OLEH :
MUHAMMAD REZA TARIGAN
NIM. 1911401013
OLEH :
MUHAMMAD REZA TARIGAN
NIM: 1911401013
OLEH:
MUHAMMAD REZA TARIGAN
NIM. 1911401013
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
MUHAMMAD REZA TARIGAN
NIM. 1911401013
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua STIKes Siti Hajar Medan
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 1911401013
Judul karya tulis ilmiah : Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus post op ACL
tulis benar-benar tidak dari duplikasi Sari pustaka sebelumnya atau dari yang lain.
Apabila dalam kenyataan terbukti Sari pustaka hasil dari duplikasi maka Sari
pustaka saya bersedia untuk dibatalkan dan mengajukan Sari pustaka yang baru.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dalam
keadaan sadar serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OP ACL DENGAN
MODALITAS TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL
NERVE STIMULATION DAN
TERAPI LATIHAN
ABSTRAK
Muhammad Reza Tarigan¹, Anggriani²
Latar Belakang : Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan salah satu dari 4
ligament yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pada sendi lutut. Setiap
cdedera pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan pada sendi lutut.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan cedera acl antara lain mulai dari adanya
benturan hingga perubahan posisi yang tidak sempurna saat melakukan suata
gerakan tertentu. Tujuan : Untuk mengetahui penatalaksanaan TENS, dan Terapi
Latihan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan
luas gerak sendi. Hasil : Setelah dilakukan 6 kali terapi pada pasien Post Op Acl
didapatkan hasil sebagai berikut penurunan nyeri diam T1 : 4 menjadi T6 : 2 nyeri
tekan T1 : 8 menjadi T6 : 4 nyeri gerak T1 : 8 menjadi T6 : 4. Peningkatan pada
kekuatan otot fleksi T1 : 3 menjadi. Peningkatan T4 : 4, peningkatan pada
kekuatan otot ekstensi T1 : 3 dan T4 : 4, lingkup gerak sendi pada gerakan fleksi
T1 :60’ menjadi T6 : 90’ gerakan ekstensi T1 :0 dan T6 : 0. Kesimpulan :
Penatalaksanaan TENS dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan luas gerak sendi pada penderita
Post Op ACL.
iv
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OP ACL DENGAN
MODALITAS TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL
NERVE STIMULATION DAN
TERAPI LATIHAN
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Latihan untuk melengkapi tugas akhir pada program pendidikan Diploma III
Selama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak
ini. Oleh karna itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
2. Bapak Ir. Adi Mukhsin selaku Yayasan STIKes Siti Hajar Medan
3. Ibu Maryaningsih, SST.FT, SPd, FTr, M.Kes, selaku Ketua STIKes Siti
Hajar Medan
4. Bapak Wahyu Wijanarko, S.ST. Ftr, M.K.M, selaku Ketua Program Studi
6. Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
7. Khusus untuk Alm. Ayah tercinta Alm. M. Saman Tarigan dan ibunda
tercinta Ratna Wati Barus. Terima kasih atas pengorbanan, kasih sayang,
vi
dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis selama masa pendidikan
Olivia Anggita Barus, Ahmad Farhan Tarigan serta nenek terhebat penulis
9. Kekasih saya Ragil Aulia Ananda yang berjuang dan selalu memotivasi
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga Karya Tulis
Khususnya .
vii
DAFTAR ISI
viii
2.14.2 Terapi Latihan ...................................................................... 32
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GRAFIK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
syarat mutlak yang wajib dimiliki oleh semua orang. Setiap melakukan aktivitas
sehari-hari sebaiknya dilakukan dengan benar dan tidak overuse. Aktivitas yang
dilakukan dengan tidak benar dan overuse beresiko menimbulkan cedera fisik.
meliputi otot, tulang, sendi, tendon, ligamen serta jaringan ikat yang mendukung
pengeluaran dari energi tubuh (WHO, 2020). Secara umum ada 3 macam aktivitas
yaitu : aktivitas fisik harian, latihan fisik dan olahraga. Yang termasuk dengan
aktivitas fisik harian adalah kegiatan sehari-hari seperti jalan kaki dan mengurus
rumah. Sedangkan untuk latihan fisik dan olahraga merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan secara terstruktur dan terencana seperti jogging, push up, sepak
ACL adalah salah satu dari empat ligamen utama di dalam lutut yang
menghubungkan tulang tibia dan femur. Fungsi utama ligamen ini untuk
mencegah tulang tibia bergeser ke arah depan dari tulang femur dan untuk
1
2
mengontrol gerakan rotasi dari lutut. Cedera acl sering terjadi akibat adanya
cedera saat melakukan olahraga, seperti salah mendarat saat melakukan lompatan
atau kontak fisik. Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem otot dan
motorik, Intensitas latihan yang terlalu berat, dan tingkat stress psikologis yang
sedang tinggi. Cedera olahraga yang paling sering terjadi yaitu keseleo, cedera
lutut, cedera ligament, cedera tendon, fraktur dan disklokasi. Bentuk cidera yang
terjadi pada ACL berupa ruptur ACL adalah robeknya atau koyaknya Anterior
Cruciate Ligament yang merupakan bagian dari empat ligamen utama yang
sampai 2015, terdapat kasus pembedahan ACL sebanyak 68,2% terjadi pada laki-
laki dan 31,8% pada wanita. (Zbrojkiewicz, Vertullo, & Grayson, 2018).
terdapat setidaknya 85 kasus cidera, tahun 2010 terdapat 146 dan pada tahun 2011
terdapat 353 kasus. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa terjadi peningkatan
cidera pada setiap tahunnya. Jenis cidera yang terjadi paling sedikit ialah cidera
pada kulit yaitu 7,9% dan kasus cidera yang terbanyak adalah terjadi pada ligamen
Utara pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan, di Kota Medan didapati
kegiatan sehari-hari pada tahun 2018. Prevalensi proporsi bagian tubuh yang
2gerak bawah memiliki tingkat terbanyak jika dibandingkan dengan bagian tubuh
Rekonstruksi ACL adalah salah satu teknik ortopedi yang paling umum
penanganan cedera ACL pada pasien aktif. Autograft yang paling umum
digunakan untuk rekonstruksi ACL adalah tendon patella dan tendon hamstring
2017).
bulan yang terbagi menjadi 4 fase untuk kembali ke aktivitas normal. Kasus
Pada kasus ACL yang menjadi problem fisioterapi antara lain adalah
lututnya. Karena hal tersebut maka linggup gerak sendi lutut akan mengalami
ekstensor akan mengalami kelemahan. Selain itu masalah lainnya yaitu pasien
akan mengalami kesulitan dalam aktivitas jongkok ke berdiri dan kesulitan saat
jalan dalam jarak yang cukup jauh. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
adalah intervensi fisioterapi yang bekerja dengan memblok nyeri di sekitar bagian
elektroda yang ditempelkan pada area nyeri. Arus listrik pada TENS dapat
menstimulus sel neuron sensory dengan diameter luas agar masuk ke dalam
tidak disalurkan ke otak dan nyeri dapat berkurang (Santoso & Lesmana, 2018).
Pemberian terapi latihan dengan mobilisasi patella dan heel slide mampu
meningkatkan LGS karena efek dari latihan mobilisasi patella dan heel slide yang
menyebabkan nyeri berkurang. Saat nyeri dan oedema berkurang makan akan
sendi,meningkatkan massa otot, tonus otot dan menjaga mobilitas sendi dan
untuk meningkatkan ROM lutut pasien pasca rekonstruksi ACL (Fukuda et al.,
2013).
penelitian ini, dapat berguna bagi peneliti, tenaga medis maupun masyarakat
umum.
banyak ketimbang kasus fisioterapi lainnya, karna banyaknya kasus ACL maka
saya mengangkat kasus ini sebagai judul karya ilmiah dan bisa saya evaluasi
1/BB dengan terapi modalitas tens dan terapi latihan selama 6 kali pertemuan
6
b. Apakah Terapi Latihan dapat meningkatkan Luas Gerak Sendi pada kasus
pengurangan nyeri
Seperti halnya anggota gerak atas, anggota gerak bawah dihubungkan oleh
sebuah gelang sendi. Anggota bawah khusus untuk menopang berat badan,
mengatur gaya berat dan berjalan. Persendian atau artikulasi adalah suatu
hubungan antara dua tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus
jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi
dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi
secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh (Quinn, E: 2016).
7
8
konstruksi yang baik, fungsinya sering terganggu bila terjadi gerakan berlebihan
pada lutut. Sendi lutut tersusun atas tulang, otot, ligament, saraf dan meniscus
a. Tulang Pembentuk
Lutut merupakan sendi yang paling kompleks yang terdiri dari 2 sendi
yaitu sendi tibiofemoral dan sendi patellofemoral (Abulhasan J & Grey M, 2017).
Lutut terdiri dari empat tulang yaitu femur (tulang paha), tibia (tulang kering),
patella (tempurung lutut) dan fibula. Permukaan tulang femur, tibia dan patella
ditutupi dengan tipis oleh tulang rawan artikular. Femur adalah tulang terbesar,
terpanjang dan terkuat di bagian lutut. Bagian proksimal femur membentuk bola
dan soket yang akan menyatu dengan panggul, sedangkan bagian distal femur
memiliki dua kondilus yang terdiri dari kondilus medial dan kondilus lateral
Tulang terbesar setelah femur adalah tibia. Tibia juga dikenal sebagai
tulang kering. Tibia berhubungan lansung dari lutut ke sendi pergelangan kaki.
Tiga ligament lutut melekat pada bagian ini diantaranya anterior cruciate
al., 2018).
disepanjang sisi lateral tibia. Ligament kolateral lateral (LCL) adalah ligament
tempurung lutut yang memiliki bentuk datar dan segitiga. Selain melindungi
bagian anterior sendi lutut, fungsi utama patella adalah untuk meningkatkan
Ligamentum kolateral medial (MCL) adalah pita datar jaringan ikat yang
membentang dari epikondilus medial femur ke kondilus medial tibia (Naqvi U &
Sherman Al, 2020) yang berfungsi sebagai stabilisator utama sisi medial lutut
sehingga dapat melindungi dari tekanan valgus dan gaya rotasi Ligamentum
kolateral lateral (LCL) atau disebut juga ligamentum fibula karena membentang
dari epikondilus lateral femur ke kaput fibula (Boro et al, 2016) yang berfungsi
sebagai stabilisator utama untuk aspek lateral lutut sehingga dapat menahan
antara kondilus lateral femur dan area interkondilus anterior pada tibia (Boro et al,
2016) dan berfungsi untuk menahan gerakan tibia ke anterior yang berlebihan dan
kondilus medial femur dan area interkondilus posterior tibia (Boro et al, 2016) dan
berfungsi untuk menahan gerakan tibia ke posterior yang berlebihan dan juga
c. Otot Penyusun
Otot adalah stabilisator sekunder dari sendi lutut. Otot-otot yang termasuk
didalamnya adalah otot yang mengelilingi lutut sampai di pinggul dan otot
gastrocnemius. Meskipun fungsi utama otot adalah menghasilkan gerak, otot juga
otot sehingga otot juga berperan penting dalam propriosepsi lutut. Mayoritas otot
pada lutut adalah monoarticular yang berfungsi hanya pada lutut untuk
Otot penyusun lutut terbagi menjadi 2 grup otot penggerak yaitu grup otot
Grup otot penggerak extensor yaitu grup otot Quadriceps yang meliputi otot
rectus femoris, otot vastus lateralis, otot Vastus medialis, dan otot vastus
intermedius.
Grup otot penggerak flexor yaitu grup otot hamstring meliputi bicep femoris,
bercabang dari 3 saraf utama yaitu saraf ischiadicus, saraf femoral dan saraf
obturatorius. Ketiga saraf ini berasal dari pleksus lumbalis (Jamison D E & Cohen
S P, 2018).
Saraf ischiadicus atau saraf sciatic adalah saraf terbesar dalam tubuh
manusia, berasal dari medulla spinalis L4-S3 yang mempersarafi kulit dan otot
regio cruris dan pedis, otot-otot bagian dorsal regio femoris, serta persendian pada
peroneus communis pada fossa popliteal. Saraf tibialis berada pada aspek
posterior tungkai bawah yang akan bercabang menjadi saraf superomedial (SM)
dan inferomedial (IM) yang akan berjalan ke aspek posterior sendi lutut. Saraf
2018). Saraf saphenous merupakan 10 cabang terbesar dan terpanjang dari saraf
femoralis yang mempersarafi regio cruris bagian medial sampai di 1/3 bagian
distal cruris. Saraf obturatorius dibentuk oleh saraf saraf spinalis L2-L4. Saraf
utama arteri pada sendi lutut adalah arteri femoralis dan arteri poplitea yang akan
inferior, arteri geninkularis lateral inferior, arteri genikularis desendens dan arteri
e. Meniscus
artikular tibia. Pinggirannya tebal dan cembung. Melekat pada bursa. Dalamnya
shockabsorber dan bantalan sendi lutut. Meniscus dapat menahan beban 40-70%
dari beban yang diberikan pada sendi lutut, mempermudah gerakan rotasi, sebagai
rusak dapat menyebabkan sendi lutut menjadi longgar atau tidak stabil, maka lutut
1. Meniscus Medialis
2. Meniscus Lateralis
secara bebas.
Klasifikasi mekanika osteokinematik terdiri atas gerak swing dan spin. Perubahan
sudut pada axis panjang tulang pembentuk disebabkan oleh gerakan ayunan atau
dikenal dengan gerakan swing. Sementara pada gerakan spin tulang pembentuk
akan bergerak namun tidak diikuti oleh perubahan axis mekanik sendi
(Rachmawatietal,2018).
16
serta gerak rotasi apabila bisa dilakukan. Dibagi menjadi 2 bagian pada gerakan
1) Concave (Cekung)
Gerakan gliding dan rolling terjadi searah pada tibia ketika fleksi
mengarah ke depan.
2) Convex (Cembung)
ligamen terkuat yang menjaga stabilitas pada sendi lutut. ACL tersusun atas 10
adalah cedera lutut yang paling sering dialami oleh atlet. Cedera ACL pada
umumnya disebabkan oleh adanya pergerakan pada lutut seperti perubahan arah
gerak, gerakan zig-zag, dan perubahan kecepatan yang mendadak. Sepak bola,
futsal, voli, basket dan olahraga lain seperti ski ataupun beladiri memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya cedera ACL (Zein, 2016). Cedera ACL
yang utama dalam penanganan cedera ACL (Kiapour & Murray, 2016).
17
2.4 Etiologi
Mekanisme yang sangat umum ditemui saat terjadinya rupture ACL adalah
kombinasi dari gerakan berhenti yang terlalu tiba-tiba dari kaki yang disertai
gerakan memutar yang tiba-tiba dari lutut. Saat ACL terrobek, sipenderita
merasakan bahwa lututnya seperti keluar dari persendian dan sering terdengar
suara yang sangat keras. Jika sipenderita mencoba untuk berdiri, biasanya akan
terasa tidak stabil dan akhirnya menyerah. Lutut biasanya menjadi bengkak,
2.5 Epidemiologi
Cedera lutut yang paling sering dijumpai adalah cedera pada ligamen
cruciatum anterior. Hampir 60% cedera olahraga yang terjadi pada tingkat sekolah
menengah merupakan cedera lutut. Lebih dari 50 % pada cedera lutut merupakan
cedera ligamen cruciatum anterior. Cedera ACL yang sering terjadi pada atlet
dalam 100.000 orang per tahunnya (Gans et al., 2018). Rekonstruksi pada ACL
sekitar 200.000 rekonstruksi ACL yang dilakukan pada tiap tahunnya di Amerika
Serikat (Paschos & Howell, 2016). 61% sampai 89% dari atlet yang menjalani
2.6 Patofisiologi
Cedera Ligamen Cruciatum Anterior Cedera ACL dapat terjadi melalui tiga
mekanisme :
Pukulan pada anggota tubuh lain contohnya pada paha dapat menyebabkan
Cedera ACL yang terjadi secara kontak langsung dijumpai pada lutut yang
Cedera ACL yang terjadi tanpa adanya kontak dapat muncul ketika adanya
pada ACL Mekanisme ini bertanggung jawab dalam 70% kerusakan ACL.
Pendaratan setelah meloncat pada olahraga seperti sepak bola, basket dan
futsal termasuk dalam contoh cedera ACL tanpa adanya kontak (Swords,
2018).
19
terjadinya cedera.
Grindem, 2019)
Cedera ACL dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu grade I, grade II dan grade III.
1) Grade I
Pada grade I jaringan pada ligamen teregang namun tidak dijumpai adanya
masih dapat menjaga stabilitasnya dan tidak terasa lemas pada saat
beraktivitas.
2) Grade II
Pada Grade II Jaringan pada ligamen sudah sangat teregang dan terdapat
dan pembengkakan. Pada saat beraktivitas sendi sudah tidak bisa menjaga
20
3) Grade III
Pada Grade III jaringan pada ligamen sudah robek seluruhnya dan terbagi
menjadi dua bagian. Terdapat nyeri tekan dan bisa dijumpai atau bahkan
ligamen dan lutut menjadi tidak stabil serta lemas pada waktu tertentu.
Pada pivot shift test dijumpai hasil yang positif dengan adanya
2016).
2.9 Diagnosis
a. Riwayat Cedera
yaitu terdengar bunyi “pop” atau popping pada saat terjadinya cedera yang
hemartrosis yang terjadi 2 jam setelah cedera dan adanya riwayat cedera
b. Pemeriksaan Fisik
pinggul dan lutut difleksikan masingmasing 45° dan 90°. Sementara kaki
tibial plateau dan melakukan tarikan tegak lurus kearah anterior secara
2018).
2) Lachman test
drawer test dan pivot shift test (Coffey R & Bordoni B, 2020). Menurut
Arnheim dan Brukner lachman tets lebih disukai banyak orang karena
nyeri) pada sudut 90°. Tes ini dilakukan pada pasien dengan posisi tidur
22
eksternal pada tibia kemudian dokter memfiksasi tulang paha bagian distal
ke anterior pada tibia proksimal. Tes ini dianggap positif jika translasi
adalah salah satu pemeriksaan fisik untuk menilai kestabilan lutut dan juga
tibia dan tangan lainnya memegang distal femur dan berikan gaya valgus
kemudian ubah posisi kaki dari ekstensi ke fleksi. Tes positif jika tibia
23
tertarik ke posterior, hal ini terjadi Karena ACL telah robek (Priyonoadi B,
2019).
c. Pemeriksaan Penunjang
gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak yaitu pada
ACL pada atlet usia muda MRI memiliki sensitivitas sebesar 95% dan
untuk cedera ACL yaitu Arthroscopic ACL Double Bundle Reconstruction (Iman
Menurut Paschos dan Howel (2016:399) ada beberapah hal yang perlu
awal rekonstruksi ACL, dan hilangnya kekuatan otot karena otot disekitar
2) Jenis Graft
Paschos dan Howel (2016) menyatakan bahwa ada 3 jenis pergantian graft
A. Natural Graft
I. Autograft
Pada rekonstruksi ACL ada dua jenis autograft yang sering digunakan
untuk pergantian graft yaitu tendon patella (PT) yang sering dikenal
dengan Bone Patellar tendon Bone (BPTB) graft dan tendon hamstring
bagian lutut untuk menggantikan ACL yang rusak. Dalam prosedur ini,
pada lokasi ACL yaitu menyilang pada femur dan tibia (Iman Santoso,
kelebihan pemilihan patellar tendon graft yaitu ligamen ACL akan lebih
II. Allograft
mahal.
III. Xenograft
B. Sintesis graft
tahan karat, nilon, sutra dan beberapa eksperimen untuk ligamen sintesis.
27
C. Engineered graft
kultur dari neoligament dengan sel dan faktor pertumbuhan. Bahan turunan
1) Fase 1
Periode 1-14 hari, tujuan dari fase ini adalah untuk meredakan nyeri pasca
rata. Pada tahap ini saat nyeri dan bengkak mulai berkurang dapat dimulai
2) Fase 2
Periode 2-6 minggu, tujuan dari fase ini adalah mengembalikan fungsional
fase ini pencapaian yang diperlukan adalah range of motion (ROM) penuh
kerusakan graft.
3) Fase 3 (proprioseptif)
Periode 6-12 minggu, tujuan dari fase ini adalah untuk memperbaiki
diri pasien. Masalah yang mungkin terjadi pada fase ini adalah
laxity graft. Pada fase ini masih belum dianjurkan untuk melakukan latihan
dan berenang dapat dilakukan dengan retriksi ringan atau tanpa retriksi.
4) Fase 4
Periode 3-5 bulan, tujuan dari fase ini adalah untuk mempersiapkan pasien
pasien. Masalah yang mungkin terjadi pada fase ini adalah iritabilitas
patellofemoral.
29
5) Fase 5
aman.
2.12 Prognosis
jangka panjang yang mencapai 82-95%. Namun, pasien dengan rupture ACL
a. Impairment
nyeri dilutut bagian kanan, penurunan luas gerak sendi dan penurunan
kekuatan otot.
b. Functional Limitation
nyeri ketika ingin berdiri dari posisi duduk, pasien belum bisa berlari dan
c. Participation Restriction
limitation.
akan terganggu, seorang mahasiswa tidak bisa pergi mengikuti kegiatan baik
yang bekerja dengan memblok nyeri di sekitar bagian cedera menggunakan tenaga
listrik kekuatan rendah yang dialirkan melalui elektroda yang ditempelkan pada
area nyeri. Arus listrik pada TENS dapat menstimulus sel neuron sensory dengan
informasi ke otak sehingga rangsangan nyeri tidak disalurkan ke otak dan nyeri
dilakukan dengan menempelkan panel yang bermuatan positif (+) dan negative (-)
pada arah horizontal dan vertikal dari titik nyeri pada area lutut sehingga kedua
31
elektroda yang dihubungkan pada bagian nyeri akan dialiri implus listrik yang
akan menjalar pada serabut saraf sehingga rangsangan nyeri berkurang (Santoso
2018).
a. Indikasi TENS
1) Osteoarthritis
2) Rheumatoid arthritis
6) Kelumpuhan/kelemahan otot
b. Kontraindikasi TENS
1) Kehamilan
2) Penyakit arteri
3) Pembentukan thrombus
4) Infeksi akut
5) Gangguan sensibilitas
32
gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan dan perbaikan
sendi, melindungi lingkup gerak sendi dan melancarkan aliran darah secara
1) Mobilisasi Patella
2) Heel Slide
b. Strengthening Exercise
2020). Latihan penguatan sangat penting untuk activasi otot pada lutut
yang penting dalam proses kontraksi otot) dan sarkomer sehingga saat
c. Hamstringset Exercise
badan golgi sehingga otot bekerja maksimal saat kontraksi otot sehingga
dengan posisi duduk bersandar dengan posisi tungkai fleksi knee 90 minta
Assesment
diambil setiap dan selama intervensi fisioterapi. Pemeriksaan ini menjadi begitu
penting karena sedikitnya ada 3 alasan pokok, yaitu: (1) Dapat mengidentifikasi
mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pasien dari waktu ke waktu, (3)
3.1.1 Anamnesis
terapis dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya anamnesis terdapat dua cara,
heteroanamnesis dimana terapis bertanya kepada orang tua pasien. Dari hasil
1. Anamnesis Umum:
Pada anamnesis umum ini membuat tentang identitas pasien. Data yang
diperoleh yaitu :
35
36
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Cm : 080830
2. Anamnesis Khusus
a. Keluhan utama : Pasien mengeluh rasa nyeri pada lutut bagian kanan
b. Riwayat penyakit sekarang : pada 5 bulan yang lalu pasien bermain futsal
dan jatuh pada posisi kaki tidak menapak serta lutut menekuk dan disertai
posisi berdiri dan berkurang ketika istirahat atau duduk, hingga px dirujuk
c. Riwayat dahulu :
Hipertensi (-)
Trauma (-)
37
d. Riwayat pribadi :
e. Riwayat keluarga :
3. Anamnesis sistem
1.Kepala dan Leher : px tidak ada keluhan pusing atau kaku pada leher
A. Pemeriksaan Fisik
3.Pernafasan : 25x/Menit
4.Temperatur : 36ºC
6.Berat badan : 60 Kg
7.Golongan darah :A
B. Inspeksi :
1) Statis
2) Dinamis
C. Palpasi :
pada knee pasien mampu digerakkan fleksi dan ekstensi, secara aktif,
pada knee pasien mampu melakukan fleksi dan ekstensi secara pasif tidak
Pada knee pasien mampu digerakkan fleki ekstensi secara aktif melawan
tahanan, tidak full ROM, adanya nyeri pada saat melawan tahanan
mandiri
kesembuhan pasien.
1. Lachman Tes
tibia dengan ibu jari pemeriksa pada tuberculum tibialis dan tangan
lainnya pada paha bawah pasien. Selanjutnya tibia ditarik kedepan dan
titik akhir yang jelas dibandingkan dengan pemerikasaan lutut yang tidak cedera,
sehingga menunjukkan ACL yang robek atau cedera. Lachman test merupakan tes
yang digunakan untuk melihat pergeseran antara tungkai atas dan bawah yang
dengan lutut fleksi 90 derajat. Pemeriksa memegang tibia tepat dibawah lutut,
dengan ibu jari pemeriksa ditempatkan pada kedua sisi tendon patella. Caranya
tibia ditarik kedepan sehingga akan dapat dibandingkan dengan kaki yang
berlawanan atau tidak cedera bahwa akan terjadi translasi dari anterior tibialis.
Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa adanya robekan ACL. Hasilnya (-).
3. Pivot Test
Pivot test dilakukan dengan pasien pada posisi terlentang dan posisi lutut
melenturkan lutut pasien. Sebuah “bunyi” memberiakan gejala yang terjadi pada
bagian tibia yang subluksasi kebagian femur atau tulang paha yang menunjukkan
adanya cedera ACL. Pivot test jarang dilakukan karena memberikan rasa sakit
Nyeri Nilai
Nyeri Diam 4
Nyeri Tekan 8
Nyeri Gerak 8
Keterangan :
Skala nyeri 4-6 : Nyeri sedang seperti kram, kaku, terbakar, ditusuk-tusuk.
Skala nyeri 7-9 : Nyeri berat namun masih dapat dikontrol oleh pasien.
Gerakan Nilai
Flexi knee dx 60
Ekstensi knee dx 0
42
Otot Nilai
Flexor knee dx 3
Ekstensor knee dx 3
Keterangan
Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot
Nilai 1: kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot,
Jongkok ke berdiri 3 3 3
Jalan 6 meter 2 1 2
dengan nilai nyeri ringan, kesulitan dengan nilai agak mudah, dan
aktivitas naik tangga 2 trap terdapat nyeri dengan nilai nyeri ringan, kesulitan
dengan nilai agak mudah, dan ketergantungan dengan nilai tanpa bantuan alat.
Saat aktivitas berjalan 6 meter tidak terdapat nyeri, kesulitan dengan nilai
1) .Tujuan Fisioterapi
- Mengurangi nyeri
2) Tindakan Fisioterapi
a. Teknologi Fisioterapi
1. Teknologi alternative
- IR
-TENS
- SWD
- ULTRASOUND
45
- MASSAGE
- TERAPI LATIHAN
2. Teknologi terpilih
- TENS
- Terapi latihan
b. Evaluasi
frekuensi 200, waktu 15 menit dan atur intensitas sampai merasakan adanya
2) Terapi latihan
a. Heel slide
b. Mobilisasi patella
relaks (tanpa ada rasa nyeri dari pasien), kemudian terapis menggerakkan
dilakukan dalam 3 set dengan 10 repetisi pada setiap set dengan istirahat
3.5 Evaluasi
Jenis nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam 4 4 4 2 2 2
Nyeri tekan 8 8 8 6 4 4
Nyeri gerak 8 8 6 6 6 4
Gerakan T1 T2 T3 T4 T5 T6
Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksor 3 3 3 4 4 4
knee dx
Ekstensor 3 3 3 4 4 4
knee dx
Bentuk Aktivitas T1 T2 T3 T4 T5 T6
Jongkok ke berdiri
1. Nyeri 3 3 3 3 2 2
2. Kesulitan 3 3 2 2 2 1
3. Ketergantungan 3 3 2 2 2 1
Jalan 6 meter
1. Nyeri 2 2 2 2 1 1
2. Kesulitan 1 1 1 1 1 1
3. Ketergantungan 2 2 2 1 1 1
51
1. Nyeri 3 3 2 2 2 2
2. Kesulitan 3 3 2 3 2 1
3. Ketergantungan 3 3 2 2 2 1
Jumlah 23 23 18 18 15 11
3.6 Edukasi
- Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan yang sudah diajarkan oleh terapis.
Pasien yang bernama AFRH berusia 21 tahun dengan diagnose post of acl
dextra dengan problematika fisioterapi yang ditemukan adalah adanya nyeri tekan
dan nyeri gerak pada lutut, adanya penurunan luas gerak sendi, adanya penurunan
tersebut dapat dinilai dari evaluasi awal terapi sampai akhir terapi. Hasilnya dapat
10
6 Diam
4 Tekan
Gerak
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
.
52
53
Pada terapi pertama T1 nyeri diam yaitu 4 kemudian pada T2 nyeri diam
menjadi 4 sampai T6. T1 nyeri gerak yaitu 8 kemudian pada T2 tetap 8 kemudian
yang bekerja dengan memblok nyeri di sekitar bagian cedera menggunakan tenaga
listrik kekuatan rendah yang dialirkan melalui elektroda yang ditempelkan pada
area nyeri. Arus listrik pada TENS dapat menstimulus sel neuron sensory dengan
informasi ke otak sehingga rangsangan nyeri tidak disalurkan ke otak dan nyeri
dilakukan dengan menempelkan panel yang bermuatan positif (+) dan negative (-)
pada arah horizontal dan vertikal dari titik nyeri pada area lutut sehingga kedua
elektroda yang dihubungkan pada bagian nyeri akan dialiri implus listrik yang
akan menjalar pada serabut saraf sehingga rangsangan nyeri berkurang (Santoso
2018).
54
100
80
60
ekstensi
40
Fleksi
20
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Pada terapi pertama LGS ketika flexi yaitu 60, kemudian pada T2 tetap 60
Meningkatnya luas gerak sendi pada knee dari T1 sampai T6, Terapi
sendi dan jaringan lunak sehingga mampu meningkatkan tonus otot dan masa otot
sendi, melindungi lingkup gerak sendi dan melancarkan aliran darah secara
maksimal yang berdampak pada berkurangnya nyeri pada pasien (Pramudiana &
menstabilkan lutut. Selain itu lingkup gerak sendi harus segera di perbaiki dengan
peningkatan lingkup gerak sendi lutut. Terapi latihan dilakukan agar dapat
5
4
3
Flexor
2
Ekstensor
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Pada terapi pertama T1 kekuatan otot ketika flexor ekstensor didapatkan hasil
pada T4 kekuatan otot ketika fleksor ekstensor bertambah dengan nilai yaitu 4
Meningkatnya kekuatan otot pada pasien dari T1 sampai T6, Terapi latihan
Ligament (ACL) secara isometrik dan isotonik melalui kontraksi otot. Latihan ini
melemahnya otot pada sendi lutut terutama pada kelompok otot quadriceps
(Maralisa & Lesmana, 2020). Latihan penguatan sangat penting untuk activasi
otot pada lutut yang lemah paska rekonstruksi ACL. Latihan Strengthening dapat
Bentuk Aktivitas T1 T2 T3 T4 T5 T6
Jongkok ke berdiri
4. Nyeri 3 3 3 3 2 2
5. Kesulitan 3 3 2 2 2 1
6. Ketergantungan 3 3 2 2 2 1
Jalan 6 meter
4. Nyeri 2 2 2 2 1 1
5. Kesulitan 1 1 1 1 1 1
57
6. Ketergantungan 2 2 2 1 1 1
4. Nyeri 3 3 2 2 2 2
5. Kesulitan 3 3 2 3 2 1
6. Ketergantungan 3 3 2 2 2 1
Jumlah 23 23 18 18 15 11
pada pasien. Kemampuan fungsional pada lutut dapat diukur menggunakan skala
jette.
(1) berdiri dari posisi duduk, (2) berjalan 15 meter dan (3) naik tangga 2 trap.
Interpretasi nilai berdasarkan tingkat nyeri dari aktivitas yang dilakukan yaitu: (1)
Tidak nyeri, (2) Nyeri ringan, (3) Nyeri sedang, dan (4) Sangat nyeri. Interpretasi
nilai berdasarkan tingkat kesulitan dari aktivitas yang dilakukan yaitu: (1) Sangat
mudah, (2) Agak mudah, (3) Tidak mudah atau tidak sulit, (4) Agak sulit, dan (5)
aktivitas yang dilakukan yaitu: (1) Tanpa bantuan (2) Butuh bantuan dengan alat,
(3) Butuh bantuan orang, (4) Butuh batuan orang dan alat, dan (5) Tidak dapat
melakukan (Aji,2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
peregangan atau bahkan robeknya ligament ACL.. ACL merupakan salah satu liga
ment pada persendian lutut yang berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut dan
olahraga hight impact pada gerakan sepak bola dengan gerakan berputar atau
pivot dan berbelok tiba-tiba atau lompatan yang menyebabkan tumpuan pada
lutut. Anterior cruciatum ligament (ACL) juga dapat mengalami cidera pada
waktu jatuh dengan posisi tungkai bawah atau tibia terdorong kebelakang
terhadap tulang paha atau femur seperti pada waktu jatuh akibat tekel sepak bola
fisioterapi di Post OF ACL dextra bertujuan untuk (1) mengurangi nyeri (2)
Electrical Nerve Stimulation dan terapi latihan dimulai dari T1-T6 dan sesuai
58
59
5.2 Saran
membutuhkan kerja sama antara terapis dengan keluarga penderita dan bekerja
sama dengan tim medis lainnya, agar tercapai hasil pengobatan yang maksimal.
terapi yang tepat untuk menentukan modalitas fisoiterapi yang tepat dan
efektif bagi penderitac. Bagi dokter / tim medis disarankan, jika ada pasien
kesembuhan pasien.
Abulhasan, J., & Grey, M. (2017). Anatomy and Physiology of Knee Stability.
Journal of Functional Morphology and Kinesiology, 2, 34.
https://doi.org/10.3390/jfmk2040034.
Amin, A. A., Amanati, S., & Novalda, W. (2018). Pengaruh Terapi Latihan,
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan Kinesiology Taping
pada Post Rekontruksi Anterior Cruciatum Ligament. Jurnal Fisioterapi
dan Rehabilitasi, 2(2). DOI: https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.
Andrews, K., Lu, A., Mckean, L., & Ebraheim, N. (2017). Review: Medial
Collateral Ligament Injuries. Journal of orthopaedics, 14(4), 550–554.
https://doi.org/10.1016/j.jor.2017.07.017.
Boro, Zeth, & Cahyani, N. (2016). Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella
Pada Atlet Bulutangkis. Jurnal Olahraga Prestasi, 12(2).
https://doi.org/10.21831/jorpres.v12i2.11876
Chang-Ik Hur, Eun-Kyoo Song and Jong-Keun Seon (2017). Early anterior
cruciate ligament reconstruction can save meniscus without any
complications. Indian Journal of Orthopaedics. 51 (2), 168-173.
Décary, S., Fallaha, M., Belzile, S., Martel-Pelletier, J., Pelletier, J. P., Feldman,
D., Sylvestre, M. P., Vendittoli, P. A., & Desmeules, F. (2018). Clinical
Diagnosis of Partial or Complete Anterior Cruciate Ligament Tears
Using Patients' history Elements and Physical Examination Tests. PloS
one, 13(6), e0198797. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0198797.
Domnick, C., Raschke, M., & Herbort, M. (2016). Biomechanics of the Anterior
Cruciate Ligament: Physiology, Rupture and Reconstruction Techniques.
World Journal of Orthopaedic, 7(2), 82- 93. DOI: 10.5312/wjo.v7.i2.82
Dyah Ayu Woro Setyaningrum, Cedera Olahraga Serta Penyakit Terkait Olahraga
(2019). Jurnal Biomedika Dan Kesehatan. 2(1), 39-44
Fajari, ahmad al, Amanati, S., & Novalanda, W. (2018). Pengaruh Terapi Latihan
, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Dan Kinesiology Taping.
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi. 2 (2), 115-124.
Fukuda, T. Y., Fingerhut, D., Moreira, V. C., Camarini, P. M. F., Scodeller, N. F.,
Duarte, A., Martinelli, M., & Bryk, F. F. (2013). Open kinetic chain
exercises in a restricted range of motion after anterior cruciate ligament
reconstruction: A randomized controlled clinical trial. American Journal
of Sports Medicine, 41(4), 788–794.
https://doi.org/10.1177/0363546513476482
60
Gans et al (2017) Epidemiology of Recurrent Anterior Cruciate Ligament Injuries
in National Collegiate Athletic Association Sports. Orthopedic journal of
sports medicine 6 (6), 2325967118777823.
Haddad, M. A., Budich, J. M., & Eckenrode, B. J. (2016). Conservative
Managemant of An Isolated Grade III Lateral Collateral Ligament Injury
in An Adolescent Multi-Sport Athlete: A Case Report. International
Journal of Sports Physical Therapy, 11(4), 596–606.
Indonesia KKR. (2018) Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018.
http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-
indonesia- dari-riskesdas-2018.html Diakses 23 Agustus 2022
Kiapour, A., & Murray, M. (2014). Basic Science of Anterior Cruciate Ligament
Injury and Repair. Bone & joint research 3(2), 20-31.
Jeffrey D Hassebrock, Matthew T Gulbrandsen, Walker L Asprey, Justin L
Makovicka, Anikar Chhabra, (2020) Knee ligament anatomy and
biomechanics. Sports medicine and arthroscopy review 28 (3), 80-86
Pamela J Lang, Dai Sugimoto, and Lyle J Micheli (2017). Prevention, treatment,
and rehabilitation of anterior cruciate ligament injuries in children open
Access. J Sports Med 8: 133–141. doi: 10.2147/OAJSM.S133940
Paschos N.K & Howell S.M. (2016). Anterior Cruciate Ligament Reconstruction:
Principles of Treatment. EFORT open reviews 1 (11), 398-408.
Pratama, Aditya Denny. (2019). “Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis
Genu di RSPAD Gatot Soebroto.” Jurnal Sosial Humaniora Terapan
1(2), 21-34.
Quinn, . E. (2021) What is Ligament? Journal of the American Academy of
Orthopaedic Surgeons 10,5435
http://sportsmedicine.about.com/od/glossary/g/ligament.htm.
61
Williams, Donna .(2016). Anterior Cruciate Ligament Functional Sports
Asssessment. Jakarta : Erlangga
William E. Prentice. (2001). Rehabilitation Technique For Sports Medicine And
Athletic Training, 4th ed. New York: McGraw Hill Publications.
Rehabilitation of Sports medicine, 185-193.
Zbrojkiewicz, D., Vertullo, C., & Grayson, J. E. (2018). Increasing rates of
anterior cruciate ligament reconstruction in young Australians, 2000-
2015. The Medical Journal of Australia, 208(8), 354–358.
62
RIWAYAT HIDUP
1. DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Reza Tarigan
Tempat /Tanggal Lahir : Lubuk Pakam / 11 Januari 2002
Agama : Islam
Email : ezaachmad7@gmail.com
Alamat : Dusun II Bandar Labuhan
3. RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan TK : TKA- Annisa Aziz Rahim
Pendidikan SD : SD Negeri 101897
Pendidikan SMP : MTS Nurul Ikhwan
Pendidikan SMA : SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
Pendidikan Perguruan Tinggi : STIKes SITI HAJAR MEDAN
(DIII FISIOTERAPI)