Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIR BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR ESNAWAN ANTARIKSA

Nama : Yesika Anaktototy Tanda Tangan

NIM : 11.2015.261 ..............................

Dr. Pembimbing: dr. Benny Tumbelaka, Sp.OT.,MH.Kes

I.1 ANAMNESIS, RIWAYAT PENYAKIT DAN PEMERIKSAAN FISIK


I.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Nuryenti Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Umur : 31 Maret 1959/58 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : PNS Pendidikan : Sarjana
Alamat : Jl. Parang Tritis II No. 2 No RM : 147815

I.1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 1 Maret 2017 Pukul 12.30 di
Poli Ortopedi

Keluhan Utama
Kaku pada jari tangan IV kiri sejak 1 bulan SMRS

Keluhan Tambahan
Nyeri

1
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke poli bedah ortopedi dengan keluhan kaku
pada jari tangan IV sebelah kiri sejak 1 bulan SMRS. Kaku dapat terjadi secara tiba-tiba, saat
bangun pagi, atau saat pasien dalam posisi menggenggam dan ketika pasien ingin meluruskan
jari maka terjadi kekakuan dan jari ke 4 dan sulit digerakkan. Untuk dapat meluruskan
kembali jari yang kaku tersebut pasien memerlukan bantuan dari tangan sebelahnya untuk
meluruskan. Pada saat diluruskan akan terdenger bunyi seperti bunyi klik dan disertai nyeri.
Kekakuan pada jari dapat berkurang apabila pasien mulai melakukan aktfitas. Pasien juga
mengeluh teraba seperti benjolan kecil dan bengkak pada jari yang kaku. Keluhan lainnya
seperti kesemutan kebas, atau nyeri pada jari tangan kanan dan kiri disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal pernah mengalami trauma atau cedera pada tangan kiri sebelum
muncul keluhan tersebut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sebelumnya pada bulan November 2016 pernah melakukan operasi pada
tangan kanannya yaitu jari ke 3 dan 4 tangan kanan dengan keluhan yang sama. Sekarang
pasien tidak mempunyai keluhan nyeri atau kaku pada jari 3 dan 4 tangan kanan. Riwayat
penyakit hipertensi, DM, jantung, paru, dll disangkal oleh pasien

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien mempunyai riwayat Penyakit Diabetes Mellitus

I.1.3 STATUS GENERALIS


i. Status Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
IMT : 22,9 (Gizi normal)

2
ii. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normosefali
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak
alopesia
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
diameter 3 mm, reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+
Telinga : Normotia, sekret (-/-), darah (-/-), pus (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : sianosis (-), lidah tidak kotor, oral higiene baik
Tenggorokan : T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher :
- Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Tidak dilakukan
- Kelenjar tiroid : Tidak membesar
- Kelenjar getah bening : Tidak membesar

Thorax :
- Paru-paru depan belakang
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak
ada bagian dada yang tertinggal, tidak tampak retraksi
sela iga.
 Palpasi : Vocal fremitus kanan kiri teraba sama kuat, nyeri
tekan (-), benjolan (-)
 Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis
sinistra
 Perkusi
o Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
o Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra

3
o Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis
sinistra
o Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen
 Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit sawo
matang, pelebaran pembuluh darah (-).
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, defens muskular (-), nyeri tekan (-) di semua
lapang abdomen
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, asites (-)

Lengan Kanan Kiri

Otot

Tonus Normotonus Normotonus

Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa

Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri

Gerakan Aktif Aktif

Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)

Oedem Tidak ada Tidak ada

Tungkai & Kaki Kanan Kiri

Luka Tidak ada Tidak ada

Varises Tidak ada Tidak ada

Otot

Tonus Normotonus Normotonus

4
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa

Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri

Gerakan Aktif Aktif

Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)

Edema Tidak ada Tidak ada

Refleks Kanan Kiri

Refleks tendon +2 +2

Biseps +2 +2

Triseps +2 +2

Patella +2 +2

Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks patologis Negatif Negatif

Pemeriksaan Khusus
- Finkelstein test : Negatif
- Phalen Test : Negatif
- Tes Tinel Terowongan Carpal: Negatif

I.1.4STATUS LOKALIS
 Inspeksi : Digiti IV manus sinistra tampak dalam posisi fleksi
 Palpasi : Teraba bengkak dan kaku pada region metacarphophalang digiti
IV manus sinistra

5
I.1.5 RESUME

Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke poli bedah ortopedi dengan keluhan kaku
pada jari tangan IV sebelah kiri sejak 1 bulan SMRS. Kaku dapat terjadi secara tiba-tiba, saat
bangun pagi, atau saat pasien dalam posisi menggenggam dan ketika pasien ingin meluruskan
jari maka terjadi kekakuan dan jari ke 4 dan sulit digerakkan. Untuk dapat meluruskan
kembali jari yang kaku tersebut pasien memerlukan bantuan dari tangan sebelahnya untuk
meluruskan. Pada saat diluruskan akan terdenger bunyi seperti bunyi klik dan disertai nyeri.
Kekakuan pada jari dapat berkurang apabila pasien mulai melakukan aktfitas. Pasien juga
mengeluh teraba seperti benjolan kecil dan bengkak pada jari yang kaku. Keluhan lainnya
seperti kesemutan kebas, atau nyeri pada jari tangan kanan dan kiri disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal pernah mengalami trauma atau cedera pada tangan kiri sebelum
muncul keluhan tersebut.
Pasien sebelumnya pada bulan November 2016 pernah melakukan operasi pada
tangan kanannya yaitu jari ke 3 dan 4 tangan kanan dengan keluhan yang sama. Sekarang
pasien tidak mempunyai keluhan nyeri atau kaku pada jari 3 dan 4 tangan kanan. Riwayat
penyakit hipertensi, DM, jantung, paru, dll disangkal oleh pasien.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan digiti IV manus sinistra dalam posisi fleksi dan teraba bengkak dan kaku saat di
palpasi

I.1.6 DIAGNOSIS BANDING


De Quervain Syndrom
Carpal Tunnel Syndrome

I.1.7 DIAGNOSIS KERJA


Trigger finger digiti IV manus sinistra

I.1.8 ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Gula darah Puasa
- HgbA1c
- Rheumatoid factor

6
I.1.9 PENATALAKSANAAN
- Na Diclofenac 2 x 50 mg pc
- Piroxicam gel

I.1.10. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsiunam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tangan

I. Tulang dan sendi 10

 Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna
dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal
tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum,
piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.1

 Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang
dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada
ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu
jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan
menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari
telunjuk) terdapat tulang sesamoid.1

 Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di setiap ibu jari
(phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya (phalangs proksimal,
medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan tangan
menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu.1

8
Gambar 2. Tulang pada tangan

II. Ligamen dan Tendon

Ligamen adalah struktur jaringan lunak yang menyambungkan tulang ke


tulang. Ligamen di sekitar sendi biasanya bergabung untuk membentuk kapsul sendi . Sebuah
kapsul sendi adalah kantung kedap air yang mengelilingi sendi dan berisi cairan pelumas
yang disebut cairan sinovial . Pada pergelangan tangan, delapan tulang karpal dikelilingi dan
didukung oleh kapsul sendi. Dua ligamen penting mendukung sisi pergelangan tangan. Ini
adalahligamen agunan . Ada jaminan ligamen yang menghubungkan dua lengan ke
pergelangan tangan, satu di setiap sisi pergelangan tangan.1

Seperti namanya, para agunan ulnaris ligamentum (UCL) adalah di sisi ulnaris
pergelangan tangan. Melintasi tepi ulnaris (sisi yang jauh dari ibu jari) dari pergelangan
tangan. Dimulai pada styloid ulnaris , benjolan kecil di tepi pergelangan tangan (di sisi jauh
dari ibu jari) di mana ulna memenuhi pergelangan tangan.Ada dua bagian untuk kabel
berbentuk UCL. Salah satu bagian terhubung ke berbentuk kacang (salah satu tulang karpal
kecil) dan ke ligamentum karpal transversal , band tebal jaringan yang melintasi di depan
pergelangan tangan. Ligamen lainnya melintasi triquetrum (tulang karpal kecil dekat sisi
ulnaris pergelangan tangan). UCL menambahkan dukungan untuk disk kecil dari tulang

9
rawan di mana ulna bertemu pergelangan tangan. Struktur ini disebut kompleks fibrocartilage
segitiga (TFCC) dan dibahas secara lebih rinci di bawah ini. UCL menstabilkan TFCC dan
menjaga pergelangan tangan dari membungkuk terlalu jauh ke samping (ke arah ibu jari).1

Ligamen kolateral radial (RCL) adalah pada sisi ibu jari pergelangan tangan. Ini
dimulai pada tepi luar dari jari-jari pada benjolan kecil yang disebut styloid radial . Ini
menghubungkan ke sisi skafoid, tulang karpal bawah jempol. RCL mencegah pergelangan
tangan dari membungkuk terlalu jauh ke samping (jauh dari ibu jari). Seperti ada banyak
tulang yang membentuk pergelangan tangan, terdapat banyak ligamen yang menghubungkan
dan mendukung tulang. Cedera atau masalah yang menyebabkan ligamen ini untuk
meregangkan atau merobek akhirnya dapat menyebabkan radang sendi di pergelangan
tangan.1,3

Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong atau memberi bentuk pada
tubuh manusia. Sedangkan otot merupakan jaringan yang terdapat pada seluruh tubuh
manusia yang berguna untuk pergerakan. Tulang dan otot tersebut dilekatkan oleh jaringan
kuat yang bernama tendon.1

Tendon sangatlah kuat tetapi tidak banyak stretch. Ketika mereka menjadi rusak,
tendon bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh. Tendinitis merupakan peradangan
pada tendon. Peradangan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa sebab,misalnya dikarenakan
oleh regangan, olaraga yang berlebihan, luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan
tiba-tiba. Sebagian besar tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena
tendon menjadi lebih peka terhadap cedera, elastisitasnya berkurang. Tendinitis juga terjadi
pada usia muda karena olahraga yangberlebihan atau gerakan yang berulang-ulang. 4

Selubung tendon juga dapat terkena penyakit sendi, seperti artritis


reumatoid,skleroderma sistemik, gout, dan sindroma reiter. Pada dewasa muda yang
menderita gonore (terutama wanita), bakteri gonokokus bisa menyebabkan tenosinovitis
(tendinitis yang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung di sekeliling tendon),
biasanya pada tendon di bahu, pergelangan tangan, jari tangan, pingggul, pergelangan kaki,
dan kaki.1,2

Ada beberapa penyakit yang menyebabkan tendinitis, diantaranya adalah rheumatoid


artritis, gout, reiter’s syndrome, lupus, dan diabetes. Orang dengan penyakit gout ada kristal

10
asam urat yang nampak pada pembungkus tendon yang menyebabkangesekan dan
robekan.kadar kolesterol darah yang sangat tinggi juga dapat berhubungan dengan kondisi
ini.4

Tendon pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol. Sebagaimana
kita ketahui trigger finger adalah suatu bentuk cedera akibat aktivitas berlebihan yang
berulang-ulang dengan gejala mulai dari tanpa rasa sakit dengan sesekali bunyi gemeretak /
menyentak jari, untuk disfungsi parah dan rasa sakit dengan jari terus terkunci dalam posisi
menekuk ke bawah ke telapak tangan.1

Gambar 3. Tendon Flexor dan Extensor Jari Tangan

III. Persarafan

Semua saraf yang bepergian ke tangan menyeberangi pergelangan tangan. Tiga saraf
utama mulai bersama di bahu: saraf radial, saraf median, dan saraf ulnaris . Saraf ini
membawa sinyal dari otak ke otot-otot yang menggerakkan lengan, tangan, jari, dan ibu
jari. Saraf juga membawa sinyal kembali ke otak tentang sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
suhu.

Saraf radialis berjalan di sepanjang tepi jempol-sisi lengan bawah. Ini wraps sekitar
akhir tulang jari-jari ke bagian belakang tangan. Ini memberi sensasi ke bagian belakang

11
tangan dari ibu jari ke jari ketiga. Hal ini juga pergi ke belakang ibu jari dan hanya di luar
buku jari utama dari permukaan belakang cincin dan jari tengah.

Saraf median perjalanan melalui sebuah terowongan dalam pergelangan tangan


disebut carpal tunnel . Saraf median memberikan sensasi ke sisi telapak ibu jari, jari telunjuk,
jari panjang, dan setengah dari jari manis. Ini juga mengirimkan cabang saraf untuk
mengontrol otot-otot tenar jempol. Otot-otot tenar membantu memindahkan ibu jari dan
membiarkan Anda menyentuh pada jempol ke ujung setiap jari masing-masing di sisi yang
sama, gerakan yang disebut oposisi .

Saraf ulnaris bergerak melalui terowongan terpisah, yang disebut kanal


Guyon . Terowongan ini dibentuk oleh dua tulang karpal (yang berbentuk
kacang dan bengkok ), dan ligamentum yang menghubungkan mereka.Setelah melewati
kanal, cabang-cabang saraf ulnar keluar untuk memasok perasaan ke jari kelingking dan
setengah jari manis. Cabang-cabang saraf ini juga memasok otot kecil di telapak dan otot
yang menarik ibu jari ke arah telapak tangan.

Saraf yang melakukan perjalanan melalui pergelangan tangan tunduk


masalah. Konstan membengkokkan dan meluruskan dari pergelangan tangan dan jari dapat
menyebabkan iritasi atau tekanan pada saraf di dalam terowongan dan menyebabkan masalah
seperti nyeri, kesemutan, dan kelemahan pada tangan, jari, dan ibu jari.

12
Gambar 4. Persarafan Pada Tangan

B. Definisi Trigger Finger

Trigger finger atau tenosynovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari yang macet.
Dimana pasien bercerita tentang jarinya yang macet. Setelah mengepal jari-jari yang sehat
dapat diluruskan dengan mudah, tetapi jari yang macet itu tetap berada dalam keadaan fleksi
di sendi interphalangeal proksimal. Adakalanya dimacetnya, maka yang nyeri yang hebat
dirasakan dengan terdengarnya “klek” pada saat jari yang macet diluruskan secara pasif. 2,6

Trigger finger adalah gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai dimana jari
yang dibengkokkan tibe-tiba tidak dapat diluruskan kembali serta berhubungan dengan
disfungsi dan nyeri yang disebabkan penebalan setempat pada suatu tendo fleksor, dalam
kombinasi dengan adanya penebalan di dalam selubung tendon pada tempat yang sama.5

13
Gambar 5. Trigger Finger

C. Epidemiologi

Trigger finger adalah penyakit yang paling sering terjadi di antara dekade ke 5 dan 6
kehidupan. Kejadiannya perempuan 6 kali lebih sering terkena dibandingkan dengan laki-
laki, meskipun alasan predileksi usia dan jenis kelamin ini tidak sepenuhnya jelas. Faktor
risiko pemicu terjadinnya trigger finger adalah antara 2 dan 3%, tetapi meningkat menjadi
10% pada penderita diabetes. Insidens di penderita diabetes terkait dengan waktu penyakit
sebenarnnya, tidak berhubungan dengan diabetes yang terkontrol. Ini juga tampaknya
menjadi resiko lebih tinggi terjadinnya trigger finger pada pasien dengan karpal tunnel
sindrome, penyakit de Quervain, hypothyroidism, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, dan
amyloidosis. Jari manis adalah yang paling umum terpengaruh, diikuti oleh jempol ( memicu
jari ), panjang, indeks, dan kecil jari pada pasien dengan beberapa memicu angka. 2
14
D. Etiologi

Penyebab potensial trigger finger telah dapat dijelaskan, tetapi etiologi tetap
idiopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan disebabkan oleh trauma lokal
dengan stres dan gaya degeneratif. Ada yang menghubungkan penyebab trigger finger karena
penggunaan fleksi tangan yang terus-menerus dan pada tiap individu sering dengan penyebab
multifaktor. Oleh karena itu sering disebut dengan tenosinovitis stenosing (stenosans
tenovaginitis khusus pada jari). Stenosing berarti penyempitan terowongan atau tabung-
seperti struktur (selubung tendon). Tenosynovitis berarti radang tendon. 2,4

Pasien dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti rheumatoid artritis, diabetes
mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis, dan pigmented vilonodular
synovitis memiliki faktor resiko lebih besar terkena trigger finger dibandingkan orang yang
yang tidak memiliki riwayat tersebut.6

Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah adanya aktifitas-aktifitas fisik yang berat
dan berulang-ulang pada orang yang mempunyai kecenderungan pengumpulan cairan di
sekitar tendon dan sendinya seperti pasien diabetes mellitus dan rheumatoid artritis.
Pengumpulan cairan disekitar tendon ini menyebabkan terjadinya penebalan nodule tendon
(biasanya pada tendon m.flexor digitorum profundus) sehingga tendon yang bengkak ini bisa
mengganggu gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini mudah sekali tendon
terjepit sehingga jari susah untuk difleksikan (macet) atau terkunci pada posisinya dan
mengakibatkan jari terasa sakit dan mengeluarkan suara “klik” apabila usaha lebih keras
diberikan.2,3

Kejadian trigger finger kongenital umumnya disebabkan oleh adanya nodul pada
tendon fleksor polisis longus. Sementara pada orang dewasa, beberapa kasus yang
terjadi mungkin berhubungan dengan trauma berulang. Lebih dari satu penyebab potensial
telah dijelaskan, tetapi etiologi tetap diopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui.1 Keadaan
ini sering disebut dengan tenosinovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada
jari), tapi hal ini mungkin keliru, karena radang bukan fitur dominan pada keadaan ini.2,4

E.Patofisiologi

15
Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Setiap otot
memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang. Pertemuan tulang bersama
dengan otot membentuk sendi. Ketika otot berkontraksi, tendon akan menarik tulang,
sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak
sebagai katrol.1

Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon yang
semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya membentuk sistem katrol
yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi untuk memaksimal kekuatan fleksi dari
tendon dan efisiensi gerak di metakarpal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon,
yang menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal katrol ketika pasien mencoba untuk
meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat
dibuat untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau
dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan pada jari dengan
tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan menimbulkan rasa sakit yang
signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang kurang umum
terjadi antara lain nodul tadi bergerak pada distal katrol, mengakibatkan kesulitan pasien
meregangkan jari.2,4,6

Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur yang
melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat macet dalam posisi
yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol, maka jari pasien
dapat macet dalam posisi tertekuk.2

Biasanya, tendon fleksor pada jari mampu bergerak bolak-balik di bawah


katrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor membatasi mekanisme pergerakan
normal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon
terjebak di tepi proksimal katrol A1 ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan
jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan
kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet
yang terkunci tadi terbuka dengan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke
dalam aspek proksimal digit.2,3,4

Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur
yang melewati katrol A-1. Jika nodul terdapat pada distal katrol A-1 (seperti yang

16
ditunjukkan dalam gambar ini), maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya,
jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A-1, maka jari pasien dapat macet dalam
posisi tertekuk. 2,6

F.Manifestasi Klinis

Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang menyeluruh dan pemeriksaan
fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu waktu, meskipun biasanya
lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari manis. Trigger finger biasanya lebih
menonjol di pagi hari, atau saat memegang obyek dengan kuat.2

Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-gejala ini termasuk
adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak nyaman di jari dan
sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak melakukan aktifitas, misalnya saat anda
bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan berkurang saat melakukan aktifitas. Kadang-kadang
jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "dislokasi" /
pergeseran sendi.Pada Kasus kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan
bantuan. Pasien dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah.

Gambar 6. Trigger Finger

17
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya di atas sendi
metakarpofalangealis (MCP). Jari yang terkena bisa macet dalam posisi menekuk (lihat
gambar di bawah) atau (kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika pasien berusaha untuk
memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan, angka mungkin cepat atau memicu
melampaui pembatasan. 3

Trigger finger dapat sangat menyakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang parah, pasien
tidak mampu untuk menggerakkan jari yang melampaui rentang gerak. Pada ibu jari yang
macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul pada aspek palmar sendi MCP
pertama dari sendi palmaris distal.2,3

G. Faktor Resiko

 Pergerakan berulang (repeated gripping)


Misalnya : pada pemain alat musik
 Penyakit peserta (Certain health problems)
Misalnya : rheumatoid arthritis, diabetes,hypothyroidism, amyloidosis dan
infeksi(tuberculosis).
 Jenis Kelamin
Lebih sering pada wanita

H. Diagnosis

Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup dengan pemeriksaan fisik
saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan dalam diagnosis jari macet. Jika ada
kecurigaan tentang kondisi, adanya diagnosis yang terkait, seperti diabetes, rheumatoid
arthritis, atau penyakit lain pada jaringan ikat, antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c),
gula darah puasa, atau faktor rheumatoid harus diperiksa.Secara umum, tidak ada pencitraan
yang diperlukan dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang biasanya diperlukan.
2,4,6

18
I. Pemeriksaan Fisik

ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin


dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal,
dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke
belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati
tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang.
Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian
atas dan bawah. 5

1. Finkelstein Test

Test dilakukan unutk mendeteksi adanya dequevein atau Hoffman disease atau
dikenal juga dengan nama styloditis radial. Pada kondisi ini terjadi peradangan pada
tendo EPB dan APL yang berada dalam satu selubung tendon. Finkelstein dengan
cara pasien mengepalkan tangannya, dimana ibu jari diliputi oleh jari-jari lainnya
selanjutnya pemeriksa menggerakkan wrist pasien kearah ulnar deviasi (Abduksi
Ulnar). Positif jika timbul nyeri yang hebat pada kedua tendo otot tersebut tepatnya
pada procesus styloideus radial. Yang memberikan indikasi adanya tenosynovitis
pada ibu jari.

2. Test Phalen

Apabila terdapat penyempiatan pada terowongan carpal dipergelangan tangan bagian


volar yang dilintasi cabang nervus madinus, maka penekukan di wrist joint akan
menimbulkan rasa nyeri atau parestisia dikawasan n. medianus.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara palmar fleksi kedua wrist, lalu saling
tekankan kedua dorsum manus satu dengan lainnya sekuat-kuatnya.

Tangan yang merasakan nyeri atau kesemutan memberi indikasi bahwa terowongan
karpal tersebut menyempit. Selain cara tersebut diatas tes phalen dapat pula
dilakukan dengan cara pergelangan tangan dipertahankan selama kira-kira setengah
menit dalam posisi palmar fleksi penuh, Jika posisi ini dierahankan cukup lama,
pada setiap orang akan timbuk rasa kesemutan, akan tetapi pada sindrom terowongan
carpal rasa kesemutan akan timbul dalam waktu yang sangat singkat, pasti dalam
waktu 30 detik, terkadang parestesia baru timbul saat pergelangan tangan
digerakkan kembali dari posisi palmar fleksi maksimal.

19
3. Tes Tinel Terowongan Carpal

Tes ini dilkukan dengan cara melakukan pengetokan/penekanan pada ligamentum


volare pergelangan tangan atau pada n. medianus akan menimbulkan nyeri kejut
didalam tangan serta arestesia dikawasan n. medianus apabila terowongan karpal
menyempit seperti halnya dengan sindrom carpal tunnel , meskipun didalam praktek
tes ini tidak selalu positif.

5. Circle Formation

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa fungsi n. medians. Caranya posisi ibu
jari kejari telunjuk sehingga membentuk huruf O, jika tidak dapat dilakukan gerakan
tersebut indikasi kelemahan pada otot Interossei anterior, FDP dan FPL.

6. Froment’s Sign

Dalam hal ini pasien mencoba untuk memegang selembar kertas diantara ibu jari dan
jari telunjuk, ketika pemeriksa mencoba untuk menarik kertas tersebut keluar
phalangs terminal ibu jari fleksi, hal ini disebabkan karena paralysisi dari otot
adductor pollicis yang memberi indikasi tes positif. Tes ini member indikasi paralysis
nervus ulnaris.

7. Allen Test

Pasien diminta untuk membuka dan menutup tangan beberapa kali secepat mungkin.
Ibu jari dan jari tangan pemeriksa diletakkan diatas arteri radial dan arteri ulnar,
selanjutnya pasien diminta untuk membuka tangan sementara penekanan diatas
arteri tetap dilakukan. Satu arteri yang ditest dibebaskan untuk melihat aliran
darahnya. Demikian pula dengam aretri lainnya. Kedua tangan diperiksa dan
bandingkan . test ini untuk mengetahuti paten dari arteri radial dan arteri ulnaris dan
untuk mengetahui pembuluh darah arteri yang banyak mensuplai tangan.

8. Joint Play Movemant (JPM)

a. Distal Radio Ulnar

Translation

Pronasi radius didorong ventral, supinasi radius didorong dorsal.

20
b. Wrist Traction

Diberikan pd akhir pembatasan ROM palmar flex; dorsal flexi; ulnar deviation; dan
radial deviation.

c. Intercarpal Mobization Test

Lunate, Scapoid, Capitate. Gerak tranlasi kearah palmar dan dorsal.

d. CMC Ireposition Test

Pemeriksaan capsular pattern dengan mendorong ibu jari reposisi.

e. CMC II-V Traction Test

Metacarpal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

f. MCP I-V Traction Test

Phalanx proximal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

g. PIP & DIP (I)-V Traction Test

Phalax tengah & distal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

J. Pemeriksaan Penunjang

 HgbA1c
 GDA
 Rheumatoid faktor

K. Diagnosa banding

 De Quervain syndrom
Nyeri yang terasa di pergelangan tangan sering disebabkan oleh tenosinovitis. Pada
sisi radial terjadi tendovaginitis otot abductor polocis longus, yang dikenal dengan sebagai
tenosinovitis De Quervein, dan pada sisi ulnar dapat dijumpai tendovagintis otot ekstensor
karpi ulnaris. Kedua jenis peradangan itu merupakan manisfestasi arthritis rheumatoid. Pada
bagian dorsal pergelangan tangan sinovitis rheumatoid dapat membangkitkan benjolan di
tengah-tengah ligamentum karpi dorsal di atas os navikular dan lunatum. Sinovitis di
pergelangan tangan selalu menimbulakan nyeri tekan, nyeri gerak aktif dan nyeri gerak

21
isometrik. Karena itu, maka pergelangan tangan tidak dapat distabilkan secara
kuat, sehingga tenaga pengepalan tidak kuat dan tangan sukar diluruskan pada pergelangan
tangan.2
Pada tenosinovitis De Quervein nyeri tekan di dapat pada penekanan diprosesus
stiloideus radii. Gerakan pasif ibu jari tidak membangkitkan nyeri. Sebaliknya gerakan aktif
dan isometrik menimbulkan nyeri yang hebat. Deviasi radial secara pasif tidak menimbulkan
nyeri. Sebaliknya defiasi ulnar secara aktif menimbulkan nyeri yang hebat 2

 Carpal tunnel syndrome


Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu
gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik
akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang
kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai neuropati tekanan saraf medianus dalam
terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik,
dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat
innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar.
Gejala klinis CTS menurut Grafton (2009) adalah sebagai berikut :
1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.
2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya selama penggunaan.
3. Penurunan cengkeraman kekuatan.
4. Kelemahan dalam ibu jari
5. Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak)
6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

22
Gambar 7. Carpal tunnel syndrome

L. Penatalaksanaan 3,4

a. Terapi Farmakologi

 Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn, atau ketoprofen.

 Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 1953. Tindakan
Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat efektif (hingga 93%), terutama pada
pasien non-diabetes dengan onset baru-baru ini terkena gejala dan satu digit dengan nodul
teraba. Hal ini diyakini bahwa injeksi kortikosteroid kurang berhasil pada pasien dengan
penyakit lama (durasi > 6 bulan), diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit karena
tidak mampu untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroid yang terjadi pada katrol
A1. Injeksi diberikan secara langsung ke dalam selubung tendon, Namun, laporan
menunjukkan bahwa injeksi extra synovial mungkin efektif, sambil mengurangi risiko tendon
rupture(pecah). Pecah Tendon adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu kasus yang
dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis lemak, hipopigmentasi kulit
sementara elevasi glukosa serum pada penderita diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang
setelah injeksi pertama, atau muncul kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya lebih
mungkin untuk berhasil sebagai tindakan awal.

23
b. Terapi nonfarmakologi 3,4

 Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yang bengkak dan
nyeri.
 Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti latihan jari yang
berulang-ulang.
 Splinting
Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan oleh pergerakan
tendon fleksor melalui katrol A1 yang sakit sampai hilangnya peradangan. Secara
umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang tepat pada pasien yang menolak
atau ingin menghindari injeksi kortikosteroid. Sebuah studi pekerja manual dengan
interfalangealis distal (DIP) di splint dalam ekstensi penuh selama 6 minggu
menunjukkan pengurangan gejala pada lebih dari 50% pasien.

Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fleksi (meninggalkan sendi PIP dan DIP
bebas) yang ditampilkan untuk memberikan resolusi gejala di 65% dari pasien pada 1-
tahun tindak lanjut. Untuk pasien yang paling terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari,
splinting sendi PIP pada malam hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat
keberhasilan yang lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau
lama. 1,2,6

Gambar 8. Teknik Splint

 Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger finger. Indikasi untuk perawatan
bedah umumnya karena kegagalan perawatan konservatif untuk mengatasi rasa sakit dan

24
gejala. Waktu operasi agak kontroversial dengan data yang menunjukkan pertimbangan
bedah setelah kegagalan baik tunggal maupun beberapa suntikan kortikosteroid. 3

Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lorthioir pada tahun
1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan melonggarkan jalan bagi tendon yaitu dengan
cara membuka selubungnya. Dalam penyembuhannya, kedua ujung selubung yang
digunting akan menyatu lagi, tetapi akan memberikan ruang yang lebih longgar, sehingga
tendon akan bisa bebas keluar masuk. Dalam prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi
dengan telapak ke atas, sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran struktur
neurovaskular bagian punggung. Setelah klorida dan etil disemprotkan lidokain
disuntikkan untuk manajemen nyeri, jarum dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1.
Tingkat keberhasilan telah dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini, namun
penggunaan teknik ini berisiko cedera saraf atau arteri. 2,3

Gambar 9. Pembedahan

25
 Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah bengkak, nyeri, dan kekakuan
gerak pada bagian-bagian tangan yang lain, dimana tidak bisa dihilangkan dengan
tindakan operasi. 2

M. Komplikasi

Komplikasi potensial utama jari memicu adalah nyeri dan penurunan penggunaan
fungsional dari tangan yang terkena.Potensi komplikasi injeksi kortikosteroid adalah sebagai
berikut: 3

 Infeksi, penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.


 Pendarahan, ini dapat diminimalkan dengan menerapkan tekanan langsung segera setelah
prosedur tersebut. Perhatian harus dilakukan sebelum suntik pasien dengan gangguan
perdarahan.
 Melemahnya tendon, ini meningkatkan risiko ruptur tendon berikutnya, kemungkinan
yang menjadi perhatian khusus jika suntikan dilakukan salah (khusus, jika injeksi ini
dikelola ke tendon itu sendiri bukan hanya dalam selubung tendon). Risiko dapat
meningkat dengan beberapa suntikan, namun setidaknya beberapa peneliti klinis
(misalnya, Anderson dan Kaye) tidak menemukan episode rupture tendon setelah injeksi
kortikosteroid untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan ulang.
 Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan - atrofi semacam itu dapat
terjadi jika kortikosteroid yang disuntikkan ke dalam jaringan subkutan. komplikasi ini
dapat menyebabkan depresi kosmetik di kulit.
 infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya. Komplikasi ini jarang terjadi, bisa dipantau
oleh sensasi menilai seluruh digit.

26
N. Prognosis

Prognosis pada trigger finger sangat baik, kebanyakan pasien merespon terhadap
injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa bebat terkait. Beberapa kasus jari macet mungkin
dapat sembuh secara spontan dan kemudian terulang kembali tanpa korelasi yang
jelas dengan pengobatan atau faktor memperburuk. 2,3

BAB III

ANALISA KASUS

Penegakkan diagnosis pada kasus ini meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan. Berdasarkan patofisiologi terjadinya trigger finger oleh karena, terjadinya
peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon yang membatasi gerak fleksi pada tendon.
Pada pasien ini terjadi kekakuan pada digiti IV manus sinistra yang diakibatkan peradanagn
pada selubung tendon fleksor mengakibatkan jari pasien dapat macet atau kaku dalam posisi
tertekuk.
Gejala subyektif pada kasus trigger finger muncul tanpa adanya trauma sebelumnya, gejala
dapat berupa benjolan kecil, kaku, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak nyaman
di jari. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak melakukan aktifitas dan berkurang saat
melakukan aktifitas. Pada pasien ini gejala yang timbul berupa kaku pada jari 4 tangan kiri
tanpa ada riwayat trauma atau cedera sebelumnya, kaku lebih dirasakan saat bangun bagi atau
memegang sesuatu dan akan berkurang apabila pasien sudah melakukan aktfitas. Selain kaku,
terdapat nyeri saat jari yang dalam posisi fleksi coba untuk diluruskan.
Pada kasus trigger tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali jika terdapat kecurigaan
tentang kondisi, adanya diagnosis terkait seperti diabetes, rhematoid arthritis atau penyakit
lainnya pada jaringan ikat. Dan pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
membantu menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis trigger finger dapat
diteggakkan hanya dengan melakukan anamesis dan pemeriksaan fisik.
Penatalaksaan pada kasus trigger finger meliputi pemberian obat golongan NSAID dan
kortikosteroid. Apabila pasienmenolak untuk dilakukan injeksi kortikostreoid maka dapat
dilakukan splinting, dimana splinting berfungsi untuk mencegah gesekan yang disebabkan
oleh pergerakan tendon fleksor sampai hilangnya peradangan.

27
Kemudian pasien diedukasi untuk menghindari aktiftas yang mengakibatkan tendon mudah
teririttasi seperi latihan jari yang berulang-ulang. Apabila dengan pengobatan tidak
mengurangi gejala maka dilakukan tindakan pembedeahan. Pada pasien ini tatalaksana yang
diberikan hanya obat-obatan dan belum dilakukan tindakan pembedahan

BAB IV
KESIMPULAN

Pada kasus Ny. N berusia 58 tahun dengan keluhan kaku pada jari 4 tangan kiri
disertai nyeri saat pasien meluruskan jari yang macet dalam posisi tekuk.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pada kasus ini
mengarah pada trigger finger digiti 4 manus sinistra. Penyebab trigger finger
sendiri diduga diakibatkan adanya trauma lokal dengan stress dan gaya
degeneratif sehingga terjadi peradangan dan hipertrofi pada dari selubung
tendon yang dapat membeatasi gerak fleksi dari tendon. Diagnosis trigger finger
dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesi dan pemeriksaan fisik tanpa
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan
radiologi. Penangan trigger finger pada kasus ini untuk mngurangi gejala yang
dikeluhkan pasien dengan pemberian obat-obatan NSAID, kortikosteroid, atau
dilakukan tindakan pembedahan. Pada pasien ini belum dilakukan tindakan
pembedahan pada digiti 4 manus sinistra, tatalaksan yang diberikan sejauhnya
baru pemberian obat-obatan dan edukasi untuk menghindari aktifitas pada jari
yang sakit yang dapat mengakibatkan tendon mudah teriiritasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran/ Richard S. Snell : ahli
bahasa, Liliana Sugiarto : editor edisi bahasa indonesia. Huriawati Hartanto...(et al). 6th
ed. Jakarta : EGC 2006.
2. Makkouk AH, Oetgen ME, Swigart CR, Dooed SD. Trigger finger: etiology, evaluation,
and treatment. Curr Rev Musculoskelet Med. 2008 Nov ;10.007(1): 92-6
3. Akhtar S, Bradley MJ, Quinton DN, Burke FD. Management and referral for trigger
finger/thumb. BMJ. 2005 Jul 2;331:30-3
4. Geso LD, Fillippuci E, Meenagh G, Gutierrez M, Ciappeti A. CS injection of
tenosynovitis in patients with chronic inflammatory arthritis: the role of US. 2012
March;1-3.
5. Range of Motion
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197103282000121-
LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/8-Range_of_Motion.pdf
6. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone; 2007.
7. Brunicardi FC, Andrese DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al.
Schwartz’s principles of surgery. 9th ed. United states of America: The MacGraw; 2010.

29

Anda mungkin juga menyukai