar 0 1 2 3
1. Penyapaan kepada pasien
2. Anamnesis mengenai:
a. Riwayat penyakit
b. Faktor risiko / riwayat alergi
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Kemampuan fungsional sebelum sakit
e. Riwayat psikososial
6
f. Harapan pasien
3. Pemeriksaan fisik umum:
a. tanda vital
b. adanya tanda radang
4. Pemeriksaan dasar dan khusus KFR mengarah
kepada kontraindikasi dan perhatian khusus
untuk terapi dingin
a. Lingkup gerak sendi
b. Kekuatan otot
c. Somatosensoris
d. Sirkulasi perifer
5. Analisis hasil pencitraan dan pemeriksaan
penunjang lainnya
6. Tetapkan diagnosis fungsional dan prioritas
penanganan masalah
7. Tetapkan prognosis fungsional dan tujuan terapi
8. Membuat resep terapi Dingin
9. Aplikasi terapi Dingin
10. Evaluasi hasil terapi Dingin
11. Tetapkan tindak lanjut bila dibutuhkan
Skor Total
Keterangan:
Skor maksimal : 33
Skor Akhir : Skor Total
7
Tatalaksana KFR Modalitas Terapi Dingin (Cold Therapy)
Ya Tidak
1. Melakukan penyapaan kepada pasien TD
2. a. Melakukan anamnesis mengarah pada TD
indikasi dan kontraindikasi terapi dingin
3. Melakukan pemeriksaan fisik umum TD
4. Melakukan pemeriksaan dasar dan khusus KFR
mengarah kepada kontraindikasi dan
perhatian khusus terapi dingin
a. Lingkup gerak sendi
b. Kekuatan otot
c. Somatosensoris
d. Sirkulasi perifer
5. Melakukan analisa hasil pencitraan dan
pemeriksaan penunjang lainnya
6. Menetapkan diagnosis fungsional dan prioritas
penanganan masalah
7. Menetapkan prognosis fungsional dan tujuan
terapi
8. Membuat resep terapi Dingin
9. Mengaplikasi terapi Dingin
10. Menjelaskan hasil terapi yang diharapkan
11. Menetapkan tindak lanjut bila dibutuhkan
TD = Tidak diamati
Centang pada kolom yang relevan
Hasil : semua kolom harus tercentang kompeten, bila tidak peserta didik harus
mengulang
XIV. Materi baku
8
Angela B.M.Tulaar, Kedokteran Fisik & Rehabilitasi, FKUI
Terapi dingin atau cold therapy atau cryotherapy, merupakan salah satu jenis
modalitas terapi fisik yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi berbagai
kondisi, termasuk akibat cedera olahraga. Terapi dingin diberikan melalui berbagai
cara.
EFEK FISIOLOGIK
Hemodinamik
Vasokonstriksi kutan segera (immediate cutaneous vasoconstriction)
Vasodilatasi reaktif terlambat (delayed reactive vasodilation)
Penurunan keradangan akut (decreased acute inflammation)
Neuromukular
Perlambatan kecepatan konduksi
Hambatan konduksi (conduction block) dan degenerasi aksonal dengan
paparan
lama
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok Ia (gelendong otot)
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok II (gelendong otot)
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok Ib (organ tendon Golgi)
Penurunan amplitudo refleks regang otot
Peningkatan kekuatan isometric maksimal
Pengurangan fatigue otot
Pengurangan temporer spastisitas
Sendi & Jaringan ikat
Peningkatan kekakuan sendi
Penurunan ekstensibilitas tendon
Penurunan aktivitas kolagenase
Lain-lain
Penurunan nyeri
Relaksasi umum
Aplikasi dingin pada kulit menyebabkan vasokonstriksi kutan segera melalui
mekanisme refleks yang dilarai secara simpatetik dan secara langsung merangsang
kontraksi otot polos. Vasokonstriksi awal diperkirakan akibat peningkatan afinitas
9
reseptor alfa-adrenergik pascaperbatasan (postjunctional) terinduksi dingin,
terhadap norepinefrin yang ada dalam otot polos vaskuler. Terjadi vasodilatasi
reaktif karena pendinginan lebih lanjut menginterupsi pelepasan norepinefrin.
Vasodilatasi menghangatkan jaringan, kembali melepaskan norepinefrin ke
reseptor yang tersensitisasi, dan siklus berulang kembali. Cryotherapy juga telah
dibuktikan mengurangi keradangan, secara lebih efektif dalam fase akut.
Respon awal saraf perifer terhadap aplikasi dingin adalah perlambatan kecepatan
konduksi. Dengan paparan lebih lama terjadi hambatan (blok) konduksi,
berhentinya transpor aksoplasmik, dan akhirnya degenerasi aksonal. Penurunan
kecepatan letupan (firing rates) gelendong otot (muscle spindle) (serabut
kelompok Ia dan II) dan organ tendon Golgi telah dibuktikan setelah aplikasi
dingin pada binatang. Efek klinis terapi dingin pada neuromuscular termasuk
penurunan amplitudo refleks regang otot gastroknemius, peningkatan kekuatan
isometrik maksimal, dan perlambatan kecepatan fatigue otot.
INDIKASI
10
ii.mengurangi keradangan (inflamasi).
iii.mengurangi nyeri dan spasme otot.
iv.mengurangi kecepatan metabolik.
Salah satu indikasi utama aplikasi dingin adalah pada trauma akut
muskuloskeletal. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa pendinginan
memperkecil kerusakan hipoksik, membatasi udem, mempercepat pemulihan
mengurangi tekanan kompartemental pasca cedera. Aplikasi dingin dini dan
elevasi struktur yang cedera mengendalikan keradangan dan luasnya cedera serta
mengurangi nyeri.
Pasien dengan cedera akut medulla spinalis juga membaik dengan terapi
hipotermia local. Brikolo telah menelaah kasus cedera medulla spinalis dan
medapatkan bahwa destruksi komplit medulla spinalis sering tidak terjadi pada
saat awal cedera, akan tetapi terkait dengan proses destruktif-diri (self-destructive)
dalam medulla spinalis dan perubahan neurologik hipoksik akibat gangguan
vaskular.
TEKNIK APLIKASI
Ice packs
11
Cold Gel Packs
Berisi zat kental (gel) yang tetap efektif sampai 45-60 menit setelah didinginkan.
Disimpan di unit pendingin pada suhu 0-10 derajat Fahrenheit. Dapat
digunakan berulang kali dan dapat dibentuk sesuai daerah yang akan
diterapi. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan frostbite. Tidak
menurunkan suhu kulit sebanyak es, sehingga pasien mungkin tidak
mencapai tingkat anestesi. POLAR CARE 500 adalah jenis terapi dingin
yang baru yang dapat memberikan terapi dingin kontinu (terus menerus).
Unit ini termasuk pompa yang dapat terendam dengan pengatur suhu dan
katup aliran untuk kontrol suhu. Pompa direndam dalam pendingin dan
dihubungkan ke Polar Pad dengan self sealing couplings.
Ice Immersion
Ice Massage
Balok es yang dibentuk dalam gelas plastik atau pada batang kayu dan diusap pada
daerah yang akan diterapi, biasanya daerah kecil dengan radang jaringan atau
spasme otot. Arah aplikasi harus sejajar dengan serabut otot, dan usapan terus-
menerus selama 3-10 menit sampai tercapai rasa kebas / anestesi.
Vapocoolant spray
Digunakan zat fluoromethan atau kloretil (ethyl chloride) atau nitrogen cair yang
divaporisasi. Apabila disemprotkan pada kulit akan memberikan pendinginan
bermakna melalui evaporasi. Kaleng semprotan dipegang sekitar 50 cm dari bagian
tubuh yang akan diterapi, arah semprotan membentuk sudut sekitar 30 derajat
(miring bukan tegak lurus), hanya satu arah dari origo ke insersi otot, dengan
kecepatan 10 cm per detik, sekitar 4 garis sejajar, menggunakan 1-2 sweep sambil
12
mempertahankan regangan pasif. Lebih dipilih fluoromethan karena kloretil
mudah menyala dan dapat membekukan kulit saat kontak. Sangat efektif
mengurangi spasme / tegang otot dan desensitisasi daerah titik picu (trigger
point). Tidak akan terlihat frosting (lapisan beku) pada kulit apabila teknik
penyemprotan dilakukan dengan benar.
KONTRAINDIKASI
a. Hipertensi
i. Monitor ketat diperlukan karena peningkatan transien dapat
terjadi pada tekanan darah sistolik dan diastolik
ii. Terapi dihentikan apabila terlihat peningkatan tekanan darah.
b. Pasien lanjut usia
i. efisiensi menurun dengan vasokonstriksi
ii. oleh karena itu, kemampuan untuk menyimpan panas berkurang
c. Lama terapi
i. jangan menggunakan gel packs dingin lebih lama dari 15-20 menit
langsung pada kulit, dan jangan mengaplikasi cryotherapy bentuk
apapun langsung pada kulit lebih dari 1 jam terus menerus.
ii. Terapi berkepanjangan dapat menyebabkan neurapraxia atau
axonotmesis saraf perifer superficial.
13
XV. DAFTAR RUJUKAN
XVII. Model peragaan: menjelaskan dengan alat peraga berbagai alat terapi
Dingin
14