DISUSUNOLEH
NURFADIYAH YASIN
PO714241161058
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan
Fungsional Shoulder Et Causa Frozen Shoulder Dextra” Laporan kasus ini
merupakan salah satu dari tugas klinik pada Ruang rehab Medik Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan
informasi mengenani penatalaksaan fisioterapi untuk kasus tersebut.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak / Ibu dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
2. Bapak Abd.Rahman,SKM selaku Clinical Edukator
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
Laporan Kasus ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan
selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.
PENULIS
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................i
Lembar Pengesahan. ...........................................................................................ii
Kata Pengantar. ...................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................Iv
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan. ........................................................................................................25
4
BAB I
PENDAHULUAN
Anggota gerak atas memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam semua
aktifitas. Tangan dan lengan sebagai peran utama, sehingga bila ada gangguan
tentu akan mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia. Kegiatan dasar berupa
gerak adalah kebutuhan dan tuntukan manusia terutama dalam era globalisasi
seperti sekarang. Seluruh aktifitas yang dilakukan sehari-hari banyak bergantung
terutama pada fungsi anggota gerak atas. American Shoulder dan Elbow Surgeons
mendefinisikan frozen shoulder sebagai kondisi etiologi yang ditandai dengan
keterbatasan yang signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang terjadi karena
kerusakan jaringan dalam. Banyak fisioterapis percaya frozen shoulder termasuk
kondisi yang sulit untuk dipecahkan.(Varcin, L: 2013)
Frozen shoulder yang disebut juga adhesive capsulitis adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan kekakuan dan nyeri pada sendi bahu. Keadaan ini
bisa menjadi lebih buruk yang ditandai dengan luas pergerakan bahu yang
berkurang. Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat
trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depression dan Parkinson.
Penderita frozen shoulder 2% adalah orang dewasa. Kebanyakan pada
umur diantara 40 sampai dengan 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan individu
yang menderita penyakit hormon, penyakit immun dan penyakit sistemik.
Klasifikasi adhesive capsulitis terdiri dari primary adhesive capsulitis (idiopatik)
dan secondary adhesive capsulitis yang berhubungan dengan post trauma atau
akibat penyakit tertentu, antara lain penyakit diabetes melitus.
Manajemen fisioterapi pada kasus frozen shoulder adalah tindakan
fisioterapi dalam menangani kasus frozen shoulder, dalam hal ini fisioterapi
berperan cukup penting. Peran ini dimulai dari tahap assessment, melakukan
pemeriksaan, menentukan urutan masalah fisioterapi, menegakkan diagnosa,
menentukan tujuan, melakukan intervensi, dan diakhiri dengan melakukan
5
evaluasi terhadap kasus tersebut. Tujuan penanganan fisioterapi pada kasus
Frozen Shoulder antara lain adalah untuk mengembalikan aktivitas fungsi dan
gerak pada shoulder, dengan mengatasi berbagai macam keluhan yang dirasakan
oleh pasien, seperti nyeri gerak, spasme, maupun keterbatasan lingkup gerak
sendi. Penatalaksanaan fisioterapi yang dapat dilakukan antra lain adalah dengan
menggunakan metode terapi modalitas, terapi manipulasi, dan terapi latihan.
Pemberian intervensi disesuaikan dengan kondisi frozen shoulder pasien masing-
masing.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Anatomi Biomekanik
Anatomi Shoulder
Anatomi Bahu terdiri dari tulang, sendi, ligamen, jaringan otot, dan
biomekanik. Tulang scapula tulang berbentuk pipih yang terletak pada
aspek dorsal thoraks dan mempunyai tiga proyeksi menonjol ke tulang
belakang, akromion, dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat
beberapa otot yang berfungsi menggerakkan bahu secara kompleks.
Empat otot rotator cuff yang berorigo pada scapula (S, Lynn.: 2013). Otot-
otot tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan
subskapularis (K, Stephen: 2015).
a. Clavicula
Tulang berbentuk “S” yang terhubung dengan scapula pada sisi
lateral dan manubrium pada sisi medial. Menahan scapula untuk
mencegah tulang humerus bergeser berlebih.
7
b. Humerus
Pada bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan
medial. Terdiri dari caput humeri yang membuat persendian dengan
rongga glenoidalis scapula. Terdapat tuberositas mayor dibagian luar
dan tuberositas minor dibagian dalam. Diantara keduatuberositas
terdapat sulcus intertubercularis. Pada os humerus juga terdapat
tuberositas deltoid sebagi tempat melekatnya insertio otot deltoid. Pada
bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan medial.
8
Scapulathoracic Articulation Tidak bisa dikatakan murni salah satu
persendian. Scapula dan thorak tidak memiliki titik fiksasi. Scapulathoraci
articulation tidak bergerak namun fleksibel terhadap gerakan tubuh .
9
Gambar 4. Coracohumeral Ligamen
10
Gambar 6. M. Pectoralis Major
b) M. Deltoideus
- Origo : Anterior : Sepertiga antero lateral clavicula. Medial:
Lateral Acromion Posterior: Inferior spina scapula
- Insesio : Tuberositas humerus
- Fungsi: Anterior : Fleksi, abduksi, rotasi internal humerus.
Medial: Abduksi humerus Posterior: Ekstensi, abduksi, rotasi
ekternal humerus
Gambar 7. M. Deltoideus
c) M. Latisimus Dorsi
- Origo : Prosesus spinosus dari T7-L5 via dorsolumbar fascia,
posterior sacrum, illium.
- Insersio : Medial inter tuberositas humerus.
11
- Fungsi : Ekstensi, abduksi, internal rotasi humerus.
d) M. Seratus Anterior
- Origo : Upper costae 1-9
- Insersio : Anterior medial scapula
- Fungsi : Protaksi dan upward scapula.
e) M. Levator Scapula
- Origo : Prosesus tranversus C1-C4
- Insesio : Medial atas spina scapula
- Fungsi : Elevasi
f) M. Subscapularis
- Origo : Fossa subscapularis scapula
- Insersio : Tuberculus humeri.
- Fungsi : Medial rotasi.
12
Biomekanik Shoulder
a. Gerakan arthokinematika
Pada sendi glenohumeral gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-
adduksi terjadi karena rolling dan sliding caput humerus pada fossa
glenoid. Arah slide berlawana arah dengan shaft humerus. Pada
gerakkan fleksi shoulder caput humerus slide ke arah posterior dan
inferior, pada gerakan ekstensi slide ke arah anterior dan superior. (A,
Charles Rockwood:2009).
b. Gerakan osteokinematika
Gerakan fleksi yaitu pada bidang sagital dengan axis pusat
caput humeri. Otot penggerak utama adalah m.deltoid anterior dan m.
Supraspinatus rentang 00-900, untuk rentang 900-1800 dibantu oleh
m. Pectoralis mayor, m. Corachobracialis dan m. Biceps brachii. (A,
Charles Rockwood:2009). Gerakan ekstensi yaitu gerakan pada bidang
sagital menjahui posisi anatomis. Otot penggerak utama adalah m.
Latissimus dorsi dan m. teres mayor. Sedangkan pada gerakan hiper
ekstensi, fungsi m. Teres mayor digantikan m. Deltoid posterior.
Gerakan abduksi yaitu gerakan menjahui midline tubuh. Bergerak pada
bidang frontal. Otot penggerak utama m. Pectoralis mayor dan m.
Latissimus dorsi. (A, Charles Rockwood:2009). Gerakkan adduksi
yaitu gerakkan lengan ke medial mendekati midline tubuh. Otot
penggerak utama m. Pectoralis mayor, m. Teres mayor, m. Latissimus
dorsi. (A, Charles Rockwood:2009). Gerakan rotasi internal dengan
arah gerakan searah axis longitudinal yang mendekati midline tubuh.
Otot penggerak utama m. Subscapularis, m. pectoralis mayor, m. teres
mayor, m. latissimus dorsi, m. Deltoid anterior. (A, Charles
Rockwood:2009). Gerakkan rotasi ekternal adalah gerakan rotasi
lengan searah axis longitudinal yang menjahui midline tubuh. Otot
penggerak utama m. Infraspinatus, m. Teres minor, m. Deltoid
posterior. (A, Charles Rockwood:2009).
13
3. Etiologi
Frozen shoulder terjadi karena jaringan fleksibel yang mengelilingi sendi
bahu (shoulder capsule) menebal dan meradang. Namun penyebab pasti terjadinya
penebalan dan peradangan belum diketahui.
Walau demikian, ada beberapa hal yang diduga dapat menjadi pemicu,
yaitu:
a) Idiopatik (kondisi penyakit yang penyebabnya tidak diketahui).
b) Trauma, misalnya karena pembedahan pada bahu, robekan tendon, atau patah
tulang lengan atas.
c) Imobilisasi, misalnya akibat bekas operasi lama seperti bedah toraks dan
kardiovaskular, atau bedah saraf.
d) Penyakit metabolik/ endokrin, misalnya karena diabetes, penyakit autoimun,
dan penyakit tiroid.
e) Masalah saraf, misalnya karena stroke atau Parkinson’s Disease.
f) Masalah jantung, seperti hipertensi atau iskemia jantung.
g) Obat-obatan, misalnya konsumsi protease inhibitor, anti-retrovirus, imunisasi,
atau florokuinolon.
h) Penyebab lain, misalnya hiperlipidemia (kolesterol tinggi), atau keganasan
sel.
4. Patofisiologi
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh
jaringan fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular
adhesion, penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago.
Berkurangnya cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan
cairan tersebut yang menyebabkan penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat
ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan.
Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff, frkatur atau
kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan
14
akan menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat
menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.
Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium
fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen,
kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada
tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga
terjadi radang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus
menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan
dinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya
terjadi frozen shoulder.
Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting yang juga
dapat menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada kapsul dan ligamen,
kemudian kelenturan jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan.
Semua organ yang disekeliling jaringan lunak, terutama tendon supraspinatus
terlibat dalam perubahan patologi. Fibrotic ligamen coracohumeral cenderung
normal dari tendon bicep caput longum juga rusak (robek). Keterlibatan tendon
bicep berpengaruh secara signifikan dalam penyebaran nyeri ke anterior sendi
glenohumeral yang berhubungan dengan adhesive capsulitis.
15
5. Gambaran Klinis
Ada beberapa gejala yang muncul pada frozen shoulder, seperti:
a) Nyeri bahu, umumnya terjadi saat bahu harus melakukan pergerakan dan
pada masa awal penyakit muncul.
b) Nyeri pada malam hari yang dapat mengganggu kualitas tidur dan
menyulitkan berbaring pada sisi yang sakit.
c) Keterbatasan pergerakan bahu.
16
atau diraba)
Nilai 1 Kontraksi otot dapat terlihat/ teraba tetapi tidak ada
gerakan sendi
Nilai 2 Ada kontraksi otot, dapat menggerakkan sendi secara
penuh, tidak melawan gravitasi
Nilai 3 Kontraksi otot, dapat menggerakkan sendi dengan
penuh dan mampu melawan
Gravitasi
Nilai 4 Kontraksi otot dengan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dengan tahanan
Minimal
Nilai 5 Kontraksi otot dengan gerakkan sendi penuh, mampu
melawan gravitasi dan dengan
tahanan maksimal
FORM PEMERIKSAAN
SHOULDER PAIN AND DISABILITY
INDEX (SPADI)
SKALA NYERI
Seberapa besar nyeri yang anda rasakan ?
0 = Tidak ada nyeri
1 2 3 = Nyeri ringan
4 5 6 = Nyeri sedang
7 8 9 = Nyeri berat
10 = Sangat nyeri, nyeri tak tertahankan
17
1. Saat kondisi paling buruk? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Saat berbaring pada sisi lesi? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Saat meraih sesuatu di tempat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?
4. Saat menyentuh bagian belakang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
leher?
5. Saat mendorong dengan lengan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sisi nyeri?
SKALA DISABILITAS
18
13. Saat mengambil sesuatu dari saku 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
belakang?
Jumlah skor nyeri : 372 / 50 x 100 =
Jumlah skor disabilitas : 18 / 80 x 100 =
Jumlah skor SPADI : Skor nyeri + skor disability / 130 x 100 =
B. Anamnesis Khusus
1. Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kanan, kaku bila di angkat
ke atas
2. Lokasi Nyeri : Bahu sebelah kanan
3. Jenis nyeri : Terlokalisir
4. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pada bulan Agustus 2019, ft mengerjakan
pasien, tiba-tiba pada saat mengerjakan
pasien, pergelangan tangan ft keseleo
dengan mengeluarkan bunyi hingga
menjalar ke bahu kanan.
5. Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan darah : 117 / 72 mmHg
Denyut Nadi : 70x / menit
Pernafasan : 20x / menit
Suhu : 36,5oC
C. Inspeksi/Observasi
1. Statis
Pasien datang dalam keadaan mandiri
20
Bahu pasien tampak simetris
2. Dinamis
Pasien merasakan kesakitan saat mengangkat lengan kanan serta
terdapat keterbatasan ROM
21
karakteristik gerakan. Tes dan pengukuran ROM dilakukan dengan
menggunakan alat instrument yaitu goniometer. Adapun ROM yang dikur
adalah ROM dari setiap gerakan pada regio shoulder dan region elbow
GERAKAN SHOULDER NILAI NORMAL
o o o
EKSTENIS/FLEKSI S = 45 – 0 – 160 S = 50o – 0o – 170o
o o o
ABDUKSI/ADDUKSI F = 100 – 0 – 70 F = 170o – 0o – 75o
o o o
EKSOROTASI/ENDOROTASI R = 60 – 0 – 75 R = 90o – 0o – 80o
22
- Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
- Prosedur Tes : Pasien duduk dengan posisi lengan rileks
disamping badan. Kemudia praktikan meletakkan satu tangan
pada shoulder pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan
tangan yang satunya menyanggah sisi radial lengan bawah pasien
untuk menyiapkan resisten. Praktikan selanjutnya secara pasif
menggerakkan lengan pasien kea rah fleksi elbow 90o. Praktikan
lalu meminta pasien untuk melakukan supinasi lengan bawah
melawan resisten tangan praktikan.
- Positif Tes : Nyeri disertai sublukasi tendon biceps.
- Interpretasi : Nyeri mengindikasi patologi bicipitalis dan
sublukasi tendon biceps dan mengindikasi rupture tendon biceps.
c. Drop Arm Test
- Tujuan : test untuk mengidentifikasi tear pada rotator duff.
- Prosedur Tes : Pasien dengan posisi lengan disamping badan.
Kemudian terapis secara pasif mengabuksian shoulder pasien
sekitar 60o. Praktikan lalu meminta pasien menahan posisi
tersebut. Praktikan selanjutnya memberikan resisten diatas lengan
bawah pasien pada sisi dorsal.
- Positif Tes: Pasien tidak mampu mengontrol lengannya ke bawah
da terjatuh.
- Interpretasi: Positif tes mengindikasi tear pada rotator cuff
F. Diagnosa Fisioterapi
“ Gangguan Fungsional Shoulder Et Causa Frozen Shoulder Dextra”
23
G. Problematik Fisioterapi
PROBLEMATIK
FISIOTERAPI
24
2. MWD
a. Tujuan : Untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mengurangi nyeri.
b. Posisi pasien : berbaring terlentamh di atas bed
c. Posisi fisioterapis : berdiri di samping pasien
d. Teknik : Posisi tidur terlentang kemudian dilakukan pemasangan alat
secara lokal pada bahu pasien
e. Dosis :
F : 3 kali seminggu
I : 49
T : 10-15 cm
T : 10 menit
3. Active Resisted Exercise
a. Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot
b. Posisi pasien : pasien dalam keadaan terlentang
c. Posisi fisioterapi : beridiri di samping bed pasien
d. Teknik : Pasien diminta menggerakkan sendi bahu perlahan
ke segala arah sampai batas toleransi nyeri yang dirasakan pasien.
Terapis memberikan tahanan minimal dengan arah yang berlawanan.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetisi
4. Manual Therapy
1) Distraksi oscilasi
a. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri, untuk menambah ROM
eksternal rotasi, internal rotasi, abduksi dan fleksi.
b. Posisi pasien : Pasien dalam keadaan terlentang dengan abduksi
shoulder
25
c. Posisi fisioterapi : Fisioterapis berdiri di samping pasien,
kedua tangan kanan berada tepat di axila atau bagian proksimal
humerus. Tangan yang akan melakukan mobilisasi hendaknya
ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi dan
lengan bawah pasien berada di antara lengan dan trunk
fisioterapis(dijepit)
d. Teknik : Abduksikan shoulder pasien kemudian eksternal
rotasikan. kedua tangan fisioterapis melakukan distraksi ke arah
lateral-superior lalu diberikan oscillasi pada arah yang sama.
Lakukan secara berulang.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 8 kali repetisi
26
Eksternal rotasi dan internal rotasi : Posisi pasien dan posisi
awal lengan : pasien duduk di atas bed dengan tangan kiri
pasien dalam posisi eksorotasi ke belakang dan tangan kanan
pasien fleksi shoulder 180o. Tangan kiri pasien melakukan
internal rotasi dengan tangan dibelakang punggung memegang
belt, dan tangan kanan memegang ujung belt.
c. Posisi fisioterapi
Abduksi soulder : fisioterapis berada di samping pasien
(sedikit ke samping). tangan kiri fisioterapis berada di scapula
dan tangan kanan berada di caput humeri.
Eksternal rotasi dan internal rotasi : Fisioterapi berdiri di
samping pasien Tangan kanan fisioterapis berada di sisi dalam
elbow dan tangan kiri di axilla.
d. Teknik :
Abduksi soulder : Tangan fisioterapis yang berada di caput
humeri berfungsi untuk menahan belt. Tangan fisioterapis yang
berada di scapula untuk memfiksasi. Fisioterapis menarik belt
sementara pasien diarahkan untuk melakukan abduksi. Bila
abduksi pasien terbatas maka dibantu oleh siku fisioterapis.
Eksternal rotasi dan internal rotasi : Tangan fisioterapis
yang memegang elbow menarik kebawah dan tangan yang
berada di axilla mengfiksasi. Kemudian pasien di arahkan
untuk menarik belt ke atas.
e. Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung dengan pasien
T : 5 kali repetisi
27
Abduksi shoulder
J. Evaluasi Fisioterapi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi, nyeri yang pasien rasakan
mulai berkurang, ROM mulai meningkat, kekuatan otot mulai mulai
meningkat dan kemampuan fungsional sudah ada perubahan lebih baik dari
sebelumnya.
28
BAB IV
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Aras, Djohan. Ahmad, Hasnia. Ahmad, Andy. The New Concept Of Physical
Therapist Test and Measurement: First Edition. Makassar: PhysioCare
Publishing.2016
Sumber Internet
30