Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL

PADA KASUS GENU VALGUS / GENU VARUS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... 2

KATA PENGANTAR............................................................................................... 3

DAFTAR ISI........................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 5

A. Latar Belakang..................................................................................... 5

B. Tujuan Umum...................................................................................... 5
C. Tujuan Khusus..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 7

A. Anatomi dan fisiologi.............................................................................. 7

B. Definisi gebu valgus/genu varus............................................................ 16


C. Etiologi gebu valgus/genu varus............................................................ 18
D. Manifestasi gebu valgus/genu varus...................................................... 19
E. Patofisiologi gebu valgus/genu varu………………………………………. 20
F. Pemeriksaan diagnostik gebu valgus/genu varus................................... 20
G. Intervensi fisioterapi gebu valgus/genu varus........................................ 21
H. Komplikasi pada gebu valgus/genu varus.............................................. 23
I. Prognosis pada gebu valgus/genu varus................................................ 23
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………… 25

1
A. Simpulan................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari suatu
ekstremitas. Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada
tulang di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang.

Genu varum dan genu valgum, merupakan kekhawatiran umum pada


tahun-tahun awal kehidupan. Genu varum adalah angulasi tulang dimana
segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah, sedangkan genu valgum
adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menjauhi garis
tengah. Untuk mayoritas anak, masalah ini merupakan variasi normal
(fisiologis), dan membaik secara spontan. Sebagian lainnya, akan mengalami
masalah kosmetik ataupun fungsi yang memerlukan penyangga (brace) dan
tindakan pembedahan. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang baik dapat membantu mengevaluasi masalah tersebut.

1.2 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah profesi fisioterapi musculoskeletal.

1.3 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa


fisioterapi dapat lebih memahami secara mendalam mengenai :

1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal?


2. Apa definisi genu valgum/genu varum?
3. Apa etiologi dari genu valgum/genu varum?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari genu valgum/genu varum?

3
5. Apa saja komplikasi yang dapat ditemui pada pasien anak dengan genu
valgum/genu varum?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan
genu valgum/genu varum?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien anak dengan genu valgum/genu
varum?
8. Prognosis seperti apakah yang dapat diperkirakan dari kasus genu
valgum/genu varum?
9. Bagaimanakah latihan fisioterapi yang diberikan kepada pasien anak genu
valgum/genu varum?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Secara anatomi sendi lutut adalah sendi penting pada tubuh manusia
dengan bentuk sendi jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi fleksi
dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan tegaknya
tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Karena struktur dan fungsinya yang
kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomi dan biomekanik yang
berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Untuk itu pemahaman struktur
jaringan yang terkait dengan patologi dan penyebab gangguan nyeri lutut akibat
tendinitis patellaris berikut dibahas beberapa aspek yang penting meliputi:
A. Tulang
1. Os Femur
Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh
manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia
sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput
femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua

5
trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus
yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan
tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis
distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah
epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang
disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di bagian proksimal
tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus
lateralis dan medialis. Dari depan terdapat dataran sendi yang melebar ke
lateral yang disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang
patella. Dan bagian belakang diantara condylus lateralis dan medialis terdapat
cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.
2. Os Patella

Tulang patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh manusia.


Tulang ini berbentuk segitiga pipih yang basisnya menghadapi ke proximal
dan apex/ puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini mempunyai dua
permukaan, yang pertama facies articularis yang menghadap ke femur dan
yang kedua facies anterior yang menghadap ke depan. Pada permukaan
anterior kasar sedangkan permukaan dorsal memiliki permukaan sendi yaitu
facies articularis medialis yang sempit Facies anterior dapat dibagi menjadi
tiga bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas
merupakan tempat pelekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah
merupakan tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah
termasuk apex merupakan tempat awal ligamentum patella.
3. Os Tibia
Tulang tibia merupakan tulang besar yang menghubungkan antara femur
dengan pergelangan kaki dan tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang

6
penyangga beban. Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus
femur dan bagian distal memanjang ke medialis membentuk malleolus
medialis yang bersendi dengan talus. Tulang tibia terdiri dari epiphysis
proxsimalis, diaphysis, epiphysis diatalis. Epiphysis proxsimalis pada tulang
tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus lateralis dan condylus
medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang disebut facies artikularis
lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementio intercondyolidea. Lutut
merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesusaian bentuk,
kedua condylus dari femur secara bersama-sama membentuk sejenis katrol
(troclea), sebaliknya dataran tibia tidak rata permukaannya, ketidaksesuaian
ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus.
B. Sendi
1. Tibiofemoral Joint
Sendi ini jenis sinovial hinge joint (sendi engsel) yang mempunyai dua
derajat kebebasan gerak. Gerak flexi-extensi terjadi pada bidang sagital
disekitar axis medio-lateral, dan gerak rotasi terjadi pada bidang tranversal
disekitar axis vertical (longitudinal). Sendi tibiofemoral mempunyai dua
permukaan yang berbeda, dimana permukaan condilus medialis lebih besar
dari pada condilus lateralis, sehingga pada gerakan fleksi dan ekstensi,
gerakan pada medialis lebih luas dari pada lateralis, dimana pada saat ekstensi
terjadi gerakan eksternal rotasi. Diantara os tibia dan os femur terdapat
sepasang meniscus yaitu meniscus medial dan meniscus lateral. Sendi
tibiofemoral dibentuk oleh condylus femoris. Sendi ini mempunyai
permukaan yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang
relatif tebal dan meniscus. ROM pasif gerak fleksi berkisar 130°–140°.
Hiperekstensi 5°-10° masih dalam batas normal. Derajat rotasi terbesar terjadi
pada posisi 90° fleksi yaitu sekitar 45° lateral rotasi dan 15° medial rotasi.
Arthrokinematik tibiofemoral joint adalah gerak traksi dan kompresi dengan
arah caudal – cranial searah axis longitudinal tibia. Saat gerakan fleksi terjadi
translasi kedorsal dan saat ekstensi terjadi translasi keventral. Selain itu saat
fleksi dan ekstensi juga terjadi translasi ke medial dan lateral.

7
2. Patellofemoral Joint

Sendi ini jenis modified plane joint yang menghubungkan tulang femur
dan patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi
friction quadriceps. Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur
gerak lurus melengkung ke medial lurus. Gerak geser patella ke proksimal
dan ke distal saat ekstensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai gerak geser patella
ke medial hingga kembali lurus. Sendi patella femoralis mempunyai facies
artikularis yang terdiri atas tiga permukaan pada bagian lateral dan satu
permukaan pada bagian medial. Muskulus vastus lateralis, vastus intermedius
dan rectus femoris sebagai stabilisator aktif berfungsi menarik patella kearah
proksimal sedangkan muslukus vastus medialis berfungsi menarik patella ke
arah medial sehingga posisi patella stabil.
3. Proximal Tibiofibular Joint
Sendi dengan jenis plane sinovial joint yang terbentuk antara caput fibula
dengan tibia. Sendi ini turut berperan dalam menerima beban. Dilihat dari
segi fungsional sendi ini lebih cenderung termasuk ke dalam persendian ankle
karena pergerakan yang terjadi dilutut merupakan pengaruh gerak ankle ke
arah cranial dorsal. Arthrokinematik dari sendi ini terdiri atas gerak geser ke
cranial dan dorsal saat ankle joint melakukan dorsi fleksi. Sendi tibiofibular
dibentuk oleh facies kapituli fibula dan facies articularis tibio fibular yang
terdapat pada bagian lateral posterior kondilus lateral tibia, sendi ini

8
merupakan hubungan antara os tibia dan os fibula yang berfungsi menahan
beban yang diterima sendi lutut dari beban tubuh.

C. Otot
Otot fleksor lutut biasa disebut otot hamstring yang terdiri dari otot
biceps femoris, otot semitendinosus dan otot semimembranosus.

1. M. Biceps Femoris
Otot ini terletak dibagian posterior dan lateral femur, musculus ini
mempunyai dua caput, yaitu caput longum dan caput brevis. Caput longum,
bekerja pada dua sendi berasal dari tuberischiadicum bersama-sama dengan
m.semitendinosus. Caput brevis melekat di sepertiga tengah linea aspera
labium lateral, dan juga melekat di septum intermusculare. Penyatuan dua
caput membentuk m. Bicep femoris yang berinsertio pada sisi lateral caput
fibula. Fungsi otot ini untuk fleksi sendi lutut dan lateral rotasi tungkai bawah
yang fleksi. Origo : Tuber ischiadicum lateral linea aspera. Insertio : caput
fibula lateralis dan candylus lateralis tibia. Innervasi : nervus tibialis, nervus
peroneus communis dan fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip
2. M. Semitendinosus
Otot ini berasal dari tuberischiadicum dan berjalan ke facies medialis
tibia bersama sama dengan m. gracilis dan m. sartorius untuk bergabung
dengan pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, ekstensi pada sendi
panggul dan fleksi pada sendi lutut dan rotasi medial tungkai bawah. Origo :
Pars medialis tuberositas ischiadicum Insertio : Tuberositas tibia. Inervasi :
Nervus Ischiadicus. Fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip
3. M. Semimembranosus
Otot ini berasal dari tuberischiadicum. Otot ini berhubungan erat dengan
m. semitendinosus. Dibawah ligamentum collaterale medial, tendonnya
dibagi tiga bagian; bagian pertama berjalan ke anterior terhadap condylus
medialis tibia, bagian kedua masuk ke fascia poplitea dan bagian ketiga
melanjutkan diri ke dinding posterior capsula ligamnetum popliteum obliqum.
Otot ini bekerja pada dua sendi dan berfungsi ekstensi sendi panggul dan

9
fleksi sendi lutut dengan rotasi medial pada sendi lutut. Origo : Tuberositas
ischiadicum. Insertio : Condylus medialis tibiae. Innervasi : nervus
Ischiadicus Fungsi : Fleksi knee, ekstensi hip 20 Otot ekstensor lutut biasa
disebut otot quadriceps yang berfungsi untuk gerakan lutut. Group otot ini
terdiri dari 4 otot; yaitu m. rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus
intermedius dan m. vastus lateralis. Dimana keempat otot ini berinsersio pada
tuberositas tibia:
a. M. Rectus Femoris
Otot tersebut mempunyai dua tendon yang satu melekat di spina
iliaca anterior superior (SIAS) dan caput reflexum dari pinggir atas lekuk
sendi panggul di dalam sulcus supraacetabular dan terletak di bagian
tengah anterior femur. Origo:Spina iliaca anterior inferior. Insertio :
Basis patella. Inervasi : nervus femoris. Fungsi : Fleksi Hip, Abduksi
Hip, Ekstensi Knee.
b. M. Vastus Medialis
Otot ini berasal dari linea aspera labium medial. Serabut otot ini
terletak pada sisi bawah dan luar menuju tendon dimana serabut
terbawahnya berada pada arah horizontal. Origo :Pars superior facies
medialis femoralis. Insertio :½ bagian atas os. Patella. Inervasi : nervus
Femoralis. Fungsi : Ekstensi Knee.
c. M. Vastus Intermedius
Otot ini berasal dari facies anterior dan lateralis corpus ossis femoris.
Otot ini menutupi otot sendi lutut yang berasal dari bagian distal dan
memancar ke capsular articularis sendi lutut. Origo : Pars superior facies
medialis femoris. Insertio : Tuberositas tibia, Ligament patella. Inervasi :
nervus femor is. Fung si : Ekstensi knee
d. M. Vastus Lateralis
Otot ini berasal dari facies lateralis trochantor major, linea
intertrochanterica, tuberositas glutealis dan linea aspera labium lateral.
Origo : Throcanter mayor dan separuh bagian atas facies lateralis linea
aspera. Insertio : Lateral os.Patella. Inervasi : nervus Femoralis. Fungsi :
Ekstensi knee.

10
D. Ligament
Ligament merupakan jaringan spesifik yang mempunyai sifat
ekstensibility dan kekuatan yang cukup kuat yang berfungsi sebagai pembatas
gerakan dan stabilisator pasif sendi. Ligament berdiri sendiri dan merupakan
penebalan dari tunica fibrosus. Pada sendi lutut sendiri terdiri dari beberapa
ligament, yaitu:
1. Ligament Cruciuatum
Ligamentum cruciatum anterior, yang berjalan dari depan culimentio
intercondyloidea tibia ke permukaan medial condyler lateralis femur yang
berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
Ligamentum cruciatum posterior, berjalan dan fades lateralis condylus
medialis femoris menuju ke fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan
bergesernya tibia ke arah belakang.
2. Ligament Colateral
Ligamentum collateral lateral, berjalan dan epicondylus lateralis ke
capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakkan varus atau samping luar.
Ligamentum collateral medial, berjalan dari epicondylus medialis ke
permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi menahan
gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan
fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya tibia ke depan pada
posisi lutut 90°.
3. Ligament Popliteum Obliqum
Ligament popliteum obliqum, berasal dari condylus lateralis femur
menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia
musculus popliteum.
4. Ligament Tranversum
ligament transversum genu membentang pada permukaan anterior
meniscus medialis dan lateralis.

11
E. Meniscus

Diantara os tibia dan os femur terdapat sepasang meniscus yaitu


meniscus medial dan meniscus lateral. Meniscus memiliki beberapa fungsi pada
sendi lutut, yaitu:
1. bantalan sendi dan menambah luas permukaan sendi lutut pada permukaan
tibia sehingga memungkinkan gerakan sendi lutut lebih luas atau bebas,
2. membantu pelumasan dan menutrisi sendi juga sebagai peredam kejut
(shock absorber) antara femur terhadap tibia,
3. menambah elastisitas sendi dan menyebar tekanan pada cartilago sehingga
menurunkan tekanan antara dua condylus,
4. mempermudah gerakan rotasi,
5. meniscus juga mengurangi kerusan selama gerakan serta membantu
ligament dan membantu capsul sendi dalam mencegah hyperekstensi sendi.
F. Kapsul Sendi
Kapsul sendi berfungsi sebagai stabilisator pasif, mengarahkan gerak
sendi mencegah terjadinya dislokasi ke anterior, posterior, dan inferior serta
memproduksi sinovium. Struktur jaringan kapsul dibentuk oleh jaringan ikat yaitu
serabut kolagen yang sejajar bersilangan, elastin yang berwarna kuning, dan
lentur, cell fibroblast yang menghasilkan kolagen dan matriks, serta matriks
dengan komponen utama glikosaminoglikans dan air. Kapsul terdiri dari dua
yaitu:

12
1. Kapsul sinovial
Kapsul ini mempunyai jaringan fibrokolagen yang agak lunak berfungsi
menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transfomator makanan ke
tulang rawan sendi.
2. Kapsul fibrosis
Kapsul ini memiliki jaringan fibrous keras berfungsi memelihara posisi
dan stabilitas sendi, dan memelihara regenerasi kapsul sendi.
G. Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran
synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain:
1. Bursa supra patellaris, terletak dibawah m. quadriceps dan berhubungan
erat dengan rongga sendi.
2. Bursa prepatellaris, terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patella.
3. Bursa infrapatellaris superficialis, terletak pada jaringan subcutan diantara
kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patella.
4. Bursa infrapatellaris profunda, terletak diantara permukaan posterior dari
ligament patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.
5. Bursa recessus subpopliteus, ditemukan sehubungan dengan tendon
m.popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi
6. Bursa M. semimembranosus, ditemukan sehubungan dengan insertion m.
Semi membrannnosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
J. Biomekanik
Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada
bahasan karya tulis ini penulis hanya membahas komponen kinematis, ditinjau
dari gerak secara osteokinematika dan secara artrokinematika yang terjadi pada
sendi lutut.
1. Osteokinematika Sendi Lutut

13
Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai
gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar.
Osteokinematik yang memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak
flexi dan extensi pada bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk
gerak fleksi sebesar ± 140° hingga 150° dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan
gerak putarankeluar 40° hingga 45° dari awal mid posisi. Fleksi sendi lutut
adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan posterior
tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke
arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa
jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi
posisi lutut fleksi 90°, R (<90°).
2. Arthrokinematika Sendi Lutut
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak
sliding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini
menyatakan bahwa “jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada
permukaan sendi cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling
berlawanan, dan “jika permukaan sendi cekung, maka gerak slidding dan
rolling searah”.

B. Definisi

Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari


suatu ekstermitas. Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada
tulang di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang. Genu varum
atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki disatukan.
Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju
garis tengah. Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer
dimana pasien berada.

1. Cubitus varus adalah berkurangnya sudut lipat siku (carrying angle).

2. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher-tangkai femoral (<130°).

14
3. Heel varus adalah berkurangnya sudut antara aksis kaki dengan tumit,
seperti pada posisi inversi.

4. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi dari kaki, biasa disertai


dengan equinus (deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan kaki
(sering ditemukan pada kelainan kongenital clubfoot).

5. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus (istilah yang lebih tepat) adalah
deformitas aduktus dari bagian kaki depan (forefoot) terhadap bagian kaki
belakang (hind foot).

6. Hallux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi
metatarso falangeal

Genu valgum atau knock knee (kaki X) adalah kondisi dimana kaki
berjauhan saat lutut disatukan. Genu valgum adalah angulasi tulang dimana
segmen distal dari sendi lutut menjauhi garis tengah. Valgus adalah angulasi yang
tidak mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien berada.

1. Cubitus valgus adalah meningkatnya sudut lipat siku (carrying angle)

2. Coxa valga adalah meningkatnya sudut leher-tangkai femoral (>130°)

3. Heel valgus adalah meningkatnya sudut antara aksis kaki dengan tumit,
seperti pada posisi eversi.

4. Talipes calcaneo valgus adalah deformitas eversi dari kaki dengan


kombinasi dengan calcaneus (deformitas fleksi dorsal) dari sendi
pergelangan kaki.

5. Hallux valgus adalah deformitas abduksi ibu jari kaki melalui sendi
metatarso falangeal.

15
C. Etiologi

Etiologi Genu Varum pada anak, penyakit blount merupakan penyebab


utama genu varum patologis. Namun begitu, pada anak tersebut harus dievaluasi
kemungkinan penyebab lainnya seperti, displasia metafisis, osteokondromatosis,
hemihipertofi, hemimelia fibula atau tibia, displasia epifisis multipel,
osteokondrodistrofi, akondroplasia, displasia fibrosa. Trauma atau infeksi pada
fisis atau epifisis dan fraktur metafisis juga dapat berakibat pada deformitas varus.
Kondisi yang melunakkan tulang seperti riketsia dapat menyebabkan deformitas
varus atau valgus, bergantung kepada penjajaran anak pada awitan dari kondisi.

16
Gangguan metabolik seperti riketsia mengganggu seluruh lempeng epifisis,
sedangkan Blount’s disease menggangu hanya aspek medial dari tibia proksimal.

Etiologi Genu Valgum, Osteodistrofi renal sekunder dari insufisiensi


ginjal kronik (renal rickets) merupakan penyebab tersering dari genu valgum.
Penataksanaan medis yang semakin baik, dialisis renal dan transplantasi renal
yang semakin tersedia secara bermakna meningkatkan kemungkinan hidup anak-
anak ini. Tidak jarang, anak- anak dengan obesitas dapat berkembang menjadi
genu valgum idiopatik. Selain itu, osteokondroma pada femur distal atau tibia
proksimal menyebabkan gangguan pertumbuhan deformitas valgus atau lebih
jarang varus. Trauma langsung dari lempeng epifisis tibia proksimal atau femur
distal (seperti salter IV atau V) berakibat pada deformitas angular pada kemudian
hari. Pada anak yang lebih muda, trauma metafisis tibia juga menyebabkan valgus
progresif atau angulasi di kemudian hari. Penyebab lainnya meliputi infeksi,
tumor, kelainan kongenital, dan kondisi herediter sepeti displasia metafisis dapat
menyebabkan deformitas angular. Gangguan paralisis seperti cerebral palsy dan
polio juga dapat menyebabkan defomitas rotasional dan valgus karena pita
iliotibial yang kuat, menjadi deformitas valgus

D. Manifestasi Klinis

Tampakan klinis pada anak dengan genu varum dan genu valgum yang
paling utama adalah pendeknya psotur tubuh anak, karena pada esktremitas bawah
anak, terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk
sudut ke arah medial atau ke arahlateral). Biasanya anak dengan genu varum
menunjukkan postur tubuh pendek yang lebih abnormal dibandingkan pada anak
dengan genu valgus.

Keluhan lain pada anak adalah pola jalan yang abnormal, pola jalan
abnormal ini sering menimbulkan kesulitan berjalan pada anak, karena langkah
anak akan melambat. Kesulitan berjalan ini sering nampak pada anak dengan
sudut antara femur dan tibia lebih dari 15° baik pada genu varum dan genu valgus.

Pada kondisi yang progresif, yaitu angulasi yang dibentuk sangat


progresif, terjadi gangguan titik tumpu berat tubuh terhadap sendi lutut, baik

17
perpindahan titik tumpu ke arah medial dari pusat sendi lutut pada genu varum
dan ke arah lateral dari pusat sendi lutut pada genu valgum, akan mengakibatkan
penekanan berlebihan pada sendi lutut dan struktur yang ada di sekitarnya. Pada
kondisi ini dapat muncul keluhan nyeri pada sendi lutut karena penekanan
berlebih, juga dapat terjadi dislokasi atau subluksasi patella yang berulang

E. Patofisiologi

Pada anak berusia kurang dari 2 tahun, genu varum fisiologis sering
terjadi, namun dapat membaik dengan sendirinya (self-limited) dan tidak
berbahaya. Pada anak yang lebih tua dengan varus patologis, dengan lutut
bergeser ke lateral, aksis mekanik jatuh pada kuadran dalam sendi lutut; pada
kasus yang lebih buruk, aksis tersebut bahkan tidak berpotongan pada lutut.
Sebagai akibatnya, kondilus femoral medial dan plateau medial dari tibia
mendapat beban patologis. Efek Heuter-Volkmann akan menekan fisis dan bagian
kartilaginosa struktur ini dan menghambat osifikasi normal dari epifisis

Pada genu valgum, aksis mekanik bergeser ke lateral, stress patologis


memberi beban pada femur dan tibia lateral, menghambat pertumbuhan dan
bahkan memicu terjadinya lingkaran setan. Tidak hanya pertumbuhan fisis
terhambat, tetapi juga terjadi efek Heuter-Volkmann pada seluruh epifisis yang
menghambat ekspansi tulang normal. Menurut prinsip Heuter-Volkmann, tekanan
berkelanjutan atau berlebih pada epifisis memberikan efek inhibisi terhadap
pertumbuhan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pada genu varum dan genu valgum dapat dilakukan beberapa


pemeriksaan antara lain :
1. Laboratorium
Jika anak mengalami deformitas secara umum maka diperlukan
pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem metabolik yang
meliputi :
a. Kalsium, fosfat, alkaline fosfat, kreatinin, dan hematokrit.
b. PTH

18
c. 25 Hydroxy Vitamin D
d. I-25 Dehydroxy Vit D
2. Radiografi
Plain radiografi adalah satu-satunya prosedur diagnostik yang
diperlukan dalam kebanyakan kasus. Standar GOLD dokumentasi
radiografi adalah full-length menahan beban anteroposterior (AP)
pandangan ekstremitas bawah, diambil dengan patelae yang menghadap ke
depan. Selain cacat lutut, mungkin ada varus dari femur proksimal atau
distal tibia / fibula.

Anatomi yang relevan, selain kemungkinan pinggul dan


pergelangan kaki cacat, termasuk femoralis distal dan proksimal tibia
physes, salah satu atau keduanya dapat berkontribusi untuk varus
malalignment. Sebuah tes skrining sederhana adalah untuk melihat full-
length AP radiografi dengan lutut di bidang horizontal. Ketika film ini
berorientasi sehingga lutut adalah pada bidang horizontal, mungkin mudah
terlihat apakah femur, tibia, atau keduanya berkontribusi deformitas dan
karena pada tingkat keberapa harus ditangani.

G. Penatalaksanaaan

Pada pasien genu varum dengan MDA yang abnormal dan instabilitas
lateral ditatalaksanai dengan penggunaan brace atau penjepit. Penjepit ini dibuat
untuk memberikan tekanan pada tiga titik terhadap ekstremitas, untuk
memberikan gaya valgus terhadap ekstremitas, dimana akan menyebabkan
pembukaan dari bagian fisis medial tulang.

Hal yang mejadi kontroversi adalah kapan penjepit ini harus


dipergunakan, apakah penggunaannya harus sepanjang waktu, atau apakah
pemakaiannya saat dilakukan fisioterapi dengan penggunaan angkat beban
(weight bearing), atau hanya dipergunakan saat pasien dalamkondisi tidur.
Penggunaan penjepit ini efektif dalam sekitar 50% kasus, dimana perkembangan
hasil terapinya dapat diobservasi antara tiga sampai dengan enam bulan.

19
Padakasus dimana penggunaan penjepit ini tidak efektif, umumnya dilakukan
proses pembedahan untuk mengkoreksi abnormalitas pada kaki anak tersebut.

Pada pasien genu valgum, angka penyembuhan spontannya sekitar 99%.


Umumnya pasien yang ditatalaksanai dengan modifikasi sepatu, tidak
memberikan hasil yang efektif. Pada pasien ini, kriteria untuk penentuan pakah
harus dilakukan koreksi bedah sangat individual, namun dikatakan bahwa jika
jarak intermalleolar lebih dari 15 cm dan sudut valgus yang dibentuk 15°, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan, mengingat gangguan fungsi
fisiologis ekstremitas yang dapat terjadi pada kondisi seperti ini. Nyeri ligamen
medial, kepincangan, dan onset dari subluksasi patella mempengaruhi keputusan
operasi, walaupun fisiotoreapi, pengurangan berat badan jika diperlukan dan
mungkin, serta modifikasi sepatu terbukti efektif. Jika genu valgum abnormal
menetap, dapat dilakukan hemiepifisiodesis ketika anak telah berusia 10 hingga
13 tahun. Atau kondisi progresif ini dapat dikoreksi dengan stappling
hemiepifisis.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa stappling dengan pemasangan


implant yang adekuat, dapat menurunkan hingga 10 cm jarak intermalleolar
setelah satu tahun. Namun, yang harus diperhatikan adalah efek pertumbuhan
yang muncul dengan penggunaan stappling ini, untuk mencegah efek
pertumbuhan berlebih, setelah dirasa mencapai kesegarisan yang bersifat
fisiologis (jarak intermalleolar normal), maka implant stappling harus segera
dilepas. Walaupun stappling telah dilepaskan tepat pada waktunya, efek dari
stappling ini, yaitu pertumbuhan berlebih dapat terjadi, sehingga diperlukan
pengawasan yang ketat dengan pencitraan radiologis dan berdasarkan gambaran
klinis pasien hingga dicapai maturitas tulang skeletal ini. Pada akhir usia
pertumbuhan anak, jika dilakukan prosedur bedah, maka pilihannya adalah
osteotomi. Kelainan valgus ini dapat bersifat sekunder terhadap kehilangan
abduksi akibat kekakuan darisendi panggul ispsilateral atau dapat muncul sebagai
deformitas kompleks pada dysplasiaskeletal, membutuhkan abdukssi (valgus)
osteotomi pada proksimal femur dan juga osteotomi korektif diatas dan dibawah
sendi lutut.

20
H. Komplikasi

Pada Genu Varum dimana terjadi angulasi medial dari pergelangan kaki
dengan hubungannya ke paha, femur bisanya menjadi vertical secara abnormal
dan sebagai akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan berat tubuh: titik imbang
berat tubuh akan jatuh pada secara medial ke bagian tengah atau pusat dari lutut.
Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan berlebih yang terjadi pada bagian medial
(titik pusat) dari sendi lutut, dimana dapat menyebabkan artrosis (penghancuran
dari kartilago pada lutut), dan stress berlebih pada ligamen kolateral fibular.

Sedangkan pada genu valgum terjadi angulasi lateral dari pergelangan


kaki terhadap hubungannya dengan paha (sudut berlebihan dari lutut). Karena
adanya sudut berlebihan yang dibentuk oleh lutut ini pada genu valgum, maka
titik tumpu berat tubuh akan berada pada bagian lateral dari pusat sendi lutut.
Konsekuensinya, ligamenkolateral tibial akan mengalami stretching berlebihan,
dan juga terjadi stress berlebihan padameniscus lateralis dan kartilago dari
femoralis lateralis dan stress berlebihan padakondilus tibial. Patella, yang pada
normalnya terdorong ke arah lateral oleh tendon darivastus lateralis, pada individu
dengan genu valgum akan terdorong lebih jauh ke arah lateral ketika pergelangan
kaki ekstensi, sehingga artikulasi dengan femur akan menjadi abnormal. Kondisi
keabnormalan sendi ini akan dapat menyebabkan terjadinya artrosis dari
kartilagoartikular.

Jika genu varum atau genu valgum menetap dan dan tidak dilakukan
koreksi, maka osteoarthritis dapat berkembang saat usia dewasa sebagai akibat
dari stress intraartikular abnormal. Genu varum dapat menyebabkan gangguan

21
pola jalan (pola jalan yang aneh) dan dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya
sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak dikoreksi dapat subluksasi dan
dislokasi berulang dari patella, dengan meningkatkan predisposisi untuk
kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigue pada sendi.

I. Prognosis

Pada genu valgum prognosisnya cukup baik, karena angka


penyembuhan spontannya sekitar 99%. Genu valgum dapat persisten dengan
derajat ringan baik pada anak dan usia dewasa (children). Prognosis untuk genu
varum dan genu valgum cukup baik dengan tatalaksana menggunakan penjepit
epifisis. Pada kondisi genu valgum dan genuvarum fisiologis umumnya akan
terjadi perbaikan seiring dengan pertumbuhan anak.Yang perlu dikhawatirkan
apabila terjadi genu valgum dan genu varum yang menetap dengan perkembangan
progresif. Pada kondisi ini walaupun telah dilakukan perbaikan biasanya
komplikasi seperti artritis maupun dislokasi dan subluksasi patella yang berulang
sering terjadi.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut
berjauhan saat kaki disatukan, sedangkan Genu varum adalah angulasi tulang
dimana segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah.

Penyebab dari genu varum pada anak yaitu penyakit blount yang
merupakan penyakit patologis namun harus dievaluasi adanya penyebab lain,
seperti displasia metafisis, osteokondromatosis, hemihipertofi, hemimelia fibula
atau tibia, displasia epifisis multipel, osteokondrodistrofi, akondroplasia, displasia
fibrosa. Tanda gejala yang nampak pada anak dengan genu varum da genu valgum
yang paling utama ialah pendeknya postur tubuh anak karena pada esktremitas
bawah anak, terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal
(membentuk sudut ke arah medial atau ke arahlateral), pola jalan abnormal, dan
munculnya keluhan nyeri pada sendi lutut karena penekanan berlebih.

Kompikasi yang ditimbulkan apabila genu varum dan genu valgum


menetap dan tidak dilakukan koreksi, maka osteoarthritis dapat berkembang saat
usia dewasa sebagai akibat dari stress intraartikular abnormal. Genu varum dapat
menyebabkan gangguan pola jalan (pola jalan yang aneh) dan dapat meningkatkan
resiko untuk terjadinya sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak dikoreksi
dapat subluksasi dan dislokasi berulang dari patella, dengan meningkatkan
predisposisi untuk kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigue pada sendi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Noor Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:


Salemba Medika.

Greene, W.B. & Netter, F.H. 2006. Netter’s Orthopaedics, First Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.

Heru Santoso Wahito Nugroho.  2009. Denver Developmental Screening Test.


Jakarta : EGC

Kaneshiro, Neil. Knock knees. National Institutes of health.


http//www.nml.nih.gov. diakses pada tanggal 25 Maret 2016

Moore K.L., Dalley, & Arthur, F. 2006. Clinically Oriented Anatomy, 5th Edition.
Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins.

Pearce, Evelyn. C. 2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta :


Garamedia

Sloane, Ethel. 1994. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC

Stevens, P. 2013. Pediatrics Genu Valgum. . Diakses tanggal 25 Maret 2016


http://emedicine.medscape.com/article/1259772-overview

24

Anda mungkin juga menyukai