RS TK. II PELAMONIA
DISUSUN OLEH :
YUSNITA
PO. 71.424.1.16.1.079
Tingkat IV kelas B
Laporan kasus praktek klinik atas nama Yusnita dengan NIM PO714241161079
C6-C7”. Telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator) sebagai salah satu
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman
yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang yang menderita akibat mengalami nyeri pada leher, bahu, dan
ke lengan dan jari, dan kadang juga disertai dengan rasa tebal dan
daerah yang dipersarafi radix tersebut. Keadaan ini disebut sebagai HNP cervikalis
mengalami herniasi melalui robekan pada annulus fibrosus,maka disebut "soft disc
konsistensi yang lunak. Namun demikian, tanpa adanya robekan atau defek pada
annulus fibrosus, gejala dari kelainan vertebra cervical tetap dapat terjadi akibat
pembentukan bone spur (pertumbuhan yang berlebihan dari spikula tulang) pada
HNP secara umum dapat terjadi pada semua columna vertebralis, dari cervikal
hinggalumbal. HNP cervikalis merupakan HNP tersering kedua setelah kasus HNP
yang terjadi pada kelompok usia kurang dari 40 tahun, dan 60% diantaranya terjadi
diantaranya terjadi pada kelompok usia lebih dari 30-40 tahun. Pada penderita HNP
Cervical umumnya lebih banyak terjadi pada pria secara radiologis miolepati
servical muncul pada pria diusia dekade ketiga sebanyak 13 % dan 100% pada usia
dan 96 % diatas usia 70 tahun Pasien biasa mengeluh nyeri pada leher akan
memburuk saat bergerak, tertawa, bersin dan batuk, pasien juga mengalami
Pasien biasa mengalami kesemutan serta pada tingkat tertentu pasien merasakan
mati rasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dikategorikan menjadi tiga tipe : (1) herniasi tipe lunak (soft disc herniation)
fibrosus, (2) herniasi tipe keras (hard disc protrusion) yang meliputi
pembentukan bone spur, atau (3) kombinasi keduanya. Ketika materi lunak
fibrosus,maka disebut "soft disc herniation" karena material dari diskus yang
tanpa adanya robekan atau defek pada annulus fibrosus, gejala dari kelainan
sehingga menekan saraf atau medula spinalis. Hal ini disebut "hard disc
atlas dan C2 atau yang biasa disebut axis yang dianggap sebagai upper
cervical spine. Struktur tulang atlas dan axis berbeda dengan struktur
a) Atlas atau C1
tiga letak ossifikasi yaitu anterior arch atau centrum dan dua neural
arch yang akan menyatu menjadi posterior arch. Cincin dari atlas
sebagai cincin antara occiput dan axis. Atlas memiliki ciri khas yang
b) Axis atau C2
dan merupakan kepala dari rotasi. Axis memiliki lima letak pusat
osifikasi yaitu satu di badan, satu di setiap vertebral arch dan dua di
atlas. Dens terletak pada bagian anterior dari medulla spinalis dan
lateral atlas ke yang lain, yang berjalan diantara dens dan medulla
2018)
Gambar 2.2
Axis (C2), sisi posterosuperior
Sumber : Moore et al (2018)
2) Segmen Inferior
superior pada setiap sisi yang bentuknya seperti tempat duduk akan
spinosus vertebra C3-C6 pendek dan biasanya berbentuk bifida pada orang
kulit putih tetapi biasanya tidak bifida pada orang keturunan Afrika. C7
2018).
vertebra yang paralel dan berfungsi menopang beban cervical spine. Pilar
pilar artikular, yaitu facet superior dan inferior yang berlawanan satu sama
lain dan diikat oleh kapsul sendi. Orientasi permukaan facet yang spesifik
1) Discus intervertebralis
disebut annulus fibrosus dan bagian dalam yang disebut nukleus pulposus
satu sama lainnya secara oblique dan menjadi lebih oblique kearah sentral.
melawan tahanan dari nukleus pulposus yang bekerja seperti bola (Shen et
al., 2015).
Diskus cervical akan bertambah tinggi dari 0,3 menjadi 0,7 inchi
robekan radial pada diskus sisi posterior mungkin lebih relevan secara
klinis, konsentris, transversus, dan robekan radial juga terjadi pada diskus
2) Ligament
duramater, akar saraf, dan arteri vertebra sebagai lapisan jaringan ikat
Gambar 2.3
Ligament anterior dan posterior longitudinal vertebra
aksis ke sakrum (Gambar 2.6). Hal ini berjalan miring dari sisi anterior
Gambar 2.4
Ligament flavum
c) Ligament interspinosus
Gambar 2.5
Ligament interspinosus
Sumber : Shen et al (2015)
d) Ligament supraspinosus
Gambar 2.6
Ligament supraspinosus dan ligament nuchae
Sumber : Shen et al (2015)
e) Ligament intertransversal
al., 2015).
dilapisi oleh sinovium. Facet joint memfasilitasi gerak fleksi dan ekstensi
pada regio cervical. Garis facet joint tampak lebih horizontal dengan tepi
bulat ketika dilihat dari aspek posterior. Jarak interfacet bervariasi mulai
stress mekanikal yang terjadi pada struktur ini, dan lipatan sinovial ini
dorsalis cervical pada atas dan bawah sendi sebagaimana cabang ini
oleh 2 cabang ramus dorsalis C3 yang berbeda yaitu cabang medial yang
disebut dengan saraf occipital ketiga dan cabang artikular yang terpisah
oleh ramus dorsalis cervical tetapi oleh cabang ramus ventral C1 dan C2
kranial kesebelas atau saraf aksesori tulang belakang (Gambar 2.8). Otot
Gambar 2.8
Otot trapezius
Sumber : Shen et al (2015)
2) Otot-otot di lapisan tengah adalah splenius capitis dan splenius cervicis
Gambar 2.9
Gambar 2.9
Grup otot spinotransversales (splenius capitis and splenius cervicis)
Sumber : Shen et al (2015)
suplai darah yang berasal dari pembuluh servical bagian dalam. Lapisan
dalam terdiri dari permukaan yang dangkal dan otot erector spine bagian
dalam. Dari lateral ke garis tengah, otot erector spine bagian dalam
2.11). Otot-otot ini berasal dari processu transversus dan disisipkan pada
procesuss spinosus dengan cara miring, melintasi sejumlah segmen tulang
Gambar 2.10
Grup otot erector spine
Sumber : Shen et al ( 2015)
Gambar 2.11
Grup otot transversospinales and segmental muscles
Sumber : Shen et al (2015)
atlas dan akxis (Gambar 2.11). Rami primer posterior mempersarafi otot-otot
ini. Otot rektus capitis posterior mayor berasal dari processus spinosus aksis
dan memasukkan ke dalam garis nuchal inferior oksiput. Otot rektus capitis
posterior minor berasal dari atlas tuberkulum posterior dan masuk ke dalam
oksiput. Otot inferior capitis obliquus berasal dari processus spinosus aksis
dan masuk ke processus transversus atlas. Otot superior obliquus capitis
berasal dari processu transversus atlas dan masuk di antara garis nuchal
suboksipital terdiri dari arteri vertebralis, saraf suboksipital (rami dorsal C1),
dan pleksus vena suboksipital. Otot-otot ini terlibat dalam gerakan ekstensi
Gambar 2.12
Grup otot suboccipital dan segitiga suboccipital
Sumber : Shen et al (2015)
dan sternothyroid), scaleni, longus colli, dan longus capitis. Platysma, otot
yang paling dangkal, memanjang dari pectoralis mayor dan fasia deltoid dan
berlanjut dari sisi medial dan superior di atas klavikula melekat pada
mandibula, otot-otot bibir, dan kulit bagian bawah wajah. Saat berkontraksi,
otot platysma menyebabkan depresi bibir dan rahang bawah, serta kerutan
pada kulit di atasnya. Pada sudut mandibula dan dalam ke platysma, vena
masuk ke garis nuchal mastoid superior (Gambar 2.13). Jika hanya satu
ke sisi ipsilateral dan dagu berputar ke sisi kontralateral. Jika kedua otot
Gambar 2.13
Otot segitiga superior
Sumber : Shen et al (2015)
dari otot-otot laring. Otot-otot ini penting sebagai petanda selama medekati
sisi anterior ke tulang belakang leher karena tidak secara langsung
Otot longus colli dan longus capitis terletak di bagian anterior tulang
servical dan merupakan bagian dari otot prevertebral. Longus colli berasal
longus capitis menempel pada permukaan inferior bagian basilar dari tulang
oksipital. Jauh ke dalam longus capitis, otot rectus capitis anterior berasal
dari sisi lateral atlas dan masuk ke dalam pangkal tulang oksipital. Rektus
tulang rusuk pertama. Otot skalenus medius berasal dari tuberculum posterior
al., 2015).
Leher anterior terdiri dari fascia yang melekat pada otot-otot dan
otot platysma, vena jugularis eksternal, dan saraf sensorik kulit. Jauh dari
fascia superfisial, terdapat tiga lapisan fascia profunda: fasia lapisan luar,
fascia cervical tengah, dan fascia prevertebralis. Lapisan terluar fascia
Lapisan tengah fascia servical yang dalam membungkus otot omohyoid, tali
otot dan berlanjut ke lateral skapula. Kelenjar tyroid, laring, trachea, pharing,
dan kerongkongan tertutup oleh fascia visceral pada aspek yang lebih dalam
dari lapisan tengah. Alar fascia sering digambarkan sebagai bagian dari fascia
karotis di lateral. Isi selubung karotis adalah arteri karotis, vena jugularis
interna, dan saraf vagus. Otot scalenus, longus colli, dan ligamen longitudinal
c. Biomekanik cervical
1) Upper Cervical
sagital. Gerakan yang terjadi pada atlanto occipital joint adalah fleksi
Tabel 2.1
Batas pergerakan craniocervical
Gaya axial dibawa oleh massa kepala dan otot-otot dapat mencegah
35°, berkisar dari 0 hingga 25° atau nilai rata-rata 14° dengan
saat bergerak diantara segmen lainnya dengan total 60° sampai 70° dari
rotasi aksial. Selama rotasi, atlas dan occiput bergerak dalam satu unit,
berputar pada processus odontoid dari axis (Mc Kenzie and May,
2012).
jenis sendi putar, yang terbentuk oleh 3 sendi yaitu 1 sendi middle yang
dibentuk oleh atlas arc (arkus anterior) dengan dens (proc. odontoid)
dan 2 sendi lateral yang dibentuk oleh 2 massa lateralis yaitu facies
artikularis inferior atlas yang bersendi dengan facies artikularis
(Menchetti, 2016).
untuk menahan beban axial dari kepala dan atlas serta untuk
berputar dan sliding disekitar pivot. Oleh karena itu, gerakan rotasi
axial ini, kearah anterior ditahan oleh sendi median atlanto-axial dan
bawah posterior slope dari setiap facet aksial, sementara salah satu
facet kontralateral akan slide ke bawah anterior slope dari facet aksial.
lateral fleksi yang menyertai rotasi axial. Struktur utama yang menahan
rotasi aksial adalah ligamen alar dan kapsul sendi; untuk membatasi
dalam posisi netral sebesar 77,6o dan dalam posisi fleksi-rotasi test
(Menchetti, 2016).
Selain itu, ketika seluruh cervical fleksi maka terjadi ekstensi
Gambar 2.14
Rotasi axial (C1-C2) : (a). axial view, lengkungan anterior C1 bergeser disekitar
sekitar 40o dan kearah bawah, sementara facet joint level lower secara
Kinematik utama dari sendi C2-C3 terjadi selama rotasi axial plus
lateral fleksi. Menurut Mimura et al, rotasi axial C2-C3 adalah sama
dengan rotasi segmen lower servical, dengan nilai rerata 7o, sedangkan
pada C2-C3 dibandingkan level C3-C4 dan C4-C5. Dengan kata lain,
tilting kearah sisi yang sama terjadi saat C2-C3 berotasi kearah lateral
dimana terletak lebih kearah bidang transversal. Facet joint dibentuk oleh
transversal maka lateral fleksi dan rotasi terjadi secara bersamaan dalam
arah yang sama, sehingga tidak pernah terjadi lateral fleksi murni atau
paling luas pada leher. Inklinasi dari permukaan facet pada vertebra C3 –
dalam arah yang sama karena permukaan sendi dalam bidang oblique.
berlawanan arah dalam permukaan sendi. Sebagai contoh, pada saat rotasi
kanan atau lateral fleksi kanan maka facet articular superior sisi kiri akan
inferior. Total Luas gerak sendi lateral fleksi pada regio ini adalah 35 –
37°, dan total rotasi adalah 45°. Pada saat fleksi dan ekstensi murni maka
kedua facet superior pada setiap segmen gerak akan slide dalam arah yang
sama. Pada saat fleksi, kedua facet bergerak kearah superior, dan pada saat
ekstensi kedua facet bergerak kearah inferior. Total luas gerak sendi fleksi
nucleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal
diskus intervertebralis tersusun dari bahan mirip gel yang disebut nucleus
belakang yang terjadi secara tiba-tiba atau dalam jangka waktu lama. Ketika
maka mulai terjadi robekan pada serat annulus dan terjadi perubahan bentuk
banyak terdapat persarafan di daerah leher, oleh karena itu herniasi sering
menyebabkan penekanan terhadap saraf sehingga menimbulkan disfungsi
saraf sensorik atau motorik. HNP cervical sering ditemukan pada verterbra
gejala akibat kompresi saraf dapat timbul pada seluruh atau sebagian
ekstremitas atas. Pada beberapa kasus, herniasi terjadi akibat trauma akut
akibat beban tekanan yang tiba-tiba pada vertebra cervicalis. Sebagai contoh,
menyelam di kolam renang yang dangkal. HNP cervical akibat trauma akut
Gejala utama pada HNP cervical adalah rasa nyeri, parestesia atau
kelemahan pada daerah leher atau ekstremitas atas. Rasa nyeri atau parestesia
dapat timbul pada seluruh atau sebagian ekstremitas atas. Penelitian lain
Radikulitis kimiawi merupakan kunci pokok penyebab rasa nyeri pada HNP
karena kompresi saraf saja tidak selalu menimbulkan rasa nyeri kecuali
ganglion saraf dorsal juga terlibat. Terkadang fragmen dari annulus fibrosus
yang pecah dapat terdesak sampai ke kanalis spinalis. Herniasi juga dapat
HNP akibat trauma yang jarang ditemukan pada vertebra cervical level C2- 3
memiliki manifestasi berupa rasa nyeri pada daerah leher dan bahu yang non-
mielopati, dan disfungsi motorik dan sensorik tungkai atas lebih sering
beberapa individu HNP ditemukan secara tidak sengaja pada waktu dilakukan
pemeriksaan X-ray untuk indikasi yang berbeda. Gejala yang timbul dapat
a. Kelompok pertama (Axial Joint Pain) meliputi: rasa nyeri didaerah leher,
defisit neurologik. Gejala ini timbul akibat kompresi lokal dari ligamen
Rasa nyeri di sepanjang bahu, lengan atas dan tangan, rasa baal di
tangan dan jari-jari, dan kelemahan pada lengan atas. Gejala-gejala pada
kelompok kedua ini diakibatkan oleh kombinasi kompresi saraf yang
melewati daerah herniasi (pada level vertebra C5-6 atau C6-7) inflamasi
pada saraf spinal. Jika yang terkena adalah pada level vertebra C5 6,
kelemahan pada otot bisep dan rasa nyeri / parestesia yang menjalar ke
ibu jari dan jari telunjuk. Jika yang terkena adalahpada level vertebra C6-
trisep,kelemahan otot trisep, dan rasa nyeri atau parestesia yang menjalar
adalah: Spurling sign (rasa nyeri timbul akibat ekstensi, fleksi lateral
dan axial load pada area yang terkena. Rasa nyeri hilang dengan traksi
pada leher Rasa nyeri berkurang jika pasien meletakkan lengan atas di
berjalan (gait disorder), clumsy spastic legs, gangguan dalam fine motor
movements dan kesulitan dalam kontrol buang air besar dan buang air
ini gejala timbul akibat kompresi dari medula spinalis baik akut maupun
kronik. Deteksi dini merupakan hal yang penting, karena jika telah
ditemukan gejala defisit neurologik yang berat, maka sulit untuk sembuh
hilang tidak dapat kembali. Secara umum gejala yang dapat ditemukan
samping.
2) Rasa nyeri yang dalam di dekat atau sekitar bahu pada bagian yang
terkena
3) Rasa nyeri yang menjalar ke bahu, lengan atas dan bawah, dan
kesulitan dalam gerakan motorik terampil pada tangan dan lengan, dan
rasa kesemutan yang menjalar sampai ke kaki. Gejala ini dapat bervariasi
(Helmi, 2014).
B. Tinjauan Tentang Assesment Fisioterapi Pada Kasus Hernia Nucleus Pulposus
Cervical
1. History taking
membawa kita menempuh setengah jalan kearah diagnosis yang tepat. Secara
nucleus pulposus umumnya usia 17-60 tahun, mengeluh nyeri leher menjalar
melihat ke atas dan menoleh serta pada aktivitas yang berat dengan posisi
2. Inspeksi/observasi
penurunan kurva lordosis pada cervical atau flat neck, forward head, bahu
asimetris dan pasien kesulitan mengerakkan leher dan lengan karena adanya
3. Red flag
penting untuk menghindari Red Flags serta faktor lainnya yang dapat
cedera tulang belakang atau ancaman terhadap pembuluh darah yang penting.
istirahat, Sakit kepala dan mati rasa oksipital, keterbatasan parah selama
4. Quick Test
Quick test adalah tes provokasi untuk mengungkap letak kelainan yang
dan praktis.
b. Gerakan 3 dimensi ekstensi cervical jika timbul nyeri lokal pada sisi
ipsilateral maka indikasi pada facet & uncinate joint, nyeri lokal pada
sisi kontralateral maka indikasi pada otot sisi kontralateral dan kapsul-
dengan cara melakukan gerakan fungsional dasar pada region tertentu untuk
a. Aktif
1) Koordinasi gerak
2) Pola gerak
3) Nyeri
4) ROM aktif
cervical, rotasi dan lateral fleksi. Hilangnya lingkup gerak cervical pada
yang diikuti oleh minor positional fault pada facet joint dan muscle
b. Pasif
usahakan agar region yang akan digerakkan dalam keadaan rileks dan
akan terjadi penguluran dan pada sisi yang lain mengalami kompresi.
1) ROM Pasif
2) Stabilitas sendi
3) Rasa nyeri
4) End feel
5) Capsular pattern
Sama halnya dengan gerakan aktif, pada gerakan pasif pasien
pada beberapa gerakan utamanya saat gerakan fleksi, rotasi cervical dan
lateral fleksi. Umumnya end feel yang ditemukan yaitu springy endfeel.
merubah posisi ROM sendi pada regio yang diperiksa. Informasi yang
6. Pemeriksaan spesifik
a. Palpasi
Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba,
menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu local, tonus otot, dan
oedema. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi nyeri dan spasme otot
cervical. Maka dari itu pada lapsus ini melakukan palpasi sensorik dan
2012)
b. Spurling test
Pada saat tes dilakukan lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang
Jika timbul nyeri pada sisi ipsilateral maka indikasi patologi facet joint
atau akar saraf. Jika timbul nyeri pada sisi kontralateral maka indikasi
strain otot. Posisi lateral fleksi dan rotasi sisi yang sama juga dapat
P. 2012)
Sidharta P. 2012).
umumnya ditemukan pada saat abduksi shoulder dan lengan bawah atau
tangan dalam posisi rest di atas kepala pasien maka nyeri radicular
f. Distraction test
gejala radicular pain. Tes ini digunakan untuk meringankan gejala. Tes ini
kompleks bahu anterior atau posterior. Jika pasien abduksi lengan saat traksi
diterapkan, gejalanya sering berkurang atau berkurang di bahu. Pada kasus ini,
tes masih akan menunjukkan tekanan akar saraf di tulang belakang leher,
ditemukan pada saat kepala ditarik kea rah atas maka nyeri radicular
ini juga digunakan untuk mengevaluasi pleksus brakialis untuk lesi dan
h. Dermatom Test
i. Myotome Test
1. VAS
Metode VAS adalah alat ukur intensitas nyeri yang meliputi 10 cm garis,
dengan setiap ujungnya ditandai dengan tingkat intensitas nyeri (ujung kiri
diberi tanda “no pai” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain”). Pasien diminta
untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan tingkat intensitas nyeri
yang dirasakan pasien, kemudia jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada
tanda yang diberi oleh pasien dan itulah tingkat intensitas nyeri pasien. Skor
selanjutnya. Secara potensial, untuk mengukur nyeri pada cervical VAS lebih
al., 2004).
Gambar 2.17 Visual Analogue Scale
Lingkup gerak sendi (LGS) adalah luas lingkup gerakan sendi yang
mampu dicapai atau dilakukan oleh sendi. Pengukuran lingkup gerak sendi yang
sering digunakan adalah goniometri, tapi untuk sendi tertentu. Istilah goniometer
berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti sudut dan
metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometer berkaitan dengan
pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-
jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.
gerakan fleksi ekstensi titik fulcrumnya pada garis tengah telinga dengan lengan
goniometer sejajar dengan ujung hidung, lateral fleksi cervical titik fulcrumnya
pada prosessus mastoideus dan lengan goniometer tegak lurus dengan kepala
dan pada saat rotasi titi fulcrumnya pada garis tengah atas kepala, lengan
sendi aktif dan pasif. Data dari goniometer dihubungkan dengan data-data
2. Menegakkan diagnosis.
yang berkaitan dengan intensitas nyeri, perawatan diri, aktivitas membaca, nyeri
rekreasi. Neck Disability Index telah menjadi instrument standar yang digunakan
2011).
Kriteria Objektif
60 – 80 % : Crippled (lumpuh)
80 – 100 % : -
a. Pengertian
permukaan kulit. Dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.
reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan
b. Efek TENS
1) Efek Fisiologis
otot
2) Efek Terapeutik
a) Nyeri
b) Kontraksi Otot:
(2.)Relaksasi
(3.)Sirkulasi darah : meningkatkan sirkulasi darah lebih nyata
a) Indikasi
enervated muscle,
b) Kontraindikasi
2. Ultrasound
Merupakan alat terapi yang menggunakan energi magnetik yang dihasilkan
oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Ultrasound atau biasa disingkat dengan
US adalah salah satu modalitas fisioterapi yang paling banyak digunakan dalam
mengurangi nyeri, spasme otot serta untuk perbaikan joint contractur dan
mekanik adalah gelombang ultrasound yang masuk kedalam tubuh maka akan
rata-rata keterbatasan lateral fleksi dan rotasi yang dialami sampel adalah. Rasa
membatasi gerak lateral fleksi dan rotasi cervical adalah munculnya spasme
atau tightness otot. Otot upper trapezius dan levator scapula merupakan
kelompok otot yang berperan penting dalam gerakan lateral fleksi dan rotasi
mempengaruhi luasnya LGS lateral fleksi dan rotasi cervical (Carol, 2009)
dapat mempengaruhi otot yang mengalami spasme atau tight. Efek thermal yang
terlokalisir pada area tenderness otot yang spasme atau tight dapat
mengurangi nyeri, dan efek thermal ultrasound juga dapat memberikan efek
relaksasi pada otot. Penelitian terbaru oleh Manka (2014) menyimpulkan bahwa
fleksibilitas otot. Yang pertama yaitu mekanisme vaskular yang terjadi sebagai
akibat dari efek thermal continous ultrasound. Kedua, jaringan dapat dibedakan
kadar air tinggi seperti lemak, sedangkan penyerapannya lebih tinggi pada
jaringan yang kaya protein seperti otot rangka. Ziskin et al., menyatakan bahwa
berkurang selama pengaplikasian stretching pada otot yang spasme atau tight
dan kemampuan serabut kolagen untuk mentolerir kekuatan yang lebih besar
pada penggunaan otot pasien, selanjutnya dilakukan relaxasi dan stretching pada
tonus otot yang lemah, melepaskan hipertonus, stretching ketegangan otot dan
fleksi dan rotasi cervical secara bermakna pada penderita hernia nucleus
pulposus efektif untuk mengurangi nyeri, spasme otot dan meningkatkan LGS.
umumnya disebabkan oleh muscle spasm atau muscle tightness pada otot-otot
ekstensi, lateral fleksi dan rotasi cervical dapat diatasi dengan teknik Muscle
Energy Technique. Peningkatan LGS cervical dihasilkan oleh adanya efek post
relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi stretch, sehingga efek tersebut
Mishra et al. (2018), bahwa muscle spasm atau muscle tightness merupakan
salah satu penghambat restriktif terhadap lingkup gerak sendi. Efek PIR dapat
mengaktivasi golgi tendon organ (GTO) pada otot yang bersangkutan. Golgi
tendon organ dapat menghasilkan refleks relaksasi pada otot setelah kontraksi
otot, impuls GTO dapat menginhibisi aktivitas γ motor neuron dan α motor
neuron sehingga dapat mencegah kontraksi lebih lanjut, tonus otot menurun,
yang pada gilirannya menyebabkan otot agonis rileks dan memanjang (Sonal,
kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat menginhibisi tonus otot agonis
cepat setelah kontraksi (Chaitow, 2013). Adanya penurunan tonus otot yang
restriktif sehingga akan terjadi peningkatan luas gerak sendi lateral fleksi dan
rotasi cervical.
ini, dengn topik “Effect of post isometric relaxation technique in the treatment of
Muscle Energy Technique dengan metode PIR dapat mengurangi nyeri serta
4. Ischemic Compression
tekanan jempol atau tekanan algometer, dan sebagai derajat penurunan untuk
menghilangkan nyeri pada trigger point. Pada saat melakukan Ischemic
pada trigger point serta adanya mekanisme spinal refleks yang memulihkan
penekanan pada area trigger point dari jaringan myofacial diharapkan agar
terjadi pengeluaran zat – zat sisa iritan dengan adanya limpahan aliran darah
pada adhesi yang merupakan sisa metabolisme yang menumpuk pada jaringan
myofacia, sehingga terjadi penyerapan zat – zat iritan penyebab nyeri dan
2013).
dapat mengurangi penumpukan zat iritan pada otot, sehingga perubahan ini
pada akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri, dengan adanya penurunan nyeri
maka akan terjadi relaksasi pada otot sehingga kerja otot tersebut kembali
2018).
mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh diantaranya: head and
baik bila dilakukan core stability exercise, ini juga membantu mengurangi risiko
yang digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan
untuk mobilisasi saat bergerak. Saat bergerak otot-otot core meliputi trunk dan
bagian tubuh yang besar hingga kecil selama aktifitas. Pemberian latihan core
stability akan memelihara postur yang baik dalam melakukan gerak serta
menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai. Core stability juga
normal, dan relaksasi otot yang spasme dengan mengulur dan memperbaiki
7. Traksi Cervical
traksi ditahan selama sekitar 1 menit dan evaluasi kembali pasien. Kekuatan dan
diperlukan untuk memberikan kekuatan yang sangat tinggi untuk traksi kekuatan
yang lebih
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Akuntan
2. Anamnesis Khusus
1. Keluhan Utama : Nyeri leher sisi kiri yang menjalar ke lengan kiri.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien merasakan keluhan nyeri leher sisi kiri
yang menjalar ke lengan kiri dan interscapula kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Nyeri pada lengan kiri terasa pada bagian posterior lengan sampai jari ke-2, 3
dan 4. Pasien memiliki riwayat nyeri leher yang ringan dan biasanya hilang
dalam 2 – 3 hari. Jika pasien duduk lebih dari 10 menit maka muncul nyeri
leher sisi kiri dan lebih dari 30 menit muncul nyeri ke lengan kiri seperti
kesetrum, jika melihat ke atas dan menoleh ke kiri dapat meningkatkan nyeri
pada leher dan lengan kiri, pada saat mengangkat tas koper dengan tangan
kiri dapat meningkatkan nyeri leher dan interscapula kiri. Nyeri leher
berkurang jika pasien berbaring terlentang dan nyeri lengan berkurang jika
berbaring terlentang sambil lengan kiri di atas kepala. Pasien hanya dapat
3. Inspeksi/Observasi
d. Statis
1) Dari arah anterior terlihat adanya asimetris bahu dengan sisi kanan lebih
3) Dari arah posterior asimetris bahu dengan sisi kanan lebih rendah
e. Dinamis
a. Quick Test
b) Prosedur pemeriksaan
dicontohkan.
b) Prosedur pemeriksaan
secara aktif.
intervertebralis.
Gambar 3.2
Quick test 3 dimensi ekstensi cervical
Sumber : Sudaryanto (2020)
a) Teknik pelaksanaan
1) Teknik Pelaksanaan
2) Hasil : ketika fleksi timbul nyeri hebat, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi
foramen intervertebralis.
1) Hasil : ketika fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi kiri terbatas,
timbul nyeri menjalar hingga ke lengan kiri dan firm end feel.
5. Pemeriksaan Spesifik
spelinius capitsi/cervicis
2) Prosedur pemeriksaan:
4) Hasil : nyeri tekan pada otot upper trapezius, levator scapula, spelinius
pada akar saraf yang terjadi di cervical spine, melokalisir nyeri leher
2) Prosedur pemeriksaan
fleksi
kompresi.
(3.) dan tahap akhir: adalah dengan kepala dalam ekstensi dan
Gambar 3. 4
Spurling test
Sumber : Ahmad, 2018
d) Hasil : pada saat fleksi, ekstensi dan lateral fleksi nyeri meningkat
ipsilateral.
1) Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya patologi facet joint
2) Prosedur pemeriksaan
diaplikasikan kompressi
Gambar 3.5
Spurling test
Sumber : Cook, 2007
d) Hasil : Timbul nyeri menjalar ke lengan bagian posterior sampai jari
2) Prosedur pemeriksaan
Gambar 3.5
Bakody’s Sign Test
Sumber : (Ahmad, 2018)
e. Distraction test
1) Tujuan : Tes ini digunakan untuk pasien yang memiliki keluhan dengan
2) Teknik pelaksanaan
Gambar 3.6
Traction tes
Sumber Chad E, cook (2010)
menilai pleksopati.
2) Teknik pelaksanaan
ke arah bawah.
1) Teknik pelaksanaan
shoulder 100 ,fleksi elbow 900 , supinasi, dan ekstensi wrist dan finger
shoulder 100 ,fleksi elbow 900 , pronasi dan fleksikan wrist dan
hingga lengan
1) Tujuan : Tes ini digunakan untuk gerakan aksesori pasif atau provokasi
2) Teknik pelaksanaan
Gambar 3.7
JPM PACVP
Sumber: Cook, 2010
i. Dermatom test
1) Tujuan: Untuk melakukan pemeriksaan terhadap daerah dermatom C6-C7
2) Prosedur pemeriksaan:
a) Posisi pasien: pasien dalam posisi tidur terlentang dan menutup mata
(numbness).
j. Miotom test
1) Teknik pelaksaaan
k. Tes refleks
1) Bicep
Posisi pasien fleksi elbow kemudian ketuk diatas tendon bicep. Normalnya
Hasil :Normal
2) Tricep
Sanggah elbow pasien dengan satu tangan kemudian ketuk diatas tendon
6. Pengukuran Fisioterapi
Gerakan Hasil
Capital extension 4
(otot deep ekstensor neck)
Capital flexion 4
(otot deep flexor neck)
Cervical ekstension 5
(otot ekstensor neck)
Cervical flexion 5
(otot flexor neck)
Interprestasi : Terbatas pada gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi
kiri cervical.
c. VAS
batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien dan itulah tingkat
2) Kriteria objektif
3) Hasil :
4) Interprestasi :
1) Teknik pelaksanaan
2) Kriteria objektif
60 – 80 % : Crippled (lumpuh)
80 – 100 % : -
3) Hasil : 30 %
7. Diagnosa Fisioterapi
8. Problematik Fisioterapi
N
Pemeriksaan/Pengukuran
o Komponen ICF
Yang Membuktikan
.
1. IMPAIRMENT
Tes gerak aktif, tes gerak
pasif, skala Vas, spurling test,
a. Nyeri radikuler ke lengan kiri maximum cervical
compression test, dan
shoulder depression test.
b. Prolapse diskus C6-C7 MRI
c. Spasme otot upper trapezius,
levator scapula, scaleni dan Palpasi
capitis/cervicis sisi kiri
d. Deviasi postural : forward head
Inspeksi
posture
e. Hipomobility cervical akibat Tes gerak aktif, tes gerak
disfungsi facet joint pasif dan rom tes
f. Kelemahan otot deep ekstensor dan Tes Isometrik Melawan
deef fleksor neck Tahanan Dan MMT
2. ACTIVITY LIMITATION
a. pasien merasa nyeri ketika Tes Isometrik Melawan
mengangkat beban berat Tahanan dan shoulder
menggunakan tangan kiri depression test
b. Gangguan saat duduk dalam jangka
History taking
waktu yang lama
a. Ganguan fungsional menengadah Tes gerak aktif, tes gerak
pasif, quick test, spurling test
dan menoleh dan pengukuran fungsional
cervical (NDI)
3. PARTICIPATION RESTRICTION
a.Gangguan bekerja dengan
menggunakan komputer dalam Neck disability indeks
waktu lama
b. Gangguan berkendara Neck disability indeks
splenius capitis/cervicis.
3) Koreksi postur
No Jenis Intervensi
Komponen ICF
. Tujuan Intervensi
1. IMPAIRMENT
a. Nyeri radikuler ke lengan kiri TENS
akibat prolapse pada diskus C6- Mengurangi nyeri MET
C7 Mobilisasi saraf
b. Spasme otot upper trapezius, Mengurangi spasme Ultrasound
levator scapula, scaleni dan MET
capitis/cervicis sisi kiri IC
Core stability
c. Deviasi postural : forward
Koreksi postur SittingChin
head posture
Retraction
MET
Traksi cervical
d. Hipomobility cervical Menambah ROM
Manualtraksi
MC kenzie
e. Kelemahan otot deep ekstensor Meningkatkan kekuatan
Core stability
dan deep fleksor neck otot
2. ACTIVITY LIMITATION
a. pasien merasa nyeri
a. pasien merasa nyeri ketika ketika mengangkat
mengangkat beban berat beban berat
menggunakan tangan kiri menggunakan tangan
kiri
b. Gangguan saat duduk
b. Gangguan saat duduk dalam
dalam jangka waktu
jangka waktu yang lama
yang lama
c. Ganguan fungsional
b. Ganguan fungsional
menengadah dan
menengadah dan menoleh
menoleh
PARTICIPATION
3.
RESTRICTION
a. Gangguan bekerja
a. Gangguan bekerja dengan
dengan menggunakan
menggunakan komputer dalam
komputer dalam
waktu lama
waktu lama
b. Gangguan berkendara b. Gangguan berkendara
1) Tujuan
2) Persiapan alat
3) Persiapan pasien
Sebelum melakukan terapi kepada pasien, pasien dijelaskan tujuan
terapi ini bukan kontraindikasi. Dijelaskan pula apa yang akan dirasakan
4) Pelaksanaan terapi
merasa hangat atau sesuai toleransi pasien. Selama terapi harus dimonitor
rasa panas dan keluhan yang dirasakan pasien. Setelah waktu selesai
F : 3 kali seminggu
I : high frequency
T : 10 menit
b. Ultrasound
1) Tujuan
2) Persiapan Alat
3) Persiapan pasien
4) Teknik aplikasi
cervical.
2) Posisi pasien : posisikan kepala pasien kearah lateral fleksi dan sedikit
4) Teknik pelaksanaan :
stretching.
Gambar 3.8
Muscle energy technique
d. Ischemic Compression
cervical.
4) Teknik pelaksanaan :
b) Tekanan ibu jari diaplikasikan pada titik nyeri dari otot upper
selama 60 detik,
Gambar 3.9
Teknik Ischemic Compression
e. Traksi Cervical
pasien dan satu tangan fisioterapis lainnya memegang bagian occipital grid
6) Teknik pelaksanaan :
traksi
Gambar 3.9
Traksi cervical
Sumber Chad E, cook (2010)
3) Posisi awal pasien : kepala pasien dibiarkan sedikit keluar diatas bed
pasien dan satu tangan fisioterapis lainnya memegang bagian occipital grid
6) Teknik pelaksanaan :
ekstensi.
Gambar 3.9
Manual traksi ekstensi Mc. Kenzie
Sumber : Sudaryanto (2018)
g. Mobilisasi saraf
3) Posisi tangan fisioterapis : Satu tangan terapis berada di lengan dan lainnya
berada di shoulder
4) Teknik pelaksanaan :
shoulder 100 ,fleksi elbow 900 , supinasi, dan ekstensi wrist dan
shoulder 100 ,fleksi elbow 900 , pronasi dan fleksikan wrist dan
Gambar 3.10
Mobilisasi saraf ULTT 1
Sumber : Cook, 2010
4) Teknik pelaksanaan
Pasien berbaring lalu di bawah leher pasien diberikan handuk, pasien
5) Dosis
F : 3 kali seminggu
T: kontraksi isometrik
T: 5 menit
Gambar 3.11
Core stability cervical
Sumber: Sudaryanto, 2018
4) Teknik pelaksanaan :
kali repetisi
Gambar 3.12
Sitting Chin Retraction
Sumber Chad E, cook (2010)
C. EVALUASI
1. VAS
D. Home program
Pada home program fisioterapi menjalaskan kembali intervensi yang telah
diberikan agar pasien melakukan secara mandiri di rumah. Seperti : core stability
BAB IV
PENUTUP
perubahan pada struktur diskus intervertebralis yang terletak diantara masing masing
hingga menekan radix saraf bahkan medulaspinalis dan gejala yang secara umum
2. Rasa nyeri yang dalam di dekat atau sekitar bahu pada bagian yang terkena
3. Rasa nyeri yang menjalar ke bahu, lengan atas dan bawah, dan yang jarang pada
lengan
traksi cervical, manual traksi ekstensi (Mc. Kenzie), mobilisasi saraf, core stability
DAFTAR PUSTAKA
Udayana.
Apoorva, P., Nilima, B., Ashok, S., Parag, S. 2016. Effect of muscle energy technique
and static stretching on pain and functional disability in patients with mechanical
Cesar, F., Joshua, A., Peter A. 2011. Neck and arm pain sydromes. Cihina: Elsevier.
Elsevier
Francis, H., Dino, S., Richard, G. 2015. Cervical Spine. China: Elsevier Saunders.
Jonas, W., Frield, K.2007.Human Performance Optimization: An Evolving Charge to
Joshua, Lara, P., Inmaculada, Fernadez, Cesar. 2012. Short-Term Effect of Kinesio
Keith, L., Arthur, F., Anne, M. 2018. Clinically Oriented Anatomy. Eighth Edition.
Mardjono M., Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
McKenzie, R., Kubey, C. 2000. 7 Steps To A Pain-Free Life. New York: Penguin Group
Inc.
McKenzie, R., May, S. 2008. The Cervical & Thoracic Spine Mechanical Diagnosis &
Pier, P. 2016. Cervical Spine. New York Dordrecht London: Springer International
Publishing Switzerland.
Ravichandran, P., Ponni, Kartikha. H., Aseer, P. Antony. Leo. 2016. Effectiveness Of
Robin, M. 2014. Seven Step to A Pain-Free Life. United states Amerika Serikat:
Tanusree, B., Tapas, K. Pal., Munmun S., Shabnam A. 2018. A Comparative Study on
the Efficacy of Ischaemic Compression and Dry Needling with Muscle Energy
Technique in Patients with Upper Trapezius Myofascial Trigger Points.
International Journal of Health Sciences and Research: Vol.8 Issue 4