Anda di halaman 1dari 22

i PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

PANDUAN
TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
(Edisi Kedua)

Penasehat

Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR(K)

Penyusun

dr. Anitta F.S. Paulus, Sp.KFR(K)

dr. Andi Dala Intan Sapta Nanda, Sp.KFR

Prof. Dr. dr. Hening Laswati Putra, Sp.KFR(K)


ii PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Kata Pengantar
Assalamualaikum wr wb.

COVID-19 memiliki variasi permasalahan baik secara medis maupun non-medis dan
menggemparkan seluruh dunia. Di tengah kondisi tersebut, kami dari Perhimpunan
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia turut berperan dalam membantu proses
penyembuhan pasien-pasien yang berdampak akibat COVID-19. Oleh karena itu, kami
harapkan panduan ini dapat menjadi tuntunan bagi para Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi (Dr SpKFR) yang membantu penanganan pasien-pasien dengan
kriteria tanpa gejala dan gejala ringan yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah
ataupun di lokasi tertentu supaya tidak jatuh kepada komplikasi tertentu dan lebih
optimal dalam pemulihannya. Kami senantiasa menjaga agar kapasitas fungsional
pasien-pasien tetap dalam kondisi yang adekuat selama fase isolasi berlangsung,
tentunya sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi. Panduan ini disusun berdasarkan
peranan Dr SpKFR dalam pelayanan rehabilitasi pasien COVID-19 dalam mencegah
dekondisi, mengoptimalkan status fungsional, mengoptimalkan fungsi paru, hingga
meningkatkan kualitas hidup.

Saya mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun, yang telah melakukan


percepatan pembuatan panduan ini. Tentunya panduan ini akan terus berubah seiring
dengan dinamika pandemi yang terjadi.

Semoga pada masa pandemi yang sulit ini kita semua tetap semangat memberikan
kontribusi sesuai dengan keilmuan, dan semoga kita semua tetap diberikan limpahan
kesehatan dari-Nya. Aamin YRA.

Wassalamualaikum wr wb.

Jakarta, 27 Juli 2021

Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR(K)

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia (PB PERDOSRI)
iii PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Sambutan
Assalamualaikum wr wb.

Dunia setahun ini berada dalam situasi pandemi COVID-19. Dengan kondisi tersebut,
dan dengan bertambahnya jenis varian baru, maka angka penularan pun menjadi
meningkat. Tentunya angka kesakitan juga meningkat. Banyak yang melakukan isolasi
mandiri dengan kriteria tanpa gejala dan gejala ringan. Kolegium IKFRI dan PB
PERDOSRI menerbitkan panduan ini agar dapat diimplementasikan oleh para Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia kepada pasien-pasien yang
terdampak.

Selain itu, ini juga merupakan upaya untuk menurunkan risiko memberatnya gejala
untuk pasien-pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri. Panduan ini tidak akan
tersusun tanpa peran dari para penyusun. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
atas sumbangsihnya. Kedepannya tentu panduan ini akan terus berubah seiring
dengan perkembangan keilmuan yang akan terjadi, diharapkan menjadi panduan
dengan menyesuaikan kondisi lapangan.

Akhir kata, marilah kita bersama-sama berjuang membantu memutuskan rantai


COVID-19 dan membantu proses pemulihan kesehatan pasien-pasien yang terdampak
serta banyak memohon perlindungan Allah SWT agar kita senantiasa terus diberikan
kesehatan dan dapat tetap memberi pelayanan sebaik-baiknya selama pandemi ini.
Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum wr wb.

Surabaya, 27 Juli 2021

Prof. Dr. dr. Hening Laswati Putra, Sp.KFR(K)

Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia


iv PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii

Sambutan ............................................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................................ iv

A. LATAR BELAKANG ......................................................................................1

B. REHABILITASI FASE AKUT .......................................................................2

I. Klasifikasi Klinis COVID-19 ..................................................................2

II. Target Rehabilitasi COVID-19 Fase Akut .............................................4

III. Rehabilitasi Pada Pasien Tanpa Gejala dan Gejala Klinis Ringan
Dalam Isolasi Mandiri .............................................................................4
1. Latihan Pernapasan (Deep Breathing Exercise) ............................4
2. Latihan Batuk Efektif .....................................................................5
3. Posisi Optimal ..................................................................................5
4. Latihan Fleksibilitas........................................................................6
5. Latihan Kebugaran dan Mobilisasi Dalam Isoman ......................7
6. Latihan Self Management & Mind Control ....................................7
7. Edukasi Selama Isoman ..................................................................7

IV. Rehabilitasi Pasien COVID-19 Gejala Sedang dan Berat ....................8


a. Asesmen Rehabilitasi ......................................................................8
b. Program Rehabilitasi ......................................................................8

V. Rehabilitasi COVID-19 di ICU .............................................................11

C. REHABILITASI PASIEN SINDROMA PASCA COVID-19 .....................13

D. TELEREHABILITASI ..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................16


1 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

A. LATAR BELAKANG

Setelah lebih dari 1 tahun pandemi COVID-19 berjalan, dengan pengalaman


klinik diperkuat bukti kedokteran yang dilaporkan berbagai pusat rehabilitasi
dari beberapa negara maka dilakukan beberapa revisi tata laksana klinis
dalam rehabilitasi COVID-19, mulai dari fase akut sampai fase post COVID-19
yang dilakukan bagi para penyintas.

Lonjakan kasus yang sangat banyak di bulan Juni dengan varian baru COVID-
19, menjadikan pasien semakin banyak dengan derajat klinis yang semakin
berat pada saat pasien masuk RS, kebutuhan suplementasi O2 yang tinggi
untuk memenuhi target oksigenasi jaringan, mendorong peran Dokter
Spesialis KFR yang lebih awal dan lebih besar pada pasien-pasien COVID-19
mulai dari fase awal.

Untuk itu, dilakukan perubahan-perubahan dari tata laksana rehabilitasi


COVID-19 yang diterbitkan Kolegium bulan Maret 2020.
2 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

B. REHABILITASI FASE AKUT

I. Klasifikasi Klinis COVID-19


Ringan Pasien simptomatis memenuhi kriteria COVID-19 tanpa penumonia
viral atau hipoksia.
Sedang Pneumonia Remaja dan dewasa dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, napas cepat), tapi tidak ada tanda pneumonia berat, termasuk
SpO2 > 90% pada udara ruangan.

Anak dengan tanda-tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk, sulit


bernapas, napas cepat dan atau retraksi dada) dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
Napas cepat (frekuensi napas/menit):
< 2 bulan : > 60
2-11 bulan : > 50
1-5 tahun : > 40
Diagnosa dapat ditegakkan secara klinis, foto toraks, CT Scan,
ultrasound dapat membantu diagnosis dan identifikasi atau
menyingkirkan komplikasi pulmonal.
Berat Pneumonia Remaja dan dewasa dengan gejala dan tanda pneumonia (demam,
berat batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: RR > 30x/m, distres
respirasi berat; atau SpO2 <90 udara ruangan.
Anak dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau susah bernapas)
ditambah sekurangnya satu dari:
- Sianosis sentral atau SpO2 <90% ; distres respirasi berat (mis;
napas cepat, mendengkur, retraksi sangat berat); tanda
bahaya umum; tidak bisa menetek atau minum, letargi atau
tidak sadar atau kejang.
- Napas cepat (frekuensi/menit) < 2 bulan > 60, 2-11 bulan > 50,
1-2 tahun > 40
- Diagnosa dapat ditegakkan secara klinis, foto toraks, CT scan,
ultrasound dapat membantu diagnosis dan identifikasi atau
menyingkirkan komplikasi pulmonal
Kritis Acute Onset : dalam 1 minggu perburukan klinis (mis: pneumonia) atau ada
respiratory gejala respirasi baru atau perburukan.
distress Radiologi : foto toraks, CT Scan, US; opasitas bilateral, volume
syndrome overload yang tidak bisa dijelaskan, lobar atau lung collapse, atau
(ARDS) nodul.
3 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Sumber infiltrat pulmonal : gagal napas tidak sepenuhnya terjelaskan


karena gagal jantung atau overload cairan. Diperlukan pemeriksan
objektif : ECHO untuk menyingkirkan penyebab hidrostatik dari
infiltrat/edema jika tidak ada faktor resiko.
Gangguan oksigenasi pada dewasa :
- ARDS ringan : 200 mmHg <PaO2/FiO2 < 300 mmHg (PEEP/
CPAP > 5 cmH2O)
- ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 < 200 mmHg (PEEP > 5
cmH2O)
- ARDS berat : (Terintubasi) : OI > 16 atau OSI > 12,3
Gangguan oksigenasi pada anak : Gunakan OI bila tersedia. Jika
PaO2 tidak ada, sapih FiO2 untuk mempertahankan SpO2 < 97% atau
untuk menghitung OSI atau SpO2/FiO2 ratio;
- Bilevel (NIV atau CPAP) > 5 cmH2O via full face mask;
PaO2/FiO2 < 300 mmHg atau SpO2/FiO2 < 264
- ARDS ringan (terintubasi) : 4 < OI < 8 atau 5 < OSI < 7,5
- ARDS sedang (terintubasi) : 8 < OI 16 atau 7,5 < OSI < 12,3
- ARDS berat (terintubasi) : OI > 16 atau OSI > 12,3
Kritis Sepsis Dewasa : Disfungsi organ yang mengancam jiwa akut disebabkan
disregulasi respons host atau tebukti infeksi. Tanda-tanda disfungsi
organ termasuk perubahan status mental, sudah atau bernapas
cepat, desaturasi, diuresis menurun, takikardi, nadi lemah,
ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah, koagulopati,
trombositopenia, acidosis, laktat naik atau hiperbilirubinemia.
Anak-anak : curiga atau terbukti infeksi, dan atau setidaknya 2 tanda
SIRS berdasarkan usia yang mana salah satu harus temperatur
abnormal atau hitung lekosit abnormal.
Dewasa : Sudah resusitasi cairan, hipotensi tetap terjadi,
membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP > 65 mmHg
dan latat serum > 2 mmol/L.
Syok sepsis Anak : Hipotensi (SBP < 5th sentil atau > 2 SD bawah normal untuk
usia? Atau 2 atau 3 dari gejala berikut : perubahan status mental,
bradikardi atau takikardia (HR < 90 x/m atau > 150 x/m untuk bayi
dan HR <70x/m atau >150 x/m untuk anak), refill kapiler lama (>2
detik) atau nadi lemah; napas cepat, kulit dingin atau petekie,
purpura, laktat tinggi, diuresis menurun, hipertermi atau hipotermi.

(Dikutip dari : WHO. Clinical management of severe acute respiratory infection (SARI) when COVID-19 disease is suspected:

Interim guidance. March 2020


4 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

II. Target Rehabilitasi COVID-19 Fase Akut

1. Mendukung optimalisasi perbaikan oksigenasi.


2. Mengatasi gejala dan mencegah perburukan klinis.
3. Mencegah dekondisi.
4. Mencegah ICU - acquired weakness.
5. Membantu proses penyapihan ventilasi mekanik.

III. Rehabilitasi Pada Pasien Tanpa Gejala dan Gejala


Klinis Ringan Dalam Isolasi Mandiri

Semakin meningkatnya angka morbiditas COVID-19 dan keterbatasan


perawatan di Fasilitas Kesehatan terutama ketika terjadi tren peningkatan
kasus selama pandemi, membuat seseorang/pasien yang terkonfirmasi
COVID-19 melakukan isolasi mandiri. Selain itu dari Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) juga menganjurkan
untuk pasien terkonfirmasi tanpa gejala dan pasien terkonfirmasi gejala
ringan, dapat melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat tertentu.
Bagaimana isolasi mandiri tetap aman, terukur dan terarah, salah satunya
melalui peresepan tata laksana rehabilitasi dini untuk menjaga tingkat
kapasitas fungsional, endurance serta optimalisasi fungsi organ pernapasan
akibat COVID-19.

Program Rehabilitasi Pasien Isoman

1. Latihan Pernapasan (Deep Breathing Exercise)

o Berbaring atau duduk bersandar.


5 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

o Bila berbaring, aturlah bantal lebih tinggi dari badan agar merasa
nyaman.
o Menarik napas (udara) perlahan melalui hidung, napas perlahan
melalui hidung hingga perut dan dada mengembang optimal.
o Menahan nafas 2-4 hitungan, selanjutnya hembuskan napas (udara)
melalui mulut juga secara perlahan.
o Lakukan 3-5x repetisi dengan frekuensi 3-5x sehari atau sesering
mungkin (toleransi).
o Lakukan latihan dengan pemantauan objektif memakai Pulse
Oxymeter.
o Latihan dihentikan bila terasa bertambah sesak dan saturasi oksigen
<93%. Lakukan prone bila level oksigen tidak terkoreksi.

2. Latihan Batuk Efektif

o Posisi duduk bersandar/duduk tegak dengan nyaman.


o Tarik napas perlahan dari hidung, hembuskan dari mulut juga
perlahan, sebanyak 3x.
o Tarik napas perlahan dari hidung, lalu batukkan (rasakan hentakan
dada karena gerak batuk tersebut).
o Lakukan 3x repetisi dengan frekuensi 3-5x sehari (toleransi).
o Lakukan latihan dengan pemantauan objektif memakai Pulse
Oxymeter.
o Latihan dapat dihentikan bila bertambah sesak, muncul nyeri di dada
dan saturasi oksigen < 93%. Lakukan kontrol napas atau prone bila
level oksigen tidak terkoreksi.

3. Posisi Optimal

Pada pasien tanpa gejala atau gejala ringan posisi optimal adalah tegak
baik duduk dan berdiri. Berbaring dalam posisi prone lebih baik dari posisi
supine.
6 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Pasien dengan gejala ringan seharusnya tidak tirah baring tapi tetap
melakukan aktivitas dan mobilisasi dalam ruang isolasi.

Posisi Prone

o Posisi tengkurap dengan memakai bantal minimal di kepala atau


Thoracal atau Pelvic, bila tidak memiliki bantal, posisi tengkurap
tetap dapat dilakukan dengan nyaman.
o Kedua lengan sebaiknya diletakkan dibawah 90° abduksi shoulder
untuk menghindari problem pada bahu, atau posisi lengan
diletakkan dalam posisi senyaman mungkin.
o Kepala dan leher dianjurkan menghadap kiri atau kanan agar jalan
napas atas tetap terjaga. Posisi badan, panggul dan tungkai dalam
posisi segaris.
o Posisi dilakukan dalam keadaan rileks.
o Juga dapat dilakukan posisi setengah membungkuk (Lean Position)
sambil duduk dengan memeluk bantal.
o Bila posisi terlentang SpO2 >95% posisi prone tidak wajib dilakukan.

4. Latihan Fleksibilitas

Fungsi latihan fleksibilitas adalah bagian dari pencegahan terjadinya


komplikasi tirah baring atau dekondisi.

o Latihan fleksibilitas dapat berupa latihan ekspansi thorax, latihan


lingkup gerak sendi dan latihan peregangan pada otot besar
ekstremitas atas dan bawah.
o Latihan dilakukan 5-10x repetisi, frekuensi 2-3x sehari. Latihan
dihentikan bila terdapat keletihan dan repetisi dapat dikurangi
semampu pasien selama fase isolasi.
7 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

5. Latihan Kebugaran dan Mobilisasi Dalam Isoman

Bertujuan untuk mencegah penurunan kebugaran kardiorespirasi karena


berkurangnya aktivitas fisik dalam ruang isolasi yang terbatas. Bentuk
latihan:

o Latihan berjalan sebaiknya didahului dengan latihan fleksibilitas.


o Latihan duduk berdiri.
o Chair exercise : latihan aerobik ringan yang dilakukan dalam posisi
duduk atau berdiri frekuensi 2-3x sehari, atau bila klaster keluarga,
maka dapat berjalan dan beraktivitas ringan semampunya di dalam
rumah. Latihan dihentikan bila SpO2 <93%, merasa pusing atau
berkeringat dingin, keletihan, nadi meningkat drastis, repetisi dapat
dikurangi semampu pasien selama fase isolasi.

6. Latihan Self Management & Mind Control

Latihan mengkontrol pikiran dan diri dilakukan melalui pengalihan ke


pikiran dan hal-hal yang positif, seperti pikiran akan mau sembuh dari
penyakit, melakukan latihan yang dianjurkan secara teratur, rutin
relaksasi serta meningkatkan level spiritual.

7. Edukasi Selama Isoman

o Makan makanan yang bergizi dan seimbang, hidrasi yang cukup dan
menambah asupan protein untuk mempercepat regenerasi sel-sel
tubuh yang rusak akibat penyakit.
o Tidur cukup dan berkualitas supaya tubuh tidak bertambah lelah
selama melakukan isolasi mandiri. Tidur di malam hari selama 7-8
jam agar stamina tetap terjaga.
8 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

o Tetap melakukan Protokol Kesehatan 3M (memakai masker,


mencuci tangan dan menjaga jarak) selama isolasi mandiri guna
mencegah rantai penularan berkembang.
o Pastikan obat-obatan dan suplemen multivitamin mencukupi
selama fase isolasi mandiri dan diberikan atas resepan dokter.
o Mencari informasi Fasilitas Kesehatan terdekat untuk mendapatkan
pemantauan berkala dan tata laksana lanjutan.

IV. Rehabilitasi Pasien COVID-19 Gejala Sedang dan Berat

a. Asesmen Rehabilitasi

- Tanda vital : Tekanan darah, denyut jantung, frekuensi napas (FN),


skala nyeri.
- Tingkat oksigenasi : SpO2, Analisa gas darah, PaO2/FiO2 ratio.
- Skala sesak (mMRC Dyspnea atau dengan Borg Scale, pola napas).
- Penyakit penyerta.
- Disabilitas penyerta.

b. Program Rehabilitasi

- Latihan kontrol pernapasan dengan target untuk memperpanjang


fase inpirasi dengan membuat FN lebih lambat (<24 x/menit).
- Latihan relaksasi dan konservasi energi. Dilakukan bersama dengan
latihan kontol pernapasan.
- Latihan diafragma. Diberikan bila sesak napas terkontrol dengan
dengan FN < 24x/m.
- Teknik Purse-lips breathing TIDAK dilakukan pada pasien COVID-19.
Kecuali pasien dengan kondisi hipercapnea (mis pada PPOK atau
hipoventilasi)
9 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

- Mobilitas dinding toraks. Latihan dilakukan bila napas terkontrol dan


SpO2 >93%, dapat dilakukan dengan asistif untuk mengurangi usaha
napas saat latihan.
- Latihan pada pasien COVID-19 dengan disabilitas mental/kognisi
dilakukan secara pasif/asistif tergantung kemampuan komunikasi
dan eksekusi pasien.
- Posisi prone.
- Mobilisasi dan latihan rekondisi.
- Bersihan mukus saluran napas

Tujuan Prone

1. Perbaikan oksigenasi.
2. Mengurangi usaha napas.
3. Membantu drainase mukus saluran napas.

Indikasi

1. Posisi prone dapat dilakukan oleh semua pasien dalam derajat apapun
baik dalam isoman, bangsal isolasi maupun di ICU.
2. Pada pasien dengan kesulitan mengontrol irama napas karena panik
atau gangguan komunikasi, prone dilakukan SEGERA dan dengan
pendampingan untuk latihan kontrol pernapasan.

Kontraindikasi
 Absolut
1. Instabilitas spinal.
2. Cedera kepala dengan peningkatan tekanan intra kranial.
3. Operasi jantung terbuka.
 Relatif
1. Obesitas morbid
2. Kehamilan trimester akhir
10 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

Mobilisasi Pasien COVID-19

Tujuan

1. Mencegah sindroma dekondisi.


2. Mencegah perburukan klinis dan komplikasi akibat tirah baring.
3. Motivasi pasien dalam ruangan isolasi.

Stratifikasi Resiko

 Kriteria
1. Sesak terkontrol (FN <30x/m).
2. SpO2 >93% .
3. MAP >65 mmHg dan <125 mmHg.
4. Tidak ada disritmia .
5. Tidak ada gambaran patologi EKG baru dalam 24 jam terakhir.
 Terminasi Mobilisasi
1. SpO2 <93% yang tidak terkoreksi dengan peningkatan suplemen O2.
2. MAP tidak memenuhi target.
3. Keluhan subyektif lain, seperti keringat dingin, nyeri, kaki lelah.

Bersihan mukus saluran napas

Meskipun batuk yang khas pada pasien COVID-19 adalah batuk kering, tetapi
pasien harus diberikan latihan batuk efektif untuk mobilisasi sekret dari
saluran napas. Batuk kering merupakan tanda gangguan transfer mukosiliar
yang terjadi pada saluran napas pasien COVID-19.

Jenis latihan yang dilakukan bila napas terkontrol :

- Active cycle breathing training


11 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

- Perkusi vibrasi dinding toraks


- Posisi tegak dan mobilisasi

V. Rehabilitasi COVID-19 di ICU

a. Target
- Membantu optimal oksigenasi.
- Membantu penyapihan ventilasi mekanik.
- Mencegah ICU-AW.
b. Asesmen terkait program KFR di ICU
- Tanda vital
- Analisa gas darah, PaO2/FiO2 ratio
- RASS dan CAM-ICU
- Bersihan mukus saluran napas
- System organ review
- Laboratorium, Radiologi toraks, ECHO dan penunjang lain
sesuai komorbid dan komplikasi
- Status neuromusculoskeletal
- ICU mobility scale
c. Program rehabilitasi di ICU
- Bersihan jalan napas. Teknik klasik bersihan jalan napas. Alat
bantu batuk bila tidak ada kontraindikasi dan memenuhi syarat
ruangan tekanan negatif.
- Latihan pasif dilakukan sedini mungkin sesuai toleransi
oksigenasi.
- Latihan pernapasan termasuk latihan diafragma dilakukan pada
pasien yang sudah mulai ada napas spontan dan CAM-ICU
negatif.
- Posisi prone pasien dengan ventilasi mekanik, NIV atau dengan
Kanula Hidung Arus Tinggi (KHAT).
12 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

- Mobilisasi dini.
- Tilting table.
- Neuromuscular electrical stimulation

Posisi prone pada pasien dengan ventilasi mekanik

Indikasi

o PaO2/FiO2 ratio < 150 cmH20. FIO2 >60%.


o Dalam 48 jam pertama sesudah terpasang ventilasi mekanik.

Kontraindikasi

o Sama seperti pada pasien non ventilasi mekanik


- Mobilisasi pasien dengan ventilasi mekanik (dipakai juga untuk kriteria
tilting table)
o Kriteria :
 RASS +2 sampai -2.
 FiO2<60%, PEEP <10, SpO2 >90%, RR <35.
 MAP >65% atau < 110, Sistolik <200mmHg, Diastol
<120mmHg.
 Tidak terdapat hipotensi pada pediatri:
o 0-28 hari : sistolik <60 mm Hg
o 1-12 bulan: sistolik < 70 mm Hg
o > 1 tahun- 10 tahun : sistolik : < 70+(2x usia dalam tahun)
o >10 tahun : <90 mmHg
 HR <130, >50 x/m.
 Tidak ada disritmia baru.
 Tidak ada peningkatan dosis vasopressor dalam 2 jam
terakhir.
13 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

o Terminasi latihan dan mobilisasi bila salah satu kriteria di atas


tidak terpenuhi.

C. REHABILITASI PASIEN SINDROMA PASCA COVID-


19

i. Target
- Mengatasi gejala.
- Perbaikan kapasitas fungsional.
- Kembali beraktivitas, berpartisipasi dan kembali bekerja.
ii. Gejala dan tanda sindroma pasca COVID-19
- Mialgia
- Sakit kepala/pusing
- Cepat lelah
- Gangguan tidur
- Kelemahan anggota gerak
- Gangguan kognisi
iii. Asesmen
- Tanda-tanda vital.
- SpO2 saat istirahat dan saat beraktivitas.
- Skala sesak (mMRC Dyspnea atau skala Borg).
- Status neuromusculoskeletal.
- Uji fungsi kebugaran kardiorespirasi : 30 Second sit-to-stand test , uji
jalan 6 menit , Cardiopulmonary exercise testing/CPET (sesuai
dengan fasilitas yang tersedia).
- Pemeriksaan pendukung : fungsi paru dilakukan dengan Single
breath counting test/ SBT, bila spirometri tidak bisa dilakukan karena
tidak memiliki ruangan tekanan negatif.
- Uji kekuatan otot napas dan otot perifer.
- Uji kognisi.
14 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

- Uji fungsi menelan pada pasien dengan pasca perawatan ICU dengan
prolong ventilasi mekanik atau dengan trakeostomi.
iv. Program rehabilitasi
- Latihan kebugaran kardiorespirasi dengan intensitas maksimal 60%
target heart rate reserve (HRR). Mode latihan continuous atau
interval. Durasi sesi latihan mulai 20 menit, maksimal tidak lebih dari
60 menit. Frekuensi 3-5 kali per minggu.
- Latihan penguatan otot napas dan otot perifer (lakukan latihan
penguatan otot perifer sesuai dengan ketersediaan sarana. Latihan
pliometri dapat dilakukan oleh tempat/fasilitas khusus manapun
bahkan dapat dilakukan sebagai latihan rumah oleh pasien sendiri.
Latihan dilakukan dengan set repetisi. Dilakukan bergantian dengan
latihan kebugaran.
- Latihan dengan incentive spirometry.
- Latihan diafragma.
- Pasien yang mengalami gangguan komunikasi pasca perawatan ICU
diberikan program terapi stimulasi kognisi, latihan bicara dan
bahasa.
- Latihan fonasi, artikulasi dan bahasa.
- Latihan fleksibilitas
- Pemberian modalitas fisik sesuai indikasi dan evidence base

D. TELEREHABILITASI

1. Konsep telerehabilitasi pada pasien COVID-19 adalah memberikan


layanan konsultasi, monitoring dan terapi rehabilitasi secara tele, via
media audiovisual. Fasilitas kesehatan dengan nakes terbatas, baik
SpKFR dan terapis (fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi)
asesmen dan terapi rehabilitasi dapat dilakukan dengan
telerehabilitasi.
15 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

2. Target : Pasien COVID-19 di isoman dan gejala ringan-sedang.


3. Asesmen dan monitoring dilakukan dengan alat monitor sederhana
seperti pulse oximetry, Skala Borg.
4. Pasien COVID-19 dalam perawatan di RS dapat dilakukan asesmen
dan monitor melalui bed side monitor. Televideo call merupakan
media komunikasi yang paling efektif.
5. Keterbatasan : program terapi terbatas, sebagian besar difasilitasi
dengan rekaman video. Monitoring terbatas, karena itu
telerehabilitasi dilakukan hanya pada gejala ringan atau sedang
dengan stratifikasi resiko yang dapat dilakukan melalui data rekam
medik dan data real time bed side monitor.
16 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Clinical management of severe acute


respiratory infection (SARS) when COVID-19 disease is suspected: interim
guidance. World Health Organization. 2020 Mar 13. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/330893
2. Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia. Panduan Tata
Laksana Rehabilitasi COVID-19. 2020
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia. Whitebook Physical Medicine and Rehabilitation. PERDOSRI.
2012
4. World Health Organization. Clinical management of COVID-19: interim
guidance. World Health Organization. 2020 May 27. Available
from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/332196. License: CC BY-
NC-SA 3.0 IGO
5. Yurianto A, Wibowo B, Sugihantono A, Burhan E, Samuedro E, Aryati,
et.al., Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19) Revisi ke-5. Kementerian Kesehatan. Indonesia: Jakarta. 2020.
6. Zhao HM, Xie YX, Wang C. Recommendations for respiratory rehabilitation
in adults with COVID-19. Chin Med J (Engl). 2020 Jul;133(13):1595-1602.
doi: 10.1097/CM9. 0000000000000848
7. Respiratory and Critical Medicine Branch of Chinese Thoracic Society,
Chinese Association of Chest Physicians Critical Medicine Working Group.
Recommendations for airway management in adults with severe COVID-
19. Natl Med J China.2020;100(00): E004-E004. doi:
10.3760/cma.j.issn.0376-2491.2020.10.003
8. Feng Y, Ni L. Pulmonary rehabilitation guidelines in the principle of 4S for
patients infected with 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). Chin J Tuberc
Respir Dis. 2020 Mar 12; 43(3):180-182
9. Xiao J, Fang M, Chen Q, He B. SRAS, MERS, and COVID-19 among
healthcare workers: A narrative review. J Infect Public Health.2020 Jun ;
13(6): 843-848
17 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19

10. Zhang X. Epidemiological, clinical characteristics of cases of SARS-CoV-2


infection with abnormal imaging findings. Int J Infect Dis. 2020 May;
94:81-87. doi: 10.1016/j.ijid.2020.03.040
11. Paulus AFS. Cardiorespiratory Rehabilitation for COPD and Heart Failure
with COVID-19. Webinar series. RESPINA. 2020.
12. Liang T, Yu L. Handbook of COVID-19 Prevention and management.
Zhejiang: Zhejiang University School of Medicine; 2020
13. Richard H, Kallet A. Comprehensive Review of Prone Position in ARDS.
Respir Care.2015 Nov;60(11):1660-87. doi: 10.4187/respcare.04271.
14. Katz S, Arish N, Rokach A, Zaltzman Y and Marcus EL. The effect of body
position on pulmonary function: a systematic review. BMC Pulm Med.
2018 Oct 11;18 (1);159. doi: 10.1186/s12890-018-0723-4
15. Lew HL, Park OM, Cifu DX. The war on COVID-19 pandemic. Role of
rehabilitation proffesionals and hospitals. Am J Phys Med Rehabil.2020
Jul;99(7):571-572. doi: 10.1097/PH. 0000000000001460
16. Johnson NJ, Luks AM, Glenny RW. Gas Exchange in the Prone Posture.
Respir Care.2017 Aug;2(8):1097-1110. doi: 10.4187/respcare.05512
17. Paulus AFS. Webinar Series of COVID-19. Rehab to increase functional
capacity in COVID-19 Survivor; 2020.
18. American Heart Association. Pediatric Advanced Life Support. Circulation.
Vol 102. Issue supp_1, 22 August. 2000:1-291-1-342.
19. Paulus AFS. Webinar series RSUP Persahabatan. Rehabilitation of COVID-
19 in ICU. Desember 2020.
20. Paulus AFS. Grand Webinar series. RS Persahabatan. Rehabilitation of
COVID-19 in acute phase. Desember. April 2021.
21. Paulus AFS. Webinar series. Docquity. Is there any ne physistrist’s strategy
to beat new variant?. July 2021.

Anda mungkin juga menyukai