Disusun Oleh :
T.A 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik Gelombang pertama dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Gangguan Fungsional Akibat Kasus HNP di RS Dr. Dody Sarjoto TNI-AU” telah disetujui
untuk dipergunakan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan praktek klinik di RS Dr.
Dody Sarjoto TNI-AU mulai tanggal 02 September 2019 - 27 September 2019.
Makassar, 2019
Mengetahui
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus praktek klinik ini dengan
tepat waktu meskipun masih jauh dari tahap kesempurnaan.
Praktek klinik ini merupakan salah satu mata kuliah yakni KDPK II yang merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Kampus Jurusan Fisioterapi. Adapun sub
bagian dari laporan ini adalah beberapa pengetahuan umum terkhusus mengenai
penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus HNP.
Dengan terselesaikannya laporan praktek klinik ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Terimakasih.
Makassar, 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi protrusi pada discus
intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban mekanik yang salah dalam waktu
yang lama. Selain itu faktor utama yang menyebabkan HNP adalah degeneratif dimana
elastisitas dari annulus fibrosus menurun sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus.
Menurut Pooler (2009) lokasi pada lumbal spine 90% hingga 95% yang paling sering terjadi
injury yaitu pada L4-L5 dan L5-S1. Hal ini disebabkan karena pada L4-L5 dan L5-S1
merupakan pusat penopang beban tubuh terberat.
Kamori (1996) dalam Ciaccio, dkk (2012) mengatakan HNP adalah kondisi patologis
yang sering ditemui di rehabilitasi medis dimana ditandai dengan kompresi dari satu atau
lebih nerve roots. Gluteal dan unilateral leg pain merupakan keadaan yang dirasakan oleh
penderita HNP, tergantung dengan nerve roots yang terkompresi. Penurunan Lingkup Gerak
Sendi (LGS) dan kehilangan kekuatan otot tungkai juga merupakan keadaan yang dialami
penderita HNP. Pada lokasi terkait juga mengalami nyeri dan spasme. Peran Fisioterapi pada
kondisi HNP pada L5-S1 dengan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Activation Deep Muscle Exercise, dan Isotonic Resistive Exercise adalah untuk
mengurangi nyeri, meningkatkan nilai kekuatan otot, dan meningkatkan aktivitas fungsional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus
intervertebralis lumbal pada spinal canal atau ruptureannulus fibrosus dengan tekanan dari
nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP
pada lumbal sering terjadipada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan
root nerve L4,L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar
ketungkai.Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering
dirasakanpenderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi padabanyak
grup otot (Lotke dkk, 2008).
B. Jenis HNP
menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:
a. Protruded intervertebral (degenerated)
Herniasi dari nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
b. Prolapsed intervertebra disc
Nucleus berpindah tetapi masih didalam lingkaran anulus fibrosus
c. Extruded intervertebral disc
Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada dibawah ligamentum longitudinale
posterior
d. Squestrated intervertebral disc
Nucleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior
Bulging protrusi
Ekstrusi Sequestration:
C. Anatomi Fisiologi
A. Sistem Tulang Vertebra
Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang disebut vertebra.
Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian
vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 cm. seluruhnya terdapat 33
ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya
bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebra dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang ditempatinya,
tujuh vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima
vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus (Pearce, 2009). Susunan tulang
vertebra terdiri dari: korpus, arcus, foramen vertebrale, foramen intervertebrale,
processus articularis superior dan inferior, processus transfersus, spina, dan discus
intervertebralis.
17 Gambar 2.6 Lapisan dalam otot-otot punggung (Putz dan Pabst, 2012)
18 Gambar 2.7 Lapisan dalam otot-otot abdomen (Putz dan Pabst, 2012)
D. Sistem Saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla
spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan permukaan ventral
medulla spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar ventral (radix anterior) dan akar
dorsal (radix posterior). Dalam radix posterior terdapat serabut aferen atau sensoris
dari kulit, jaringan subkutan dan profunda, dan sringkali dari visera.radix anterior
terdiri dari serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian nervus spinal
adalah sebagai berikut: 8 pasang 19 nervus cervicalis, 12 pasang nervus thoracius, 5
pasang nervus lumbalis, 5 pasang nervus sakralis, dan satu pasang nervus coccygeus.
Gambar 2.8 Plexus Lumbosacralis (Putz dan Pabst, 2012)
E. Biomekanik
Biomekanik terbagi atas gerakan osteokinematik dan arthrokinematik. Gerak
osteokinematik merupakan gerakan yang 20 berhubungan dengan Lingkup Gerak
Sendi. Pada lumbal spine melibatkan gerakan fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi.
Sedangkan gerak arthrokinemetik merupakan gerakan yang terjadi didalam kapsul
sendi pada persendian. Pada lumbal spine gerakannya berupa gerak slide atau glide
terjadi pada permukaan persendian.
1. Osteokinematik
Gerakan osteokinematik pada fleksi dan ekstensi terjadi pada sagital plane,
lateral fleksi pada frontal plane, dan rotasi kanan-kiri terjadi pada transverse
plane. Sudut normal gerakan fleksi yaitu 65o -85o , gerakan ekstensi sudut normal
gerakan sekitar 25o -40o , dan untuk gerakan lateral fleksi 25o , sedangkan
gerakan rotasi dengan sudut normal yang dibentuk adalah 45 o (Reese dan bandy,
2010).
2. Arthrokinematik
Pada lumbal, ketika lumbal spine bergerak fleksi discus intervertebralis
tertekan pada bagian anterior dan menggelembung pada bagian posterior dan
terjadi berlawanan pada gerakan ekstensi. Pada saat lateral flexion, discus
intervertebralis tertekan pada sisi terjadi lateral fleksi. Misalnya, lateral fleksi ke
kiri menyebabkan discus intervertebralis tertekan pada sisi sebelah kiri. Secara
bersamaan discus intervertebralis sisi kanan menjadi menegang. Pada level lumbal
spine, jaringan collagen pada setengah dari lamina mengarah pada arah yang
berlawanan (kira- 21 kira 120o ) dari jaringan setengah lainnya. Setengah jaringan
itu lebih mengarah ke kanan akan membatasi rotasi kekiri.
Pada biomekanik, spine mempertimbangkan kinematic chain. Ini
menggambarkan model pola deskripsi sederhana dari gerak. Misalnya pada
gerakan fleksi normal dari lumbal spine superior vertebra akan bergerak pada
vertebra dibawahnya.L1 akan bergerak pertama pada L2, L2 selanjutnya akan
bergerak pada L3, dan L3 selanjutnya akan bergerak pada L4, begitu seterusnya.
Pada keadaan ini, gerakan arthrokinematik mellibatkan gerakan dari inferior facet
dari vertebra pada superior facet dari caudal vertebra. Superior vertebra slide ke
anterior dan superior pada caudal vertebra. Hingga facet joint terbuka pada fleksi
dan tertutup pada ekstensi (Schenck, 2005)
Gambar 2.9 Diskus Intervertebralis pada Saat Fleksi (Reese dan Bandy, 2010)
22
Gambar 2.10 Discus Intervertebralis pada Saat Ekstensi (Reese dan Bandy,
2010)
Gambar 2.11 Discus Intervertebralis pada Saat Lateral Fleksi (Reese dan
Bandy, 2010)
B. Patologi
Patologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyakit atau gangguan hidup
(Abrahams, 1992). HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus fibrosis
kapsul (Calliet, 1981). Penyebab HNP paling besar adalah trauma (50%) baik langsung
maupun tidak langsung pada diskus invertebralis yang akan menyebabkan kontraksi hebat
dari nukleus pulposus, perobekan serat-serat fibrolastis annulus fibrosis sehingga annulus
menjadi pecah-pecah bahkan robek, nukelus pulposus yang tertekan akan mencari jalan
keluar melalui sobekan annulus fibrosis mendorong ligamentum longitudinal dan terjadilan
herniasi. Setelah annulus fibrosis robek, nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui
robekan tersebut. Difusi tersebut menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus
vertebra. Saat terjadi penjebolan ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat segera atau
beberapa saat didaerah punggung.
Nyeri yang terjadi pada HNP L4-5 dapat disebabkan oleh adanya iritasi pada selaput
yang menyertai radiks atau saraf yang masuk ke dalam foramen intervertebralis; (2) adanya
iritasi dari penonjolan nukleus pulposus ke ligamentum longitudinal posterior karena
mendapat innervasi dari syaraf siniferbrais; (3) spasme otot-otot erector spine yang innervasi
olah ramus primasius posterior nevus spinalis sifat nyeri dapat lokal maupun radikuler
(Salfer, 1970). Tingkat atau gradual HNP dapat dikatakan menjadi (1) protuted
intervertebralis discus yaitu penonjolan nukleus pulposus ke satu arah tanpa disertai ruptur
dari annulus fibrosus; (2) protuted intervertebral discus yaitu nukleus pulposus berpindah
tempat tetapi belum keluar dari lingkaran annulus fibrosus (3) Extruded intervertebral discus
yaitu nukleus pulposus proses yaitu proses jelas keluar menembus ligamen longitudinal
posterior (Mugel, 1997).
Arah prolaps atau penonjolan hernia nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah postero
sentral atau posterior dan postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah ke
posterolateral.
a. Prolaps ke posterolateral
Pada vertebra lumbal 4-5 prolapske postero lateral ini sering terjadi karena di daerah
postero lateral ini, annulus fibrosis paling lemah dan ligamen longitudinal posterior
lebihsempit dibandingkan diatasnya, sehingga dengan adanya hernia disini dapat
menyentuh secara langsung pada akar syaraf yang akan memberikan gejala pada
nerveroot (nerve spinalis) yaitu terjadi penekanan segmental dan akan menyebabkan
nyeri radikuler terhadap akar syaraf lumbal 5. Kelainan motoris terjadi flaccid
LMN(Lower Motor Neuron) pada otot yang mendapat innervasi dari serabut saraf
yang keluar dari tapis lesi.
b. Prolaps ke posterior
Arah ini dapat terjadi pada lumbal4-5 yang dapat digolongkan menjadi :1) Penekanan
ringan ke belakang danterjadi pelan akan menimbulkan gejaladura saja; 2) Penekanan
hebat ke arah belakang dan terjadi mendadak akan menimbulkan gejala dura dan nyeri
radikuler 3) Penonjolan secara masih kearah belakang yang merobekkan ligamen
longitudinal posterior dan terjadi penekanan pada candaequine. Prolaps ke posterior
ini pada keadaan lanjut dapat diikuti gangguan motorisupper motor neuron.
C. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kuranglentur dan tipisnya nucleus
pulposus (Moore dan Agur, 2013).
Selain itu Hernia Nucleus Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya
suatu traumaderajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun (Helmi, 2012)
b. Faktor usia
Penyebab dari hernia nukleus pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia,
mulai terjadi pada usia muda yaitu 20 tahun, dimana terjadi perubahan degeneratif
yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus
mengalami perubahan karena digunakan terus meneru. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya didaerah lumbal dapat menyembul atau pecah ( Moore dan Agur, 2013).
Adapun insiden tertinggi pada kasus HNP antara 35 – 55 tahun, serta oprasi HNP
terbanyak terjadi pada usia 35 – 45 tahun.
D. Manifestasi klinis
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun) nyeri menjalar sesuai denagan disribusi saraf skhiatik.
b. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat menjalar
kebagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan - gerakan pinggang, batuk,
mengedam, berdiri dan duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila
istirahat (berbaring)
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang terlibat.
e. Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5 – S1 (garis antar dua kristal iliaca)
E. Patofisiologi
Proses degeneratif
HNP
MMT
Manual Muscle Testing (MMT) adalah salah satu usaha untuk menentukan atau
mengetahui kemampuan seseorang dalam mengontraksikan otot atau group otot
secara voluntary. MMT standar sebagai ukuran kekuatan tidak akan sesuai atau
cocok untuk seseorang yang tidak dapat mengkontraksikan ototnya secara aktif dan
disadari.Dengan demikian, seseorang yang mengalami gangguan sisten syaraf
pusat yang memperlihatkan spastisitas otot tidak cocok untuk dilakukan MMT.
Penggunaan MMT digunakan untuk
Untuk membantu menegakkan diagnosa.
Untuk menentukan jenis-jenis terapi atau terapi apa yang harus diberikan
Untuk menentukan jenis-jenis alat-alat bantu yang diperlukan oleh pasien misalnya
: ortoses, splin atau alat bantu ambulasi.
Untuk menentukan prognosis
No Nilai Keterangan
3 Nilai 2 Adanya kontraksi otot dan adanya pergerakan sendi full ROM
4 Nilai 3Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM dan mampu
melawan gravitasi
5 Nilai 4 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM, mampu
melawan gravitasi dan tahanan minimal
a. Posisi
b. Tes Lingkup Gerak Sendi
c. Palpasi
d. Tahanan
e. Stabilisasi
f. Substitusi
g. Motivasi dari Pasien atau klien
h. Adanya rasa nyeri
VAS
skala analog visual ( VAS ) adalah skala respons psikometrik yang dapat digunakan
dalam kuesioner . Ini adalah instrumen pengukuran untuk karakteristik atau sikap
subyektif yang tidak dapat diukur secara langsung. Saat menanggapi item VAS,
responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap pernyataan dengan
menunjukkan posisi sepanjang garis kontinu antara dua titik akhir.
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara
khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas
nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda
“bad pain”(nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuaid
engan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas
kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah
skornyayang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut
dicatat untukmelihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
Pengukura VAS Test
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri diam
Nyeri tekan
Nyeri gerak
Keterangan :
0 : Tidak ada nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-10 : Nyeri berat
ROM
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai
gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik
Aktif (klien menggerakan semua sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan),
Pasif (klien tidak dapat menggerakan setiap sendi dengan rentang gerak), atau
berada di antaranya.
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
Tujuan ROM
- ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
- ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
- Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
- Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
- ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang
di curigai mengalami proses penyakit.
- Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan
rutin telah di lakukan.
Manfaat ROM
Indikasi ROM
Kontra Indikasi
ADL
(Lueckenotte, 2000)
- Makan (Feeding)
- Mandi (Bathing)
- Berpakaian (Dressing)
- Penggunaan toilet
- Mobilitas
- Naik turun tangga
Tujuan
mentega dll
2 = Mandiri
1 = Mandiri
baju)
2 = Mandiri
2 = Kontinensia (teratur)
2 = Mandiri
3 = Mandiri
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
SLR test
Uji Straight Leg Raise (SLR) adalah tes neurodinamik. Tes neurodinamik
memeriksa pergerakan mekanis dari jaringan neurologis serta sensitivitasnya
terhadap tekanan atau kompresi mekanis. Tes-tes ini, bersama dengan riwayat yang
relevan dan penurunan rentang gerak, dianggap oleh beberapa orang sebagai tanda
fisik paling penting dari herniasi diskus, terlepas dari derajat cedera diskus. [1] SLR
adalah tes ketegangan saraf yang dapat digunakan untuk mengesampingkan
keterlibatan jaringan saraf sebagai hasil dari ruang yang menempati lesi, seringkali
herniasi lumbal disk. [2] Ini adalah salah satu tes neurologis paling umum pada
ekstremitas bawah.
Teknik
Peningkatan kaki lurus adalah tes pasif. Setiap kaki diuji secara individual dengan
kaki normal yang diuji terlebih dahulu. [1] Saat melakukan tes SLR, pasien
diposisikan dalam posisi terlentang tanpa bantal di bawah kepalanya, pinggul diputar
dan disambungkan secara medial, dan lutut diperpanjang. Dokter mengangkat kaki
pasien dengan pergelangan kaki posterior sambil menjaga lutut dalam posisi yang
sepenuhnya memanjang. Dokter terus mengangkat kaki pasien dengan menekuk di
pinggul sampai pasien mengeluh sakit atau sesak di bagian belakang atau belakang
kaki.
interpretasi
- Jika gejala utamanya adalah nyeri punggung, kemungkinan besar akibat herniasi
disk yang memberikan tekanan pada anterior sumsum tulang belakang, atau
patologi yang menyebabkan tekanan lebih sentral. "Hanya sakit punggung"
pasien yang memiliki prolaps disk memiliki prolaps yang lebih kecil dan lebih
sentral.
- Jika rasa sakit terutama di kaki, kemungkinan besar patologi yang menyebabkan
tekanan pada jaringan neurologis lebih lateral.
Derajat nyeri
- Nyeri neurologis yang direproduksi di kaki dan punggung bawah antara 30-70
derajat fleksi pinggul menunjukkan herniasi lumbal di akar saraf L4-S1.
- Nyeri pada kurang dari 30 derajat fleksi pinggul mungkin mengindikasikan
spondyloithesis akut, abses gluteal, tonjolan atau ekstrusi diskus, tumor bokong,
radang dural akut, pasien malingering, atau tanda bokong.
- Nyeri pada lebih dari 70 derajat fleksi pinggul mungkin menunjukkan sesaknya
paha belakang, gluteus maximus, atau kapsul pinggul, atau patologi sendi
pinggul atau sakroiliaka.
Manuver sensititasi
Setelah timbulnya gejala, pemeriksa dapat perlahan dan hati-hati menurunkan kaki
sampai pasien tidak lagi merasakan sakit atau sesak. Selanjutnya, baik pasien
diminta untuk membawa dagunya ke dada, atau pemeriksa dapat melakukan
dorsofleksi kaki pasien, atau kedua tindakan dapat dilakukan secara
bersamaan; Namun, dorsofleksi kaki paling sering dilakukan pertama kali. Kedua
manuver dianggap sebagai tes provokatif atau sensitisasi untuk jaringan neurologis.
Nyeri yang meningkat dengan fleksi leher atau dorsofleksi kaki atau keduanya
menunjukkan peregangan dura mater medula spinalis atau lesi di medula spinalis
(misalnya herniasi diskus, tumor, atau meningitis) [1]
Nyeri yang tidak meningkat dengan fleksi leher dapat mengindikasikan lesi di
daerah hamstring (hamstring ketat) atau di lumbosakral atau sendi sacro-iliac.
modifikasi
Modifikasi pada uji Straight Leg Raise dapat digunakan untuk menekankan saraf
perifer yang berbeda ke tingkat yang lebih besar; ini disebut sebagai tes SLR dengan
bias saraf tertentu.
Patric test
Antipatric test
Pasien tidur terlentang dan kaki internal rotasi. Tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee. Setelah itu lakukan penekanan.
Apabila terjadi nyeri maka terjadi kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint
G. Interfensi fisioterapi
- IR
infrared ( inframerah) merupakan salah satu alat yang sudah lazim seklai digunakan
oleh para fisioterapis. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang
gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"),
merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi
inframerahmemiliki jangkauan dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1
mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Raden mas Pursito, astronom
kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring
optik yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata
surya teleskop.
Lampu terapi infrared ini sebenarnya bukan hanya untuk orang yang sakit, tp juga
untuk orang sehat. Pada orang sehat ketika pegal dan capek setelah beraktifitas,
kemudian disinarkan di badan, rasanya sangat nyaman, rasa capek pun
berkurang. Lampu terapi infrared hati-hati jika digunakan pafa penderita diabetes,
Pada penderita diabetes sebenarnya bisa dilakukan namun harus hati-hati, yang
dihindari adalah timbulnya luka bakar karena biasanya penderita diabetes yg kadar
gulanya sangat tinggi sensasi atau indra perasa panasnya berkurang, takutnya jaringan
sudah terlalu panas, tp pasien tdk merasakannya yang bisa berakibat luka bakar. Alat
terapi yang kami rekomendasikan ada 4 yaitu : Lampu terapi infrared philips, infrared
osram, infrared marvell, dan infrared corona. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Silahkan konsultasi dengan menghubungi kontak kami
1) Persiapan alat
Antara lain meliputi kabelnya, jenis lampu, besarnya watt. Jenis lampu yang
digunakan adalah lampu generator luminous, gelombang pendek (penetrating),
tidak memerlukan waktu pemanasan.
2) Persiapan penderita
Posisi pasien diatur secomfortable mungkin dan disesuaikan dengan daerah yang
akan diobati. Pasien tidur terlentang. Daerah tubuh yang akan diobati harus bebas
dari pakaian. Perlu pula diberitahukan kepada penderita mengenai derajat panas
yang semestinya dirasakan, yaitu perasaan hangat yang nyaman (comfortable)
serta dapat ditahannya selama berlangsungnya pengobatan.
3) Pemasangan lampu pada penderita
Pada dasarnya metode pemasangan lampu diatur sedemikian rupa sehingga sinar
yang berasal dari lampu jatuh tegak lurus terhadap jaringan yang diobati, baik
untuk lampu luminous maupun non-luminous. Pada kondisi post arthroscopy,
pemasangan lampu infra red diletakkan pada area proksimal lutut dengan sudut
aplikasi tegak lurus 900, jarak penyinaran lampu antara 35-45 cm.
4) Teknik pelaksanaan radiasi
Waktu penyinaran berkisar antara 10-20 menit dan ini tergantung pada toleransi
serta kondisi penyakitnya.
5) Pengulangan pengobatan
Untuk kondisi yang kronik diberikan penyinaran 20-30 menit dan diberikan satu
kali perhari seperti yang telah ditentukan yaitu 35-45 cm bagi yang luminous
generator.
- Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle strain, contusion
- Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia, neuritis
- Gangguan sirkulasi daran, seperti : tromboplebitis, Raynold’s disease
- Penyakit kulit, seperti : folliculitis, wound
- Persiapan exercise dan massage
- TENS
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penggunaan arus listrik
yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit.
Unit ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang
akan merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat terasa
dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut. Sinyal dari TENS ini
berfungsi untuk mengganggu sinyal nyeri yang mempengaruhi saraf-saraf dan
memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien merasakan nyerinya berkurang.
Namun teori lain mengatakan bahwa stimulasi listrik saraf dapat membantu tubuh
untuk memproduksi obat penghilang rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang
dapat menghalangi persepsi nyeri.
TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan
frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit. Banyak
teori yang mendukung prinsip kerja TENS, satu diantaranya adalah teori pain gates
yang diajukan oleh Melzack dan Walls. Menurut teori ini TENS diperkirakan
mengaktifkan secara khusus perifer A beta pada daerah tanduk dorsal sehingga
memodulasi serabut A delta dan C yang menghantarkan rasa nyeri. Hipotesis lain
menjelaskan efek TENS dalam mengurangi nyeri melalui system neurotransmitter lain
yaitu perubahan system serotonin dan substansia P.
Dengan menggunakan metode TENS, transkutan (yaitu melalui kulit) Listrik
Stimulasi saraf, fungsi saraf penting dapat diaktifkan secara efektif. Frekuensi impuls,
yang sebanding dengan bioelectricity alami, merangsang menghilangkan rasa sakit.
Dengan cara ini, transmisi nyeri oleh serabut saraf terhambat dan aliran listrik
menghilangkan rasa sakit, seperti zat endorphin, yang dipicu. Selanjutnya, aliran
darah melalui zona tubuh ditingkatkan.
Terapi dengan TENS dilakukan dengan kontak langsung alat terhadap pasien melalui
sepasang elektroda. Demi memenuhi persyaratan standar keamanan alat medis sebuah
sistem keamanan harus dirancang sehingga cidera pada pasien dapat dicegah. Sistem
keamanan yang dirancang pada dasarnya adalah mencegah terjadinya luka bakar pada
kulit akibat kesalahan penempatan elektroda. Kesalahan penempatan elektroda
memungkinkan elektroda tidak melekat dengan baik pada kulit dan sementara itu arus
dialirkan, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Adapun penempatan elektroda TENS:
- Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab
metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab
nyeri.
- Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang terlibat, penempatan pada lokasi
spesifik dalam area dermatome, penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di
posterior dari suatu area dermatome tertentu.
- Area trigger point dan motor point
- Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas di bawah kontraksi motor (intensitas
sensorik). Pada frekuensi tinggi, secara selektif merangsang syaraf tertentu 'non-sakit'
serat untuk mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya membawa
pesan rasa sakit.
- Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan intensitas yang menghasilkan kontraksi motor.
Pada frekuensi rendah, dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan
rasa sakit-hormon.
TENS digunakan untuk meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai kondisi
kronis, termasuk:
- persalinan
- nyeri pasca bedah
- patah tulang
- otot dan nyeri sendi
- olahraga cedera
- kram menstruasi
- Epilepsi.
- Mereka dengan alat pacu jantung dan beberapa jenis lain penyakit jantung.
- Diketahui penyebab sakit.
- Tanpa pengawasan pada kehamilan (selain tenaga kerja).
- Lumbal compretion
Penatalaksanaan pasien tengkurap dengan terapis berada disamping pasien.Tangan
diletakkan diatas punggung, terapis memberikan tekanan pada punggung pasien
ulangi sebanyak 4X.
- Streching
Untuk mengulur atau meregangkan otot yang mengalami spasme dan ntuk
mengurangi kontraktur.
- Exercise
1. Mc.kenzie
Mc Kenzie Exercise adalah Tekhnik latihan secara aktif yang di tujukan dengan
gerakan badan ke belakang/ekstensi, biasanya diberikan pada kasus-kasus HNP.
Tujuan:
- Penguatan dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis.
- Menekankan peran aktif pasien.
- Dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot sehingga stuktur
jaringan spesifik mengalami pemendekan.
Efek Terapi
- Mengurangi/menghilangkan limitasi ROM.
- Memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal dgn menghilangkan
stress/mengembalikan posisi mobile segment ke posisi normal.
- Rileksasi otot yg spasme dgn mengulur dan memperbaiki postur.
Indikasi
- Menurunkan spasme otot dan nyeri melalui efek rileksasi
- Perbaikan / koreksi postur yang salah –> alignmen normal
- Membebaskan stiff pd intervetebral joints
Latihan 2
Posisi telengkup, lipat siku, badan tertumpu pada siku, pandangan lurus ke depan,
lalu pertahankan posisi selama 2-5 menit.
Latihan 3
Posisi terlengkup, posisi tangan seperti push up, lalu gerakan tekan matras
pinggang dan badan terangkat ke atas. Usahakan pelvis dan kedua lutut tetap
menempel pada lantai, pertahankan selama 5 detik dengan 10 x repetisi.
Latihan 4
Posisi tengkurap, lipat kedua siku, badan bertumpu pada kedua siku tersebut,
pandangan lurus ke depan dengan kedua tungkai lurus, angkat kepala ±450, pasien
diminta menggerakkan satu tungkai, kemudian secara bergantian.
4. Bridging exc
Teknik:
Pasien berbaring dengan punggung, lutut dalam fleksi penuh dan kaki rata di
lantai dan dekat dengan bokong. Kemudian pasien mengangkat pinggul dari
lantai ke arah langit-langit / langit setinggi mungkin.
STATUS KLINIS
A. ANAMNESIS
1. Anamnesis Umum
Nama : Tn. S
Usia : 65 Tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : pensiunan
2. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri padapinggang hingga tungkai sebelah
.
Lokasi Keluhan : Pinggang sampai ke tungkai sebelah kiri.
RPP : Pasien mengeluh nyeri pinggang timbul mendadak,
sebelumnya pasien pernah mengalami hipertensi dan pernah jatuh duduk serta
mengalami fraktur kompresi tulang belakang yang menyebabkan nyeri.
B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Denyut Nadi : 70 x/menit
Suhu : 37oC
Inspeksi
Palpasi
Nyeri tekan : (+)
Oedema : (+)
2. Pemeriksaan Fungsi
a) Pemeriksaan Fungsi Dasar
Regio Lumbal
Gerakan Aktif Pasif TIMT
Fleksi Nyeri Nyeri Nyeri
Ekstensi Nyeri Nyeri Nyeri
Lateral Fleksi Nyeri Nyeri Nyeri
Rotasi Nyeri Nyeri Nyeri
Regio Hip
Gerakan Aktif Pasif TIMT
Fleksi Nyeri Nyeri Nyeri
Ekstensi Nyeri Nyeri Nyeri
Abduksi Nyeri Nyeri Nyeri
Adduksi Nyeri Nyeri Nyeri
Eksorotasi Nyeri Nyeri Nyeri
Endorotasi Nyeri Nyeri Nyeri
b) Pemeriksaan Spesifik
MMT
Regio Lumbal = 3
Regio Hip =4
ROM
Regio lumbal
Fleksi lumbal : posisi awal = 50 cm
Posisi akhir = 55 cm
Selisih = 5 cm
Ekstensi lumbal : posisi awal = 50 cm
Posisi akhir = 47 cm
Selisih = 3 cm
Lateral fleksi dekstra = 17 cm
Lateral fleksi dekstra = 15 cm
Regio hip
Fleksi hip = 100
Ekstensi hip = 15
Abduksi = 30
Adduksi = 10
Eksorotasi = 20
Endorotasi = 20
ADL
1. Makan 2 = Mandiri
2. Mandi 1 = Mandiri
baju)
7. Penggunaan
2 = Mandiri
toilet
8. Transfer 3 = Mandiri
9. Mobilitas
(berjalan di
3 = Mandiri
permukaan
datar)
VAS Test
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
C. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
1. Anatomycal impairment
Nyeri akut
Spasme otot
2. Fungsional limitation
Gangguan berjalan
Tidak dapat jalan lama, duduk lama dan berdiri lama
3. Participant of restrictive
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
D. DIAGNOSA FISIOTERAPI
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Fungsional Akibat Kasus HNP”
E. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek
Menghilangkan nyeri
Menghilangkan spasme
Untuk meningkatkan kemampuan ADL seperti berjalan, beraktivitas
2. Tujuan Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
F. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Infra Red (IR)
Untuk mengurangi rasa nyeri, melancarkan peredaran darah, meningkatkan proses
metabolisme dan relaksasi otot durasi 15 menit.
2. TENS
Untuk mengurangi rasa nyeri. Posisi pasien tengkurap lalu pad I diletakkan pada
daerah piriformis, pad II dan III diletakkan pada daerah paha dan pad IV diletakkan
didaerah betis. Durasi 10 menit, Intensitas sesuai dengan aktualitas patologi. Intensitas
dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.
3. Lumbal Compresion
Penatalaksanaan pasien tengkurap dengan terapis berada disamping pasien.Tangan
diletakkan diatas punggung, terapis memberikan tekanan pada punggung pasien ulangi
sebanyak 4X.
4. Stretching
Untuk mengulur atau meregangkan otot yang mengalami spasme dan ntuk
mengurangi kontraktur.
5. Exercise
a. MC. Kenzie
Untuk mengurangi nyeri pada bagian lumbal, memperbaiki posisi dari nucleus
pulposus serta memperbaiki postur tubuh
b. Cat and Camel
Untuk rileksasi dan penguatan dari back muscle
c. Bridging Exc
Untuk penguatan otot-otot core dan sebagai stabilisasi
FOLLOW-UP
3. Senin MMT
16/09/2019 - Regio lumbal : 3
- Regio Hip :4
Nilai Vas :8
4. Rabu, MMT
18/09/2019 - Regio lumbal : 3
- Regio Hip :4
Nilai Vas :7