Anda di halaman 1dari 17

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY

SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS


DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI
J100140021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY


SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS DI GRIYA FISIO
BUNDA NOVY YOGYAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI


J100140021

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Edy Waspada, SST.Ft, S.Fis, M.Kes


NIK : 110.1696
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY


SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS DI GRIYA FISIO
BUNDA NOVY YOGYAKARTA

OLEH

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI


J100140021

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 5 Juli 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Edy Waspada, SST.Ft, S.Fis, M.Kes ( )


(Ketua Dewan Penguji)
2. Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Agus Widodo,SSt. FT, SKM., M.Fis ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(Dr. Mutalazimah, SKM., M. Kes)


NIK. 786 / NIDN. 061711301

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam artikel publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 5 Juli 2017

Penulis

OKTAVIA RIZKY TRI UTAMI


J100140021

iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY
SPASTIC QUADRIPLEGI ET CAUSA MICROCEPHALUS
DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

Abstrak
Latar Belakang : Cerebral Palsy adalah sekelompok kondisi yang
mempengaruhi otot dan saraf. Penyakit ini bukan bawaan, tapi dimulai dari tahap
awal kehidupan yaitu sejak lahir.
Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap penurunan
spastisitas, peningkatan tonus otot dan peningkatan kemampuan fungsional.
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil untuk spastisitas
dengan menggunakan skala Asworth tidak mengalami perubahan dari T1 sampai
T6. Pada kekuatan otot dengan Children’s Memorial Hospital USA (XOTR) tidak
ada perubahan nilai kekuatan otot dari T1 sampai T6. Pada pemeriksaan aktifitas
fungsional dengan parameter Gross Motor Functional Measure (GMFM) didapat
hasil tidak ada perubahan pada Dimensi A, Dimensi B, Dimensi C, Dimensi D,
dan Dimensi E tidak ada perubahan pada T1 sampai T6.
Kesimpulan : Dengan menggunakan metode Neuro Development Treatment
ditemukan hasil tidak ada perubahan pada spastisitas otot, kekuatan otot dan
kemampuan fungsional.
Kata kunci : Cerebral Palsy, Neuro Development Treatment (NDT), Skala
Asworth, Children’s Memorial Hospital USA (XOTR), Gross Motor Functional
Measure (GMFM)

Abstract
Background : Cerebral palsy is a group of conditions affecting muscles and
nerves. The disease is not contingental but starting from the early stages of life
that is from birth.
Purpose : To know the implementation of physiotherapy to decrease spasticity,
increased muscle tone and increased functional ability.
Results : After 6X therapy got obtained for spasticity by using the Asworth scale
didn’t change from T1 to the T6. On muscle strengh with Children’s Memorial
Hospital USA (XOTR) there is not value of muscle change from T1 to the T6. On
examination of the functional activities with Gross Motor Functional Measure
(GMFM) can result no change in Dimension A, Dimension B, Dimension C,
Dimension D and Dimension Enot change from T1 to the T6.
Conclusion: Using the method of NeuroDevelopment Treatment results found no
change muscle spasticity, muscle strenghand functional ability.
Keyword :Cerebral Palsy, Neuro Development Treatment (NDT), Asworth Scale,
Children’s Memorial Hospital USA (XOTR), Gross Motor Functional Measure
(GMFM)

1. PENDAHULUAN
Cerebral Palsy adalah gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dalam perkembangan anak,di dalam susunan syaraf pusat,

1
bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan
otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat
statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer
akan berubah akibat maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).
William Little, yang pertama kali mempublikasikan kelainan ini pada tahun 1843,
menyebutkan dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia
neonatorum. Pada waktu itu, kelainan ini dikenal sebagai penyakit dari Little. Sigmund
Freud menyebut kelainan ini dengan istilah Infantil Cerebral Paralysis, sedangkan Sir
William Osler pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy. Nama lainnya adalah
Static Encephalopathies of Childhood (Soetjiningsih. 2014)
Cerebral Palsy merupakan salah satu gangguan yang muncul dari akibat
permasalahan neurologis yang kerap dialami oleh anak bayi. Tercatat jumlah kelahiran anak
dengan cerebral palsy adalah 2-25/1000 di dunia. Tetapi 10 kali sering ditemukan pada bayi
premature dan lebih sering ditemukan pada bayi yang masih sangat kecil (Menkes.2009).
Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan jumlah anak
penyandang cacat di Indonesia sekitar 7-10% dari jumlah penduduk Indonesia.Sebagian
besar anak penyandang cacat atau sekitar 292.250 anak berada di masyarakat dalam
pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga.Pada umumnya mereka belum
mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya (Depkes.2011).
Klasifikasi Cerebral Palsyberdasarkan derajat kecacatannya, Cerebral Palsy
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Yaitu ringan, sedang, dan
berat. Sedangkan klasifikasi berdasarkan topografi Cerebral Palsy
dikelompokkan menjadi Monoplegiea, Hemiplegia, Paraplegia, Triplegia,
Diplegi dan Quadriplegia. Kemudian berdasarkan Fisiologi Kelainan Gerak
pengklasifikasian ini berdasarkan pada gejala dari kelainan yang tampak
yaitu Spastic, Dyskenia, Ataxia dan campuran (Yuhanani,Arianda Mukti.
2011). Salah satu penanganan yang tepat untuk gangguan di Cerebral Palsy
yaitu dengan terapi rutin di fisioterapi.
Fisioterapi berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar
penderita mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan
terhadap orang lain. Menurut World Conferedation for Physical Therapy

2
(WCPT), organisasi fisioterapi internasional menyimpulkan bahwa,
Fisioterapi (Physical Therapy) merupakan salah satu profesi kesehatan yang
menyediakan perawatan (treatment) untuk mengembangkan, memelihara,
dan memaksimalkan gerak dan fungsi gerak dalam kehidupan seseorang,
terutama saat terjadi gangguan gerak dan fungsi gerak akibat cedera/trauma
fisik, penyakit, dan faktor lingkungan lainnya (Putriani,2013). Salah satu
pendekatan fisioterapi yang telah dikembangkan untuk menangani kondisi
CP adalah neuro development treatment.
NDT atau Bobath yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan
Bertha Bobath pada tahun 1997(Za,2012). NDT merupakan suatu metode
latihan untuk merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui
stimulasi propioseptor. Dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi
dan fasilitasi pada NDT akan mengatasi pola gerak abnormal,normalisasi
tonus dan fasilitas gerak yang normal (Saputri. 2013).
Mikrosefali adalah kasus malformasi congenital otak yang palingsering
dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatife amat kecil, dank arena
pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga
kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus).
Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30,
sedangkan pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100.
Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya
kurang dari 900 gram (bahkan ada yang hanya 300 gram (Gandhi, Bass.
2013).
Otak mikrosefali selalu lebih ringan, dapat serendah 25% otak normal.
Jumlah dan kompleksitas girus korteks mungkin berkurang.Lobus frontalis
adalah yang paling parah, serebelum sering kali membesar tak seimbang.Pada
mikrosefali akibat penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi kehilangan
neuron dan glosis korteks serebri.Mikrosefali paling parah cenderung terjadi
pada bentuk yang diwariskan resesif.Penderita anakmemperlibatkan dahi
yang landai ke belakang dan telinga yang besar tak sebanding.Perkembangan

3
motorik sering kali baik, tetapi retardasi mental secara progresif makin nyata
dan sering kali berat (Deviinatalia, 2014).
Dari evidance di atas, maka penulis menyusun proposal Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Penanganan Fisioterapi pada kondisiCerebral Palsy
Spastic Quadriplegi et Causa Microcephalus di Griya Fisio Bunda Novy
Yogyakarta.

2. METODE
Neuro Developmental Treatment atau Bobath yaitu suatu teknik yang
dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini
khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada
bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai
secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Metode ini dimulai
dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis
menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus
ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture
(RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal
(Za,2012).
Neuro Developmental Treatment merupakan suatu metode latihan untuk
merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui stimulasi
propioseptor. Dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi dan
fasilitasi pada NDT akan mengatasi pola gerak abnormal,normalisasi tonus
dan fasilitas gerak yang normal (Saputri. 2013).
Menurut Root 2002 dalam Pitari 2015, prinsip utama yang mendasari
metode ini adalah : (1) normalisasi tonus otot, (2) fasilitasi pola gerak normal
dalam aktivitas keseharian. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
penanganan antara lain abnormalisasi pola gerakan yang disebabkan pola
patologis dan postur yang abnormal serta tonus yang berubah-ubah. Tetapi
harus bersifat fungsional dan berhubungan dengan aktifitas keseharian, serta
terapi harus bersifat multidisipliner (pendekatan tim) dan harus menyatu
dengan keseharian anak dengan kondisi Cerebral Palsy.

4
Teknik-teknik Neuro Developmental Tratment adalah sebagai berikut:
2.1 Inhibisi
Inhibisi adalah suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan
tonus otot. Tekniknya disebut Reflek Inhibitory Patern. Perubahan tonus
postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal dengan
menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal
dengan teknik Reflek Inhibitory Patern.
2.2 Fasilitasi
Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik
dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya
disebut Key Point of Control. Tujuannya untuk memperbaiki tonus
postural yang normal, memelihara dan mengembalikan kualitas tonus
normal, memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja atau diperlukan
dalam aktifitas sehari-hari.
2.3 Stimulasi
Stimulasi adalah upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus
otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi
pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi secara automatik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Penelitian
Terapi yang diberikan kepada An.G dengan diagnose Cerebral Palsy
Spastic Quadriplegi et Causa Michrocephalus usia 3 tahun 5 bulan. Pada
pemeriksaan pertama kali didapat problematika berupa adanya spastisitas
dan mikrosefali.Yang juga terdapat gangguan kemampuan fungsional yang
mana pasien saat ini belum bisa berjalan.

5
3.1.1 Hasil Pengukuran Spastisitas dengan Skala Asworth
Pengukuran spastisitas dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui nilai spastisitas. Pemeriksaan spastisitas denganskala
Asworth dengan kriteria sebagai berikut :
3.1.1.1 0, tidak ada peningkatan tonus otot
3.1.1.2 1, ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan
terasanya tahanan minimal (catch dan release) pada akhir
LGS pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi,
3.1.1.3 2, ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya
pemberhentian gerakkan (catch) dan diikuti dengan adanya
tahanan minimal sepanjang sisa LGS, tetapi secara umum
sendi tetap mudah digerakkan,
3.1.1.4 3, peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian
besar LGS, tetapi sendi masih mudah digerakkan,
3.1.1.5 4, peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit
dilakukan,
3.1.1.6 5, sendi atau ekstrimitas kaku (rigid) pada gerakan fleksi atau
ekstensi.
Tabel 1 penilaian dan evaluasi spastisitas skala Asworth

T6 T5 T4 T3 T2 T1 Group T1 T2 T3 T4 T5 T6
Otot
Shoulder
2 2 2 2 2 2 Abduktor 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 Adduktor 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 Flexor 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 Extensor 2 2 2 2 2 2
Elbow
1 1 1 1 1 1 Flexor 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 Extensor 1 1 1 1 1 1
Wrist
2 2 2 2 2 2 Flexor 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 Extensor 2 2 2 2 2 2
Hip
3 3 3 3 3 3 Abduktor 3 3 3 3 3 3

6
3 3 3 3 3 3 Adductor 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 Flexor 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 Extensor 3 3 3 3 3 3
Knee
3 3 3 3 3 3 Flexor 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 Extensor 3 3 3 3 3 3
Ankle
4 4 4 4 4 4 Flexor 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 Extensor 4 4 4 4 4 4

3.1.2 Hasil penilaian kemampuan fungsional dengan GMFM


Dari hasil T1 sampai T6,nilai kemampuan fungsional tidak
mengalami perubahan.
Penilaian Akhir :
% A Total Dimensi A = 20 x 100 = 39,21 %
51 51
% B Total Dimensi A = 16 x 100 = 26,66 %
60 60
% C Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %
42 42
% D Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %
39 39
% E Total Dimensi A = 0 x 100 = 0 %
72 72
TOTAL SKOR = %A + %B + %C + %D + %E
5
= 39,21% + 26,66% + 0% + 0% + 0%
5
= 65,87%
5
= 13,174%

7
Tabel 2 Hasil Evaluasi GMFM
DIMENSI T1 T2 T3 T4 T5 T6
A. Berbaring 39.21% 39.21% 39.21% 39.21% 39.21% 39.21%
dan
Berguling
B. Duduk 26.66% 26.66% 26.66% 26.66% 26.66% 26.66%
C. Merangkak 0% 0% 0% 0% 0% 0%
dan
Berlutut
D. Berdiri 0% 0% 0% 0% 0% 0%
E. Berjalan, 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Berlari dan
Melompat
JUMLAH 65.87% 65.87% 65.87% 65.87% 65.87% 65.87%
TOTAL 13.174% 13.174% 13.174% 13.174% 13.174% 13.174%
SKOR

Hasil terapi terakhir setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak


6 kali,didapatkan hasil terapi yaitu tidak ada perubahan kemampuan
fungsional.

3.1.3 Hasil pemeriksaan kekuatan otot


Dari hasil T1 sampai T6, kekuatan otot tidak mengalami perubahan
Tabel 3 Penilaian kekuatan otot menggunakan XOTR

T6 T5 T4 T3 T2 T1 Group T1 T2 T3 T4 T5 T6
kiri Otot kanan
T T T T T T Shoulder T T T T T T
T T T T T T Elbow T T T T T T
T T T T T T Wrist T T T T T T
T T T T T T Hip T T T T T T
T T T T T T Knee T T T T T T
T T T T T T Ankle T T T T T T

3.2 Pembahasaan
3.2.1 Spastisitas
Derajat spastisitas diukur dengan menggunakan skala Asworth
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada protocol studi kasus yang
telah mendapatkan 6 kali evaluasi pada pemeriksaan awal (T1)
sampai dengan pemeriksaan akhir (T6) didapatkan nilai spastisitas

8
dengan skala Asworth tidak ada perubahan dengan nilai spastisitas.
Spastisitas pasien tidak mengalami perubahan,tidak mengalami
peningkatan maupun penurunan. Hal ini dikarenakan untuk
menurunkan spastisitas pada anak butuh waktu yang lama dengan
intensitas yang rutin, sehingga akan menimbulkan efek pola gerak
yang akan menghasilkan gerak volunter.

Nilai Spastisitas Dextra

4.5
4
3.5
Shoulder
Nilai Spastisitas

3
2.5 Elbow
2 Wrist
1.5
Hip
1
0.5 Knee
0 Ankle
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi Hari Ke

Grafik 1 Nilai Spastisitas Dextra

Nilai Spastisitas Sinistra

4.5
4
3.5
Shoulder
Nilai Spastisitas

3
2.5 Elbow
2 Wrist
1.5 Hip
1
Knee
0.5
0 Ankle
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi Hari Ke

Grafik 2 Nilai Spastisitas Sinistra

9
3.2.2 Kemampuan Fungsional
Pada pemeriksaan aktifitas fungsional dengan parameter GMFM
didapatkan hasil pada pemeriksaan antara lain: (T0) Dimensi A
Berbaring dan Berguling dengan skor 39,21%, Dimensi B Duduk
dengan skor 26,66%, Dimensi C Merangkak dan Berlutut dengan
skor 0%, Dimensi D Berdiri dengan skor 0%, Dimensi E Berjalan,
Berlari, dan Melompat dengan skor 0%. Pada akhir evaluasi T4
Dimensi A Berbaring dan Berguling dengan skor 39,21%, Dimensi
B Duduk dengan skor 26,66%, Dimensi C Merangkak dan Berlutut
dengan skor 0%, Dimensi D Berdiri dengan skor 0%, Dimensi E
Berjalan, Berlari, dan Melompat dengan skor 0%. Dari awal samapi
akhir terapi tidak mengalami peningkatan. Perbaikan motorik yang
dialami oleh anak tanpa terapi akan memakan waktu yang sangat
lama penanganan secara dini dan intensif akan member hasil yang
optimal (Sunusi dan Nara, 2007).
45.00%
40.00%
35.00%
30.00% Dimensi A
25.00%
Nilai

Dimensi B
20.00%
Dimensi C
15.00%
10.00% Dimensi D
5.00% Dimensi E
0.00%
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi Hari Ke

Grafik 3 Nilai Kemampuan Fungsional

3.2.3 Kekuatan Otot


Evaluasi pada pemeriksaan T1 sampai dengan pemeriksaan T6
didapatkan nilai kekuatan otot dengan skala Children’s Memorial
Hospital Usa (XOTR) tidak ada perubahan nilai kekuatan otot.

10
Kekuatan otot pasien tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan.Dimana pada T1 didapatkan nilai “T” (Bila ada kontraksi
namun tidak ada gerakan).

4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Cerebral Palsy merupakan gangguan pada otak atau atau saraf pusat
yang bersifat non progresif yang terjadi pada masa prenatal, natal dan
postnatal serta tumbuh kembang anak.
Dalam kasus ini ditemukan adanya tanda dan gejala problematik yang
kompleks.Masalah utama dalam kasus ini adalah spastisitas yang
menyebabkan gangguan aktifitas fungsional anak seperti duduk,
merangkak, berdiri, berjalan secara mandiri dan mengakibatkan
kelemahan otot pasien.
Penatalaksanaan fisioterapi yang diberikan kepada pasien atas nama
An.G umur 3 tahun 5 bulan dengan diagnosa Cerebral Palsy Spastic
Quadriplegi et Causa Microcephalus dengan diberikan metode latihan
Neuro Developmental Treatment di Griya Fisio Bunda Novy Yogjakarta
selama 6 kali terapi. Didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Belum ada penurunan spastisitas otot
4.1.2 Belum ada peningkatan kemampuan fungsional
4.1.3 Belum ada peningkatan kekuatan otot

4.2 Saran
Setelah mendapatkan pasien dengan kasus Cerebral Palsy Spastic
Quadriplegi et Causa Microcephalus, maka penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
4.2.1 Kepada Fisioterapis
Fisioterapis disarankan untuk mempunyai pengetahuan tentang
perkembangan aktifitas fungsional yang normal, sehingga intervensi

11
yang diberikan kepada pasien dapat mempercepat adanya perubahan
pertumbuhan pasien.
4.2.2 Kepada Keluarga Pasien
Orang tua harus mengerti tentang kondisi anak dan juga
mengerti tentang tahapan latihan-latihan yang diajarkan oleh
fisioterapis agar orang tua dapat melatih anak dirumah secara
mandiri.

PERSANTUNAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan kesehatan sehingga saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati karya tulis
ini saya persembahkan kepada orang tua saya dan orang-orang yang berperan
penting dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini, terimakasih atas Doa,
dukungan, serta motivasi sehingga saya mampu menyelesaikan salah satu syarat
lulus pendidikan D3 Fisioterapi ini. Untuk dosen pembimbing saya bapak Edy
Waspada terimakasih telah membimbing saya dengan sabar. Terimakasih juga
tidak lupa saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan atas bantuannya dalam
segala hal sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini hingga akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Ferri, Fred. Ferri’s Netter Patient Advisor. Philadelphia, PA: Saunders / Elsevier,
2012

Hasan, Rusepno dan Husein Alatas. 2007; Buku Kuliah 2 Kesehatan Anak.
Jakarta :Dasar-dasar Virologi Kedokteran

Hastono, S.P. dan Sabris, L. 2006. Statistika Kesehatan. Bandung: Grafindo


Persada

Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Mahdalena, Shella. 2012. Cerebral Palsy (CP),


http://jelajahfisio.blogspot.co.id/2010/07/neuro-dev

12
Maryanto,2010; Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Cerebral Palsy Spastic
Quadriplegi dengan Metode Neuro Developmental Treatment (NDT),
Jurusan Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Pitari. 2015; Manfaat Metode Neuro Development Treatment Terhadap


Penurunan Spastisitas dan Kemampuan Fungsional Jalan, Jurusan
Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Putriani, I. 2013; Beberapa Devinisi Fisioterapi di seluruh dunia, http://intan


putriani.weblog.esaunggul.ac.id/2013/07/14/pengertian-fisioterapi-
menurut-organisasi-fisioterapi-di-seluruh-dunia/

Rood, M. 2000; Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh


Kembang : NDT Treatment Concept; Sasana Husada Pro Fisio, Jakarta
Saharso, Darto, 1993; Palsy Cerebra, DiaksesTanggal 15/04/2015, dari
http://www.pediatric.com/ISI 03

Snell. 2008; Clinical Neuroanatomy for Medical Student.5th ed. Washington DC

Soetjiningsih, 2014, Tumbuh Kembang Anak : Laboratorium Ilmu Kesehatan


Anak Universitas Airlangga, Surabaya

13

Anda mungkin juga menyukai