Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KLINIK LAPORAN KLINIK

RUANG REHAB MEDIK


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


FUNGSIONAL SHOULDER ET CAUSA FROZEN SHOULDER DEXTRA

DISUSUNOLEH
NURFADIYAH YASIN
PO714241161058

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI D.IV
TAHUN 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus praktek klinik komprehensif 1 di Ruang Rehab Medik


Rumah Sakit Bhayangkara Makassar mulai tanggal 2 September sampai dengan
28 September 2019 dengan judul kasus “Limitasi Gerak Fungsional Knee Et
Causa Osteoarthritis Knee” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical
Educator) dan Preceptor.

Makassar, 23 September 2019

Clinical Educator, Preceptor

Aco Tang, SKM,S.St.Ft,M.Kes


NIP.19801221 200604 1 013

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan
Fungsional Shoulder Et Causa Frozen Shoulder Dextra” Laporan kasus ini
merupakan salah satu dari tugas klinik pada Ruang rehab Medik Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan
informasi mengenani penatalaksaan fisioterapi untuk kasus tersebut.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak / Ibu dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
2. Bapak Abd.Rahman,SKM selaku Clinical Edukator
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
Laporan Kasus ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan
selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.

Makassar, 23 September 2019

PENULIS

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i
Lembar Pengesahan. ...........................................................................................ii
Kata Pengantar. ...................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................Iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Kasus. ............................................................................................3
1. Definisi Frozen Shoulder. .......................................................................3
2. Anatomi Biomekanik Frozen Shoulder. ..................................................3
3. Etiologi Frozen Shoulder. .......................................................................10
4. Patofisiologi Frozen Shoulder. ................................................................10
5. Gambaran Klinis. ....................................................................................12

B. Tinjauan Pengukuran Fisioterapi . ...............................................................12


1. Pengukuran Nyeri. .................................................................................12
2. Pengukuran Kekuatan Otot. ...................................................................12
3. Pengukuran Fungsional/Disabilitas Frozen Shoulder. ...........................13

C. Tinjauan Intervensi Fisioterapi. ...................................................................15

BAB III PROSES FISIOTERAPI


A. Identitas Umum Pasien. ...............................................................................14
B. Anamnesis Khusus. ......................................................................................14
C. Inspeksi. .......................................................................................................14
D. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar. ...............................................................17
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi. .....................................18
F. Diagnosa dan Problematika Fisioterapi. ......................................................19
G. Tujuan Intervensi Fisioterapi. ......................................................................20
H. Program Intervensi Fisioterapi. ....................................................................20
I. Evaluasi Fisioterapi ......................................................................................24

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan. ........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................26

4
BAB I
PENDAHULUAN

Anggota gerak atas memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam semua
aktifitas. Tangan dan lengan sebagai peran utama, sehingga bila ada gangguan
tentu akan mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia. Kegiatan dasar berupa
gerak adalah kebutuhan dan tuntukan manusia terutama dalam era globalisasi
seperti sekarang. Seluruh aktifitas yang dilakukan sehari-hari banyak bergantung
terutama pada fungsi anggota gerak atas. American Shoulder dan Elbow Surgeons
mendefinisikan frozen shoulder sebagai kondisi etiologi yang ditandai dengan
keterbatasan yang signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang terjadi karena
kerusakan jaringan dalam. Banyak fisioterapis percaya frozen shoulder termasuk
kondisi yang sulit untuk dipecahkan.(Varcin, L: 2013)
Frozen shoulder yang disebut juga adhesive capsulitis adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan kekakuan dan nyeri pada sendi bahu. Keadaan ini
bisa menjadi lebih buruk yang ditandai dengan luas pergerakan bahu yang
berkurang. Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat
trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depression dan Parkinson.
Penderita frozen shoulder 2% adalah orang dewasa. Kebanyakan pada
umur diantara 40 sampai dengan 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan individu
yang menderita penyakit hormon, penyakit immun dan penyakit sistemik.
Klasifikasi adhesive capsulitis terdiri dari primary adhesive capsulitis (idiopatik)
dan secondary adhesive capsulitis yang berhubungan dengan post trauma atau
akibat penyakit tertentu, antara lain penyakit diabetes melitus.
Manajemen fisioterapi pada kasus frozen shoulder adalah tindakan
fisioterapi dalam menangani kasus frozen shoulder, dalam hal ini fisioterapi
berperan cukup penting. Peran ini dimulai dari tahap assessment, melakukan
pemeriksaan, menentukan urutan masalah fisioterapi, menegakkan diagnosa,
menentukan tujuan, melakukan intervensi, dan diakhiri dengan melakukan
5
evaluasi terhadap kasus tersebut. Tujuan penanganan fisioterapi pada kasus
Frozen Shoulder antara lain adalah untuk mengembalikan aktivitas fungsi dan
gerak pada shoulder, dengan mengatasi berbagai macam keluhan yang dirasakan
oleh pasien, seperti nyeri gerak, spasme, maupun keterbatasan lingkup gerak
sendi. Penatalaksanaan fisioterapi yang dapat dilakukan antra lain adalah dengan
menggunakan metode terapi modalitas, terapi manipulasi, dan terapi latihan.
Pemberian intervensi disesuaikan dengan kondisi frozen shoulder pasien masing-
masing.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kasus Frozen Shoulder


1. Definisi
Frozen shoulder adalah kekakuan, nyeri, dan terbatasnya gerakan pada
gerakan sendi bahu. Frozen shoulder atau adhesive capsulitis dapat terjadi
jika ada cedera, gerakan yang berlebihan atau penyakit diabetes atau stroke.
Gangguan ini mengakibatkan jaringan di sekitar sendi menjadi kaku dan
membentuk jaringan parut. Kondisi ini biasanya datang perlahan-lahan,
kemudian akan hilang dengan perlahan-lahan hingga juga lebih dari satu
tahun.
Orang berusia 40 tahun atau lebih tua, terutama wanita, lebih rentan
terhadap frozen shoulder. Penyakit ini dapat terjadi pada orang-orang yang
dalam masa pemulihan setelah operasi, seperti stroke atau mastektomi.

2. Anatomi Biomekanik
 Anatomi Shoulder
Anatomi Bahu terdiri dari tulang, sendi, ligamen, jaringan otot, dan
biomekanik. Tulang scapula tulang berbentuk pipih yang terletak pada
aspek dorsal thoraks dan mempunyai tiga proyeksi menonjol ke tulang
belakang, akromion, dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat
beberapa otot yang berfungsi menggerakkan bahu secara kompleks.
Empat otot rotator cuff yang berorigo pada scapula (S, Lynn.: 2013). Otot-
otot tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan
subskapularis (K, Stephen: 2015).
a. Clavicula
Tulang berbentuk “S” yang terhubung dengan scapula pada sisi
lateral dan manubrium pada sisi medial. Menahan scapula untuk
mencegah tulang humerus bergeser berlebih.

7
b. Humerus
Pada bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan
medial. Terdiri dari caput humeri yang membuat persendian dengan
rongga glenoidalis scapula. Terdapat tuberositas mayor dibagian luar
dan tuberositas minor dibagian dalam. Diantara keduatuberositas
terdapat sulcus intertubercularis. Pada os humerus juga terdapat
tuberositas deltoid sebagi tempat melekatnya insertio otot deltoid. Pada
bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan medial.

Gambar 1. Tulang Pembentuk Shoulder

Sendi Sternoclavicular merupakan sendi sinovial yang


menghubungkan ujung meidal clavicula dengan sternum dan tulang
rusuk pertama. Sendi ini memiliki fungsi dalam membantu
pergerakkan gelang bahu.
Sendi cromioclavicular menghubungkan scapula da clavicula.
Permukaan dari sendi clavicularis merupakan cekung yang terletak di
acromion. (S, Lynn.: 2013).
Sendi Glenohumeral, jenis sendi ball and socket dimana caput
humeri yang berbentuk seperti bola bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang merupakan bagian dari os scapula. Sendi ini
merupakan sendi paling mobile, namun salah satu sendi yang kurang
stabil.

8
Scapulathoracic Articulation Tidak bisa dikatakan murni salah satu
persendian. Scapula dan thorak tidak memiliki titik fiksasi. Scapulathoraci
articulation tidak bergerak namun fleksibel terhadap gerakan tubuh .

Gambar 2. Sendi Penyusun Bahu

Ligamen Glenohumeral ligamen, memperkuat bagian anterior dari


kapsul. Bukan merupakan fungsi ligamen yang baik tapi merupakan lipit
lipatan kapsul. (S, Lynn.: 2013).

Gambar 3. Glenohumeral ligamen anterior view

Coracohumeral Ligamen menempel dari sisi lateral prosesus coracoid dan


mencakup tuberkulum mayor. Memperkuat bagian atas kapsul sendi.

9
Gambar 4. Coracohumeral Ligamen

Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang tersusun dari jaringan


fibrosa yang padat. Kedalamannya rata-rata 2.5 mm, tapi labrum dapat
menambah kedalaman rongga artikular. Walaupun labrum meningkatkan
kedalaman dan volume dari fossa glenoid, tetapi ini tidak meningkatkan
stabilitas dari sendi glenohumeralsabuk fibrosa yang mengelilingi tepi
fossa glenoid.

Gambar 5. Glenoid Labrum


1) Otot
Otot pembentuk pada shoulder joint sebagai berikut:
a) M. Pectoralis Major
- Origo: Medial clavicula ketiga. Sternum, costal cartilago ribs
keenam
- Insersio: Sulcus intertubercularis lateral
- Fungsi : Fleksi shoulder sampai 600 , adduksi bahu dan rotasi
internal humerus.

10
Gambar 6. M. Pectoralis Major

b) M. Deltoideus
- Origo : Anterior : Sepertiga antero lateral clavicula. Medial:
Lateral Acromion Posterior: Inferior spina scapula
- Insesio : Tuberositas humerus
- Fungsi: Anterior : Fleksi, abduksi, rotasi internal humerus.
Medial: Abduksi humerus Posterior: Ekstensi, abduksi, rotasi
ekternal humerus

Gambar 7. M. Deltoideus

c) M. Latisimus Dorsi
- Origo : Prosesus spinosus dari T7-L5 via dorsolumbar fascia,
posterior sacrum, illium.
- Insersio : Medial inter tuberositas humerus.

11
- Fungsi : Ekstensi, abduksi, internal rotasi humerus.

Gambar 8. M. Latisimus Dorsi

d) M. Seratus Anterior
- Origo : Upper costae 1-9
- Insersio : Anterior medial scapula
- Fungsi : Protaksi dan upward scapula.

Gambar 9. M. Seratus Anterior

e) M. Levator Scapula
- Origo : Prosesus tranversus C1-C4
- Insesio : Medial atas spina scapula
- Fungsi : Elevasi
f) M. Subscapularis
- Origo : Fossa subscapularis scapula
- Insersio : Tuberculus humeri.
- Fungsi : Medial rotasi.
12
 Biomekanik Shoulder
a. Gerakan arthokinematika
Pada sendi glenohumeral gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-
adduksi terjadi karena rolling dan sliding caput humerus pada fossa
glenoid. Arah slide berlawana arah dengan shaft humerus. Pada
gerakkan fleksi shoulder caput humerus slide ke arah posterior dan
inferior, pada gerakan ekstensi slide ke arah anterior dan superior. (A,
Charles Rockwood:2009).
b. Gerakan osteokinematika
Gerakan fleksi yaitu pada bidang sagital dengan axis pusat
caput humeri. Otot penggerak utama adalah m.deltoid anterior dan m.
Supraspinatus rentang 00-900, untuk rentang 900-1800 dibantu oleh
m. Pectoralis mayor, m. Corachobracialis dan m. Biceps brachii. (A,
Charles Rockwood:2009). Gerakan ekstensi yaitu gerakan pada bidang
sagital menjahui posisi anatomis. Otot penggerak utama adalah m.
Latissimus dorsi dan m. teres mayor. Sedangkan pada gerakan hiper
ekstensi, fungsi m. Teres mayor digantikan m. Deltoid posterior.
Gerakan abduksi yaitu gerakan menjahui midline tubuh. Bergerak pada
bidang frontal. Otot penggerak utama m. Pectoralis mayor dan m.
Latissimus dorsi. (A, Charles Rockwood:2009). Gerakkan adduksi
yaitu gerakkan lengan ke medial mendekati midline tubuh. Otot
penggerak utama m. Pectoralis mayor, m. Teres mayor, m. Latissimus
dorsi. (A, Charles Rockwood:2009). Gerakan rotasi internal dengan
arah gerakan searah axis longitudinal yang mendekati midline tubuh.
Otot penggerak utama m. Subscapularis, m. pectoralis mayor, m. teres
mayor, m. latissimus dorsi, m. Deltoid anterior. (A, Charles
Rockwood:2009). Gerakkan rotasi ekternal adalah gerakan rotasi
lengan searah axis longitudinal yang menjahui midline tubuh. Otot
penggerak utama m. Infraspinatus, m. Teres minor, m. Deltoid
posterior. (A, Charles Rockwood:2009).

13
3. Etiologi
Frozen shoulder terjadi karena jaringan fleksibel yang mengelilingi sendi
bahu (shoulder capsule) menebal dan meradang. Namun penyebab pasti terjadinya
penebalan dan peradangan belum diketahui.

Walau demikian, ada beberapa hal yang diduga dapat menjadi pemicu,
yaitu:
a) Idiopatik (kondisi penyakit yang penyebabnya tidak diketahui).
b) Trauma, misalnya karena pembedahan pada bahu, robekan tendon, atau patah
tulang lengan atas.
c) Imobilisasi, misalnya akibat bekas operasi lama seperti bedah toraks dan
kardiovaskular, atau bedah saraf.
d) Penyakit metabolik/ endokrin, misalnya karena diabetes, penyakit autoimun,
dan penyakit tiroid.
e) Masalah saraf, misalnya karena stroke atau Parkinson’s Disease.
f) Masalah jantung, seperti hipertensi atau iskemia jantung.
g) Obat-obatan, misalnya konsumsi protease inhibitor, anti-retrovirus, imunisasi,
atau florokuinolon.
h) Penyebab lain, misalnya hiperlipidemia (kolesterol tinggi), atau keganasan
sel.

4. Patofisiologi
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh
jaringan fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular
adhesion, penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago.
Berkurangnya cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan
cairan tersebut yang menyebabkan penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat
ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan.
Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff, frkatur atau
kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan

14
akan menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat
menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel


pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan
perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi
yang progresif. Jika berlangsung lama otot rotator akan tertarik serta
memperlengketan serta memperlihatkan tanda-tanda penipisan dan fibrotisasi.
Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum humeri yang akan
menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan dinding
bursa.

Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium
fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen,
kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada
tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga
terjadi radang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus
menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan
dinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya
terjadi frozen shoulder.

Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting yang juga
dapat menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada kapsul dan ligamen,
kemudian kelenturan jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan.
Semua organ yang disekeliling jaringan lunak, terutama tendon supraspinatus
terlibat dalam perubahan patologi. Fibrotic ligamen coracohumeral cenderung
normal dari tendon bicep caput longum juga rusak (robek). Keterlibatan tendon
bicep berpengaruh secara signifikan dalam penyebaran nyeri ke anterior sendi
glenohumeral yang berhubungan dengan adhesive capsulitis.

15
5. Gambaran Klinis
Ada beberapa gejala yang muncul pada frozen shoulder, seperti:
a) Nyeri bahu, umumnya terjadi saat bahu harus melakukan pergerakan dan
pada masa awal penyakit muncul.
b) Nyeri pada malam hari yang dapat mengganggu kualitas tidur dan
menyulitkan berbaring pada sisi yang sakit.
c) Keterbatasan pergerakan bahu.

B. Tinjauan Tentang Pengukuran Fisioterapi


1. Pengukuran Nyeri
Visual Analouge Scale (VAS)
Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya mencapai 10
cm. Salah satu ujungnya ditandai “tidak ada nyeri”, dan ujung lainnya ditandai
“nyeri hebat”. Skala ini digunakan secara vertikal atau horizontal, sambil
meminta pasien untuk menandai garis dengan titik yang menggambarkan
derajat nyeri yang dirasakan.

2. Pengukuran Kekuatan Otot


Pemeriksaan kekuatan otot ini dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang diberikan, dan dapat menentukan
prognosis pasien serta dapat digunakan sebagai bahan evaluasi. Maka
pemeriksaan kekuatan otot dianggap penting. Parameter yang digunakan untuk
mengetahui nilai kekuatan otot adalah pemeriksaan kekuatan otot secara
manual atau manual muscle testing (MMT) dengan ketentuan sebagai berikut :
Nilai Keterangan
Nilai 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali (baik dilihat

16
atau diraba)
Nilai 1 Kontraksi otot dapat terlihat/ teraba tetapi tidak ada
gerakan sendi
Nilai 2 Ada kontraksi otot, dapat menggerakkan sendi secara
penuh, tidak melawan gravitasi
Nilai 3 Kontraksi otot, dapat menggerakkan sendi dengan
penuh dan mampu melawan
Gravitasi
Nilai 4 Kontraksi otot dengan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dengan tahanan
Minimal
Nilai 5 Kontraksi otot dengan gerakkan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dan dengan
tahanan maksimal

3. Pengukuran Fungsional / Disabilitas


Untuk menilai kemampuan fungsional dasar pasien dengan menggunakan
indeks SPADI (Shoulder Pain and Disability Indeks).

FORM PEMERIKSAAN
SHOULDER PAIN AND DISABILITY
INDEX (SPADI)

SKALA NYERI
Seberapa besar nyeri yang anda rasakan ?
0 = Tidak ada nyeri
1 2 3 = Nyeri ringan
4 5 6 = Nyeri sedang
7 8 9 = Nyeri berat
10 = Sangat nyeri, nyeri tak tertahankan

17
1. Saat kondisi paling buruk? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Saat berbaring pada sisi lesi? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Saat meraih sesuatu di tempat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?
4. Saat menyentuh bagian belakang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
leher?
5. Saat mendorong dengan lengan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sisi nyeri?

SKALA DISABILITAS

Seberapa besar kesulitan yang anda alami ?

0 = Tidak ada kesulitan


1 2 3 = Kesulitan ringan
4 5 6 = Kesulitan sedang
7 8 9 = Kesulitan berat
10 = Sangat sulit, harus dibantu orang lain

6. Saat mencuci rambut (keramas)? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


7. Saat mandi membersihkan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
punggung?
8. Saat memakai kaos dalam / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
melepas sweater?
9. Saat memakai baju dengan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kancing depan?
10. Saat memakai celana? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11. Saat menaruh benda di tempat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?
12. Saat membawa benda dengan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
berat ± 5kg?

18
13. Saat mengambil sesuatu dari saku 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
belakang?
Jumlah skor nyeri : 372 / 50 x 100 =
Jumlah skor disabilitas : 18 / 80 x 100 =
Jumlah skor SPADI : Skor nyeri + skor disability / 130 x 100 =

C. Tinjuan Tentang Intervensi Fisioterapi


1. Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien,meembantu klien beradaptasi terhadap stress, gangguan
psikologis, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi
terapetik bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat serta
mengurangi beban pikiran pasien.
2. MWD (Micro Wave Diathermy)
Pengurangan nyeri oleh penerapan MWD diperoleh dari efek gelombang
elektromagnetik yang menghasilkan efek microthermal sehingga setiap
peningkatan suhu 1ºC akan terjadi perubahan viskositas cairan intra cell,
kemudian menyebabkan terjadinya pergerakan cairan secara difusi maupun
osmosis, sehingga terbentuk keseimbangan cairan intra cell yang selanjutnya
akan mempengaruhi proses metabolisme secara normal dan terjadi
pembuangan sisa metabolisme penyebab nyeri. Perbaikan sirkulasi darah akan
berpengaruh pada terjadinya penurunan spasme otot sehingga nyeri
berkurang. Selain hal tersebut, gelombang elektromagnetik secara tidak
langsung dapat memperbaiki fleksibilitas jaringan ikat, otot, myelin dan
capsul sendi akibat dari perbaikan metabolisme intra cell sehingga
sensitivitas nyeri berkurang.
3. Active Resisted Exercise
Active Ressisted Exercise dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar. Apabila kerja otot tidak
cukup untuk melakukan suatu gerakan maka diperlukan kekuatan dari luar.
Kekuatan tersebut harus diberikan dengan arah yang sesuai.
19
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


1. Nama : Ny.R
2. Umur : 37 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Fisioterapis
5. Alamat : Aspol Brimob
6. Agama : Islam
7. Diagnosa Medis : Frozen Shoulder Dextra

B. Anamnesis Khusus
1. Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kanan, kaku bila di angkat
ke atas
2. Lokasi Nyeri : Bahu sebelah kanan
3. Jenis nyeri : Terlokalisir
4. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pada bulan Agustus 2019, ft mengerjakan
pasien, tiba-tiba pada saat mengerjakan
pasien, pergelangan tangan ft keseleo
dengan mengeluarkan bunyi hingga
menjalar ke bahu kanan.
5. Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan darah : 117 / 72 mmHg
Denyut Nadi : 70x / menit
Pernafasan : 20x / menit
Suhu : 36,5oC

C. Inspeksi/Observasi
1. Statis
 Pasien datang dalam keadaan mandiri
20
 Bahu pasien tampak simetris
2. Dinamis
 Pasien merasakan kesakitan saat mengangkat lengan kanan serta
terdapat keterbatasan ROM

D. Pemeriksaan Fungsi Dasar


GERAKAN GERAK AKTIF GERAK PASIF TIMT
Fleksi Nyeri Sedang, ROM Nyeri Sedang, Springy End Tidak ada
Shoulder Terbatas Feel nyeri
Ekstensi Tidak Nyeri Tidak nyeri, Hard end feel Tidak ada
Shoulder nyeri
Abduksi Nyeri Sedang, ROM Nyeri Sedang, Springy End Tidak ada
Terbatas Feel nyeri
Adduksi Tidak Nyeri Tidak nyeri, Hard end feel Tidak ada
nyeri
Endorotasi Tidak Nyeri Tidak nyeri, Soft end feel Tidak ada
nyeri
Eksorotasi Tidk Nyeri Tidak Nyeri, Soft end feel Tidak ada
nyeri

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


1. Palpasi
Hasil : - Spasme M.Upper Trapesiuz
- Ada nyeri tekan
2. Intensitas Nyeri ( VAS)
Hasil : 6 (Nyeri sedang)
3. Pengukurn ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
anthrokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan

21
karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan
menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang dikur
adalah ROM dari setiap gerakan pada regio shoulder dan region elbow
GERAKAN SHOULDER NILAI NORMAL
o o o
EKSTENIS/FLEKSI S = 45 – 0 – 160 S = 50o – 0o – 170o
o o o
ABDUKSI/ADDUKSI F = 100 – 0 – 70 F = 170o – 0o – 75o
o o o
EKSOROTASI/ENDOROTASI R = 60 – 0 – 75 R = 90o – 0o – 80o

4. Pemeriksaan Kekuatan Otot ( MMT )


Hasil : Nilai 4 ( Kontraksi otot dengan sendi penuh, mampu melawan
gravitasi dengan tahanan minimal )
5. Pemeriksaan Kemmpun Fungsional
Form pemeriksaan shoulder pain and disability index (spadi)
Skala nyeri : Hasil : Skala Nyeri → Nyeri Sedang
Skala Disbilitas → Tidak ada kesulitan
6. Pemeriksaan Spesifik
a. Upper Limb Tension Test 1
- Tujuan : Tes ini dirancang untuk meletakan stress pada struktur
saraf upper limb, meskupin sebenarnya stress diletakkan diatas
semua jaringan pada upper limb.
- Prosedur : posisi terlentang kedua tangan rileks disamping badan.
Praktikan meletakkan satu tangan pada sisi proksimal lengan
bawah pasien, dan tangan satunya di wrist. Praktikan selanjutnya
secara pasif mengabduksikan shoulder 90o pada lengan pasien,
disertai depresi scapula, supinasi lengan bawah, ekstensi wrist,
dan terakhir ektensi elbow. Pada fase ditambahkan stress hingga
gejala terhasilkan
- Positif tes : nyeri terproduksi
- Interpretasi : positif test mengindikasi adanya “sensitizing” pada
struktur saraf yang dipengaruhi
b. Yergason Test

22
- Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
- Prosedur Tes : Pasien duduk dengan posisi lengan rileks
disamping badan. Kemudia praktikan meletakkan satu tangan
pada shoulder pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan
tangan yang satunya menyanggah sisi radial lengan bawah pasien
untuk menyiapkan resisten. Praktikan selanjutnya secara pasif
menggerakkan lengan pasien kea rah fleksi elbow 90o. Praktikan
lalu meminta pasien untuk melakukan supinasi lengan bawah
melawan resisten tangan praktikan.
- Positif Tes : Nyeri disertai sublukasi tendon biceps.
- Interpretasi : Nyeri mengindikasi patologi bicipitalis dan
sublukasi tendon biceps dan mengindikasi rupture tendon biceps.
c. Drop Arm Test
- Tujuan : test untuk mengidentifikasi tear pada rotator duff.
- Prosedur Tes : Pasien dengan posisi lengan disamping badan.
Kemudian terapis secara pasif mengabuksian shoulder pasien
sekitar 60o. Praktikan lalu meminta pasien menahan posisi
tersebut. Praktikan selanjutnya memberikan resisten diatas lengan
bawah pasien pada sisi dorsal.
- Positif Tes: Pasien tidak mampu mengontrol lengannya ke bawah
da terjatuh.
- Interpretasi: Positif tes mengindikasi tear pada rotator cuff

F. Diagnosa Fisioterapi
“ Gangguan Fungsional Shoulder Et Causa Frozen Shoulder Dextra”

23
G. Problematik Fisioterapi

PROBLEMATIK
FISIOTERAPI

Activity Limitation Participation Retriction


Anatomical / Functional 1. Pasien sulit
Impairment 1. Kesulitan menggerakkan mengambil barang dari
bahu kanan meja atas
1. Nyeri Gerak . .
2. Spasme otot pada
bahu kanan pasien
3. Keterbatasan ROM

H. Tujuan Intervensi Fisioterapi


a. Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri gerak
- Mengurangi spasme otot pada bahu kanan
- Meningkatkan ROM
b. Jangka panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional pasien yang berhubungan
dengan kegiatan menggerakkan bahunya

I. Program Intervensi Fisioterapi


1. Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien,meembantu klien beradaptasi terhadap stress,
gangguan psikologis, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Tujuan : untuk memberikan motivasi dan semangat serta
mengurangi beban pikiran pasien.

24
2. MWD
a. Tujuan : Untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mengurangi nyeri.
b. Posisi pasien : berbaring terlentamh di atas bed
c. Posisi fisioterapis : berdiri di samping pasien
d. Teknik : Posisi tidur terlentang kemudian dilakukan pemasangan alat
secara lokal pada bahu pasien
e. Dosis :
F : 3 kali seminggu
I : 49
T : 10-15 cm
T : 10 menit
3. Active Resisted Exercise
a. Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot
b. Posisi pasien : pasien dalam keadaan terlentang
c. Posisi fisioterapi : beridiri di samping bed pasien
d. Teknik : Pasien diminta menggerakkan sendi bahu perlahan
ke segala arah sampai batas toleransi nyeri yang dirasakan pasien.
Terapis memberikan tahanan minimal dengan arah yang berlawanan.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetisi
4. Manual Therapy
1) Distraksi oscilasi
a. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri, untuk menambah ROM
eksternal rotasi, internal rotasi, abduksi dan fleksi.
b. Posisi pasien : Pasien dalam keadaan terlentang dengan abduksi
shoulder

25
c. Posisi fisioterapi : Fisioterapis berdiri di samping pasien,
kedua tangan kanan berada tepat di axila atau bagian proksimal
humerus. Tangan yang akan melakukan mobilisasi hendaknya
ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi dan
lengan bawah pasien berada di antara lengan dan trunk
fisioterapis(dijepit)
d. Teknik : Abduksikan shoulder pasien kemudian eksternal
rotasikan. kedua tangan fisioterapis melakukan distraksi ke arah
lateral-superior lalu diberikan oscillasi pada arah yang sama.
Lakukan secara berulang.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetisi

2) Mobilizatio with movement (mulligan’s technique)


Abduksi shoulder
a. Tujuan : Untuk Meningkatkan ROM abduksi internal rotasi dan
external rotasi shoulder dan meningkatkan kemampuan fungsional
bahu.
b. Posisi pasien :
 Abduksi soulder : Pasien dalam keadaan duduk dan tangan
pasien posisi abduksi shoulder 90o

26
 Eksternal rotasi dan internal rotasi : Posisi pasien dan posisi
awal lengan : pasien duduk di atas bed dengan tangan kiri
pasien dalam posisi eksorotasi ke belakang dan tangan kanan
pasien fleksi shoulder 180o. Tangan kiri pasien melakukan
internal rotasi dengan tangan dibelakang punggung memegang
belt, dan tangan kanan memegang ujung belt.
c. Posisi fisioterapi
 Abduksi soulder : fisioterapis berada di samping pasien
(sedikit ke samping). tangan kiri fisioterapis berada di scapula
dan tangan kanan berada di caput humeri.
 Eksternal rotasi dan internal rotasi : Fisioterapi berdiri di
samping pasien Tangan kanan fisioterapis berada di sisi dalam
elbow dan tangan kiri di axilla.
d. Teknik :
 Abduksi soulder : Tangan fisioterapis yang berada di caput
humeri berfungsi untuk menahan belt. Tangan fisioterapis yang
berada di scapula untuk memfiksasi. Fisioterapis menarik belt
sementara pasien diarahkan untuk melakukan abduksi. Bila
abduksi pasien terbatas maka dibantu oleh siku fisioterapis.
 Eksternal rotasi dan internal rotasi : Tangan fisioterapis
yang memegang elbow menarik kebawah dan tangan yang
berada di axilla mengfiksasi. Kemudian pasien di arahkan
untuk menarik belt ke atas.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 5 kali repetisi

27
Abduksi shoulder

Internal dan external rotasi

J. Evaluasi Fisioterapi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi, nyeri yang pasien rasakan
mulai berkurang, ROM mulai meningkat, kekuatan otot mulai mulai
meningkat dan kemampuan fungsional sudah ada perubahan lebih baik dari
sebelumnya.

28
BAB IV
PENUTUP

Frozen shoulder adalah kekakuan, nyeri, dan terbatasnya gerakan pada


gerakan sendi bahu. Gangguan ini mengakibatkan jaringan di sekitar sendi
menjadi kaku dan membentuk jaringan parut. Kondisi ini biasanya datang
perlahan-lahan, kemudian akan hilang dengan perlahan-lahan hingga juga lebih
dari satu tahun. Orang berusia 40 tahun atau lebih tua, terutama wanita, lebih
rentan terhadap frozen shoulder. Penyakit ini dapat terjadi pada orang-orang yang
dalam masa pemulihan setelah operasi, seperti stroke atau mastektomi. Penyebab
terjadinya frozen shoulder dapat dipicu oleh beberapa faktor yaitu idiopatik,
trauma, immobilisasi, penyakit metabolik, masalah saraf, masalah jantung, obat-
obatan dan penyebab lainnya. Adapaun Rencana intervensi fisioterapi yang
diberikan kepada pasien Frozen Shoulder yaitu :
a. Komunikasi Terapeutik
b. MWD
c. Wall bar
d. Active Resisted Exercise
e. Manual therapy
1) Distraksi oscilasi
2) Mobilization with movement (mulligan’s technique)

Peran fisioterapi dalam mengembalikan aktivitas fungsional seperti semula


dengan menerapkan intervensi yang aktif dan terapi latihan diberikan agar gerak
menjadi tidak terganggu dan mencegah timbulnya komplikasi.
Saran bagi pasien agar melakukan latihan-latihan yang diberikan oleh
fisioterapis agar mendapatkan hasil yang optimal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

A, Charles Rockwood. The Shoulder Fourth Edition. China : Saunders; 2009

Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. The New Concept Of Physical
Therapist Test and Measurement: First Edition. Makassar: PhysioCare
Publishing.2016

Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Ady. Pemeriksaan Spesifik Pada


Ekstremitas. Makassar: PhysioCare Publishing.2017

K, Stephen. Shoulder Joint Anatomy. 2015.

S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy. Phladelphia : F.A Davis Company ;


2011

Varcin, L. Unlocking Frozen Shoulder New Paradigm of Treatment. Balboa :


2013
Roach et al. (1991). Development of a shoulder pain and disability index.

Sumber Internet

“Definisi Frozen Shoulder” available at :


https://doktersehat.com/frozen-shoulder-bahu-beku/ (diakses pada tanggal 3 Mei
2019)

“Penyebab Frozen Shoulder” available at :


https://www.klikdokter.com/penyakit/frozen-shoulder (diakses pada tanggal 3
Mei 2019)

“Terapi Latihan” available at :


http://wicaksonoriza.blogspot.com/2016/04/terapi-latihan.html (diakses pada
tanggal 3 Mei 2019)

30

Anda mungkin juga menyukai