Anda di halaman 1dari 91

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

POST OP ACL SINISTRA DENGAN MODALITAS


TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN
DI JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT CLINIC (JOSC)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya


Kesehatan Fisioterapi Program Diploma Tiga
Universitas Respati Yogyakarta

Disusun Oleh :

MESI LIYA QAMARA

18170003

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


PROGRAM DIPLOMA TIGA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


POST OP ACL SINISTRA DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN
DI JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT CLINIC (JOSC)

Proposal Laporan Tugas Akhir ini dipersiapan dan disusun oleh :


Mesi Liya Qamara
18170003

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Laporan Tugas Akhir Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta pada :
Hari : Senin
Tanggal :9
Waktu : 13.00 wib
Tempat : via zoom

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Untung, S.Fis., M.Fis Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis


NIK.451817008 NIK.451818001

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


POST OP ACL SINISTRA DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN
DI JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT CLINIC (JOSC)

Disusun oleh
MESI LIYA QAMARA
18170003

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal


Susunan Dewan Penguji
Penguji I
Nama : Muhammad Untung , S.Fis., M.Fis
NIK : 451817008 (..................................)

Penguji II
Nama : Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis
NIK : 451818001 (..................................)

Penguji III
Nama : Sri Wulandari, S.SiT., M.Kes
NIK : 460707002 (...................................)

Mengetahui
Ketua Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga

dr. J. Nugrahaningtyas W.Utami., M.Kes


NIK. 450714002

iii
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Mesi Liya Qamara
NIM : 18170003
Program Studi : Fisioterapi Program Diploma Tiga
Judul Kasus :PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA KASUS POST OP ACL SINISTRA DENGAN
MODALITAS TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN DI JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT
CLINIC (JOSC)
Diajukan untuk diuji pada hari dan tanggal :
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam Laporan
Tugas Akhir ini:
1) Tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya
ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari
penulis lain, yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri.
2) Tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau
saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada
penulis aslinya.
3) Tidak terdapat proses rekayasa data dan atau melakukan perubahan data
dan Laporan lain yang diakui sebagai data hasil Laporan Tugas Akhir
saya.
Apabila dikemudian hari, terbukti bahwa saya melakukan plagiat pada
naskah ini baik sengaja maupun tidak, saya menyatakan Laporan Tugas
akhir yang telah saya ajukan sebagai hasil karya saya dan berarti gelar dan
ijazah yang telah diberikan oleh Universitas Respati Yogyakarta
dinyatakan BATAL dan segala konsekuensi hukum yang ada melekat
pada saya dan menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 28 Juli 2021

Mesi Liya Qamara

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan limpahan nikmat kesehatan serta umur panjang, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kasus Post Op ACL Sinistra Dengan Modalitas Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) Dan Terapi Latihan Di Jogja Orthopaedic
Sport Clinic (JOSC)” ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. Santoso MS. Sp. Ok, selaku Rektor Universitas Respati
Yogyakarta.
2. Wahyu Rochdiat M, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J. selaku Dekan fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.
3. dr. J. Nugrahaningtyas WU., M.Kes selaku Ketua Program Studi
Fisioterapi Diploma Tiga Universitas Respati Yogyakarta
4. Muhammad Untung, S.Fis., M.Fis selaku Sosen Pembimbing I, dan
Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis selaku Dosen Pembimbing II saya,
terima kasih telah menyempatkan waktunya selama ini untuk berdiskusi
serta memberikan masukan, kritik dan saran dalam proses pembuatan
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.
6. Kedua Orang Tua yang tercinta, Bapak dan Ibu saya ucapkan terima kasih
yang tak terhingga atas cinta, kasih sayang, doa, nasihat terbaik, serta
kesabaran yang luar biasa dalam setiap langkah hidup saya, untukmu
bapak yang tidak pernah lelah memberikan yang terbaik buat saya,
sehingga saya bisa sampai pada tahap ini, semua yang kalian berikan
merupakan anugerah terbesar dalam hidup saya. Untuk mas Arditya

v
Yustiansyah Saputra terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan,
serta penyemangat dan penghibur dikala letih dalam menyelesaikan LTA.
7. Sahabat saya, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama
menempuh masa perkuliahan ini, selalu memberikan motivasi serta
semangat untuk saya sehingga saya bisa menyelesaikan LTA ini.
8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu yang telah
memberikan doa dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan LTA
ini. Saya ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan
dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata saya selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb

Yogyakarta, 28 Juli 2021

Penulis

vi
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
POST OP ACL SINISTRA DENGAN MODALITAS
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN
DI JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT CLINIC (JOSC)

Mesi Liya Qamara¹, Muhammad Untung², Khairul Imam³


Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Jl. Raya Tajem Km 1,5 Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta
Email : mesiliya85@gmail.com

INTISARI
Latar Belakang : Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera yang
terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, perubahan arah
gerak dan perubahan kecepatan yang mendadak. Problematika fisioterapi pada
kasus Post Op ACL yaitu adanya Oedem, penurunan lingkup gerak sendi dan
penurunan kekuatan otot. Modalitas yang digunakan untuk menangani kasus Post
Op ACL Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan
dalam mengurangi oedem, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup
gerak sendi.
Tujuan : Untuk mengetahui efektifitas pemberian Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan pada kasus Post Op ACL dalam
mengurangi Oedem, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak
sendi.
Hasil : Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hasil penurunan
oedem T0 : 43 cm, 42,5 cm, 40,5 cm, 36,5 cm, 36 cm, 37 cm menjadi T6 : 40,8
cm, 40 cm, 38,5 cm, 36,5 cm, 34 cm, 34,3. Pada peningkatan kekuatan otot
didapatkan pada Fleksor T0 : 2 menjadi T6 : 4, pada Ekstensor T0 : 2 tetap
menjadi 4. Pada peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS) didapatkan hasil Fleksi
T0 : 200 menjadi T6 : 750.
Kesimpulan : Pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
dan Terapi Latihan dapat mengurangi Oedem, meningkatkan kekuatan otot dan
meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS).
Kata Kunci : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), Terapi
Latihan, Oedem, Kekuatan Otot Lingkup Gerak Sendi (LGS).

Keterangan :
1. Mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Program Diploma Tiga
2. Dosen Program Studi Fisioterapi, Program Diploma Tiga
3. Dosen Program Studi Fisioterapi, Program Diploma Tiga

vii
PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT OF LEFT ACL POST OP CASE WITH
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) AND EXERCISE THERAPY
MODALITIES
AT JOGJA ORTHOPAEDIC SPORT CLINIC (JOSC)

Mesi Liya Qamara¹, Muhammad Untung², Khairul Imam³


Physiotherapy Study Program Diploma Three Program
Faculty of Health Sciences, University Of Respati Yogyakarta
Jl. Raya Tajem Km 1.5 Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta
Email : mesiliya85@gmail.com

ABSTRACT

Background: Anterior Cruciate Ligament (ACL) injuries are injuries that occur
in sports that involve zigzag movements, changes in direction of motion and
sudden changes in speed. The problems of physiotherapy in Post Op ACL cases
are the presence of edema, a decrease in the range of motion of the joints and a
decrease in muscle strength. The modalities used to treat cases of Post Op ACL
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) and Exercise Therapy in
reducing edema, increasing muscle strength and increasing joint range of motion.
Objective: To determine the effectiveness of Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) and Exercise Therapy in Post Op ACL cases in reducing
edema, increasing muscle strength and increasing joint range of motion.
Results: After 6 times of therapy, the results showed a decrease in edema T0: 43
cm, 42.5 cm, 40.5 cm, 36.5 cm, 36 cm, 37 cm to T6: 40.8 cm, 40 cm, 38, 5 cm,
36.5 cm, 34 cm, 34.3. In the increase in muscle strength, the Flexor T0: 2 becomes
T6: 4, on the Extensor T0: 2 it remains 4. In the increase in the Joint Scope of
Motion (LGS) the results are Flexion T0: 200 to T6: 750.
Conclusion: Administration of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) and Exercise Therapy can reduce edema, increase muscle strength and
increase the scope of joint motion (LGS).
Keywords: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Exercise
Therapy, Edema, Muscle Strength, Scope of Motion (LGS).

Information :
1. Students Of Physiotherapy Study Program, Diploma Three Program
2. Lecturer In Physiotherapy, Diploma Three Program
3. Lecturer In Physiotherapy, Diploma Three Program

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAN TIDAK PLAGIAT...............................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
INTISARI.............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Laporan Tugas Akhir......................................................................4
D. Manfaat Laporan Tugas Akhir....................................................................4
E. Keaslian Laporan Tugas Akhir...................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus..........................................................................................8
B. Anatomi Fungsional..................................................................................11
C. Tinjauan Proses Fisioterapi.......................................................................19
1. Pengkajian..........................................................................................19
2. Diagnosa Fisioterapi...........................................................................24
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi.........................................................25
4. Perencanaan Fisioterapi.....................................................................28
5. Penatalaksanaan Fisioterapi...............................................................28
6. Evaluasi..............................................................................................33
7. Edukasi...............................................................................................34

ix
BAB III TINJAUAN PROSES FISIOTERAPI
A. Metode Pengambilan Data.........................................................................35
B. Pengkajian..................................................................................................35
C. Diagnosa Fisioterapi...................................................................................39
D. Teknologi Intervensi Fisioterapi................................................................40
E. Perencanaan Fisioterapi.............................................................................40
F. Penatalaksanaan Fisioterapi.......................................................................40
G. Evaluasi......................................................................................................43
H. Edukasi.......................................................................................................45
I. Hasil Akhir Fisioterapi...............................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Proses Fisioterapi..............................................................................47
B. Pembahasan................................................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.................................................................................................52
B. Saran...........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................5
Tabel 2.1 Nilai MMT.............................................................................................24
Tabel 3.1 Anamnesis Sistem..................................................................................37
Tabel 3.2 Gerak Aktif.............................................................................................38
Tabel 3.3 Gerak Pasif.............................................................................................38
Tabel 3.4 Gerak Isometrik......................................................................................38
Tabel 3.5 Pemeriksaan Oedem...............................................................................39
Tabel 3.6 Pemeriksaan MMT.................................................................................39
Tabel 3.7 Evaluasi Pengukuran Oedem dengan Midline........................................44
Tabel 3.8 Evaluasi Peningkatan Kekuatan Otot dengan MMT..............................44
Tabel 3.9 Evaluasi Pengukuran LGS dengan Goniometer.....................................44
Tabel 3.10 Evaluasi Pemeriksaan Oedem dengan Midline....................................45
Tabel 3.11 Evaluasi Pemeriksaan Kekuatan Otot dengan MMT...........................45
Tabel 3.12 Evaluasi Pemeriksaan LGS dengan Goniometer.................................45

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Lutut....................................................................................11
Gambar 2.2 Tulang Penyusun................................................................................12
Gambar 2.3 Otot Fleksor Lutut..............................................................................13
Gambar 2.4 Otot Ekstensor Lutut..........................................................................15
Gambar 2.5 Ligamen Sendi Lutut .........................................................................16
Gambar 2.6 AM dan PL Dari ACL........................................................................18

Gambar 3.1 Heel Slide...........................................................................................30

Gambar 3.2 Quandricep Isometric.........................................................................31

Gambar 3.3 Hamstring Isometric...........................................................................32

Gambar 3.4 Prone Hang........................................................................................32

Gambar 3.5 Patella Mobility..................................................................................33

xii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Hasil Penurunan Oedem....................................................................47


Diagram 4.2 Hasil Peningkatan Manual Muscle Testing.......................................48
Diagram 4.3 Hasil Peningkatan Lingkup Gerak Sendi..........................................48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat ijin Penelitian dari Kampus


2. Surat Ijin dari Lahan
3. Surat Pernyataan Sudah Melakukan Penelitian
4. Status Klinis
5. Dokumentasi Pengambilan Data

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ACL : Anterior Craciatum Ligament


BB : Berat badan
DN : Denyut Nadi/Hate Rate
JOSC : Jogja Orthopaedic Sport Clinic
LGS : Lingkup Gerak Sendi
MMT : Manual Muscle Testing
ROM : Range Of Motion
RR : Pernafasan/Respiratory Rate
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
ST : Suhu Tubuh/Temperature
TB : Tinggi badan
TD : Tekanan Darah/Blood Pressure
TENS : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
VAS : Visual Analog Scale

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan ligamen yang terdapat
pada sendi lutut yang berfungsi sebagai stabilitator yang mencegah
pergeseran ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur
yang stabil, atau mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang
femur terhadap tulang tibia yang stabil (Zein, 2013).
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera lutut
tersering yang dialami atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang
melibatkan gerakan-gerakan zig-zag. Perubahan arah gerak, dan perubahan
kecepatan yang mendadak (akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola, basket,
bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi adalah non-kontak
dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran). Situasi ini sering
terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika mendarat.
Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, tertama trauma langsung
pada lutut dengan arah gaya dari samping (Paletta, 2013).
Prevalensi kejadian cedera ACL setiap tahun di Amerika Serikat
terjadi 250.000 cedera ACL atau sekitar 1 dari 3000 populasi (Adams,
2012). Di Indonesia selama tahun 2015, Rumah Sakit Olahraga Nasional
(RSON) menjadi tim medis pada penyelenggaraan lima kompetisi olahraga
yaitu Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Karate dan Taekwondo. Jenjang
kompetisi adalah nasional dan internasional. Jumlah keseluruhan peserta
1390, yang cedera 87 orang. Angka kejadian cedera rata-rata 6,3 %,
terendah Sepeda Gunung (3%) dan tertinggi Karate (7,1%). Tidak
didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh. Cedera
ringan terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan berat
hanya terjadi pada Taekwondo dan Karate. Jumlah 3 cedera berat 8 kasus

1
2

(0,6 %), cedera sedang 45 kasus (3,2 %) sedangkan cedera ringan 34


kasus (2,5%) (Supartono, 2016).
Rupture adalah suatu peristiwa dimana rusaknya atau robeknya suatu
jaringan. Contohnya seperti rupture ACL yaitu robeknya salah satu
ligament pada bagian anterior yang berada di lutut (Iman Santoso, et al.
2018). Cedera ACL mengakibatkan perubahan kinematika pada lutut dan
tidak memiliki zat-zat penyembuh luka, jika terjadi rupture ACL maka akan
sulit sembuh dengan sendirinya (Brukner & Khan, 2011).
Pada saat pasca rekonstruksi ACL, permasalahan yang sering timbul
dan dikeluhkan pasien ACL ialah adanya nyeri, gangguan gerak dan fungsi,
mengalami atrophy dan kelemahan otot, gangguan pola jalan, dan hambatan
fungsi sendi lutut lainnya. Setelah operasi dibutuhkan penanganan dengan
fisioterapi. Pelaksanaan fisioterapi dalam penanganan cedera lutut pada
pasien pasca rekonstruksi ACL bertujuan untuk mengurangi nyeri dan
bengkak, mencegah atrophy otot, mengembalikan dan meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan stabilisasi lutut, dan memulihkan keyakinan
pasien yang mengalami cedera ACL. Ketika mengalami cedera rupture pada
ACL, maka otot yang berkaitan dengan sendi lutut akan melemah karena
akibat dari operasi, seperti otot quadriceps. Otot quadriceps sangat penting
untuk mengontrol anggota tubuh selama aktivitas dinamis dan kelemahan
otot quadriceps bisa mengubah gerakan. Untuk mempersiapkan pasien
secara optimal untuk kembali ke kegiatan penuh, maka dari itu fungsi otot
quadriceps harus dipulihkan. Otot quadriceps dan atrophy terjadi mengikuti
immobilisasi lutut. Aktivasi otot quadriceps adalah konsekuensi umum dari
cedera dan rekonstruksi pada rupture ACL (Abbey, et al. 2017).
Otot quadriceps dan otot hamstring juga mengalami kelemahan pasca
cedera dan rekonstruksi akibat ACL. Namun, kelemahan otot setelah
rekonstruksi ACL tampaknya lebih bermasalah pada otot quadriceps
daripada otot hamstring (Abbey, 2010).
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah modalitas
fisioterapi yang menghasilkan arus listrik dengan frekuensi rendah yang
3

digunakan untuk menghasilkan kontraksi otot atau modifikasi impuls nyei


melalui efek-efek saraf sensorik. Rangsangan pada serabut saraf sensorik
yang bermyelin tebal akan menghasilkan efek inhibisi atau blocking
terhadap aktivitas serabut saraf bermyelin tipis atau tidak bermyelin yang
membawa impuls nyeri, sehingga informasinya nyeri tidak sampai di saraf
pusat (Pranata, 2016).
Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi
yang pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara
aktif maupun pasif untuk mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah
timbulnya komplikasi, mengurangi nyeri dan bengkak serta melatih aktivitas
fungsional akibat operasi (Damping, 2012).
Klinik JOSC adalah sebuah layanan kesehatan fisioterapi
Neuromuskuloskeletal. Layanan fisioterapi yang akan dijadikan lokasi
penelitian memiliki kasus POST OP ACL dan juga memiliki fasilitas alat
fisioterapi yang menunjang modalitas dalam penelitian. Mayoritas
masyarakat yang datang di lokasi penelitian adalah masyarakat yang
memiliki hobi berolahraga. Masyarakat dalam melakukan hobi berolahraga
belum terlalu memahami tentang pentingnya Streatching yang baik
sehingga rawan untuk terjadi cidera. Dalam aktivitas berolahraga banyaknya
gerakan yang tidak sesuai ergonomi adalah saat melakukan gerakan
melompat salah menumpu. Cidera yang mungkin terjadi adalah cedera
ACL.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui lebih
dalam mengenain kasus Post Op ACL dan bagaimana penatalaksanaan pada
kasus tersebut menggunakan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan dalam penurunan oedem ,
peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak sendi dan
peningkatan kemampuan fungsional. Sehingga penulis memutuskan
membuat Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kasus Post Op ACL Dengan Menggunakan Modalitas
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Dan Terapi Latihan”.
4

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Terapi latihan dapat mengurangi oedem pada kasus Post Op


ACL?
2. Apakah TENS dan Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot
pada Post Op ACL?
3. Apakah Terapi latihan dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pada
kasus Post Op ACL ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada Post Op ACL
dengan modalitas TENS dan Terapi Latihan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas
Terapi Latihan pada kasus Post Op ACL untuk mengurangi oedem.
b. Mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas
TENS dan Terapi Latihan pada kasus Post Op ACL untuk
meningkatkan kekuatan otot.
c. Mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas
Terapi Latihan pada kasus Post Op ACL untuk meningkatkan lingkup
gerak sendi.
D. Manfaat
Manfaat dari proposal laporan tugas akhir ini adalah :
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Post Op ACL.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Post OP ACL.
3. Bagi Lahan Praktik
Untuk menambah referensi bagi lahan praktik dalam penatalaksaan
fisioterapi pada kasus Post Op ACL.
5

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penulis Modalitas Hasil/keterangan Perbedaan


1 Upaya Pemulihan Fakhrudin TENS, US Berdasarkan hasil penelitian dari Perbedaan
Pasca
Agil Dan siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, peneliti modalitas pada
Rekonstruksi
Anterior Syafa’at & Exercise menyimpulkan bahwa upaya Peneliti yaitu
Cruciate
Elfia Therapy pemulihan pasien pasca rekonstruksi TENS,US dan
Ligament (ACL)
Dengan Latihan Rosyida/ . ACL dengan latihan beban dapat Exercise Therapy.
Beban.
2020. meningkatkan kemampuan pasien Sedangkan Penulis
untuk kembali beraktivitas olahraga menggunakan
dan dengan metode latihan beban modalitas TENS
dapat mengurangi tingkat kenyerian dan Terapi Latihan.
serta meningkatkan ruang lingkup
gerak sendi atau ROM pada pasien
setelah mengalami rekonstruksi ACL.
6

2. Penatalaksanaan Iman TENS, US, Setelah melakukan terapi Modalitas yang


Fisioterapi Pada Santoso, dengan modalitas listrik
ROM digunakan oleh
Post Op Rekonstruksi Ikke Dwi TENS, US, terapi latihan
Anterior Kartika Exercices, berupa ROM exercices, peneliti dan penulis
Cruciate Ligament Sari, Mita Stretching PNF dengan
Stretching yaitu TENS dan
Sinistra Grade III Noviana, hold relax,
Akibat Ruptur Riza Pahlawi Hold Relax, strengthening serta ankle Terapi Latihan.
Di RSPAD Gatot / 2018. pumping sejak 10 Februari
Strengtheni
Soebroto. 2016 hingga 22 Februari
ng dan 2016, terdapat perubahan
pada penurunan nilai VAS
Ankle
pada nyeri gerak fleksi dan
Pumping. ekstensi knee sinistra,
peningkatan kekuatan otot,
berkurangnya spasme pada
otot hamstring dan
gastrocnemius knee
sinistra, serta lingkup gerak
sendi bertambah.
7

3. Penatalaksanaan Darmadi IR, Terapi Setelah dilakukan terapi selama 6 kali Perbedaan
Fisioterapi pada Post
/ 2015. Latihan dan didapatkan hasil adanya perubahan pada Modalitas pada
Repaired Anterior
Crusiatum Hold Relax. derajat nyeri saat diam dari T0 = 2 peneliti yaitu IR,
Ligament Sinistra Di
menjadi T6 Terapi Latihan dan
RSAL Ramelan
Surabaya. = 0, nyeri tekan T0 = 4 menjadi T6 = 2, Hold Relax.
nyeri gerak T0 = 5 menjadi T6 = 3, nyeri Sedangkan Penulis
gerak T0 = 6 menjadi T6 = 2. Ada menggunakan
peningkatan kekuatan otot dari T0 = 3 TENS dan Terapi
menjadi T6 = 4. Pada pemeriksaan LGS Latihan.
trunk didapatkan hasil adanya
peningkatan LGS saat gerak aktif T0 =
1100 cm menjadi T6 = 1150 cm, gerak
pasif T0
= 1150 cm menjadi T6 = 1200.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus
1. Definisi

Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari 4


ligamen utama yang menstabilisasi sendi lutu. Ligamen ini terdiri dari
jaringan fibrosa yang menyerupai ambang yang berkoneksi dengan
tulang di persendian. ACL mencegah tulang bagian bawah (tibia) dari
pergeseran yang berlebihan dan menstabilisasi lutut untuk melakukan
bebagai aktivitas (Sean, 2010).
Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang
menyebabkak sendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia
bergeser secara bebas. Ruptur ACL sering juga terjadi pada aktivitas
berolahraga seperti sepak bola, futsal, voli, bulu tangkis, bola basket
dan olahraga lain seperti beladiri (Sean, 2010).
2. Etiologi
Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang
disebabkan karena trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun
komplit. Ruptur Anterior Cruciate Ligament dapat digolongkan
menjadi (Prentice, 2016).
a. Derajat I Serat dari ligamen yang meregang tetapi tidak
robek ada pembengkakan sedikit dan nyeri ringan. Tidak
meningkatkan kelemahan dan ada end feel.
b. Derajat II Serat ligamen yang robek sebagian atau robek
lengkap dengan perdarahan. Ada pembengkakan yang
moderat dengan beberapa hilangnya fungsi. Sendi
mungkin merasa tidak stabil selama aktivitas. Nyeri dan

8
9

c. sakit meningkat dengan Lachman dan anterior drawer


stress test.
d. Derajat III Serat-serat ligamen benar-benar robek
(ruptured). Ligamen telah robek sepenuhnya menjadi dua
bagian. Ada kelembutan tetapi tidak banyak rasa sakit
terutama bila dibandingkan keseriusan cedera. Mungkin
ada pembengkakan sedikit atau banyak pembengkakan.
Ligamen tidak dapat mengendalikan gerakan lutut. Lutut
terasa tidak stabil.
3. Patofisiologi

ACL mencegah translasi anterior tibia tehadap femur dan


berfungsi untuk meminimalisasi rotasi tibia. Fungsi sekunder ACL
adalah untuk mencegah posisi valgus dan falrus pada lutut, terutama
saat ekstensi. Cedera ACL menyebabkan perubahan kinematika lutut.
Terkait dengan patologi yang terjadi, penundaan rekontruksi ACL
dapat mengakibatkan terjadinya Osteoarthitis. Sekitar 15% dari kasus
rupture ACL menjalani Total Knee Replacement (TKR) (Maguire et
al., 2012).
ACL menerima suplai darah dari arteri middle genuelate,
sehingga jika terjadi rupture ACL akan terjadi haemoarthrosis.
Namun, meskipun lokasinya intra-artikular, ACL adalah Ektrasinovial
karena tidak memiliki zat-zat penyembuh luka, maka jika terjadi
ruptur ACL akan sulit sembuh dengan sendirinya (Brukner & Khan,
2011).
Menurut Zein (2013), cedera ACL adalah cedera lutut yang
sering dialami oleh atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga
yang melibatkan gerakan zig-zag, perubahan arah gerak, dan
perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi/deselarasi) seperti
pada olahraga sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas
cedera yang terjadi adalah non-kontak dnegan mekanisme valgus lutut
dan twisting (puntiran).
10

Menurut Micheo, et al. (2010), menyatakan bahwa mekanisme


cedera ACL paling umum terjadi karena cedera non kontak yang
terjadi di atas 70% kasus, terutama pada perempuan. Persentase
spesifikasi cedera yang terjadi yaitu 35% deselarasi, 31 % pendaratan,
13% akselerasi, dan 45 jatuh ke belakang merupakan mekanisme
cedera non kontak. Sedangkan mekanisme cedera kontak (traumatik)
yang biasanya berhubungan dengan stres valgus dengan presentase
28%. Namun cedera ACL dapat terjadi dengan cedera meniscal dan
medial collateral.
4. Patologi

Menurut Santoso, et al. (2018), fase rehabilitasi cedera dapat


dimulai sehari setelah operasi, fase rehabilitasi cedera dapat dibagi
menjadi 4 fase yaitu sebagai berikut:
a. Fase I
Fase ini dapat dimulai setelah operasi dan berlanjut selama 2-4
minggu pasca operasi rekonstruksi. Pada fase ini terdapat gejala
inflamasi yang dapat dilihat seperti bengkak, merah, panas, nyeri,
dan ganguan fungsi. Fokus yang dituju pada fase ini yaitu untuk
managemen nyeri, namun terdapat tujuan lain yang dilakukan
seperti penurunan bengkak dan peningkatan ROM.
b. Fase II
Fase 2 dimulai pada 2-6 minggu setelah operasi. Biasanya akan
menghabiskan waktu 3-5 minggu untuk mencapai tujuan dari fase
ini. Pada fase 9 ini terdapat banyak perubahan yang terjadi pada
lutut, dimana bengkak sudah mulai berkurang, peningkatan lingkup
gerak sendi (ROM), nyeri berkurang, peningkatan kekuatan otot.
Tujuan dari fase ini yaitu mengembalikan ROM.
c. Fase III
Fase 3 dimulai setelah fase 2 sudah mencapai tujuan yang harus
dipenuhi. Rata-rata pada fase ini memerlukan waktu 6-8 minggu.
d. Fase IV
11

Pada fase 4 ini dimulai setelah fase 3 sudah terpenuhi tujuan yang
harus dicapai. Fase ini akan dimulai pada 12 – 16 minggu setelah
operasi.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Wiratna (2018), penderita paska ruptur ACL kan di
temui berbagai tanda dan gejala yaitu pasien nyeri di bagian luar dan
belakang lutut, heaemo arthrosis yang disebabkan dari peradangan
ligament, dan yang paling sering adalah suara “pop” dari lutut terasa
longgar/tidak stabil

B. Anatomi Fungsional
1. Anatomi lutut yang terlibat dalam kasus Post Op ACL
a. Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang yang terberat dan terpanjang.
Panjangnya kirakira seperempat sampai sepertiga panjang badan. Pada
sikap berdiri femur menyalurkan berat badan dari panggul ke tibia.
Femur terdiri dari sebuah batang tulang dan dua ujung, atas, dan
bawah. Pada ujung atas terdapat kepala, leher dan dua trokanter,
mayor dan minor. Pada ujung bawah terdapat dua kondilus yang
melengkung bagai spiral kondilus medial dan lateral.

Gambar 2.1 Anatomi Lutut (Sobotta, 2013)


12

b. Patela
Patela atau tempurung lutut adalah tulang sesamoid bentuk segitiga
berdiameter sekitar 5 cm yang tertanam dalam tendon insersi
m.quadriceps femoris. Bila otot ini lemas, patela dapat digerakan
kekiri dan kanan dan sedikit keatas dan kebawah. Patela mempunyai
dua permukaan, anterior, dan artikuler; punya tiga tepi, superior,
medial, dan lateral.

Gambar 2.2 Tulang Penyusun (Lippert, 2011)

c. Tibia

Tibia atau tulang kering merupakan tulang terpanjang dan terberat


setelah femur. Letaknya pada bagian medial tungkai bawah. Pada
sikap berdiri tulang ini menyalurkan beban dari femur ke tumit dan
kaki. Permukaan anterior tibia merupakan tempat menempelnya
ligamen patella.
d. Fibula
Fibula terletak di sebelah lateral tungkai bawah, kira-kira sejajar
dengan tibia. Panjangnya hampir sama dengan tibia, dan sangat
ramping. Kedua ujungnya agak melebar. Fibula membentuk sendi
sinovial dengan tibia diatas dan dengan talus dibawah. Bagian
tengahnya dihubungkan dengan tibia oleh membran interoseus.
Tulang ini tidak menanggung berat badan, karena bagian tengahnya
terbungkus otot, hanya teraba di kedua ujungnya. otot penyusun,
13

dalam sendi lutut terdapat dua gerakan utama, yaitu fleksi dan
ekstensi. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan
kelompok otot sekitar sendi lutut.
Berikut ini adalah kelompok otot yang membantu pergerakan fleksi
dan ekstensi lutut:
2. Fleksor lutut
Kelompok otot fleksor lutut adalah hamstring yang terdiri dari biceps
femoris, semitendinosus, semimebranosus. Selain itu juga dibantu otot-
otot gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus dan plantaris (Marieb
EN, et al. 2012).

Gambar 2.3 Otot Fleksor lutut (Sobotta, 2013)


a. M.Biceps Femoris (Caput Brevis)
Origo : Linea Aspera Femur
Insersio : Permukaan lateral caput fibula
Fungsi : Fleksi knee, rotasi tibia ke arah lateral (eksorotasi), ekstensi
hip
Inervasi : N.Ischiadicus (L5, S1, S2).
b. M.Semitendinosus
Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan
semitendinosus dan biceps femoris
Insersio : Permukaan medial dari superior tibia melalui tendon pes
anserinus
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi)
Inervasi : Nervus tibial (L5-S2).
c. M.Semimembranosus
14

Origo : Tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar dengan


semitendinosus dan biceps femoris.
Insersio : Permukaan posterior medial condylus tibia.
Fungsi : Fleksi knee, rotasi hip ke arah medial (endorotasi).
Inervasi : Nervus tibial (L5-S2)
d. M.Gracilis.
Origo : 1/2 bawah symphisis pubis dan ½ atas arcus pubis
Insersio : Pemukaan medial dan superior tibia melalui tendon
pesanserinus.
Fungsi : Adduksi hip, fleksi knee, dan rotasi ke arah medial
(endorotasi)
Inervasi : Nervus obturator (L3,L4)
e. M.Sartorius
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insersio : Permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes anserinus
Fungsi : Fleksi, abduksi dan external rotasi hip joint. Fleksi dan
internal rotasi knee joint
Inervasi : Nervus Femoral (L2-L3)
f. M.Gastrocnemius
Origo : Caput medial dan lateral dari permukaan posterior condylus
femoralis.
Insersio : Permukaan posterior calcaneus membentuk tendon achiles.
Fungsi : Plantar fleksi kaki, fleksi knee.
Inervasi : Nervus tibial (S1-S2)
g. M.Popliteus
Origo : Permukaan lateral condyles lateral
Insersio : Permukaan posterior proksimal shaft tibial.
Fungsi : Fleksi lutut, membantu dalam rotasi medial tibia
Inervasi : Nervus tibial (variabel: L4,S1).
h. M.Plantaris
Origo: Lateral supracondylus femur di atas lateral head gastrocnemius
15

Insersio : Tendon calcaneus


Fungsi : Plantar fleksi kaki dan fleksi knee
Inervasi : Nervus tibial.

3. Ekstensor lutut

Kelompok otot ekstensor lutut adalah quadriceps yang terdiri dari:


rectus femoris, vastus medialis, vastus intermedius, vastus lateralis.
Keempat otot quadriceps bersatu membentuk tendon dan melekat pada
tulang tibia (tuberositas tibialis) melalui ligamen patella (Marieb EN, et
al. 2012).

Gambar 2.4 Otot ekstensor lutut (Sobotta, 2013)

a. M.Rectus Femoris
Origo : Spina iliaca anterior inferior dan bagian superior lekukan
acetabulum.
Insersio : Tuberositas tibia
Fungsi : Fleksi hip dan ekstensi knee
Inervasi : Nervus femoral (L2-L4)
b. M.Vastus Medialis
Origo : Linea intertrochanterica dan bagian medial linea aspera
Insersio : Tendon patella dan tuberositas tibia
Fungsi : Ekstensi sendi lutut
Inervasi : Nervus Femoris (L2-L4)
16

c. M.Vastus Intermedius.
Origo : 2/3 atas bagian anterior dan permukaan lateral os femur
Insersio : Tuberositas tibialis
Fungsi : Ekstensi sendi lutut (knee joint)
Inervasi : Nervus Femoral (L2-L4).
d. M. Vastus Lateralis
Origo : Trochanter major dan permukaan lateral atas linea aspera
Insersio : Tuberositas tibia
Fungsi : Ekstensi sendi lutut
Inervasi : Nervus femoris (L2-L4)

4. Ligamen Lutut

Gambar 2.5 Ligamen Sendi lutut (Singh, 2016)


a. Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia lalu melekat pada bagian lateral condylus femur
yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior
terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut,
mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding
sendi lutut Putz (2008, dalam Ashari, 2018).
17

b. Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek


tetapi lebih kuat dibanding dengan ligamen cruciatum anterior.
Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia
ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada
bagian luar depan condyles medialis femur. Ligamen ini berfungsi
untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur,
mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut
Putz (2008, dalam Ashari, 2018).
c. Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar, dan
membranous band nya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen
ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi lutut, yang
melekat diatas epycondilus medial femur bawah di bawah tuberculum
adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta pada
medial meniscus. Seluruh ligamen collateral medial meregang pada
gerakan penuh ROM ekstensi lutut, ligamen collateral medial ini juga
melekat pada meniscus medialis. Ligamen ini sering mengalami
cedera, cedera ligamen ini sering menyertai cedera meniscus medialis
dan fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan
ke arah luar Putz (2008, dalam Ashari, 2018).
d. Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat
diatas ke belakang epycondylus femur dan dibawah permukaan luar
caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengontrol gerakan
ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi
lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut Putz (2008, dalam
Ashari, 2018).
5. Anterior Cruciate Ligament (ACL)
Anterior Cruciate Ligament (ACL) membentang secara miring dari
aspek posterior dan lateral tulang femur, berorigin pada aspek medial
dari condylus lateral femur dan berinsersi pada area intercondylar tibia di
sebelah belakang dari meniscus medial. Ligamen ini memiliki panjang
kira kira 31 hingga 38 mm. Ligamen ACL terdiri dari dua berkas yang
18

terpisah, yaitu berkas anteromedial (AM) dan berkas posterolateral (PL),


dinamakan berdasarkan letak insersi relatifnya pada tibia. Pada saat lutut
dalam posisi ekstensi maksimal, kedua berkas ligamen berjajar paralel
dan pada saat lutut dalam posisi fleksi, kedua berkas ligamen saling
menyilang. Berkas PL mencapai ketegangan maksimal saat posisi lutut
ekstensi sementara berkas AM mencapai ketegangan maksimal saat
posisi lutut fleksi 60° (Hewison, 2015).

Gambar 2.6 Berkas AM dan PL dari ACL (Ziegler, 2011)

ACL dipertimbangkan sebagai stabilisator utama sendi lutut, karena


berkontribusi terhadap 85% stabilitas lutut, memungkinkan gerakan
fleksi dan rotasi lutut yang halus. Dan sebagai konsekuensinya, ACL
menjadi ligamen pada lutut yang paling sering mengalami cedera dan
menjadi fokus studi dalam beberapa dekade terakhir (Abulhasan &
Grey, 2017). ACL berperan untuk mencegah terjadinya translasi
anterior tibia terhadap femur. Selain itu juga berperan penting dalam
mencegah rotasi internal tibia yang berlebihan (Hewison, 2015).
19

C. Tinjauan Proses Fisioterapi

1. Pengkajian

a. Pengambilan data
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan fisioterapi dan kriteria pengambilan sampel (Pramita
& Wahyudi, 2018).
1) Kriteria Inklusi
a) Data lengkap dari Status Klinis
b) Kasus sesuai dengan penelitian
2) Kriteria Ekslusi
a) Mendapat terapi fisioterapi lain
b)Pasien memiliki kontra indikasi terhadap terapi yang diberikan
seperti pemakaian TENS
b. Anamnesis

Untuk memperoleh informasi tentang penyakit dan keluhan yang


dirasakan oleh sumber data anamnesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu
autoanamnesis dan heteroanamnesis. Autoanamnesis merupakan suatu
proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung dengan sumber
data atau pasien, sedangkan heteroanamnesis merupakan suatu proses
tanya jawab yang dilakukan dengan orang lain keluarga ataupun orang
yang mengetahui tentang perjalanan penyakit dari sumber data (Hills,
2014).

Dalam penelitian ini menggunakan Autonamnesis.

1) Anamnesis Umum
Anamnesis umum adalah informasi yang diperoleh identitas
pasien yang meliputi: nama lengkap dan nama panggilan, tempat
dan tanggal lahir, alamat dan pekerjaan.
20

2) Anamnesis Khusus
Anamnesis khusus berisikan penjelasan pasien tentang
keluhannya dan riwayat penyakit-penyakit yang dapat
berpengaruh pada keluhan yang dirasakan pasien diantaranya
antara lain (Herawati & Wahyuni, 2017):
a) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan
dan yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu.
Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam
menggali informasi lebih dalam, melakukan pemerikasaan
dan pemberian tindakan.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan
utama yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama
mengalami keluhan secara lengkap. Riwayat perjalanan
pasien dimulai saat pasien pertama kali merasakan keluhan
utama.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.
d) Riwayat Penyakit Penyerta
Riwayat penyakit penyerta merupakan informasi berisi
tentang berbagai macam penyakit yang diderita pasien pada
saat itu.
e) Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi berisikan tentang aktifitas sehari-hari seperti
hobi, pekerjaan, lingkungan tempat tinggal dari pasien.
f) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga merupakan penyakit yang muncul
pada lebih dari satu orang keluarga terdekat dapat
meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersebut.
21

g) Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah tanya jawab yang bertujuan untuk
mengetahui gangguan lain yang terdapat dalam sistem lain
dalam tubuh yang mungkin dapat berpengaruh atau
berhubungan dengan gangguan sistem yang diderita pasien
dan juga ditunjukan untuk mengetahui keadaan tubuh pasien
secara keseluruhan.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan sebuah proses dari pemeriksaan


tubuh. Data yang diperlukan antara lain:
1) Tanda-tanda Vital
Tanda vital merupakan pemeriksaan kesehatan yang penting
untuk menilai fungsi fisiologi tubuh, pemeriksaan ini
meliputi: Tekanan Darah (blood pressure), Denyut Nadi
(hate rate), Pernafasan (respiratory rate), Suhu Tubuh
(temperature), Tinggi badan dan Berat badan. Nilai normal
tekanan darah Sistolik 90-130 mmHg dan diastolik 60-90
mmHg, denyut nadi 60-100x/menit, Pernafasan 12-18x/menit
dan suhu tubuh 36,10C sampai dengan 37,5 0C (Sarotama &
Melyana 2019).
2) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan menggunakan
indra penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau
tanda tertentu dari bagian dan fungsi tubuh pasien (Anggoro,
2014). Inspeksi terdiri dari:
a) Inspeksi statis
Inspeksi statis merupakan inspeksi yang dilakukan saat
pasien tidak bergerak atau dalam keadaan diam (Anggoro,
22

2014). Contohnya seperti melihat adanya kemerahan pada


lutut dikarenakan bengkak.
b) Inspeksi Dinamis
Inspeksi dinamis merupakan inspeksi yang dilakukan saat
pasien bergerak (Anggoro, 2014). Contohnya melihat saat
pasien berjalan menggunakan kruk karena pasien pincang.
3) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan,
dan memegang bagian tubuh pasien untuk mengetahui
adanya nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dan lain-
lain (Anggoro, 2014). Contoh nya seperti meraba bagian lutut
yang bengkak.
d. Pemeriksaan Gerak

Pemeriksaan gerak dasar meliputi :


1) Pemeriksaan gerak aktif
Pemeriksaan gerak aktif merupakan pemeriksaan gerakan yang
dilakukan oleh pasien secara aktif untuk mengetahui adanya
nyeri, Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan kekuatan otot. Terapis
hanya mengamati dan memberikan aba-aba atau instruksi pada
pasien (Khafina, 2015).
2) Pemeriksaan gerak pasif
Pemeriksaan gerak pasif merupakan pemeriksaan gerakan yang
dilakukan dengan bantuan terapis yang menggerakkan
ekstremitas pasien. Gerak pasif untuk mengetahui adanya nyeri,
LGS, dan end feel (Khafina, 2015).
3) Pemeriksaan Isometric gerak melawan Tahanan
Pemeriksaan gerak isometric melawan tahanan merupakan
pemeriksaan yang dilakukan oleh fisioterapi dengan
memberikan tahanan.
23

e. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal


1) Pemeriksaan kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi,
memori pemecahan masalah, integritas belajar dan pengambilan
sikap. Dari pemeriksaan ini diperoleh keterangan bahwa pasien
mampu menceritakan kapan keluhan itu muncul dengan baik
(Cartoyo, 2013).
2) Pemeriksaan intrapersonal merupakan kemampuan pasien dalam
memahami dirinya, menerima keadaan dirinya, motivasi,
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan berkerja sama
dengan terapis. Dalam pemeriksaan yang dilakukan diperoleh
keterangan bahwa pasien mampu memahami permasalahan
penyakit yang dihadapi dan pasien memiliki motivasi yang
tinggi untuk sembuh (Cartoyo, 2013).
3) Pemeriksaan interpersonal merupakan kemampuan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain baik sebagai indivisu,
keluarga dan masyarakat serta berhubungan dengan
lingkungannya. Dari pemeriksaan diperoleh keterangan bahwa
pasien dapat berkomunikasi dengan baik terhadap terapis dan
dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya
(Cartoyo, 2013).

f. Pemeriksaan Spesifik

1) Pemeriksaan Oedem
Menurut Zein (2016), bahwa pembengkakan pada cedera
jaringan lunak dapat terjadi karena pendarahan dan
pembentukan edema. Untuk pengukuran bengkak yang terdapat
pada sendi lutut dapat menggunakan Midline.
2) Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT)
merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang
paling sering digunakan (Bambang, 2012).
24

Tabel 2.1 Nilai pada MMT


Nilai Kriteria kekuatan otot
0 Tidak ada kontraksi otot
1 Ada kontrkasi otot tapi tidak terjadi gerakan
2 Mampu bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan gravitasi
3 Mampu bergerak dengan LGS penuh dan melawan gravitasi
tapi tanpa tahanan
4 Mampu bergerak dengan LGS penuh, melawan gravitasi dan
mampu melawan tahanan minimal
5 Mampu bergerak dengan LGS penuh, melawan gravitasi dan
mampu melawan tahanan maksimal
Sumber: (Bambang, 2012)

3) Pemeriksaan lingkup gerak sendi


Lingkup gerak sendi (LGS) adalah jumlah maksimum gerakan
yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga
potongan tubuh, yaitu sagital, tranversal, dan frontal. Untuk
mengetahui ukuran (LGS) pada suatu sendi, terdapat alat yang
dapat digunakan yatu goniometer (Sustiwi, 2018). Nilai LGS
normal ekstensi dan fleksi knee (S) 00-00-1350.
2. Diagnosa Fisioterapi
a. Impairment
Suatu gangguan setingkat jaringan atau bisa juga suatu keluham
yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan penyakit
penderita (Setiawan, 2014). Adanya gangguan kapasitas fisik yang
dapat mengganggu dan berhubungan dengan aktivitas fungsional
dasar disebut sebagai impairment. Contohnya dalam kasus Post Op
ACL adanya gangguan-gangguan aktivitas fisik antara lain :
1) Adanya odem pada lutut
2) Kelemahan kekuatan otot
3) Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
25

b. Functional limitation
Merupakan suatu problem yang berupa penurunan atau
keterbatasan saat melakukan aktivitas-aktivitas fungsional sebagai
akibat adanya impairment (Setiawan, 2014). Dalam kasus Post Op
ACL seperti kesulitan naik turun tangga, duduk ke berdiri dan
berjalan
c. Disability
Merupakan gangguan atau keterbatasan seseorang dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, berinteraksi dan bersosialisasi
dengan individu lain. Hal ini karena gangguan pada impairment
dan functional limitation seperti belum dapat berjalan dalam
rentang waktu yang lama dan bangkit dari duduk ke berdiri,
sehingga kegiatan sosial terganggu. Problematika yang berkaitan
dengan disability adalah kondisi tubuh atau pikiran yang
menyulitkan orang lain dalam melakukan aktivitas tertentu dan
berintraksi dengan dunia sekitarnya (Centers for Disease Control
And Prevention, 2015).

3. Teknologi Intervensi Fisioterapi


Pada kasus Post Op ACL ada beberapa teknologi yang dapat
diiginakan dalam menangani kasus Post Op ACL di antaranya adalah:
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Kinesiology
Taping, dan Terapi latihan (Amin, et al.2018). Penulis dalam
penelitiaan ini berencana mengunakan teknologi interverensi TENS
dan Terapi Latihan.
a. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan
arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap
jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi.
Modalitas TENS digunakan karena dapat menstimulus sel saraf
lokal dan dapat memblokir nyeri selain itu TENS juga dapat
26

mengkontraksikan otot. Indikasi, kontraindikasi, efek fisiologi,


dosis dan efek samping pada TENS antara lain (Hayes & Hall,
2014):
1) Indikasi
a) Osteoarthritis
b) Rheumatoid arthritis
c) Inflamasi otot, nyeri miofasial cervikal dan trigger point
d) Nyeri akut dan kronis seperti sprain dan strain
e) Sakit kepala kronis
2) Kontraindikasi
a) Kehamilan
b) Pada sinus kartoid, otot langireal atau faringeal, area sensitif
mata, atau membran mukosa
c) Luka bakar
d) Luka terbuka
3) Efek fisiologi dari alat TENS antara lain:
a) Untuk menstimulasi saraf sensorik dan motorik
b) Untuk mengkontraksi otot
4) Dosis alat TENS antara lain:
a) Durasi pulse 50-250 ms
b) Frekuensi 1-200 Hz
c) Durasi waktu 10-15 menit
d) Umumnya TENS digunakan setiap hari atau 2 hari sekali
5) Efek samping TENS
a) Shock, hal ini sering terjadi jika intensitas dinaikkan secara
mendadak.
b) Rasa tertusuk yang tidak nyaman yang mengakibatkan mati
rasa
c) Timbulnya alergi pada kulit dimana elektroda ditempelkan
27

b. Terapi Latihan
Menurut Arovah (2010), terapi latihan kelenturan (fleksibilitas)
untuk meningkatkan range of movement (ROM), latihan strectching
berguna untuk meningkatkan mobilitas, latihan pembebanan
(strengthening) berguna untuk peningkatan fungsi, dan latihan
aerobik untuk meningkatkan kardiovaskuler. Indikasi,
kontraindikasi, dan efek fisiologi pada pemberian Terapi latihan
antara lain :
1) Indikasi
a) Nyeri
b) Kelemahan dan penurunan ketahanan otot
c) Pengurangan jangkauan gerak yang dapat dikarenakan oleh
kekakuan kapsul sendi maupun pengurangan panjang otot.
d) Mobilitas sendi yang berlebihan
e) Postur tubuh yang abnormal
f) Gangguan keseimbangan, stabilitas postur, koordinasi,
perkembangan dan tonus otot
g) Gangguan kardiovaskulear seperti pengurangan kapasitas
aerobik (ketahanan kardiopulmoner) dan gangguan sirkulasi
2) Kontraindikasi
a) Fraktur
b) Ada hematoma dan infeksi jaringan
c) Paska operasi seperti cangkok kulit dan perbaikan tendon
3) Efek fisiologi pada Terapi Latihan antara lain :
a) Memperbaiki atau mencegah gangguan fungsi tubuh
b) Memperbaiki kecacatan
c) Mencegah atau mengurangi faktor resiko gangguan kesehatan
d) Mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran
4) Dosis Terapi Latihan pada kasus Post Op ACL Setiap gerakan
tersebut ditahan selama 8 sampai 10 detik kemudian kembalikan
keposisi awal. Setiap gerakan diulangi sebanyak 1-5 kali
28

pengulangan disetiap gerakan. Dosis bisa ditentukan sesuai


kondisi tubuh.
5) Efek samping Terapi Latihan
a) Pemberiaan Terapi Latihan dengan dosis berlebih akan
membuat pasien
b) Pemberiaan Terapi Latiahan tanpa pemanasan mengakibatkan
kram.
4. Perencanaan Fisioterapi
1. Jangka Pendek
a) Mengurangi oedem
b) Meningkatkan kekuatan otot
c) Meningkatkan lingkup gerak sendi
2. Jangka Panjang
Meningkatkan fungsional untuk kembali ke cabang olahraga
yaitu basket.
5. Penatalaksanaan Fisioterapi
a. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)
Pada kasus Post Op ACL menggunakan TENS dengan metode
lokal konvensional TENS, dengan frekuensi 40-150 Hz (frekuensi
tinggi) dan intensitas rendah berdurasi 200 msec dengan lama
pemberian antara 30 menit (Hayes & Hall, 2014):
1) Persiapan alat
a) Menyalakan alat.
b) Menghubungkan kabel lead ke unit TENS.
c) Memastikan kabel elektroda terpasang dengan benar.
d) Mengatur setiap parameter sesuai nilai spesifik di dalam
kisaran TENS model konvesional kontrol amplitudo harus
berada dalam posisi mati.
2) Persiapan pasien
a) Memberitahukan pasien tentang apa yang akan dilakukan,
manfaat terapi, dan tujuan terapi.
29

b) Persiapkan kulit untuk memastikan konduktivitas sebelum


penempatan elektroda.
c) Memposisikan pasien dengan posisi nyaman dan aman.
d) Melakukan tes sensibilitas dengan tajam dan tumpul.
3) Penatalaksanaan
a) Menghubungkan kabel lead ke elektroda. Mulai dengan dua
elektrode.
b) Meletakkan elektroda pada tempat stimulasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
c) Menghubungkan kabel lead ke unit TENS.
d) Menyalakan unit dan tingkatkan amplitude hingga ke
pengaturan yang nyaman. Kemudian turunkan tingkat
amplitude hingga tepat sebelum kontraksi otot
e) Umumnya, efektivitas area stimulus atau penyesuaian
parameter dapat ditentukan dalam 13 menit. Jika level
penurunan nyeri tidak memuaskan, atur ulang parameter
dalam kisaran yang tersedia, atau ganti tempat stimulus
selama beberapa sesi terapi. Pemeriksaan ulang dan
pengubahan yang tepat akan menjamin efektivitas maksimal
TENS. Pada akhir terapi, matikan unit dan kembalikan semua
parameter ke nilai nol.
f) Melepaskan elektroda.
g) Melakukan semua prosedur evaluasi setelah terapi.
h) Dokumentasikan penempatan elektroda, model TENS,
parameter stimulus, respons pasien terhadap terapi, dan
instruksikan lanjutan.
b. Terapi Latihan
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa ada
beberapa program rehabilitasi yang tersedi, berikut tata laksana
program rehabilitasi Post Op ACL yang dilakukan di Klinik JOSC
antara lain:
30

a. Persiapan pasien
Meminta pasien untuk tidur dengan posisi terlentang. Tanyakan
kepada pasien untuk penggunaan media Terapi Latihan yang
akan digunakan dengan pasien.

b. Penatalaksanaan Terapi Latihan


1) Heel Slide
Latihan heel slide dilakukan untuk meningkatkan ROM sendi
lutut pada gerakan fleksi. Gerakan ini dilakukan dengan
posisi pasien tidur terlentang dan tungkai diusahakan lurus,
kemudian melakukan gerakan fleksi secara perlahan-lahan
hingga batas ketidaknyamanan (rasa nyeri) yang dialami
pasien, pertahankan posisi tersebut selama 10 detik,
dilakukan sebanyak 3 set dengan 10 repetisi di setiap set
dengan jeda istirahat per set adalah 10 detik.

Gambar 3.1 Heel Slide (Millett, 2010)

2) Quadricep Isometric
Latihan quadricep isometric dilakukan untuk meningkatkan
ROM
sendi lutut pada gerakan ekstensi dan meningkatkan
hipothropy otot quadriceps pasca operasi. Gerakan ini
dilakukan dengan posisi pasien tidur terlentang dan tungkai
diusahakan lurus dan pada paha bagian bawah diberi
31

bantalan, kemudian pasien diminta untuk mengontraksikan


otot quadriceps secara maksimal, dilakukan sebanyak 3 set
dengan 10 repetisi di setiap set dengan jeda istirahat per set
adalah 10 detik.

Gambar 3.2 Quadricep Isometric (Millett. 2010)

3) Hamstring Isometric
Latihan hamstring isometric dilakukan untuk meningkatkan
ROM sendi lutut pada gerakan ekstensi dan meningkatkan
hipothropy otot hamstring pasca operasi. Gerakan ini
dilakukan dengan posisi pasien tidur terlentang dan tungkai
pada posisi fleksi, kemudian pasien diminta untuk
mengontraksikan otot hamstring secara maksimal, dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 repetisi di setiap set dengan jeda
istirahat per set adalah 10 detik.
32

Gambar 3.3 Hamstring Isometric (Rudiyanti, 2019)

4) Prone Hang
Latihan prone hang dilakukan untuk meningkatkan ROM
sendi lutut pada gerakan ekstensi. Gerakan ini dilakukan
dengan posisi pasien tidur terlungkup dan tungkai bawah
(atas lutut hingga telapak kaki) berada melayang di batas tepi
bawah dari ranjang terapi, kemudian sports therapist
memberikan pembebanan pada daerah kaki (menekan kaki ke
bawah) secara perlahan hingga batas ketidaknyamanan (rasa
nyeri) yang dialami pasien, pertahankan posisi tersebut
selama 10-30 detik, dengan dilakukan sebanyak 1 set dengan
5 repetisi di setiap set.

Gambar 3.4 Prone Hang (Millett, 2010)


33

5) Patella Mobility
Latihan patella mobility dilakukan untuk mengurangi
jaringan parut, mengurangi nyeri serta meningkatkan ROM
sendi lutut pada gerakan fleksi (menekuk). Gerakan ini
dilakukan dengan posisi pasien tidur telentang dengan
tungkai diusahakan lurus dan relaks (tanpa ada rasa nyeri dari
pasien), kemudian sports therapist menggerakkan patella ke
arah vertikal (naik-turun) dan ke arah horizontal (kanan-kiri)
secara maksimal. Gerakan ini dilakukan sebanyak 1 set
dengan 50 repetisi di setiap set tanpa adanya jeda istirahat.

Gambar 3.5 Patella Mobility (Prentice W. 2014)


6. Evaluasi

a. Evaluasi oedem dengan menggunakan Midline

Evaluasi oedem dengan menggunakan Midline. Nilai normal


ditentukan dalam perbandingan pengukuran simetris maupun
asimetris.

b. Evaluasi kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Evaluasi kekuatan otot dinilai dengan menggunakan MMT. Nilai


zero menunjukkan kontraksi otot tidak terdeteksi dengan
palpasi/tidak terjadi kontraksi dan nilai normal menunjukkan LGS
34

penuh serta mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan


maksimal.

c. Evaluasi lingkup gerak sendi (LGS) dengan Goniometer


Evaluasi LGS sendi lutut dengan menggunakan goniometer, nilai
normal fleksi lutut adalah 1350 dan nilai normal ekstensi adalah 00.
7. Edukasi
Edukasi adalah tindakan yang dianjurkan oleh fisioterapi kepada
pasien yang harus dilakukan di rumah atau setelah melakukan terapi
dengan tujuan untuk membantu mempercepat pemulihan atau
mengurangi komplikasi yang lebih lanjut (Khafina, 2015). Edukasi
yang dapat diberikan pada Post Op ACL pasien dianjurkan untuk
melakukan latihan yang sudah diajarkan fisioterapis di rumah.
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Metode Pengumpulan Data

Penulis yang berjudul Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Post Op

ACL dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Stimulation (TENS),

dan Terapi Latihan adalah pengambilan data menggunakan data

deskriptif dengan menganalisis data sekunder diambil dari Rekam Medis

Klinik JOSC yang terdapat dalam status klinis fisioterapi pada tanggal

10 April 2021

B. Pengkajian

1. Anamnesis
Anamnesis merupakan proses pengumpulan data dengan cara tanya
jawab antara terapis dengan sumber data. Anamnesis ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dengan pasien
(autoanamnesis) atau secara tidak langsung dengan orang lain yaitu
keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang
mengetahui keadaan pasien tersebut (heteroanamnesis). Secara
sistematis anamnesis dikelompokkan menjadi dua yaitu anamnesis
umum dan anamnesis khusus.
a. Anamnesis umum
Anamnesis umum adalah informasi yang diperoleh identitas pasien
yang meliputi :
1) Nama : Tn. I

2) Umur : 18 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-Laki

35
36

4) Pendidikan : SMA

5) Alamat : Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

6) Agama : Kristen

7) Pekerjaan : Mahasiswa

b. Anamnesis khusus
Dalam anamnesis ini diperoleh penjelasan pasien tentang keluhannya
dan riwayat-riwayat penyakit yang dapat berpengaruh pada keluhan
yang dirasakan pasien, di antaranya adalah:

1) Keluhan utama
Dari data rekam medis yang di dapat, Pasien mengeluhkan tidak
bisa menekuk lututnya setelah melakukan operasi acl merasakan kaku
dan kesulitan berjalan.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan Juli tahun lalu pasien cedera acl dan meniscus
saat bermain basket belum putus, 3 februari 20121 operasi di siloam
kemudian di gips lepas pada tanggal 9 maret 2021.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
4) Riwayat pribadi
Pasien tidak memiliki riwayat pribadi.
5) Riwayat keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat keluarga.
6) Data sosial
a) Aktivitas olahraga : pasien saat berolahraga basket menjadi
terganggu
b) Tempat tinggal : pasien tidak ada kesulitan untuk berinteraksi
sosial di lingkungan tempat tinggal.
37

Tabel 3.1 Anamnesis Sistem


Keterangan
Sistem
(Tidak dikeluhkan, dalam batas normal)
Kepala dan Leher Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler Tidak ada keluhan
Respirasi Tidak ada keluhan
Gastrointestinalis Tidak ada keluhan
Uroginetal Tidak ada keluhan
Muskuloskletal Adanya keterbatasan gerak pada sendi lutut
Nervorum Tidak ada keluhan

c. Pemeriksaan Obyektif
1) Tanda tanda vital yang diperoleh dari pemeriksaan adalah sebagai
berikut:
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Denyut Nadi : 65 x/ menit
c) Pernapasan : 19 x/ menit
d) Temperatur : 360 C
e) Tinggi Badan : 175 cm
f) Berat Badan : 60 kg
2) Inspeksi
a) Inspeksi Statis : Adanya kemerahan di lutut
b) Inspeksi Dinamis: Pasien berjalan menggunakan alat bantu kruk

3) Palpasi
a) Terdapat oedem pada lutut
b) Suhu di sekitar daerah bekas operasi lebih hangat dibandingkan
sekitarnya
38

4) Pemeriksaan Gerakan Dasar


Tabel 3.2 Gerak Aktif
Gerakan ROM Nyeri
Fleksi 200 Tidak Nyeri
Ekstensi 00 Tidak Nyeri

Tabel 3.3 Gerak Pasif


Gerakan ROM Nyeri Endfeel
Fleksi 200 Tidak Nyeri Firm
Ekstensi 00 Tidak Nyeri Firm

Tabel 3.4 Gerak Isometrik


Gerakan Melawan Tahanan Nyeri
Fleksi + Tidak Nyeri
Ekstensi - Tidak Nyeri

5) Kognitif, Intra personal & Inter personal


a) Kognitif : Pasien mampu menjelaskan kronologi kejadian cedera
dengan baik
b) Interpersonal : Pasien mempunyai semangat dan motivasi yang
tinggi untuk kembali pulih
c) Interpersonal : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik, jelas
dan kooperatif dengan orang yang ada di sekitar
6) Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktivitas

a) Kemampuan Fungsional:
b) Lingkungan Aktivitas: rumah pasien ada tangga tetapi kamarnya di
lantai satu
39

7) Pemeriksaan Spesifik
Tabel 3.5 Pemeriksaan Oedem
Titik T0
Pengukuran
15 ke atas 43 cm
10 ke atas 42,5 cm
5 ke atas 40,5 cm
Tuberositas Tibia 36,5 cm
5 ke bawah 36 cm
10 ke bawah 37 cm

Tabel 3.6 Pemeriksaan Manual Muscle Testing

Otot Penggerak T0
Fleksor 2
Ekstensor 2

c) Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi

LGS sinistra : 00-00-200

C. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Impairment
a. Adanya oedem dan perbedaan suhu lokal
b. Adanya kelemahan otot pada quadricep dan hamstring
c. Adanya keterbatasan LGS pada sendi lutut sinistra
2. Functional Limitation
Pasien mengalami kesulitan saat berdiri ke posisi duduk dan jongkok
3. Disability
Pasien belum bisa bermain basket lagi
40

D. Teknologi Intervensi
1. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
2. Terapi Latihan Strengthening, Isometric, Aktif Exercise dan Mobility
E. Perencanaan Fisioterapi
1. Jangka Pendek
a) Mengurangi oedem
b) Meningkatkan kekuatan otot
c) Meningkatkan lingkup gerak sendi
2. Jangka Panjang
Meningkatkan fungsional untuk kembali ke cabang olahraga yaitu basket.
F. Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada kasus Post Op ACL penulis menggunakan modalitas dengan TENS
dan Terapi Latihan. Penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas
sebagai berikut:

1. TENS
a. Persiapan alat
1) Terapis menyalakan alat terlebih dahulu.
2) Terapis kemudian menghubungkan kabel lead ke unit TENS.
3) Terapis memastikan kabel elektroda terpasang dengan benar.
4) Terapis mengatur setiap parameter sesuai nilai spesifik di dalam
kisaran TENS model konvesional kontrol amplitudo harus berada
dalam posisi mati.
b. Persiapan pasien
1) Terapis menutup tirai terlebih dahulu untuk menjaga privasi pasien.
2) Terapis memberitahukan pasien tentang apa yang akan dilakukan,
manfaat terapi, dan tujuan terapi.
3) Mempersiapkan kulit untuk memastikan konduktivitas sebelum
penempatan elektroda.
4) Memposisikan pasien dengan posisi nyaman dan aman.
5) Melakukan tes sensibilitas dengan tajam dan tumpul.
41

c. Penatalaksanaan
1) Menghubungkan kabel lead ke elektroda. Mulai dengan empat
elektroda
2) Kemudian terapis meletakkan elektroda pada area lutut
3) Terapis mengatur frekuensi yang digunakan sebesar 100Hz
4) Terapis mengatur intensitas masing-masing elektroda 22,0 mA dan
sesuai dengan toleransi pasien
5) Terapis mengatur waktu selama 15 menit
6) Jika alat sudah berbunyi tanda terapi sudah selesai, kemudian
terapis melepaskan elektroda secara perlahan.
7) Terapis kemudian melakukakan evaluasi setelah terapi

2. Terapi Latihan
a. Heel slide
1) Persiapan pasien
a) Memposisikan pasien senyaman mungkin
b) Kemudian menjelaskan apa tujuan dari pemberian terapi latihan
heel slide yaitu tujuannya untuk meningkatkan ROM sendi lutut
pada gerakan fleksi.
2) Penatalaksanaan
a) Memposisikan pasien tidur terlentang dan tungkai diusahakan
lurus
b) Kemudian melakukan gerakan fleksi secara perlahan-lahan
hingga batas ketidaknyamanan yang dialami pasien
c) Pertahankan posisi tersebut selama 10 detik, dilakukan sebanyak
3 set dengan 10 repetisi di setiap set dengan jeda istirahat per set
adalah 10 detik.
b. Quandricep Isometric
1) Persiapan pasien
a) Memposisikan pasien senyaman mungkin
42

b) Kemudian menjelaskan apa tujuan dari pemberian terapi latihan


quandricep isometric yaitu tujuannya untuk meningkatkan ROM
sendi lutut pada gerakan ekstensi dan meningkatkan hipotrophy
otot quadriceps pasca operasi.
2) Penatalaksanaan
a) Memposisikan pasien tidur terlentang dan tungkai diusahakan
lurus
b) Pada bagian bawah paha diberi bantalan
c)Kemudian pasien diminta untuk mengkontraksikan otot
quadriceps secra maksimal, sebanyak 3 set dengan 10 repitisi di
setiap set dengan jeda istirahat per set adalah 10 detik.

c. Hamstring isometric
1) Persiapan pasien
a) Meminta pasien untuk memposisikan senyaman mungkin
b) Kemudian menjelaskan apa tujuannya untuk meningkatkan
ROM sendi lutut pada gerakan ekstensi dan meningkatkan
hiperthrophy otot hamstring pasca operasi.
2) Penatalaksanaan
a) Memposisikan pasien tidur terlentang dan tungkai pada posisi
fleksi
b) Kemudian pasien diminta untuk mengkontraksikan otot
hamstring secara maksimal, dilakukan sebanyak 3 set dengan 10
repitisi di setiap set dengan jeda istirahat per set adalah 10 detik.

d. Prone Hang
1) Persiapan pasien
a) Meminta pasien untuk memposisikan senyaman mungkin
b) Kemudian menjelaskan apa tujuannya untuk meningkatkan
ROM sendi lutut pada gerakan ekstensi.
43

2) Penatalaksanaan
a) Memposisikan pasien tidur telungkup dan tungkai bawah (atas
lutut hingga telapak kaki) berada melayang di batas tepi bawah
dari ranjang terapi
b) Kemudian fisioterapis memberikan pembebanan pada daerah
kaki (menekan kaki ke bawah) secara perlahan hingga batas
ketidaknyamanan (rasa nyeri) yang dialami pasien.
c) Mempertahankan posisi tersebut dalam 15 menit, dengan
dilakukan sebanyak 1 set.
e. Patella Mobility
1) Persiapan pasien
a) Meminta pasien untuk memposisikan senyaman mungkin
b)Kemudian menjelaskan apa tujuannya untuk mengurangi jaringan
parut, mengurangi nyeri serta meningkatkan ROM sendi lutut
pada gerakan fleksi.
2) Penatalaksanaan
a) Memposisikan pasien tidur terlentang dengan tungkai
diusahakan lurus dan relaks (tanpa ada rasa nyeri pasien)
b) Kemudian fisioterapis menggerakkan patella ke arah vertikal
(naik turun) dan kearh horizontal (kanan-kiri) secara maksimal.
c) Dilakukan sebanyak 1 set 50 kali repitisi

G. Evaluasi
Evaluasi penatalaksanaan fisioterapi pada Post Op ACL bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan terapi 6 kali pertemuan dengan
penurunan oedem, kekuatan otot dan peningkatan LGS dengan modalitas
yang diberikan seperti TENS dan Terapi Latihan.
44

Tabel 3.7 Evaluasi Pengukuran Oedem dengan Midline


Titik Nilai
pengukuran T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
15 ke atas 43 cm 43 cm 42,5 cm 42cm 41,6 cm 41,3 cm 40,8 cm
10 ke atas 42,5 cm 42 cm 42 cm 41,3 cm 40,8cm 40,5 cm 40 cm
5 ke atas 40,5 cm 40 cm 40 cm 39,3 cm 39 cm 38,7cm 38,5 cm
Tuberositas tibia 36,5 cm 36,5 cm 36,5 cm 36,5 cm 36,5 cm 36,5 cm 36,5 cm
5 ke bawah 36 cm 35,5 cm 35,5 cm 35,1 cm 34,2 cm 34,2 cm 34 cm
10 ke bawah 37 cm 36,7 cm 36 cm 35,5 cm 35,2 cm 34,7 cm 34,3 cm

Tabel 3.8 Evaluasi Peningkatan Kekuatan Otot dengan MMT


Nilai
Otot Penggerak
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksor 2 3 4 2 3 2 4
Ekstensor 2 3 4 2 3 2 4

Tabel 3.9 Evaluasi Pengukuran LGS dengan Goniometer


Nilai
Gerakan
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksi 200 450 550 600 650 750 750
45

H. Edukasi
Edukasi yang diberikan pada kasus Post Op ACL antara lain:
1. Menyarankan kepada pasien untuk mengurangi beraktivitas yang terlalu
berat.
2. Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan dirumah seperti yang
diajarkan fisoterapis.

I. Hasil Akhir Fisioterapi

Tabel 3.10 Evaluasi Pemeriksaan Oedem dengan Midline

Nilai
Titik Pengukuran
T0 T6
15 ke atas 43 cm 40,8 cm
10 ke atas 42,5 cm 40 cm
15 ke atas 40,5 cm 38,5 cm
Tuberositas tibia 36,5 cm 36,5 cm
5 ke bawah 36 cm 34 cm
5 ke atas 37 cm 34,3 cm

Tabel 3.11 Evaluasi Pemeriksaan Kekuatan Otot dengan MMT

Nilai
Otot Penggerak
T0 T6
Fleksor 2 4
Ekstensor 2 4

Tabel 3.12 Evaluasi Pemeriksaan LGS dengan Goniometer

Nilai
Gerakan
T0 T1
Fleksi 200 750

Berdasarkan tabel hasil evaluasi di atas, didapatkan bahwa Pasien atas nama Tn.I
berusia 18 tahun datang klinik fisioterapi dengan keluhan tidak bisa menekuk
lututnya setelah melakukan operasi acl merasakan kaku dan kesulitan berjalan.,
46

kemudian mendapatkan pemberian Intervensi fisioterapi dengan menggunakan


modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi
Latihan. Pasien kemudian diterapi selama 6x terapi atau dalam kurung waktu 4
minggu dan didapatkan hasil :
a. Adanya penurunan oedem berkurang
b. Adanya peningkatan kekuatan otot
c. Adanya peningkatan Lingkup Gerak Sendi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Proses Fisioterapi

Setelah dilakukan 6 kali terapi pada pasien Tn I berumur18 tahun


dengan diagnosa Post Op ACL problematikanya adanya Oedem pada daerah
lutut, penurunan kekuatan otot dan penurunan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
dengan intervensi TENS dan Terapi Latihan. Dilakukan evaluasi dengan
menggunakan Midline, Manual Muscle Testing (MMT) dan Goniometer
untuk mengukur oedem, kekuatan otot dan Lingkup Gerak sendi (LGS)
diperoleh hasil sebagai berikut.

Diagram 4.1 Hasil Penurunan Oedem

15 cm ke atas 10 cm keatas 5 cm ke atas


Tuberositas Tibia 5 cm kebawah 10 cm kebawah
42.5

42.5

41.6
41.3

41.3
40.8

40.8
43

43
40.5

40.5
42

42

42
39.3

39.3

38.7

38.5
40

40
36.7

39
36.5

36.5

36.5

36.5

36.5

36.5

36.5
35.5

35.5

35.5

35.2
35.1

34.7
37

34.3
34.2

34.2
36

36

34

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

47
48

Diagram 4.2 Hasil Peningkatan Manual Muscle Testing

fleksor Ekstensor

4
4

4
4
3
3

3
3
2
2

2
2

2
2
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Diagram 4.3 Hasil Peningkatan Lingkup Gerak Sendi

LGS
75

75
60

56
55
45
20

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

B. Pembahasan Kasus

1. Penurunan Oedem dengan Modalitas Terapi Latihan


Pada penelitian ini berdasarkan penatalaksanaan fisioterapi yang
dilakukan 6x diperoleh hasil bahwa dengan modalitas terapi latihan
49

penurunan oedem dengan T0 : 43 cm, 42,5 cm, 40,5 cm, 36,5 cm, 36
cm, 37 cm menjadi T6 : 40,8 cm, 40 cm, 38,5 cm, 36,5 cm, 34 cm, 34,3
cm. Hal ini terjadi karena latihan tersebut dapat meningkatkan
metabolisme di dalam tubuh maka dinding kapiler yang terletak pada otot
melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler akan naik, dengan
demikin darah bertambah juga pertukaran cairan dalam jaringan dan
pembuangan zat – zat yang tidak berguna menjadi lebih lancar. Hal ini
akan berpengaruh terhadap penurunan bengkak (Pramudita, 2012).
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Damping (2012), bahwa pemberian terapi latihan salah satu upaya
pengobatan dalam fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan
latihan-latihan gerak tubuh, baik secara aktif maupun pasif untuk
mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah timbulnya komplikasi,
mengurangi nyeri dan oedem serta melatih aktivitas fungsional akibat
operasi.
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Krisniajati (2017), bahwa pemberian terapi latihan dapat membantu
untuk mengatasi oedema karena dapat memperlancar sirkulasi darah
yaitu pembuluh darah vena dengan mengembalikan darah di daerah yang
cedera kembali ke jantung.
2. Peningkatan Kekuatan Otot dengan Modalitas Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) Dan Terapi Latihan
Pada penelitian ini berdasarkan penatalaksanaan fisioterapi yang di
lakukan 6x diperoleh hasil bahwa dengan modalitas Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan didapatkan
adanya peningkatan kekuatan otot dengan T0 : 2 menjadi T6 : 4. Hal ini
terjadi karena adanya pemberian terapi dengan menggunakan terapi
latihan dilakukan dengan prinsip latihan yang melibatkan kontraksi otot
tanpa gerakan dari bagian tubuh lain. Sehingga melibatkan kontraksi
otot untuk melawan beban yang tetap atau tidak bergerak, hal ini dapat
50

meningkatkan kekuatan otot bila dilakukan dengan tahanan yang kuat


(Anwer and Alghadir, 2014).
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Hayes & Hall (2014), bahwa TENS dapat menstimulus sel saraf
lokal dan dapat memblokir nyeri selain itu TENS juga dapat
mengkontraksikan otot.
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Santoso (2018), bahwa terapi latihan sebagai salah satu
modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan otot yaitu dengan memberikan latihan strengthening. Karena
dengan memberikan latihan strengthening maka akan terjadi
penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan
miosin yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan
terbentuknya serabut-serabut otot yang baru kekuatan otot dapat
meningkat.

3. Peningkatan Lingkup Gerak Sendi dengan Modalitas Terapi Latihan


Pada penelitian ini berdasarkan penatalaksanaan fisioterapi yang
dilakukan 6x diperoleh hasil bahwa dengan modalitas terapi latihan
didapatkan adanya peningkatan Lingkup Gerak sendi (LGS) dengan T0 :
200 menjadi T6 : 750. Hal ini terjadi karena dalam terapi latihan
peregangan yang berdasarkan prinsip biologis jaringan ikat akan berubah
bentuk seiring waktu sebagai respons terhadap stres fisik, pada tingkat sel
pembatasan gerak melibatkan pembentukan ikatan silang dari jaringan
ikat periatricular yang terbentuk antara bundel kolagen. Latihan streching
efektif untuk mengubah sifat ikatan silang ini yang memungkinkan serat
kolagen diorentasikan sejajar dengan garis tarikan dari waktu ke waktu,
sehingga menciptakan peluang untuk merubah jaringan kolagen (Jacobs
& Sciasta, 2011).
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Harsanti & Graha (2014), bahwa terapi latihan peregangan secara
51

teratur terbukti sangat efektif untuk mengurangi kemungkinan cedera,


seperti ketegangan otot. Karena ketegangan otot juga dapat membatasi
dan menghambat jangkauan gerakan pada persendian. Program latihan
dapat membantu mencegah terjadinya ketegangan pada sekelompok otot,
menjaga fleksebilitas persendian, serta membantu pemanasan.
Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Wahyono & Budi (2016), bahwa pergerakan aktif dalam menambah
LGS karena adanya rangsangan propioseptif dengan perubahan panjang
otot pada saat terjadi kontraksi otot, darah bergerak ke jaringan sehingga
pada sendi terjadi penambahan nutrisi, lalu perlengketan jaringan dapat
dicegah, maka dengan demikian LGS dapat menjadi bertambah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kasus Post Op ACL dapat disembuhkan dengan pemberian intervensi
fisioterapi yaitu menggunakan modalitas Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation (TENS) untuk meningkatkan kekuatan otot dan
Terapi Latihan untuk mengurangi oedem, kekuatan otot dan
meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS). Dari hasil terapi diatas maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian terapi selama 6 kali
dengan menggunakan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Terapi Latihan dapat mengurangi oedem pada kasus Post Op ACL
2. TENS dan Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot pada
Post Op ACL
3. Terapi Latihan dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pada kasus
Post Op ACL

B. Saran
1. Bagi Lahan
Bagi lahan TENS dan Terapi Latihan dapat digunakan sebagai
pilihan terapi dan home program untuk pasien. .
2. Bagi Intitusi
Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan referensi untuk
penelitian berikutnya.

52
53

DAFTAR PUSTAKA

Abbey, C.T., Lindsey, k.L., Edward.m.w., Scott, G.M., Riann, M.P., (2015).
Muscle Atrophy Contributes To Quandriceps Weakness After Anterior
Cruciate Ligament Deficiency and Reconstruction. The Knee, 22:3, 270-277
Abbey C Thomas. (2010). Muscle dysfunction associated with ACL injury and
reconstruction : University of Michigan.
Amin, A.A., Amananti, S., Novalanda, W., (2018). Pengaruh Terapi Latihan
Transcutaneus Electrical Stimulation Dan Kinesiology Taping Pada Post
Rekonstruksi Anterior Cruciatum Ligamen. Jurnal Fisioterapi dan
Rehabilitasi, vol. 2, No. 2
Anggriawan, N., BM., & Kushartanti, W. (2014). Pengaruh Terapi Masase, Terapi
Latihan, Dan Terapi Kombinasi Masase Dan Latihan Dalam Penyembuhan
Cedera Bahu Kronis Pada Olahragawan. MEDIKORA volume 12 nomor. 1
Anggoro, Faizal Nur. (2014). Penatalksanaan Fisioterapi Pada Neuropati Peroneal
Dengan Modalitas Infrared, TENS Dan Terapi Latihan Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Anwer S, Alghadir, A. (2014). Effect of Isometric Quadriceps Exercise on Muscle
Strength, Pain, and Function in Patients with Knee Osteoarthritis. J. Phys.
Ther. Sci. 26:745-748
Arofah, Novita Intan. (2010). Dasar Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga.
Jogjakarta.
Ashari, R.S. (2018). Penatalaksanaan Cedera Ligamen Lutut dalam Upaya
Meningkatkan Status Fungsional. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Bambang, T. (2012). Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi Dan Penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Brukner, P & Khan, K. (2011). Clinical Sports Medicine. 2nd Ed. New York: The
McGraw-Hill Book Company.
Cartoyo. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada kasus Post Orif Supracondiler
Humeri Dextra Dengan Modalitas Infra Merah Dan Terapi Latihan. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Centre for Disease Control and Prevention. (2015). Internet. Disability and Health
Overview https://www.cdc.gov/ncbddd/disabilityandhealth/disability.html
diakses pada 30 januari 2020.
Harsanti, S., Graha, A., S. (2014) Efektifitas Terapi Masase dan Terapi Latihan
Pembebanan Dalam Meningkatklan Range Of Movement Pasca Cedera
Ankle Ringan. MEDIKORA. Vol. XII No.1. Universitas Negeri Yogyakarta
Hayes Karen, W. Hall Kathy, D. (2015). Agen Modalitas. Edisi 6. Jakarta: ECG.
54

Hendrik H. Damping. (2012). Pengaruh Penatalaksanaan Terapi Latihan Terhadap


Kepuasan Pasien Fraktur Di Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. JUIPERDO. Vol. 1(10), 23-29
Herawati, I, & Wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta:
Muhammadiyah University Press
Hewison, Christopher E. (2015). Lateral Extra-articular Tenodesis Reduces
Rotational Laxity When Combined With Anterior Crucite Ligament
Recontruction. The Jounal of Arthroscopic & Related Surgery. Vol 31 pages
2022-2034
Iman Santoso. dkk. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Post Operasi
Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Sinistra Grade III Akibat Ruptur
DI RSPAD Gatot Subroto. Jurnal Vokasi Indonesia. Vol. 6(1), 66-80
Jacobs, C. A., & Sciascia, A. D. (2011). Factors that influence the efficiacy of
stretching program for patiens with hypomobility. Sport Health, 3(6), 520-
523. https://doi.org/10.1177/1941738111415233
Khafina, I. (2015) “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Calcaneus Spurs
Bilateral di RSUD Salatiga”.Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Lynn S Lippert, (2011). Clinical Kinesiology and Anatomy, F.A. Davis.
Maguire, kathleen J. (2021). Decreased Prescribing of Postoperative Opioids in
Pediatric ACL Recontruction Treatment Trends at a Single Center. Orthophaedic
Journal of Sport Medicine. 9 (2)
McMillan, S. (2013). Anterior Cruciate Ligament Reconstruction. Burlington:
Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics.
Micheo, W., Hernandez, L., Seda, C.,. (2010). Evaluation, Management,
Rehabilitation, and Prevention of Anterior Cruciate Ligament Injury:
Current Concepts. American Academy of Physical Medecine an
Rehabilitation. Vol 2, 935-934.
Millett, Peter J. (2010). ACL Reconstruction Rehabilitation Protocol. Sports
Medicine and Orthopaedic Surgery.1-18
Paletta, A.G., Mall, N.A., (2013). Pediatric ACL Injuries Evaluation and
Management. Current Reviews in Musculoskeletal Medecine. 6 (2), 132-
140
Pramita, I., Wahyudi, A.T., (2018). Short Wave Diathermy dan Core Stbility
Exercise Terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Pada Pasien Nyeri
Punggung Bawah Miogenik. Jurnal Kesehatan Terpadu. 2 (2)
Pramudita, Nadya Argarini. (2012). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post
Orif Fracture Supracondiler Humeri Sinistra Dengan Modalitas Infra Merah
dan Terapi Latihan d RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
55

Pranata Satriya. (2016). Literature Review Pengaruh Transcutaneous electrical


Nerve Stimulation (TENS) Terhadap Penyembuhan Luka. Jurnal
Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. 2 (1), 1-12
Pratama, A. D. (2019). Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Genu Di
RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, volume 1 No.
2. http://journal.voksi.ui.ac.id. Diakses pada 10 juni 2021.
Quinn, E. (2013).What is Ligament?.http://sportsmedecine.about.com/od/glossary
/ligament.htm. Diakses tanggal juni 24 juni 2021.
Rudiyanti. (2019). Efektivitas Program Terapi Rehabilitasi Cedera Post Operatif
Anterior Cruciate Ligament (ACL) Terhadap Peningkatan Range Of Motion
(ROM) Articulatio Genus Pada Pasien DI Jogja Sports Clinic. Skipsi.
Universitas Negeri Semarang
Santoso, I. Sari.I.D.K., Noviana, M., Pahlawi, R., (2018). Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Post Op Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Sinistra
Grade III Akibat Ruptur Di RSPAD Gatot Soebroto: Jurnal Vokasi
Indonesia. Vol 6(1):66-80.Universitas Indonesia
Sarotama, A., & Melyana. (2019). Implementasi Peringatan abnormalitas Tanda-
Tanda Vital Pada Telemedicine Workstation. Seminar nasional Sains dan
Teknologi. http://Jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek . Diakses pada 26
Juli 2021.
Sean, Scalan F. (2010) Differences in Tibial Rotation During Walking In ACL
Recontructed and Healthy Contralateral Knees. Journal Of Biomechanics.
43 (9), 1817-1822
Setiawan, Aris Agus. (2014). Penatalaksanaan fisioterapi Pada Penderita Asma Di
BBKM Surakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Singh, A.K., Kumaraswamy, V., Rajan, D., Vinodh, K., Arun, G.R., (2016).
Long-term Follow Uo Of Single-Stage Anterior Cruciate Ligament
Recontruction and High Tibial Osteotomy and Its Relation With Posterior
Tibial Slope. Archives Of Orthopaedic and Trauma Surgery. 146 (4), 505-
511
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung: ALFABETA
Supartono B. Karakteristik Cedera Pada Kompetisi Olahraga Cabor tenis, sepeda
gunung,sepakbola, taekwondo dan karate. Maj Media Informasi RSON.5th
edition. Jakarta:RSON;2016.p.20-5
Sustiwi, Rahayu. (2018). Efektivitas Program Terapi Rehabilitasi Cedera
Terhadap Peningkatan ROM dan Penurunan Bengkak Pasca Rekonstruksi
ACL di Jogja Sport Clinic.Naskah Publikasi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Wilk, K.E., Macrina, L.C., Cain, E.L., Dugas, J.R., Andrews.J.R., (2012). Recent
Advances In Rehabilitation Of Anterior Cruciate Ligament Injuries. Journal
of Orthopaedic & Sports Physical Therapy. 42 (3)
William E. Prentice. (2016) Rehabilitation Techniques For Sports Medicine and
Athletic Training: fourth ed. McGraw Hill Publications.
56

Wiratna, Alfian Yoga. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post


Operasi Ruptur (ACL) Di RS. AL. DR. Ramelan Surabaya. KTI. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Zein, Ikhwan. (2013). Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Atlet
Berusia Muda. Jurnal Medikora. Vol.11(2), 111-121.Universitas Negeri
Yogyakarta.
57

LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian dari Kampus
58
59

Lampiran 2: Surat Izin dari Lahan


60
61

Lampiran 4: Status Klinis

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

LAPORAN STATUS KLINIK


FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL DAN ORTOPEDI

Tempat Praktek : Nama Mahasiswa :


No. MR : No Induk Mahasiswa :
Tanggal Pengkajian :

I. PENGKAJIAN :
IDENTITAS PASIEN

Nama : ___________________________________
Umur : ___________________________________
Jenis Kelamin :___________________________________
Agama :___________________________________
Pendidikan :___________________________________
Pekerjaan :___________________________________
Alamat :___________________________________
__________________________________
62

II. DATA- DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS :
tgl,_______________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

B. CATATAN KLINIS :
(Hasil : Foto Rontgen, uji Laboratorium, CT-Scan, MRI, EMG, EKG, EEG,
dll yang terkait dengan permasalahan fisioterapi).
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

C. TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT ) :


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER :


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
63

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (A N A M N E S I S AUTO / HETERO *))
1. KELUHAN UTAMA:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Perjalanan Penyakit dan Riwayat


Pengobatan)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
64

4. RIWAYAT PRIBADI:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

5. PENYAKIT PENYERTA:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

6. RIWAYAT KELUARGA:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

7. DATA SOSIAL:
(Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan diwaktu senggang,
aktivitas sosial)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
65

8. ANAMNESIS SISTEM:
Sistem Keterangan
(tdk dikeluhkan, dalam batas normal)

Kepala dan Leher

Kardiovaskuler

Respirasi

Gastrointestinalis

Urogenital

Muskuloskletal

Nervorum

B. P E M E R I K S A A N OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK TANDA - TANDA VITAL:
a) Tekanan darah : ______________________
b) Denyut Nadi : ______________________
c) Pernapasan : ______________________
d) Temperatur : ______________________
e) Tinggi Badan : ______________________
f) Berat Badan : ______________________

2. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS) (Posture, bengkak, gait, tropic change,


dll):
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
66

3. PALPASI (nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll):


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
4. PERKUSI (refleks fisiologis):
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

5. GERAKAN DASAR:
a Gerak Aktif :
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
b Gerak Pasif:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

c Gerak Isometrik Melawan Tahanan:


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
67

6. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL: komunikasi


pasien
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS


(Pemeriksaaan Toleransi Aktivitas):
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

8. PEMERIKSAAN SPESIFIK (Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, dan Test


Khusus sesuai Kasus)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
68

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a.Impairment (penurunan fungsi)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
69

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

b. Functional Limitation
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
c. Disability(keterbatasan)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

D. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
____________________________________________________

b. Jangka Panjang
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
70

_________________________________________________________
_________________________________________________________
_____________________

2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Teknologi Fisioterapi:
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
___________________________________________________
b. E d u k a s i:
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
___________________

3. RENCANA EVALUASI
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
________________________________________________________________
71

E. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :
1. Hari: Tgl :
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
72

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
73

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
___________

F. E V A L U A S I:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
____________________________________________________________

G. HASIL TERAPI TERAKHIR :


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
________________________________________________________________

H. CATATAN PEMBIMBING PRAKTEK:


____________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
______________________________________________________
74

___________, ______________20
PEMBIMBING

(_____________________)
NIP/NIK.

I. CATATAN TAMBAHAN:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
____________________________________________________________
75

Lampiran 5: Dokumentasi Pengambilan Data


76

Anda mungkin juga menyukai