Anda di halaman 1dari 7

DOSIS DAN DERAJAT TRAKSI TERAPI MANIPULASI

Dosis dan Derajat Traksi


a. Derajat I: Osilasi (di getarkan pada waktu penarikan) pada MLPP, untuk mengurangi
nyeri. Selalu digunakan pada saat melakuakan glide mobilisasi.
b. Derajat II: Staccato (ditarik berhenti, kembalikan, tarik lagi) pada mid range, untuk
mengurangi nyeri.
c. Derajat III: Staccato mencapai pembatasan LGS, untuk menambah mobilisasi sendi (traksi
mobilisasi) dan untuk tes joint play movement (traction test).
d. Derajat IV : Osilasi pada pembatasan LGS, yang berfungsi untuk menambah LGS dan
joint play movement merasakan end feel.
Dosis dan Kegunaan Traksi
a. Derajat I atau II ¢Sendi yang terasa nyeri pertama-tama harus diterapi dengan traksi.
Biasanya digunakan derajat I atau II dengan interval 10 detik.
¢Traksi dilakukan pelan-pelan kemudian secara perlahan traksi dilepaskan sehingga sendi
kembali keposisi awal. Setelah sendi istirahat beberapa detik, prosedur diatas diulangi
kembali. Amplitudo, durasi dan frekuensi gerakan sendi sangat bervariasi tergantung pada
respon pasien terhadap terapi tersebut.
¢Derajat I dan II berfungsi untuk menginhibisi nyeri dan mengatasi keterbatasan gerak.
Derajat III dan IV ¢Traksi-mobilisasi derajat III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi
karena dapat meregangkan jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi
mobilisasi dipertahankan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesauai
dengan toleransi pasien. ¢Pada saat sendi istirahat traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi
awal tetapi cukup diturunkan ke derajat II kemudian lakukan traksi derajat III lagi.
Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang. ¢Derajat III berfungsi untuk meningkatkan
LGS dan relaksasi otot jika dilakukan dengan osilasi dan kecepatan rendah.
¢Derajat IV lebih efektif untuk menambah lingkup gerak sendi Indikasi Traksi 1) Nyeri dan
Spasme Otot ¢Nyeri dan spasme otot dapat ditangani dengan teknik gentle joint play untuk
menstimulasi efek neurologis yang dapat menstimuli mekanoseptor dan inhibisi transmisi
nociceptor pada level spinal atau brain stem.
2) Hipomobilitas yang Reversibel ¢Jaringan yang mengalami immobilisasi dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan regangan sehingga terjadi pemendekan dan
myofibril menjadi berkurang dan membentuk abnormal crosslink. ¢Teknik osilasi dapat
memperbaiki secara mekanik struktur jaringan yang mengalami pemendekan, dan teknik
progresif stretching sendi untuk mengulur hipomobilitas kapsular dan ligamen.
3.) Keterbatasan Gerak yang Progresif ¢Penyakit yang membatasi gerak secara progerasif
dapat ditangani dengan teknik mobilisasi sendi untuk menjaga dan memelihara gerak yang
ada.
4) Imobilisasi yang Fungsional ¢Ketika pasien tidak dapat melakukan gerakn pada satu sendi
untuk beberapa waktu maka dapat diberikan traksi tanpa stretch untuk memelihara gerak
sendi yang ada dan efek restriksi pada imobilisasi. Kontraindikasi Traksi ¢Hipermobilitas
Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan pertimbangan
bahwa fisioterapis dapat menjaga dalam batasan gerak yang normal pada sendi tersebut.
Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien yang mempunyai potensial nekrose pada
ligament dan kapsul sendi.
¢Efusi Sendi Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada kapsul
yang ditraksi akan mengalami penggelembungan karena menampung cairan dari luar.
Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari laur dsan respon otot terhadap nyeri
bukan karena pemendekan otot.
EFEK TRAKSI —EFEK FISIK Dapat merangsang aktivitas biologis didalam sendi
melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses
pertukaran nutrisi kepermukaan kartilago sendi dan fibrokartilago, sehingga cairan sinovial
meningkat.
—Efek neurologis Traksi dapat merangsang receptor sendi yaitu mekanoseptor yang dapat
menginhibisi pengiriman stimulus nociceptif pada medulla spinalis melalui modulasi level
spinal.
—Efek stretching Traksi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament melalui pelepasan
abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak
sendi sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan
kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikular.
—Efek arthrokinematik Traksi dapat meregangkan dan mengarahkan gerak fisiologis. ¢Efek
mekanik Distraksi dengan amplitude kecil pada sendi akan menyebabkan terjadinya
pergerakan cairan sinovium yang akan membawa nutrisi pada bagian yang bersifat avaskular
dari kartilago sendi dan fibrokartilago, menurunkan nyeri dan efek degenerasi statis saat nyeri
dan tidak dapat melakukan gerakan dalam lingkup gerak sendi tertentu.
Prinsip Teknik Penerapan Manual Terapi ¢Posisi tangan Tangan yang akan melakukan
mobilisasi hendaknya ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi. Tangan yang
berfungsi sebagi stabilisator menahan gerakan tangan yang memobilisasi dengan arah
berlawanan atau melalui pencegahn gerakan yang terjadi disekitar sendi.
—Arah gerakan Arah gerakan harus bebas dari adanya nyeri sampai batas tahanan kapsular.
Tahanan yang dimaksud mengarah kepad keterbatasan kapsul sendi. Gerakan sampai arah
keterbatasan adalah suatu upaya untuk melakukan sesatu perubahan mekanik dalam kapsul
sendi dan jaringan yang ada disekitarnya. Perubahan mekanik yang dimaksud berupa
pelepasan jaringan yang mengalami perlengketan. Arah gerakan yng diberikan tidak boleh
melampaui batas normal gerak sendi. Saat mengaplikasikan teknik gerak traksi, fisioterapis
harus megetahui gerakan- gerakan sendi serta bentuk sendi yang bersangkutan. ¢Proper Body
Mechanic Make Google view image
---Proper Body Mechanic Terapis harus menggunakan prinsip-prinsip ergonomic dan berdiri
atau memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien, tangan dan lengan terpis bertindak
sebagai fulcrum dan levers serta posisi terapis harus mengikuti gerakan tersebut secara
efisien.
Traksi Lumbal

Traksi lumbal adalah sebuah alat dengan tenaga mekanik ataupun manual dengan cara kerja
yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak (Cameron,
1999).
Jenis-jenis traksi lumbal
American Medical Association (2008) membagi traksi menjadi traksi mekanik, traksi manual,
autotraction, pneumatic traction dan dengan menggunakan teknik terus-menerus atau
continuous, dan terputus-putus atau intermittent. Menurut Cameron (1999) manfaat traksi
lumbal adalah sebagai berikut : (1) membebaskan sendi dari gangguan-gangguan sendi (joint
distraction), (2) mengurangi protursi dari hernia nukleus pulposus, (3) mangulur jaringan
lunak, (4) relaksasi otot, (5) mobilisasi persendian, (6) immobilisasi.
Cameron (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal pada kondisi nyeri
punggung bawah dengan sasaran untuk mengurangi spasme otot, menggunakan beban tarikan
25% berat badan, menggunakan traksi lumbal, teknik intermitent dengan perbandingan
tarikan/waktu rileks 5/5 detik, total waktu yang diinginkan 20-30 menit, 2/3 kali per minggu,
menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengurangan nyeri dan perbaikan fungsional.
Menurut Hoeker (1994) dikutip oleh Hartini (2007) menggunakan beban tarikan 25% berat
badan tarikan kurang dari 10 detik pada fase tarikan menyebabkan jarak antar sendi sangat
minimal, akan tetapi dapat mengaktifkan dan merangsang propioreseptor yang ada pada sendi
dan otot sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih pendek tetapi
juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan panderita dan merasakan
releksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan dapat mempertahankan
otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi spasme otot, melancarkan peredaran
darah sehingga nyeri bisa berkurang. Pemberian teknik intermiten lebih baik dari continous
dalam hal rileksasi Cameron (1999). Posisi yang direkomendasikan oleh Thamrin (1991)
dikutip oleh Hartini (2007) adalah dengan tidur terlentang tungkai diganjal sehingga terjadi
fleksi paha dan lutut sebesar 90°, keadaan ini sangat penting untuk mencegah hiperlordosis
lumbal yang merupakan suatu posisi yang harus dihindarkan pada penderita NPB, pernyataan
tersebut didukung Rachma (2002).

Teknik aplikasi traksi lumbal


Teknik dalam aplikasi traksi ada dua cara yaitu statik dan intermiten. Dalam penelitian ini
prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai berikut :
a. Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi computer digital.
b. Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan eksorotasi
10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991 dikutp oleh
Hartini, 2007)
c. Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di atas krista
iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas untuk
menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan lumbal.

Michlle H. Cameron merekomendasi parameter yang digunakan dalam aplikasi traksi untuk
lumbal adalah sebagai berikut :
TABEL 2.1
Area of spine and Force Hold/relax times Total traction time (
goals of treatment (second) minutes)
Initial/acute phase 13-20 kg Static 5-10

Joint distraction 22,5 kg ; 50% of 15/15 20-30


body weight
Decrease muscle 25% of body weight 60/20 20-30
spasm
Disc problem or 25% of body weight 60/20 20-30
strech soft tissue

Parameter traksi lumbal (Cameron, 1999)

Area of spine and goals of treatment


Force
Hold/relax times (second)
Total traction time ( minutes)
Initial/acute phase
13-20 kg
static
5-10
Joint distraction
22,5 kg ; 50% of body weight
15/15
20-30
Decrease muscle spasm
25% of body weight
5/5
20-30
Disc problem or strech soft tissue
25% of body weight
60/20
20-30

Mekanisme traksi lumbal


Mekanisme traksi lumbal dengan teknik intermiten dapat menurunkan nyeri oleh stimulasi
dari mekanoreseptor oleh adanya oscillatory movements yang dapat mengaktifkan serabut
aferen berdiamter besar sehingga diperoleh penutupan dari spinal gate (Cameron, 1999 dan
Mardiman, 2001). Traksi dengan teknik intermiten juga dapat merileksasikan otot-otot
punggung bawah dengan stimulasi dari golgi tendon organs (GTOs) untuk menginhibisi alfa
motor neuron sehingga menurunkan spasme otot (Cameron, 1999).
Johnstan (1986) dan Cryax (1982) dikutip oleh Cameron (1999) tarikan yang dihasilkan oleh
traksi lumbal dengan kekuatan tarikan 50% berat badan akan mengurangi penekanan pada
permukaan dari sendi faset apabila ada gangguan atau distraksi pada sendi faset yang
menekan pada akar syaraf spinalis, dan dapat direkomendasikan untuk kasus HNP ringan.
Swezey (1983 ) dan Basmajin (1985) dikutip oleh Cameron (1999) traksi lumbal dilaporkan
juga dapat digunakan untuk mengulur jaringan lunak, panjang otot dan fleksibilitas sehingga
diperoleh rileksasi otot dari otot-otot para vertebra, dengan kekuatan tarikan 25% berat
badan.
Kontraindikasi dari traksi lumbal
Kontra indikasi dari pemberian traksi lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron
(1999) adalah :
(1) kondisi trauma akut atau inflamasi
(2) hipermobilitas atau instabilitas
(3) hipertensi yang tidak terkontrol
(4) fraktur
(5) osteoporosis
(6) spondylosis
(7) selama proses terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian traksi
lumbal terapis harus selalu melakukan monitoring

Anda mungkin juga menyukai