Anda di halaman 1dari 15

Modul Terapi KFR

Sub Modul
Terapi Dingin (Cold Therapy)

Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan


Rehabilitasi Indonesia

0
Sub Modul
Terapi Dingin (Cold Therapy)

I. Waktu

Mengembangkan Kompetensi Waktu


Sesi tutorial dalam kelas 1 x 60 menit
Sesi dengan fasilitasi pembimbing 1 x 60 menit
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 1 x 120 menit
Pre-test dan Post-test 2 x 30 menit

II. Tujuan

A. Tujuan umum

Agar peserta did ik mampu memberikan tatalaksana pemberian terapi dengan


menggunakan suhu dingin (cold agents)

B. Tujuan Khusus Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran modul peserta didik harus mampu melakukan


pemeriksaan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR) untuk mengenali
masalah yang memerlukan modalitas terapi Dingin, memahami indikasi,
kontraindikasi dan komplikasi penggunaannya, serta dapat mengaplikasikannya
secara tepat.

III. Kompetensi

A. Kompetensi kognitif

1. Memahami fisika pada produksi dingin.


2. Memahami perbandingan efek fisiologis termal dan nontermal terapi Dingin
pada jaringan tubuh.
3. Memahami bermacam jenis terapi Dingin serta berbagai kondisi yang
memerlukan penggunaan terapi Dingin secara tepat dan efektif
4. Memahami teknik aplikasi yang khusus, dan modifikasinya untuk mencapai
tujuan pengobatan

1
5. Memahami indikasi, kontra indikasi dan penghati-hati (precaution) yang perlu
diperhatikan pada penggunaan terapi Dingin

B. Kompetensi ketrampilan

1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR pada pasien yang memerlukan


penggunaan terapi Dingin
a. anamnesis
b. pemeriksaan fisik umum dan khusus
c. hasil pencitraan
2. Mampu menetapkan kondisi yang memerlukan penggunaan terapi Dingin
3. Mampu membuat resep terapi Dingin secara tepat
4. Mampu melakukan aplikasi bermacam alat terapi Dingin
5. Mampu melakukan evaluasi hasil terapi dan tindak lanjut
6. Mampu mengenali dan mengatasi komplikasi dan penyulit.

IV. Strategi dan Metoda Pembelajaran

A. Metoda:
o Kuliah interaktif
o Curah pendapat dan diskusi
o Pendampingan (coaching)
o Bed side teaching

B. Strategi
Tujuan 1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR pada pasien yang memerlukan
penggunaan terapi Dingin
Wajib diketahui:
o Pemeriksaan dasar IKFR
o Pemeriksaan penunjang termasuk pencitraan

Tujuan 2. Mampu menetapkan kondisi yang memerlukan penggunaan terapi


Dingin

Wajib diketahui:

2
o Kondisi yang memerlukan terapi Dingin
o Kontraindikasi penggunaan terapi Dingin
o Komplikasi dan penyulit

Tujuan 3. Mampu membuat resep terapi Dingin secara tepat dan benar.
Wajib diketahui:
o Area yang hendak diterapi
o Frekuensi, intensitas, dosimetri, serta durasi terapi

Tujuan 4. Mampu melakukan aplikasi berbagai terapi Dingin


Wajib diketahui:
o Jenis alat
o Pengoperasian alat sesuai SOP
o Tehnik pemakaian alat
o Pencegahan komplikasi

Tujuan 5. Mampu melakukan evaluasi hasil terapi Dingin dan tindak lanjut
Wajib diketahui:
o Tujuan terapi yang akan dicapai
o Komplikasi dan penyulit

Tujuan 6. Mampu mengenali dan mengatasi komplikasi dan penyulit.


Wajib diketahui:
o Komplikasi yang terjadi
o Penatalaksanaan komplikasi

V. Persiapan Sesi

Bahan dan peralatan yang diperlukan:


o Materi modul Modalitas KFR Terapi Dingin
o Materi presentasi: Power Point
o Model: Alat peraga mesin terapi Dingin
o Contoh kasus
o Daftar tilik kompetensi
o Audiovisual

3
VI. Referensi Buku Wajib

Buku wajib yang perlu dibaca:


o Lehmann J. Therapeutic Heat & Cold
o DeLisa J. Rehabilitation Medicine: Principles & Practice
o Krussen FH. Handbook of Physical Medicine & Rehabilitation
o Braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation.

VII. Gambaran Umum

Terapi Dingin merupakan suatu modalitas KFR untuk terapi yang menggunakan
bermacam sumber dingin, seperti es, kompresi dingin dan uap/gas/cairan dingin.

VIII. Contoh Kasus

Ibu Nani, 50 tahun datang keluhan sakit di pundak kanan sejak 2 hari yang lalu. Ia
seorang penulis novel yang banyak bekerja dengan komputer. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tegangan otot-otot pada pundak terutama Trapezius dan
Supraspinatus. Trigger point positif. Lingkup gerak sendi leher terbatas pada fleksi
lateral ke kiri. Tidak ada gejala gangguan neurologik.

IX. Rangkuman Kasus

A. Bahan diskusi:
o Apa masalah yang diderita oleh Ibu Nani?
o Apa diagnosis fungsional pasien ini?
o Adakah penyakit lain yang merupakan kontraindikasi penggunaan Terapi
Dingin?
o Bagaimana jenis terapi Dingin dan resep yang tepat untuk pasien ini?
o Bagaimana evaluasi dan penentuan terminasi terapi Dingin?
o Adakah tatalaksana lanjut lainnya?

B. Penuntun diskusi kasus:


o Suspek MTPS (Myofascial Trigger Point Syndrome)
o Gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari terutama menggunakan komputer.

4
o Kontraindikasi absolut tidak ada
o Pemberian terapi Dingin (Spray & Stretch Technique) untuk mengurangi
nyeri, meregangkan otot yang spasme dan memendek serta memperbaiki
sirkulasi. Terapi peregangan bersamaan dengan terapi Dingin.
o Tercapainya lingkup gerak sendi penuh dan hilangnya nyeri
o Pencegahan kekambuhan dan pemberian rekondisi otot-otot Cervical dan
pundak serta sekitar sendi bahu untuk menunjang aktivitas
o Modifikasi perilaku antara lain postur/sikap tubuh terutama saat bekerja

X. Evaluasi

Kognitif
 Pre-test dan post-test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ
 Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
 Curah Pendapat dan Diskusi

Contoh Soal

Yang tidak termasuk dalam aplikasi terapi dingin, adalah:

A. Efek fisiologik Vasokonstriksi kutan segera (immediate cutaneous


vasoconstriction) dan Vasodilatasi reaktif terlambat
B. Respon awal saraf perifer terhadap aplikasi dingin adalah peningkatan
kecepatan konduksi
C. Salah satu indikasi utama aplikasi dingin adalah pada trauma akut
muskuloskeletal
D. Kontraindikasi adalah Hipersensitivitas terhadap dingin, seperti fenomena
Raynaud, urtikaria dingin, cryoglobulinemia, dan paroxysmal cold
hemoglobinuria.
E. Perhatian khusus pada Pasien lanjut usia karena efisiensi menurun dengan
vasokonstriksi

Jawaban : B

Psikomotor

5
 Self Assessment dan Peer Assisted Learning
 Peer Assisted Evaluation (berbasis nilai 0, 1 dan 2)
 Penilaian Kompetensi (berbasis nilai memuaskan, perlu perbaikan dan tidak
memuaskan)
 Kesempatan untuk Perbaikan (Task-based Medical Education)

Kognitif dan Psikomotor


 OSCE

XI. Instrumen Penilaian

Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor


1. Observasi selama proses pembelajaran
2. Log book
3. Hasil penilaian peragaan ketrampilan
4. Pre-test modul
5. Post-test modul
6. Penilaian Kinerja Pengetahuan dan Ketrampilan (ujian akhir semester)
7. Ujian Akhir Profesi

XII. Penuntun Belajar

Tatalaksana KFR Modalitas Terapi Dingin (Cold Therapy)

Skor
No. Penuntun Belajar 0 1 2 3
1. Penyapaan kepada pasien
2. Anamnesis mengenai:
a. Riwayat penyakit
b. Faktor risiko / riwayat alergi
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Kemampuan fungsional sebelum sakit
e. Riwayat psikososial

6
f. Harapan pasien
3. Pemeriksaan fisik umum:
a. tanda vital
b. adanya tanda radang
4. Pemeriksaan dasar dan khusus KFR mengarah
kepada kontraindikasi dan perhatian khusus
untuk terapi dingin
a. Lingkup gerak sendi
b. Kekuatan otot
c. Somatosensoris
d. Sirkulasi perifer
5. Analisis hasil pencitraan dan pemeriksaan
penunjang lainnya
6. Tetapkan diagnosis fungsional dan prioritas
penanganan masalah
7. Tetapkan prognosis fungsional dan tujuan terapi
8. Membuat resep terapi Dingin
9. Aplikasi terapi Dingin
10. Evaluasi hasil terapi Dingin
11. Tetapkan tindak lanjut bila dibutuhkan
Skor Total

Keterangan:

0 = Tidak diamati (TD)


1 = Dikerjakan semua tetapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau
tidak dikerjakan
2 = Dikerjakan dengan bantuan
3 = Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar

Skor maksimal : 33
Skor Akhir : Skor Total

XIII. Daftar tilik

7
Tatalaksana KFR Modalitas Terapi Dingin (Cold Therapy)

No. Daftar Tilik Kompetensi

Ya Tidak
1. Melakukan penyapaan kepada pasien TD
2. a. Melakukan anamnesis mengarah pada TD
indikasi dan kontraindikasi terapi dingin
3. Melakukan pemeriksaan fisik umum TD
4. Melakukan pemeriksaan dasar dan khusus KFR
mengarah kepada kontraindikasi dan
perhatian khusus terapi dingin
a. Lingkup gerak sendi
b. Kekuatan otot
c. Somatosensoris
d. Sirkulasi perifer
5. Melakukan analisa hasil pencitraan dan
pemeriksaan penunjang lainnya
6. Menetapkan diagnosis fungsional dan prioritas
penanganan masalah
7. Menetapkan prognosis fungsional dan tujuan
terapi
8. Membuat resep terapi Dingin
9. Mengaplikasi terapi Dingin
10. Menjelaskan hasil terapi yang diharapkan
11. Menetapkan tindak lanjut bila dibutuhkan

TD = Tidak diamati
Centang pada kolom yang relevan
Hasil : semua kolom harus tercentang kompeten, bila tidak peserta didik harus
mengulang
XIV. Materi baku

TERAPI DINGIN (COLD THERAPY)

8
Angela B.M.Tulaar, Kedokteran Fisik & Rehabilitasi, FKUI

Terapi dingin atau cold therapy atau cryotherapy, merupakan salah satu jenis
modalitas terapi fisik yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi berbagai
kondisi, termasuk akibat cedera olahraga. Terapi dingin diberikan melalui berbagai
cara.

EFEK FISIOLOGIK

Hemodinamik
Vasokonstriksi kutan segera (immediate cutaneous vasoconstriction)
Vasodilatasi reaktif terlambat (delayed reactive vasodilation)
Penurunan keradangan akut (decreased acute inflammation)
Neuromukular
Perlambatan kecepatan konduksi
Hambatan konduksi (conduction block) dan degenerasi aksonal dengan
paparan
lama
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok Ia (gelendong otot)
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok II (gelendong otot)
Penurunan kecepatan letupan serabut kelompok Ib (organ tendon Golgi)
Penurunan amplitudo refleks regang otot
Peningkatan kekuatan isometric maksimal
Pengurangan fatigue otot
Pengurangan temporer spastisitas
Sendi & Jaringan ikat
Peningkatan kekakuan sendi
Penurunan ekstensibilitas tendon
Penurunan aktivitas kolagenase
Lain-lain
Penurunan nyeri
Relaksasi umum
Aplikasi dingin pada kulit menyebabkan vasokonstriksi kutan segera melalui
mekanisme refleks yang dilarai secara simpatetik dan secara langsung merangsang
kontraksi otot polos. Vasokonstriksi awal diperkirakan akibat peningkatan afinitas

9
reseptor alfa-adrenergik pascaperbatasan (postjunctional) terinduksi dingin,
terhadap norepinefrin yang ada dalam otot polos vaskuler. Terjadi vasodilatasi
reaktif karena pendinginan lebih lanjut menginterupsi pelepasan norepinefrin.
Vasodilatasi menghangatkan jaringan, kembali melepaskan norepinefrin ke
reseptor yang tersensitisasi, dan siklus berulang kembali. Cryotherapy juga telah
dibuktikan mengurangi keradangan, secara lebih efektif dalam fase akut.

Respon awal saraf perifer terhadap aplikasi dingin adalah perlambatan kecepatan
konduksi. Dengan paparan lebih lama terjadi hambatan (blok) konduksi,
berhentinya transpor aksoplasmik, dan akhirnya degenerasi aksonal. Penurunan
kecepatan letupan (firing rates) gelendong otot (muscle spindle) (serabut
kelompok Ia dan II) dan organ tendon Golgi telah dibuktikan setelah aplikasi
dingin pada binatang. Efek klinis terapi dingin pada neuromuscular termasuk
penurunan amplitudo refleks regang otot gastroknemius, peningkatan kekuatan
isometrik maksimal, dan perlambatan kecepatan fatigue otot.

INDIKASI

Penggunaan umum terapi dingin adalah untuk :

1. Kondisi muskuloskeletal seperti sprain, strain, tendinitis, tenosinovitis,


bursitis, kapsulitis, dll.
2. Nyeri Myofascial
3. Pasca Bedah Orthopaedik
4. Komponen tatalaksana spastisitas
5. Pengobatan darurat luka bakar ringan. Bloch berkesimpulan bahwa
aplikasi dingin pada luka bakar dapat mengurangi besarnya cedera
dengan mengurangi udem, nyeri, kehilangan cairan local, cedera
jaringan, dan volume darah selama 48 jam pertama setelah cedera.
6. Menurunkan demam.
7. Memfasilitasi kontraksi otot melalui peningkatan eksitabilitas motor
neuron.
Michlovitz melihat rationale untuk aplikasi dingin 24-48 jam pasca cedera akut,
sebagai berikut : i. mengurangi filtrasi cairan ke dalam interstitium melalui
vasokonstriksi.

10
ii.mengurangi keradangan (inflamasi).
iii.mengurangi nyeri dan spasme otot.
iv.mengurangi kecepatan metabolik.

Salah satu indikasi utama aplikasi dingin adalah pada trauma akut
muskuloskeletal. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa pendinginan
memperkecil kerusakan hipoksik, membatasi udem, mempercepat pemulihan
mengurangi tekanan kompartemental pasca cedera. Aplikasi dingin dini dan
elevasi struktur yang cedera mengendalikan keradangan dan luasnya cedera serta
mengurangi nyeri.

Pasien dengan cedera akut medulla spinalis juga membaik dengan terapi
hipotermia local. Brikolo telah menelaah kasus cedera medulla spinalis dan
medapatkan bahwa destruksi komplit medulla spinalis sering tidak terjadi pada
saat awal cedera, akan tetapi terkait dengan proses destruktif-diri (self-destructive)
dalam medulla spinalis dan perubahan neurologik hipoksik akibat gangguan
vaskular.

TEKNIK APLIKASI

Ice packs

Pecahan Es dibungkus dengan handuk kering atau basah, diaplikasikan 10-15


menit untuk daerah superficial dan 15-20 menit untuk jaringan yang lebih dalam.

11
Cold Gel Packs

Berisi zat kental (gel) yang tetap efektif sampai 45-60 menit setelah didinginkan.
Disimpan di unit pendingin pada suhu 0-10 derajat Fahrenheit. Dapat
digunakan berulang kali dan dapat dibentuk sesuai daerah yang akan
diterapi. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan frostbite. Tidak
menurunkan suhu kulit sebanyak es, sehingga pasien mungkin tidak
mencapai tingkat anestesi. POLAR CARE 500 adalah jenis terapi dingin
yang baru yang dapat memberikan terapi dingin kontinu (terus menerus).
Unit ini termasuk pompa yang dapat terendam dengan pengatur suhu dan
katup aliran untuk kontrol suhu. Pompa direndam dalam pendingin dan
dihubungkan ke Polar Pad dengan self sealing couplings.

Ice Immersion

Digunakan untuk mengobati bagian distal ekstremitas. Penampung (container)


yang cukup menampung ektremitas diisi dengan es dan air kemudian bagian
ekstremitas yang akan diterapi direndam. Suhu berkisar antara 13-18 derajat
Celsius untuk terapi yang berlangsung 10-20 menit.

Ice Massage

Balok es yang dibentuk dalam gelas plastik atau pada batang kayu dan diusap pada
daerah yang akan diterapi, biasanya daerah kecil dengan radang jaringan atau
spasme otot. Arah aplikasi harus sejajar dengan serabut otot, dan usapan terus-
menerus selama 3-10 menit sampai tercapai rasa kebas / anestesi.

Vapocoolant spray

Digunakan zat fluoromethan atau kloretil (ethyl chloride) atau nitrogen cair yang
divaporisasi. Apabila disemprotkan pada kulit akan memberikan pendinginan
bermakna melalui evaporasi. Kaleng semprotan dipegang sekitar 50 cm dari bagian
tubuh yang akan diterapi, arah semprotan membentuk sudut sekitar 30 derajat
(miring bukan tegak lurus), hanya satu arah dari origo ke insersi otot, dengan
kecepatan 10 cm per detik, sekitar 4 garis sejajar, menggunakan 1-2 sweep sambil

12
mempertahankan regangan pasif. Lebih dipilih fluoromethan karena kloretil
mudah menyala dan dapat membekukan kulit saat kontak. Sangat efektif
mengurangi spasme / tegang otot dan desensitisasi daerah titik picu (trigger
point). Tidak akan terlihat frosting (lapisan beku) pada kulit apabila teknik
penyemprotan dilakukan dengan benar.

KONTRAINDIKASI

 Gangguan sensibilitas. Pasien tidak dapat melaporkan apabila mereka


menjadi anestetik akibat dingin. Kerusakan jaringan terjadi pada suhu
sedikit di bawah suhu yang menimbulkan rasa kebas (numbness).
 Gangguan sirkulasi : kerusakan jaringan dapat terjadi akibat vasokonstriksi.
 Luka terbuka setelah 48 jam.
 Hipersensitivitas terhadap dingin, seperti fenomena Raynaud, urtikaria
dingin, cryoglobulinemia, dan paroxysmal cold hemoglobinuria.
 Angina pectoris atau penyakit jantung yang lain.
 Saraf perifer yang sedang regenerasi.

PERHATIAN KHUSUS (PRECAUTIONS)

a. Hipertensi
i. Monitor ketat diperlukan karena peningkatan transien dapat
terjadi pada tekanan darah sistolik dan diastolik
ii. Terapi dihentikan apabila terlihat peningkatan tekanan darah.
b. Pasien lanjut usia
i. efisiensi menurun dengan vasokonstriksi
ii. oleh karena itu, kemampuan untuk menyimpan panas berkurang
c. Lama terapi
i. jangan menggunakan gel packs dingin lebih lama dari 15-20 menit
langsung pada kulit, dan jangan mengaplikasi cryotherapy bentuk
apapun langsung pada kulit lebih dari 1 jam terus menerus.
ii. Terapi berkepanjangan dapat menyebabkan neurapraxia atau
axonotmesis saraf perifer superficial.

13
XV. DAFTAR RUJUKAN

1. Basford JR: Physical Agents. In DeLisa JA (ed): Rehabilitation Medicine:


Principles and Practice, 2nd ed.,Philadelphia, J.B.Lippincott, 1993;404-24.
2. Guyton AC: Body temperature, temperature regulation, and fever. In Guyton
AC (ed): Textbook of Medical Physiology, ed 8. Philadelphia, WB Saunders,
1991;797-808.
3. Shepherd JT, Rusch NJ, Vanhoutte PM: Effect of cold on the blood vessel wall.
Gen Pharmacol 1983; 14:61-64.
4. Shifferd J, Peethambaran G: Modalities. In Brammer CM & Spires MC (eds):
Physical Medicine & Rehabilitation, Philadelphia, Hanley & Belfus,
2002; 347-60.
5. Weber DC , Brown AW: Physical Agent Modalities. In Braddom RL (ed):
Physical Medicine & Rehabilitation, WB Saunders, 1996;449-63.

XVI. Presentasi: Power point


Handouts Power Point: Terapi Dingin

XVII. Model peragaan: menjelaskan dengan alat peraga berbagai alat terapi
Dingin

14

Anda mungkin juga menyukai