PANDUAN
TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
(Edisi Kedua)
Penasehat
Penyusun
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
COVID-19 memiliki variasi permasalahan baik secara medis maupun non-medis dan
menggemparkan seluruh dunia. Di tengah kondisi tersebut, kami dari Perhimpunan
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia turut berperan dalam membantu proses
penyembuhan pasien-pasien yang berdampak akibat COVID-19. Oleh karena itu, kami
harapkan panduan ini dapat menjadi tuntunan bagi para Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi (Dr SpKFR) yang membantu penanganan pasien-pasien dengan
kriteria tanpa gejala dan gejala ringan yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah
ataupun di lokasi tertentu supaya tidak jatuh kepada komplikasi tertentu dan lebih
optimal dalam pemulihannya. Kami senantiasa menjaga agar kapasitas fungsional
pasien-pasien tetap dalam kondisi yang adekuat selama fase isolasi berlangsung,
tentunya sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi. Panduan ini disusun berdasarkan
peranan Dr SpKFR dalam pelayanan rehabilitasi pasien COVID-19 dalam mencegah
dekondisi, mengoptimalkan status fungsional, mengoptimalkan fungsi paru, hingga
meningkatkan kualitas hidup.
Semoga pada masa pandemi yang sulit ini kita semua tetap semangat memberikan
kontribusi sesuai dengan keilmuan, dan semoga kita semua tetap diberikan limpahan
kesehatan dari-Nya. Aamin YRA.
Wassalamualaikum wr wb.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia (PB PERDOSRI)
iii PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
Sambutan
Assalamualaikum wr wb.
Dunia setahun ini berada dalam situasi pandemi COVID-19. Dengan kondisi tersebut,
dan dengan bertambahnya jenis varian baru, maka angka penularan pun menjadi
meningkat. Tentunya angka kesakitan juga meningkat. Banyak yang melakukan isolasi
mandiri dengan kriteria tanpa gejala dan gejala ringan. Kolegium IKFRI dan PB
PERDOSRI menerbitkan panduan ini agar dapat diimplementasikan oleh para Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia kepada pasien-pasien yang
terdampak.
Selain itu, ini juga merupakan upaya untuk menurunkan risiko memberatnya gejala
untuk pasien-pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri. Panduan ini tidak akan
tersusun tanpa peran dari para penyusun. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
atas sumbangsihnya. Kedepannya tentu panduan ini akan terus berubah seiring
dengan perkembangan keilmuan yang akan terjadi, diharapkan menjadi panduan
dengan menyesuaikan kondisi lapangan.
Wassalamualaikum wr wb.
Daftar Isi
III. Rehabilitasi Pada Pasien Tanpa Gejala dan Gejala Klinis Ringan
Dalam Isolasi Mandiri .............................................................................4
1. Latihan Pernapasan (Deep Breathing Exercise) ............................4
2. Latihan Batuk Efektif .....................................................................5
3. Posisi Optimal ..................................................................................5
4. Latihan Fleksibilitas........................................................................6
5. Latihan Kebugaran dan Mobilisasi Dalam Isoman ......................7
6. Latihan Self Management & Mind Control ....................................7
7. Edukasi Selama Isoman ..................................................................7
D. TELEREHABILITASI ..................................................................................14
A. LATAR BELAKANG
Lonjakan kasus yang sangat banyak di bulan Juni dengan varian baru COVID-
19, menjadikan pasien semakin banyak dengan derajat klinis yang semakin
berat pada saat pasien masuk RS, kebutuhan suplementasi O2 yang tinggi
untuk memenuhi target oksigenasi jaringan, mendorong peran Dokter
Spesialis KFR yang lebih awal dan lebih besar pada pasien-pasien COVID-19
mulai dari fase awal.
(Dikutip dari : WHO. Clinical management of severe acute respiratory infection (SARI) when COVID-19 disease is suspected:
o Bila berbaring, aturlah bantal lebih tinggi dari badan agar merasa
nyaman.
o Menarik napas (udara) perlahan melalui hidung, napas perlahan
melalui hidung hingga perut dan dada mengembang optimal.
o Menahan nafas 2-4 hitungan, selanjutnya hembuskan napas (udara)
melalui mulut juga secara perlahan.
o Lakukan 3-5x repetisi dengan frekuensi 3-5x sehari atau sesering
mungkin (toleransi).
o Lakukan latihan dengan pemantauan objektif memakai Pulse
Oxymeter.
o Latihan dihentikan bila terasa bertambah sesak dan saturasi oksigen
<93%. Lakukan prone bila level oksigen tidak terkoreksi.
3. Posisi Optimal
Pada pasien tanpa gejala atau gejala ringan posisi optimal adalah tegak
baik duduk dan berdiri. Berbaring dalam posisi prone lebih baik dari posisi
supine.
6 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
Pasien dengan gejala ringan seharusnya tidak tirah baring tapi tetap
melakukan aktivitas dan mobilisasi dalam ruang isolasi.
Posisi Prone
4. Latihan Fleksibilitas
o Makan makanan yang bergizi dan seimbang, hidrasi yang cukup dan
menambah asupan protein untuk mempercepat regenerasi sel-sel
tubuh yang rusak akibat penyakit.
o Tidur cukup dan berkualitas supaya tubuh tidak bertambah lelah
selama melakukan isolasi mandiri. Tidur di malam hari selama 7-8
jam agar stamina tetap terjaga.
8 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
a. Asesmen Rehabilitasi
b. Program Rehabilitasi
Tujuan Prone
1. Perbaikan oksigenasi.
2. Mengurangi usaha napas.
3. Membantu drainase mukus saluran napas.
Indikasi
1. Posisi prone dapat dilakukan oleh semua pasien dalam derajat apapun
baik dalam isoman, bangsal isolasi maupun di ICU.
2. Pada pasien dengan kesulitan mengontrol irama napas karena panik
atau gangguan komunikasi, prone dilakukan SEGERA dan dengan
pendampingan untuk latihan kontrol pernapasan.
Kontraindikasi
Absolut
1. Instabilitas spinal.
2. Cedera kepala dengan peningkatan tekanan intra kranial.
3. Operasi jantung terbuka.
Relatif
1. Obesitas morbid
2. Kehamilan trimester akhir
10 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
Tujuan
Stratifikasi Resiko
Kriteria
1. Sesak terkontrol (FN <30x/m).
2. SpO2 >93% .
3. MAP >65 mmHg dan <125 mmHg.
4. Tidak ada disritmia .
5. Tidak ada gambaran patologi EKG baru dalam 24 jam terakhir.
Terminasi Mobilisasi
1. SpO2 <93% yang tidak terkoreksi dengan peningkatan suplemen O2.
2. MAP tidak memenuhi target.
3. Keluhan subyektif lain, seperti keringat dingin, nyeri, kaki lelah.
Meskipun batuk yang khas pada pasien COVID-19 adalah batuk kering, tetapi
pasien harus diberikan latihan batuk efektif untuk mobilisasi sekret dari
saluran napas. Batuk kering merupakan tanda gangguan transfer mukosiliar
yang terjadi pada saluran napas pasien COVID-19.
a. Target
- Membantu optimal oksigenasi.
- Membantu penyapihan ventilasi mekanik.
- Mencegah ICU-AW.
b. Asesmen terkait program KFR di ICU
- Tanda vital
- Analisa gas darah, PaO2/FiO2 ratio
- RASS dan CAM-ICU
- Bersihan mukus saluran napas
- System organ review
- Laboratorium, Radiologi toraks, ECHO dan penunjang lain
sesuai komorbid dan komplikasi
- Status neuromusculoskeletal
- ICU mobility scale
c. Program rehabilitasi di ICU
- Bersihan jalan napas. Teknik klasik bersihan jalan napas. Alat
bantu batuk bila tidak ada kontraindikasi dan memenuhi syarat
ruangan tekanan negatif.
- Latihan pasif dilakukan sedini mungkin sesuai toleransi
oksigenasi.
- Latihan pernapasan termasuk latihan diafragma dilakukan pada
pasien yang sudah mulai ada napas spontan dan CAM-ICU
negatif.
- Posisi prone pasien dengan ventilasi mekanik, NIV atau dengan
Kanula Hidung Arus Tinggi (KHAT).
12 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
- Mobilisasi dini.
- Tilting table.
- Neuromuscular electrical stimulation
Indikasi
Kontraindikasi
i. Target
- Mengatasi gejala.
- Perbaikan kapasitas fungsional.
- Kembali beraktivitas, berpartisipasi dan kembali bekerja.
ii. Gejala dan tanda sindroma pasca COVID-19
- Mialgia
- Sakit kepala/pusing
- Cepat lelah
- Gangguan tidur
- Kelemahan anggota gerak
- Gangguan kognisi
iii. Asesmen
- Tanda-tanda vital.
- SpO2 saat istirahat dan saat beraktivitas.
- Skala sesak (mMRC Dyspnea atau skala Borg).
- Status neuromusculoskeletal.
- Uji fungsi kebugaran kardiorespirasi : 30 Second sit-to-stand test , uji
jalan 6 menit , Cardiopulmonary exercise testing/CPET (sesuai
dengan fasilitas yang tersedia).
- Pemeriksaan pendukung : fungsi paru dilakukan dengan Single
breath counting test/ SBT, bila spirometri tidak bisa dilakukan karena
tidak memiliki ruangan tekanan negatif.
- Uji kekuatan otot napas dan otot perifer.
- Uji kognisi.
14 PANDUAN TATA LAKSANA REHABILITASI COVID-19
- Uji fungsi menelan pada pasien dengan pasca perawatan ICU dengan
prolong ventilasi mekanik atau dengan trakeostomi.
iv. Program rehabilitasi
- Latihan kebugaran kardiorespirasi dengan intensitas maksimal 60%
target heart rate reserve (HRR). Mode latihan continuous atau
interval. Durasi sesi latihan mulai 20 menit, maksimal tidak lebih dari
60 menit. Frekuensi 3-5 kali per minggu.
- Latihan penguatan otot napas dan otot perifer (lakukan latihan
penguatan otot perifer sesuai dengan ketersediaan sarana. Latihan
pliometri dapat dilakukan oleh tempat/fasilitas khusus manapun
bahkan dapat dilakukan sebagai latihan rumah oleh pasien sendiri.
Latihan dilakukan dengan set repetisi. Dilakukan bergantian dengan
latihan kebugaran.
- Latihan dengan incentive spirometry.
- Latihan diafragma.
- Pasien yang mengalami gangguan komunikasi pasca perawatan ICU
diberikan program terapi stimulasi kognisi, latihan bicara dan
bahasa.
- Latihan fonasi, artikulasi dan bahasa.
- Latihan fleksibilitas
- Pemberian modalitas fisik sesuai indikasi dan evidence base
D. TELEREHABILITASI
DAFTAR PUSTAKA