Anda di halaman 1dari 87

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN INFRA

RED,TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE


STIMULATION, DAN TERAPI LATIHAN PADA
OSTEOARTHRITIS GENU BILLATERAL

KARYA TULIS ILMIAH

Nur Asiah
NIM 18.03.07.8

FALKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISAN MEDIK


PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI
SEMARANG
2021

1
PERSETUJUAN SIAP UJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN


INFRARED, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION, DAN TERAPI LATIHAN PADA
OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

Nama mahasiswa : Nur Asiah

NIM : 1803078

Siap dipertahankan di depan Tim Penguji

pada; tanggal /bulan / tahun

Menyetujui,

Pembimbing

Fitratun Najizah,SST,FT,Fis

NIP. 199202042017092165

2
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN


INFRARED, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION, DAN TERAPI LATIHAN PADA
OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

Nama mahasiswa : Nur Asiah

NIM :1803078

Telah pertahankan di depan Tim Penguji

pada; tanggal / bulan/tahun

Menyetujui,

1. Penguji 1: Nama beserta gelar. ( tanda tangan)

2. Penguji 2: .............................................. ( ……..……)

Mengetahui,

Dekan Ketua

Fakultas .................................................... Program Studi .............................

Nama beserta gelar Nama beserta gelar

( ............................................) ( .............................................. )

NIDN: NIDN:

3
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN INFRA RED,
TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN TERAPI
LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

(Nur Asiah, Fitratun Najizah)

ABSTRAK
Latar Belakang : Osteoartharitis adalah penyakit kronis jangka panjang yang
ditandai dengan menipisnya tulang rawan pada sendi, sehingga terjadi gesekan
antar tulang. Gesekan antar tulang tersebut dapat menyebabkan nyeri, kekuatan
sendi, dan gangguan gerak sendi yang sering terkena osteoartharitis yaitu pada
lutut, pinggul, dan tulang belakang. Gangguan yang terjadi pada kondisi
osteoarthritis adalah nyeri pada lutut, Keterbatasan LGS, penurunan kekuatan
otot, dan terganggunya aktivitas fungsional. Untuk ini dibutuhkan terapi pada
lutut dengan Infra Red, TENS dan Terapi Latihan untuk meningkatkan LGS,
menambah kekuatan otot, mengurangi nyeri dan mengembalikan aktivitas
fungsional.

Tujua : Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaa fisioterapi dengan infra


red, transcutaneus electrical nerve stimulation dan terapi latihan pada
osteoarthritis genu bilateral.

Hasil : Setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali dengan modalitas Infra Red,
TENS dan Terapi Latihan didapatkan hasil adanya penurunan rasa nyeri tekan
dan gerak, berupa peningkatan LGS, peningkatan kekuatan otot, Pe kemampuan
aktivitas fungsional.

Kesimpulan : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali, dengan modalitas infra red,
TENS dan terapi latihan terdapat hasil bahwa adanya penurunan nyeri,
Peningkatan LGS, Peningkatan kekuatan otot dan peningkatan aktifitas
fungsional

Kata Kunci : Osteoarthritis, infra red, transcutaneus electrical nerve stimulation


dan terapi latihan active resisted movement, hold relax

4
PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT WITH INFRA RED, TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION AND EXERCISE THERAPY OA GENU
BILATERAL

(Nur Asiah, Fitratun Najizah)

ABSTRACT
Background: Osteoartharitis is a long-term chronic disease characterized by the
depletion of cartilage in the joints, resulting in friction between the bones. The
friction between the bones can cause pain, joint strength, and motion disorders
that are often affected by osteoartharitis, namely in the knees, hips and spine.
The disorders that occur in osteoarthritis are pain in the knee, limitation of LGS,
decreased muscle strength, and disruption of functional activities. This requires
therapy on the knee with Infra Red, TENS and Exercise Therapy to increase
LGS, increase muscle strength, reduce pain and restore functional activity

Objective: To find out how to manage physiotherapy with infra red,


transcutaneous electrical nerve stimulation and exercise thrapy in osteoarthritis
genu bilateral.

Results: After doing therapy 6 times with Infra Red modality, TENS and Exercise
Therapy, it was found that there was a decrease in tenderness and motion, in the
form of an increase in LGS, an increase in muscle strength, and a functional
activity ability.

Conclusion: After doing therapy for 6 times, with infra red modalities, TENS and
exercise therapy there is a result that there is a decrease in pain, an increase in
LGS, an increase in muscle strength and an increase in functional activity.

Keyword : Osteoarthritis, infra red, transcutaneous electrical nerve stimulation


and active resisted movement exercise therapy, hold relax

5
KATA PENGANTAR
Puji Syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Berkat-NYA sehingga Kami dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul : “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
DENGAN INFRARED, TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION DAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS
GENU BILATERAL” yang disusun guna melengkapi syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan DIII Fisioterapi.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Saya menyadari
keberhasilan yang di capai tidak lepas dari peran berbagai pihak yang
telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan. Maka dalam
kesempatan ini, Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmatNya.

2. Dr. Hargianti Dini iswandari, drg, MM. selaku Rektor Universitas


Widya Husada Semarang.
3. Maulidta Karunianingtyas Wirawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan
Fakultas Kesehatan dan Keteknisan Medik Universitas Widya
Husada Semarang.

4. Suci amanati, SST., M. Kes selaku kaprodi D III Fisioterapi


Universitas Widya Husada Semarang.
5. Fitratun Najizah, SST, FT,M.Fis selaku dosen pembimbing saya yang
telah membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
6. Seluruh staf pengajar D3 Fisioterapi Universitas Widya Husada
Semarang yang telah membagi ilmunya
7. Dua sosok yang paling terhebatku yaitu, babe & bunda yang sudah
mendoakan, memberikan kasih saying yang luar biasa, dukungan
semangat, perhatian serta rela berjuang merelakan waktu istirahat
untuk memperjuangkan pendidikan agar bisa menjadi sosok yang
bermanfaat untuk orang banyak, Dan juga kakak saya zulfha, adek
saya yusi, kakak ipar saya zoar yang telah menjadi menyemangat
saya setiap saya lagi ada masalah

6
8. Semeton Lombok (exsi, ulan, ema, dita)
9. Semua teman-teman Akfis kelas A 2018, terimakasih untuk 3 tahun
yang sangat singat, untuk kerja sama dalam hal apapun.
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini kedepannya. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Semarang 23 Mei 2021

Penulis

Nur Asiah

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1

PERSETUJUAN SIAP UJIAN KARYA TULIS ILMIAH..........................................2

PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH................................................................3

ABSTRAK............................................................................................................. 4

ABSTRACT.......................................................................................................... 5

KATA PENGANTAR.............................................................................................6

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 8

DAFTAR TABEL.................................................................................................10

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................11

DAFTAR GRAFIK...............................................................................................12

DAFTAR SINGKATAN........................................................................................13

BAB I.................................................................................................................. 14

PENDAHULUAN.................................................................................................14

A. Latar Belakang Masalah............................................................................14

B. Rumusan Masalah....................................................................................15

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................16

BAB II................................................................................................................. 17

KAJIAN TEORI...................................................................................................17

A. Definisi Operasional..................................................................................17

B. Anatomi Fisiologi.......................................................................................18

C. Biomekanik................................................................................................25

D. Deskripsi...................................................................................................26

E. Pemeriksaan Dan Pengukuran..................................................................30

F. Teknologi fisioterapi..................................................................................37

8
BAB III................................................................................................................46

PROSES FISIOTERAPI.....................................................................................46

A. Pengkajian Fisioterapi...............................................................................46

B. Diagnosa Fisioterapi...........................................................................................51

C. Program / Rencana Fisioterapi.........................................................................51

BAB IV................................................................................................................61

PEMBAHASAN...................................................................................................61

A. HASIL........................................................................................................61

1. Nyeri ...........................................................................................................61

2. Lingkup Gerak Sendi.......................................................................63

3. Kekuatan Otot...........................................................................................65

4. aktivitas fungsional dengan WOMAC....................................................66

BAB V................................................................................................................. 67

PENUTUP..........................................................................................................67

A. Kesimpulan...............................................................................................67

B. Saran........................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69

LAMPIRAN 1…………………………………………………………………………..7 2

LAMPIRAN 2…………………………………………………………………………...82

LAMPIRAN 3…………………………………………………………………………...83

LAMPIRAN 4…………………………………………………………………………...84

9
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Grade pada osteoarthritis...................................................................27


Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Otot.........................................................................33
Tabel 2.3 Penilaian Indeks WOMAC...................................................................36
Tabel 2.4 Penilaian indeks WOMAC................................................................37Y
Tabel 3.1 Pengukuran dengan VAS knee sinistra dan knee dextrs....................49
Tabel 3.2 Pengukuran LGS Menggunakan Goniometer.....................................49
Tabel 3.3 Pengukuran kekuatan otot dengan manual muscle testing (MMT)......49
Tabel 3.4 Pemeriksaan Aktivitas Fungsional Menggunakan Skala WOMAC).....50
Tabel 3.5 Evaluasi nyeri knee sinistra menggunakan VAS.................................57
Tabel 3.6 Evaluasi nyeri knee dextra menggunakan VAS..................................57
Tabel 3.7 Hasil Evaluasi Pengukuran LGS Dengan Goniometer........................58
Tabel 3.8 Hasil pengukuran kekuatan otot MMT knee sinistra............................58
Tabel 3.9 Hasil evaluasi pengukuran kemampuan fungsional WOMAC………...59
Tabel 3.10 tabel skor Evaluasi WOMAC............................................................60

10
DAFTAR GAMBAR

YGambar 2.1 Gambar 2.1 tulang Fibula..................................................................


Gambar 2. Gambar 2.2 Lutut pada …………………………………………….....20

Gambar 2.3 Gambar 2.3 Otot Fleksor Genu ….……………………………………22

Gambar 2.4 Gambar 2.4 Otot Ekstensor Genu...................................................23


Gambar 2.5 Gambar 2.5 Ligamen Pada sendi lutut............................................24
Gambar 2.6 Anatomi Abnormal..........................................................................26
Gambar 2.7 Alat Pengukuran nyeri VAS.............................................................31
Gambar 2.8 Alat ukur Goniometer......................................................................32
Gambar 2.9 Drawer Test....................................................................................34
Gambar 2.10 Tes Ballotement............................................................................34
Gambar 2.11 Kreptasi Test.................................................................................35
Gambar 2.12 Latihan active resisted movement.................................................44
Gambar 2.13 Terapi latihan hold relax

45Y
Gambar 3.1 Pelaksanaan Infra red.....................................................................53
Gambar 3.2 Pelaksanaan TENS.........................................................................54
Gambar 3.3 Laihan Active Resisted Movement Sinistra....................................54
Gambar 3.4 Laihan Active Resisted Movement Dextra......................................55
Gambar 3.5 Terapi latihan hold relax dextra.......................................................56
Gambar 3.6 Terapi latihan hold relax sinistra.....................................................56

11
DAFTAR GRAFIK

YGrafik 4.1 Evaluasi Penurunan Nyeri pada knee sinistra engan Skala VAS..........
Grafik 4.2 evaluasi penurunan nyeri pada knee dextra dengan skala VAS.........62
Grafik 4.3 Evaluasi Lingkup gerak sendi kne aktif / pasif dextra.........................63
Grafik 4.4 Evaluasi lingkup gerak sendi kne aktif / pasif dextra..........................64
Grafik 4.5 kekuatan otot pada Quadriceps dan otot Hamstring...........................65
Grafik 4.6 hasil evaluasi fungsional aktivitas WOMAC........................................66

12
DAFTAR SINGKATAN

LGS : Lingkup Gerak Sendi

M : Musculus

MMT : Manual Muscle Testing

OA : Osteoarthritis

ROM : Range Of Motion

VAS : Visual Analogue Scale

13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perubahan masa dan perkembangan zaman yang cepat, menuntut
orang untuk bekerja keras serta penuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan ini
bisa menimpulkan beberapa masalah kesehatan yang dapat
mengakibatkan sikap kerja yang salah akibtnya dapat menimbulkan cidera
pada tulang. Sehingga bisa mempengaruhi terhadap aktivitas gerak dan
fungsi dasar tubuh. Keterbatasan gerak tersebut disebabkan oleh banyak
hal antara lain, trauma, infamasi, kesalahan posisi, proses degeneratif dan
sebagainya salah satu benyebabnya merupakan Osteoarthritis.
Osteoarthritis merupakan penyakit kronis yang terus berkembang
semakin parah seiring seseorang bertambah tua. Pada osteoarthritis
kerusakan jaringan tulang rawan pada daerah sendi menyebabkan rasa
nyeri kronis yang menyerang pada gangguan pergerakan (Youngcharoen
et al, 2017).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014,
osteoarthtritis ialah kasus terbanyak yang melumpuhkan di negara maju.
Diperkirakan diseluruh dunia kalau 9,6% laki-laki serta perempuan 18%,
perempuan diatas 60 tahun memiliki gejala osteoarthtritis. Prevalensi 80%
dari mereka yang terkena osteoarthritis biasanya mengalami
keterbatasan gerak serta nyeri, dan 25% dari mereka yang terkena
osteoarthritis pada umumnya tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
[CITATION Jah181 \l 1033 ].
Di Indonesia, OA adalah penyakit reumatik yang paling banyak
ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya penduduk yang
mengalami gangguan OA di indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk,
sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya
atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri [CITATION Les141 \l
1033 ]

14
Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui
secara pasti namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu:
usia, jenis kelamin, genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik serta
faktor lainnya. Berat badan biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya
Osteoarthritis Genu. Obesitas meningkatkan beban sendi bertambah
sehingga gaya akan bergeser ke medial. Gejala dan tanda Osteoarthriis
adalah nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi,
deformitas, pembengkakan sendi yang asimetris, tanda-tanda
peradangan, perubahan gaya berjalan [ CITATION Dol141 \l 1033 ].
Pada kasus osteoarthritis kali ini, pasien merasakan nyeri pada
kedua lututnya, sehingga menyebabkan pasien kesulitan dalam
melakukan aktivitas seperti, berjalan jongkok berdiri dan naik turun
tangan. Melihat kasus di atas fisioterapi ikut berperan penting untuk
mengatasi problematika tersebut dengan cara memberikan Infra red,
TENS dan terapi latihan.
Penulis memilih Infra Red untuk intervensi kasus karena dapat
mengurangi nyeri. IR jga dapat merileksasi otot dan meningkatkan
sirkulasi darah karna IR menghasilkan efek pemanasan pada jaringan
superfisial sehingga terjadi proses vasedilastasi, TENS juga dapat
mengurangi nyeri karena efek stimulasi listrik yang diaplikasikan pada
serabut syaraf akan menghasilkan aktivitas antidromik, dengan adanya
aktivitas antidromik ini dapat menyebabkan vasedilastasi dan penekanan
aktivitas simpatis sehingga meningkatkan aliran daharah dan
pengangkutan materi yang berpengaruh terhadap nyeri juga meningkat,
dan pemberian terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan
menambah lingkup gerak sendi [CITATION Dul16 \l 1033 ].
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tetarik
mengambil Karya Tulis Ilmiah dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi
dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, Dan
Terapi Latihan Pada Osteoarthritis Genu Bilateral
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Infra Red,
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation Dan Terapi Latihan pada
Osteoarthrtis Genu Bilateral

15
C. Tujuan penulis
Tujuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Untuk Mengetahui
Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation Dan Terapi Latihan pada Osteoarthritis Genu Bilatera

16
BAB II

KAJIAN TEORI
A. Definisi Operasional
Penatalaksanaan berasal dari kata tata laksana yang
bermakna pengurusan atau pengaturan [ CITATION Kem18 \l 1033 ]
fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukkan
kepada individu dan / ataupun kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, perlengkapan (physics, elektroterapeutis
dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi [ CITATION PER16 \l
1033 ].
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis jangka panjang
yang ditandai dengan menipisnya tulang rawan pada sendi, sehingga
terjadi gesekan antar tulang. Gesekan antar tulang tersebut bisa
menimbulkan nyeri, kekakuan sendi, serta gangguan gerak. Sendi
yang sering terkena osteoarthritis ialah pada lutut, pinggul, dan tulang
belakang. Penyakit osteoarthritis disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya merupakan penuaan, obesitas, kurang berolahraga,
kecenderungan genetik, kepadatan tulang, cedera akibat pekerjaan,
trauma, dan jenis kelamin. Pada lanjut usia osteoarthritis sering terjadi
karena menipisnya bantalan sendi, menurunnya kualitas tulang
karena proses penuaan yang terjadi[CITATION Man141 \l 1033 ].
Infra red adalah salah satu modalitas fisioterapi yang dapat
dipakai untuk menurunkan nyeri adalah sinar infra merah. Radiasi
infra merah (IR) mempunyai rentang panjang gelombang antara 750
nm -100 µm, rentang frekuensi antara 400 THz-3 THz,serta rentang
energi foton antara 12,4 meV-17 eV. Manfaat dari terapi infra red
antara lain menghilangkan rasa sakit, meningkatakan sirkulasi darah,
mengurangi serta menghilangkan spasme otot, dan meningkatkan
efek viskoelastik jaringan kolagen[CITATION Nur171 \l 1033 ].
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan
suatu cara untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit

17
dengan menggunakan tenaga listrik yang bertujuan untuk
mengaktifkan serabut saraf yang berdiameter besar sehingga bisa
menimbulkan efek analgetik yang dapat mengurangi nyeri pada
penderita osteoathritis genu bilateral[CITATION Ros161 \l 1033 ].
Terapi latihan adalah gerakan tubuh, postur, ataupun aktivitas
fisik yang dilakukan secara sistematis dan terencana guna
memberikan manfaat bagi pasien atau klien untuk memperbaiki
ataupun mencegah gangguan, meningkatkan, mengembalikan,
ataupun menambah fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor
risiko terkait kesehatan serta memaksimalkan kondisi kesehatan,
kebugaran, ataupun rasa sejahtera secara keseluruhan[CITATION
Placeholder4 \l 1033 ].
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi pembentuk tulang
Tulang yang membentuk lutut ialah femur, patella, tibia, serta
fibula. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing tulang
pembentuk lutut.
a. Tulang Femur

Tulang femur adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang


femur bersendi dengan acetabulum dalam formasi tersebut
yang membentuk persendian menjalur ke medial lutut dan
membuat sendi dengan tibia. Pada ujung atas tulang femur
terdapat kaput yang dipuncaknya terdapat lekukan seperti
bentuk kulit telur dengan permukaan kasar yang berkaitan
dengan ligamentum teres. Bagian lateral dari kolomna femoris
terdapat trochantor mayor, trochanter minor yang
dihubungkan dengan garis yang dinamakan garis krista
intertrochantor. Pada tulang femur juga ditandai dengan
adanya tuberkel dari tulang yaitu tuberkel kuadratum. Pada
batang femur terdapat sisi yang melekung ke depan dan di
belakangnya ada belebas yang sangat jelas, yang disebut
dengan linea aspera. Ujung distal femur mempunyai dua
bongkol sendi, kondilus lateralis dan kondilus medialis. Di

18
antara keduanya bagian belakang terdapat lekuk dinamakan
fossa interkondiloid. Pada bagian distal femur terdapat
tonjolan yang disebut dengan epikondilus lateral dan
epikondilus medial[CITATION Pea12 \l 1033 ].

b. Tulang Patella
tulang patella ataupun tempurung lutut merupakan
tulang sesamoid yang berkembang di dalam tendon otot
quardicep ekstensor. Apeks patella meruncing ke bawah.
Permukaan anterior tulang yakni kasar. Permukaan
posteriornya halus serta bersendi dengan permukaan patella
ujung bawah femur [CITATION Roh14 \l 1033 ].
c. Tulang Tibia
Tibia atau tulang kering yang ujung proksimalnya
mempunyai dua bongkol condylus medialis dan condylus
lateral. Pada permukaan tibia mempunyai fasies artikularis
superior, dan dibagi dua oleh eminensia interkondiloid medial
dan lateral, kemudian di depan eminensia terdapat lekuk kecil
fosa interkondiloid posterior, bagian tepi permukaan sendi tibia
terdapat margo inferior infraglenoid. Tetap di bawah margo
terdapat tonjolan yang disebut tuberositas tibia[CITATION
Pea13 \l 1033 ].
d. Tulang fibula
Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang
ramping. Tulang fibula terdiri dari capitulum fibula yang
melekat dibagian belakang atas tibia, diafisis fibula sama
dengan tibia yang dipisahkan oleh crista[CITATION Wir13 \l 1033
].

19
Gambar 2.1 Gambar 2.1 tulang Fibula
[CITATION Roh141 \l 1033 ]

2. Sendi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terdiri dari penyatuan
dua tulang: tulang panjang paha (femur) serta tulang kering (tibia).
Antara ujung tulang 2 putaran cakram yang dibuat dari tulang
rawan yang disebut medial (dalam) serta lateral (luar) meniskus.
Tulang rawan artikular juga melapisi permukaan[CITATION Tri19 \l
1033 ].

Sendi

Gambar 2.2 Lutut pada keadaan norma dan abnormalitas

20
[CITATION Sob131 \l 1033 ]

21
3. Otot
pada sendi lutut terdapat grup otot yang dibagi menjadi dua
yaitu hamstring (semimebranosus, semitendinosus, bicep femoris)
serta quadricep (vastus lateral, vastus medial, vastus intermedius,
recktus femoris).
Grup otot hamstring yaitu bicep femoris, semitendinosus,
semimembranosus otot-otot lain yang juga berkontribusi ketika
gerakan fleksi lutut ialah gastrocnemius, plantaris, popliteus,
gracillis, serta sartorius[ CITATION Hou121 \l 1033 ].
Quadriceps (musculus rectus femoris, musculus vastus
lateralis, musculus Vastus medialis, musculus vastus
intermedius). Musculus Rectus femoris terletak di medial anterior
Os. Femur. M. Rectus femoris mempunyai 2 tendon, menempel di
SIAS serta di cekungan atas acetabulum, Sedangkan insersionya
terletak di basis ossis patellae (Fandrian et al, 2014).

Gambar 2.3 Otot Fleksor Genu

[CITATION Sob131 \l 1033 ]

22
Gambar 2.4 Otot Ekstensor Genu

[CITATION Sob131 \l 1033 ]

4. Ligament
Ligament ialah ikatan dari sebagian ligament. Ligament
merupakan suatu jaringan fibrosa yang tersusun oleh serat
kolagen yang mempunyai sifat sangat kuat, fleksibel serta resisten
dari pukulan ataupun tekanan dari luar ataupun dalam, ligament
berfungsi sebagai penghubung tulang dengan tulang ataupun
sendi [CITATION Qui16 \l 1033 ].
Ligamen-ligamen yang terdapat pada knee joint antara lain:
a. Medial Collateral Ligament (MCL)
Disebut MCL sebab tempat ligament ini terletak di tengah
sendi lutut. MCL berfungsi untuk menahan beban dari
permukaan luar sendi lutut, sebagai penahan beban tubuh
ketika rotasi tibia pada femur, serta juga berperan saat
gerakan translasi Os. tibia pada Os. Femur Lateral Collateral
Ligament (LCL).
LCL ialah ligament extracapsular. LCL melekat pada
epycondyl us lateralis dari Os. Femur serta persendian dengan

23
tendon m. Biceps Femoris ke bagian conjoined tendon. Fungsi
dari LCL merupakan sebagai penahan beban varus pada knee
joint serta saat gerakan rotasi Os. tibia terhadap Os. Femur
(Lowe et al, 2016).
b. Posterior Cruciatum Ligament (PCL)
PCL merupakan ligament yang terhubung dari posterior
superficial Os. Tibia. PCL memipunyai bentuk yang pendek.
PCL berfungsi sebagai penahan ketika gerakan posterior
translation atau ketika knee flexi 75 – 90 derajat, rotasi serta
valgus / varus pada knee joint, medial tibial rotation 90 derajat
(Lowe et al, 2016).
c. Anterior Cruciatum Ligament (ACL)
ACL tepatnya terletak di area depan pada knee joint. ACL
bertanggung jawab untuk menahan beban di anterior knee
joint, anterior translation Os. Tibia terhadap Os. Femur (Lowe
et al, 2016).

Gambar 2.5 Ligamen Pada sendi lutut

[ CITATION Lip11 \l 1033 ]

24
5. Jaringan Lunak
a. Meniscus
Meniscus merupakan bagian dari fibrocartilago yang
terletak pada sisi medialdan lateral knee joint, yang berfungsi
sebagai peredam benturan sehingga bisa mendisribusikan
beban secara menyeluruh[ CITATION Fox14 \l 1033 ].
b. Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan terletak
bagian lateral, sehingga resultannya akan jatuh dibagian sentral
sendi diantara tulang serta tendon ataupun struktur lain yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan selama gerakan[CITATION
Eta \l 1033 ]
C. Biomekanik
Axis gerak fleksi serta ekstensi di atas permukaan sendi, ialah
melewati condylus femoralis. Sebaiknya gerakan rotasi aksisnya
longitudinal pada daerah condylus medial. Secara biomekanik, akan
melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot – otot pada
lutut Biomekanik dibagi menjadi du yaitu:
1. Osteokinematik
Rentang gerak normal pada sendi lutut merupakan sekitar
130 ° hingga 145 ° pada fleksi serta 1 ° sampai 2 ° dari
hiperekstensi. Gerakan patela merupakan dibatasi dalam posisi
tertekuk karena kenaikan kontak dengan tulang paha. Pergerakan
patela sangat dipengaruhi oleh permukaan sendi serta panjang
tendon patela serta minimal dipengaruhi oleh femoris quadriceps.
2. Arthokinematika
Arthokinematika pada sendi lutut disaat femur bergerak
rolling serta sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerakan fleksi
femur rolling kearah belakang dan sliding ke arah belakang. Bila
tibia bergerak fleksi maupun ekstensi hingga rolling ataupun
sliding terjadi searah, dikala fleksi menuju dorsal sebaliknya
ekstensi menuju ventral[ CITATION Kis12 \l 1033 ].

25
D. Deskripsi
1. Patologi
Osteoarthiritis merupakan suatu sindroma klinis akibat
perubahan struktur rawan sendi serta jaringan sekitarnya yang
ditandai dengan menipisnya kartilago secara progresif yang
disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula
subkondral serta terbentuknya tulang baru pada tepi sendi
(osteofit). Secara hispatilogis, osteoartrithis ditandai dengan
menipisnya tulang kartilago dan disertai perkembangan dan
remodeling tulang diikuti dengan atrofi sera destruksi tulang
sekitarnya, dampaknya menimbulakan nyeri yang pada stadium
lanjut memunculkan kecacatan [ CITATION Fat16 \l 1033 ]

Gambar 2.6 Anatomi Abnormal.[CITATION Ali13 \l 1033 ]

26
27
Tabel 2.1 Grade pada osteoarthritis

(Singh and Vikram 2014)


Grade Penjelasan
Grade 1 Meragukan, dengan gambaran sendi
normal, terdapat osteofit minim
Grade 2 Minimal, osteofit sedikit pada tibia,
patella, dan permukan sendi menyempit
asimetris
Grade 3 Moderate, adanya osteofit moderate
pada permukaan tempat, permukaan
sendi menyempit secara komplit dan
tampak sklerosis subkondral
Grade 4 Berat, adanya osteofit yang berat,
permukaan sendi menyempit secara
komplit, sklerosis subkondral berat, dan
kerusakan permukaan sendi

2. Etiologi
Etiologi osteoarthritis tidak diketahui pasti, ada beberapa
faktor resiko yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan genetik.
Pada osteoarthritis terdapat banyak problematika fisioterapi antara
lain adanya kaku sendi lutut < 30 menit pagi hari, bengkak pada
lutut, kelemahan otot, deformitas, adanya keterbatasan gerak
pada sendi lutut,gangguan pada saat posisi jongkok ke berdiri,
gangguan pola jalan karena kelemahan otot & instabilitas sendi dan
terdapat penurunan kemampuan fungsional seperti berjalan [CITATION
Kus15 \l 1033 ]
Terdapat beberapa faktor-faktor pada osteoarthritis yaitu
sebagai berikut:[CITATION Noo16 \l 1033 ]
a. Peningkatan usia, biasanya terjadi pada manusia usaia lanjut,
jarang dijumpai penderita osteoarthritis yang berusia di bawah
40 tahun

28
b. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi
sambungan tulang bekerja lebih berat, diduga menimbulkan
faktor terjadinya osteoarthritis
c. Jenis kelamin wanita
d. Infeksi sendi
e. Trauma okupasional
f. Faktor genetik berupa kasus orang lahir dengan kelainan
sendi tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami
osteoarthritis
g. Riwayat peradangan sendi
h. Gangguan neuromuscular
i. Gangguan matabolic
3. Patofisologi
Kartilago sendi umumnya licin, mengkilatdan basah.Pada sendi
sehat, kartilago melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain
dengan gesekan sekecil mungkin. Kartilago biasanya menyerap
nutrisi dan cairan seperti spons, dan ini dapat mempertahankan
kartilago tetap sehat dan licin. Pada osteoarthritis, kartilago tidak
mendapatkan nutrisi dan cairan yang diperlukan. Lama-kelamaan
kartilago dapat mengering dan retak. Pada kasus yang kronik
kartilago menyebabkan terjadinya kontak antara tulang dengan
tulang. tulang. Nyeri pada osteoarthiritis dapat karena
penggelembungan dari kapsul synovial oleh peningkatan cairan
sendi, mikrofaktur, iritasi periosteal, ataupun kerusakan ligamen,
sinovium, ataupun meniscus. Tulang rawan artikularmemiliki peran
penting dalam fisiologi. Tulang rawan artikular menyediakan
permukaan yang halus, relatif bebas gesekan antara ujung tulang
membuat sendi. Tulang rawan melemahkan beban mekanis yang
ditularkan melalui sendi. setelah tulang rawan mulai memecah, stres
mekanik yang berlebihan mulai jatuh pada struktur-struktur sendi
yang lain, kesimpulanya, pengikisan tulang rawan dapat terjadi.
Ruang sendi pada tulang rawan mulai menyempit, serta sclerosis
subcondral yang baru terbentuk sebagai respon terhadap beban

29
mekanis yang berlebihan. Tulang baru terbentuk pada lapisan sendi
(osteofit) [CITATION Jul16 \l 1033 ]
Imobilisasi adalah faktor lain yang dapat menimbulkan
degenerasi tulang rawan articular. Tergantung dari kurangnya
pasokan pembuluh darah, tulang rawan artikular berurutan serta
berulang-ulang dalam memuat pergerakan untuk unsur-unsur nutrisi
untuk mencapai kondrosit dan produk-produk limbah selular untuk
kembali ke cairan sinovial dan berakhir ke aliran darah. Mekanisme
nutrisi tulang rawan artikular terganggu oleh imobilisasi. Efek yang
merugikan imobilisasi dipercepat dan berkontak langsung pada
permukaan artikular sekunder untuk imobilisasi. Jika siklus nutrisi
terputus lumayan lama, akan terjadi perubahan structural
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang timbul pada osteoarthritis merupakan
sebagai berikut:[CITATION Kun11 \l 1033 ]

a. Nyeri
Nyeri pada osteoarthritis di diskripsikan sebagai nyeri
tumpul (dull pain) serta nyeri cubitan (aching pain). Nyeri
meningkat pada struktur yang memiliki nerve ending (nociceptif)
serta di alibatkan oleh meningkatnya tekanan vena pada
subchondral bone serta osteofit, sinovitis, dan sublukasi.

b. Keterbatasan lingkup gerak sendi


Kekukuan gerak sendi (joint stiffness) terjadioleh rasa nyeri
sendi menyebabkan retraksi kapsul sendi. Tidak haya itu,
munculnya osteofit serta penebalan kapsuler, dan nyeri
membuat penderita tidak ingin melakukan gerakan secara
maksimal sampai batas normal, sehingga menyebabkan
keterbatasan gerak sendi pada lutut.
c. Krepitasi
Permukaan sendi yang kasar karena degradasi serta
rawan sendi menimbulkan timbulnya krepitasi yang terdengar
semacam suara gesekan permukaan tulang yang kasar pada
saat sendi digerakkan.

30
d. Penurunan kekuatan otot Quadricep serta Atrofi Otot Sekitar
Sendi Lutut Otot quadricep menemukan persarafan somatic
dari segmental lumbal 4 yang sesegmen dengan persarafan
somatic sensoris sendi lutut. Apabila terdapat nyeri serta
kekakuan sendi berlangsung lama hingga otot quadricep akan
menunjukkan atrofi.
e. Deformitas
Osteoarthritis sendi lutut yang berat akan menimbulkan
destruksi kartilago, tulang serta jaringan. Deformitas varus
terjadi bila apabila terdapatnya kerusakan pada kompartemen
medial serta kendornya ligamentum collatearal lateral,
sedangkan deformitas valgus terjadi ababila terdapat adanya
kerusakan pada kompartemen lateral serta kendornya
ligamentum collateral medial.
f. Instabilitas sendi lutut
Instabilitas ini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot
sekitar sendi lutut dan juga kendornya ligamen sekitar sendi
lutut. Selain itu 18 juga terjadi akibat menurunnya fungsi
propioseptor di dalam merespon reaksi arthokinematik pada
setiap perubahan posisi.
E. Pemeriksaan Dan Pengukuran
Pemeriksaan dan pengukuran pada osteoarthtitis genu
bilateralberupa :
1. Pengukuran nyeri dengan menggunakan Visual Analouge Scale
(VAS)
Parameter yang digunakan buat mengukur nyeri merupakan
Visual Analouge Scale (VAS) dengan metode menunjukan suatu
titik pada garis skala nyeri (0-10cm).Suatu ujung 0 menunjukan
tidak nyeri dan ujung yang lain (10) menunjukan nyeri hebat.
Besarnya derajat nyeri dinilai dari panjang garis yang dimulai dari
titik nyeri sampai titik yang di tunjuk oleh penderita. Besarnya
adalah satuan millimeter. Pemeriksaan derajat nyeri meliputi nyeri
diam, tekan serta gerak.[ CITATION Wid161 \l 1033 ]

31
Gambar 2.7 Alat Pengukuran nyeri VAS[ CITATION Wid161 \l 1033 ]

2. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Dengan Goniometer


pemeriksaan lingkup gerak sendi dilakukan dengan
menggunakan goniometer berdasarkan ISOM (International
Standar Orthopaedic Measure) diukur pada saat gerak aktif ataupun
pasif, pemeriksaan sendi lutut pada saat bergerak fleksi dan
ekstensi yaitu pada epicondylus lateral. Tujuan dari pengukuran
LGS merupakan untuk mengetahui besarnya LGS yang terdapat
pada sesuatu sendi serta membandingkannya dengan LGS pada
sendi normal yang sama, membantu diagnosis serta memastikan
fungsi sendi penderita, untuk melaksanakan penilaian terhadap
penderita setelah terapi serta membandingkannya dengan hasil
pemeriksaan ataupun evaluasi sebelumnya [CITATION irf13 \l 1033 ]
Prosedur penatalaksanaan pengukuran LGS dengan
goniometer menurut [CITATION irf13 \l 1033 ]:
a. Posisikan pasien pada posisi tubuh yang benar, ialah posisi
tidur terlentang. Bagian yang diukur harus terbuka.
b. Peragakan gerakan ekstensi knee (meluruskan lutut).
c. Lakukan gerakan pasif 2 ataupun 3 kali untuk menghilangkan
gerakan subtitusi serta ketegangan - ketegangan karena
kurang bergerak.
d. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.
e. Letakkan axis pada epikondilus lateral.

32
f. Letakkan tangkai goniometer yang dinamis sejajar axis
longitudinal, kemudian pada saat ekstensi knee sisi dinamis
goniometer sejajar dengan fibula.
g. Pastikan bahwa axis goniometer tepat pada axis gerakan sendi.
Pegang goniometer antara jari – jari serta ibu jari. Letak
goniometer jangan sampai menekan pada kulit (jaringan lunak)
karena bisa mengganggu gerakan ataupun salah dalam
membaca hasil.
h. Bacalah hasilnya pada awal serta akhir gerakan. Lepas
goniometer saat digerakkan serta pasang lagi saat akhir
gerakan. Catat hasil pengukuran LGS nya, untuk nilai normal
LGS ekstensi knee merupakan pada bidang sagital serta
bernilai 0 derajat.
Hasil normal dari pengukuran LGS fleksi knee dan ekstensi
kne adalah S=0-0°-135°

Gambar 2.8 Alat ukur Goniometer[ CITATION Les17 \l 1033 ]

3. Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing


Pemeriksaan kekuatan otot merupakan pemeriksaan dasar untuk
menilai pergerakan dan mengidentifikasikan masalah gerak untuk
intervensi biasanya dilakukan dengan menggunakan teori Manual
Muscle Testing (MMT) yang fungsinya untuk mengetahui kemampuan
pasien atau menentukan kelemahan otot dalam mengkontraksikan
group otot secara voluntary dengan derajat MMT dinilai dalam angka
0-5. Berikut kriteria kekuatan otot [ CITATION Dan18 \l 1033 ]

33
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Otot

[CITATION Dan181 \l 1033 ]

Nilai Keterangan
5 Kontraksi otot dengan sendi penuh, mampu melawan gravitasi
dan melawan tahanan maksimal/optimum
4 Kontraksi otot dengan sendi penuh, mampu melawan gravitasi
dan dengan tahanan minimal
3 Kontraksi otot dapat menggerakkan sendi dengan penuh,
mampu melawan gravitasi
2 Ada kontraksi dapat menggerakkan sendi secara penuh dan
tidak melawan gravitasi
1 Kontraksi otot dapat terlihat atau teraba tetapi tidak ada gerakan
sendi
0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali baik dilihat atau diraba

4. Tes Spesifik
a. Tes drawer anterior posterior
1) Cara : Pasien dalam posisi supinasi dengan knee fleksi dan
telapak kaki rapat rapat pada bed pemeriksaan. Genggam
bagian proximal tibia dan angkat tibia kearah anterior
kemudian dorong kearah posterior
2) Interpretasi : Pergerakan tibia berlebihan kearah anterior
menandakan terjadinya robekan cruciatus anterior.
Pergerakan tibia berlebihan kearah posterior menandakan
adanya robekan cruciatus posterior
3) Tujuan : untuk menilai fungsi ligament cruciatum.[ CITATION
Ari16 \l 1033 ].

34
Gambar 2.9 Drawer Test

(Tobing, 2015)

b. Tes ballotement
1) Cara : Letakan satu tangan pada bagian superior patella dan
satu tangan pada bagian inferior, Kemudian ibu jari-jari
tengah, Jari manis dan jari kelingking digunakan untuk
menggerakkan cairan synovial (tangan superior kearah
inferior, tangan inferior kearah superior) dan jari telunjuk
digunakan untuk merasakan adanya ketukan patella (patella
tepi)
2) Interpretasi : Jika terdapat efusi, patella akan terasa
melayang dan memantul kembali ketika ditekan kebawah
3) Tujuan : Untuk mengetahui adanya cairan pada permukaan
knee (Arifin & sakti, 2016)

Gambar 2.10 Tes Ballotement


[CITATION Car12 \l 1033 ]
c. Tes krepitasi

35
1) Cara : Menekan sendi patellofemoralis secara bergantian
pada kutub superior dan inferior dengan lembut. Kemudian
gerakkan juga ke kutub medial dan lateral
2) Interpretasi : terasa sakit jika bagian tengah tulang rawan
artikular rusak
3) Tujuan : Untuk mengetahui adanya suara retak atau suara
gerakan pada ujung-ujung tulang patah yang berasal dari
gelembung yang meletup akibat tekanan yang berada di
dalam sendi [ CITATION Law16 \l 1033 ]

Gambar 2.11 Kreptasi Test

(Tobing, 2015)

5. Pemeriksaan fungsional dengan WOMAC


WOMAC adalah indeks yang digunakan untuk menilai kondisi
pasien dengan osteoarthritis pada lutut. Semua subskala dan WOMAC
total memiliki konsistensi internal dan validati yang lebih memuaskan
dibandingkan dengan lequense. Validitas WOMAC berkisaran antara
0,79-0,94 sedangkan realibilitasnya antara 0,80-0,98 untuk osteoarthritis
lutut. Oleh karena itu WOMAC bisa digunakan dalam alat ukur penelitian
(Chounhary & Kishor, 2013).
WOMAC menghasilkan nilai fungsional yang bisa diperoleh dari
kuesioner untuk mengukur nyeri serta disabilitas pasien osteoarthritis
lutut. Dalam kuesioner tersebut jawaba diberi skor 0- 4. tiap skor mewakili
kondisi yang dialami pasien. Keterangan mengenai skor pada pertanyaan

36
kuesioner WOMAC bisa dilihat pada tabel. Berikutnya skor dari 24
pertanyaan di jumlah kemudian dibagi 96 serta dikalikan 100% untuk
mengetahui skor totalnya. Nilai ringan (0,40%), nilai sedang (40% - 70%),
serta nilai berat (70% - 100%). Terus menjadi besar skor menunjukkan
semakin berat nyeri serta disabilitas pasien osteoarthritis lutut tersebut

Tabel 2.3 Penilaian Indeks WOMAC

(Aos, 2013)

Subskala Nilai
Nyeri
Berjalan 4
Naik Tangga 3
Istirahat 0
Malam hari 0
Menumpu 3
Kekakuan
Morning stiffnes 3
Kekakuan sendi pada malam hari 0
Fungsi Fisik
Naik Tangga 3
Turun tangga 1
Berdiri 2
Berdiri dari duduk 3
Membungkuk ke lantai 1
Berjalan dari permukaan yang datar 1
Masuk dan keluar mobil 0
Berbelanja 1
Memakai kaos kaki 0
Melepas kaos kaki 0
Berbaring di tempat tidur 0
Bangun dari tempat tidur 1
Duduk 1
Masuk dari kamar mandi dan toilet 0
Keluar dari kamar mandi dan toilet 0
Melakukan pekerjaan ringan 2
Melakukan pekerjaan berat 4

37
Tabel 2.4 Penilaian indeks WOMAC

(Aos, 2013)

Skor Keterangan
0 Tidak
1 Ringan
2 Sedang
3 Berat
4 Sangat berat

F. Teknologi fisioterapi
1. Infra Red
Menurut[ CITATION Seo \l 1033 ], terapi infra red merupakan
salah satujenis terapi dalam bidang ilmu kedokteran fisik serta
rehabilitas yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra
merah dengan bertujuan buat pemanasan struktur
muskuloskeletal yan terletak superfisial dengan energi penetrasi
0,8-1mm yang dapat meningkatkan energi regang ataupun
ekstensibilitas jaringan lunak sekitar sendi seperti, ligament dan
kapsul sendi, dapat memberikan rasa nyaman serta rileks,
vasodilatasi, mengurangi nyeri. Dosis pemakaian infrared, untuk
memperoleh hasil yang maksimal dengan tujuan untuk
meningkatkan elastisitas jaringan lunak dibutuhkan 6 kali terapi
dengan frekuensi 2-3 kali perminggu dengan waktu pemberian 15
menit tiap kali terapi.
Menurut[CITATION Les16 \l 1033 ], Infra Red ialah terapi
superficial heating dengan panjang gelombang 750-400.000A
yang ada 2 tipe generator ialah luminous serta non luminous.
Berikut ialah dampak fisiologis, efek terapautik, efek samping,
indikasi, kontra indikasi dari infra merah :
a. Efek fisiologis menurut [ CITATION Soe15 \l 1033 ]:
Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian infra red,
efek ataupun pengaruh fisiologi yang ditimbulkan pemberian infra
red merupakan sebagai berikut :

1) Meningkatkan proses metabolisme

38
Sesuatu reaksi eritemakimia bisa dipercepat dengan
terdapatnya panas ataupun meningkatnya temperature akibat
pernafasan. Dampaknya proses metabolism yang terjadi pada
lapisan superficial kulit akan bertambah sehingga akan
mempengaruhi kenaikan suplai oksigen serta nutrisi ke dalam
jaringan tubuh.
2) Vasodilatasi pembuluh darah
Vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan arterioleakan
terjadi segera sehabis penyinaran. Kulit akan mengadakan
reaksi dan berwarna kemerah-merahan yang disebut eritema.
Setelah itu pembuluh darah mengalami pelebaran
(vasodilatasi) sehingga nutrisi serta oksigen bisa diedarkan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah.
3) Pengaruh terhadap saraf sensoris
Mild healting memiliki pengaruh terapeutik terhadap
ujung - ujung saraf sensoris.
4) Pengaruh terhadap jaringan otot.
Penaikan temperature membantu terjadi rileksasi otot,
pemanasan juga akan mengaktifkan terbentuknya
pembuangan sisa-sisa metabolism.
5) Peningkatan temperatur tubuh
Penyinaran yang tuas yang berlangsung dalam waktu
yang relative lumayan lama bisa menyebabkan peningkatan
temperature tubuh.
6) Mengaktifkan kerja kelenjar keringat
Pengaruh rangsangan panas yang dibawa ujung-ujung
saraf sensoris bisa mengaktifkan kerja kelenjar keringat.
b. Efek terapeutik menurut:[CITATION Les15 \l 1033 ]
Dampak terapeutik dari pemberian infra red merupakan
sebagai berikut:
1) Mengurangi ataupun menghilangkan rasa nyeri
Rasa nyeri ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi
sisa-sisa metabolism yang disebut zat “P” yang menumpuk
dijaringan. Dengan adanya pemberian sinyal infrared yang

39
diikuti vasodilatasi pembuluh darah sehingga sirkulasi darah
jadi lancar, maka zat “P” juga akan ikut terbuang sehingga
rasa nyeri berkurang.
2) Relaksasi otot
Relaksasi akan lebih mudah dicapai apabila jaringan otot
tersebut dalam kondisi hangat serta rasa nyeri tidak ada.
Radiasi sinar infrared disamping dapat mengurangi rasa nyeri,
dapat juga menaikan temprtatur / temperatur jaringan
sehingga bisa menjadikan otot relaksasi.
3) Meningkatkan suplai darah
Terdapatnya peningkatan temperatur akan menimbulkan
vasodilatasi, yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan
darah ke jaringan setempat. Hal ini terutama terjadi pada
jaringan superficial serta setempat. Dampak ini sangat
berguna untuk mengobati luka dan mengatasi infeksi di
jaringan superficial. Melalui sinar infrared ini sehigga
sangatlah membantu mengatasi suplai darah ke jarigan-
jaringan yang diobati.
c. Efek samping dari infra red menurut [ CITATION Ban131 \l 1033 ]:
1) Luka bakar dan derajat ringan
2) Bertambahnya peradangan
3) Nyeri yang bertambah
4) Alergi kulit, terutama bagi yang memiliki riwayat alergi
panas
5) Pendarahan yang meningkat pada luka terbuka
d. Indikasi dan kontra indikasi infra red menurut [CITATION Ban13 \l
1033 ]
Indikasi:
1) Peradangan setelah sub akut (kontusio, strain, sparin,
trauma sinovits)
2) Arthritis (RA, OA, neuralgia, lumbalgo, myalgia, neuritis)
3) Gangguan sirkulasi darah (thomboangitis obliterans,
thrombophlebitis, raynaud disease)
4) Penyakit kulit (folikulitis)

40
5) Persiapan latihan dan massage indikasi:
Kontra indikasi
1) Peradangan akut
2) Luka terbuka
3) Kanker ataupun tumor ganas
4) Luka bakar
5) Kerusakan saraf
e. Prosedur umum penggunaan Infra red (IR) menurut [ CITATION
Soe15 \l 1033 ]:
1) Persiapan alat : Cek alat, dengan memeriksa lampu
kabel, saklar tersebut sebelum dilakukan pemanasan
selama 5 menit,sebelum dilakukan terapi.
2) Persiapan pasien : Posisi pasien senyaman
mungkin,bagian yang akan di terapi tidak ditutupi oleh
pakaian sehingga infrared akan langsung mengenai kulit
pasien tempat yang akan diterapi diposisikan tengak
lulus dengan sinar infra red. Informasikan kepada pasien
bahwa panas yang dirasakan adalah rasa hangat, jadi
apabila pasien merasakan nyeri ataupun panas harap
memberitahu kepada terapis. Sebelumnya lakukan tes
sensibilitas (panas/dingin).
3) Posisi terapis : Berada pada samping pasien
4) Pengaturan dosis : Lampu diletakan tegak lurus dengan
jarak 35-45 cm dengan lampu infra red, dan waktu yang
diperlukan adalah 15 menit
5) Apabila terasa nyeri ataupun panas berlebihan saat
terapi berlangsung segera bilang kepada terapis ataupun
dokter yang menerapi.
6) Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat
infrared. Jangan langsung berdiri ataupun duduk, tetap
berbaring beberapa saat untuk mengembalikan aliran
darah ke normal. Terapis akan kembali melakukan
pemeriksaan serta wawancara mengenai efek yang
dirasakan setelah selesai terapi

41
2. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
merupakan intervensi untuk mengurangi nyeri dengan
menggunakan aliran listrik bertegangan rendah dalam
mengaktifkan jaringan saraf yang komplek. Hal ini terjadi oleh
karena aktifnya saraf descenden dalam saraf pusat untuk
mengurangi hiperalgesia.[CITATION Joh14 \l 1033 ]
Pada TENS dengan frequensi tinggi bisa mengurangi
substansi P, yang akan meningkat pada ganglia pada manusia
setelah cedera jaringan, sedangkan pada TENS dengan frequensi
rendah dapat memblokade reseptor opioid perifer, sehingga
mencegah analgesia, dengan demikian TENS juga dapat
mengubah rangsangan nosiseptornpeifer untuk mengurangi
masukan aferen ke sistem saraf pusat pada keadaan kronis
modalitas TENS dengan frekuensi serta intensitas dari rendah
sampai tinggi 2 Hz–100 Hz menghasilkan efek yang baik untuk
penurunan intensitas nyeri, mekanisme TENS dalam pengurangan
intensitas nyeri dijelaskan pada teori kontrol gerbang ketika arus
listrik diterapkan pada area yang mengalami cidera transmisi
persepsi nyeri melalui saraf yang berdiameter kecil ke otak
dihambat oleh aktvitas berdiameter besar yang bekerja cepat,
mekanisme lain yang dipaparkan ialah tersapatnya aktivasi jalur
penghambatan melalui opioid endogen, area yang terlibat dalam
penghambatan termasuk nucleus raphe magnus di rostral ventral
medulla (RVM) serta periaqueductal gray (PAG) yang
mengirimkan proyeksi ke (RVM) ke pangkal punggung spinal,
stimulasi ini akan menghasilkan penghambatan inti pangkal
punggung termasuk sel-sel saluran spinothamic.

Petunjuk penggunaan TENS mode burst menurut [CITATION


Kay16 \l 1033 ] adalah :
a. Persiapkan area kerja (peralatan, pita perekat, electrode, dll)
b. Instruksikan pasien mengenai terapi, serta apa yang akan
fisioterapis ingin pasien lakukan

42
c. Atur parameter pada nilai yang sesuai untuk TENS mode burst
(laju burst rendah serta durasi denyut panjang). Kontrol
amplitudo harus berada dalam posisi matiPersipkan kulit untuk
memastikan konduktivitas sebelum memasang elektroda
d. Hubungkan kabel l ke elektrode. Mulai dengan 2 elektrode.
Produsen menyuplai elektrode sekali pakai berperekat pada
sebagian besar alat mereka. Elektrode sekali pakai ini konduktif
dan nyaman digunakan. Elektrode sekali pakai steril juga
tersedia untuk digunakan pasca operasi. Persiapkan elektrode
sesuai instruksi pada berbagai elektrode.
e. Letakkan elektrode pada tempat stimulasi yang sudah
ditentukan. Terdapat banyak strategi untuk memilih area
penempatan elektrode yang tepat. Penting untuk melakukan
evaluasi yang menyeluruh pada pasien guna menentukan
hubungan nyeri terhadap disfungsi atau patalogi. peletakan
elektrode pada tempat yang mencakup myotom, area
paraspinal (saraf meningeal recurent), motor points, myofascial
trigger points, titik akupuntur, trunkus saraf tepi, sklerotom,
ataupun area lokal nyeri yang terkait dengan disfungsi.
Kontraksi otot diperlukan pada model ini, karena itu area
terpenting merupakan motor points otot di dalam miotom yang
secara segmental terkait dengan disfungsi.
f. Hubungkan kabel lead ke unit
g. Nyalakan unit serta tingkatkan amplitude untuk memperoleh
kontraksi otot yang kuat dan berirama. Intensitas pada tinggat
ini bisa jadi terasa tidak nyaman bagi pasien. Waktu induksi
untuk respons opiate, ataupun analgesia merupakan sekitar 20
sampai 30 menit.
h. Pada akhir terapi, matikan unit serta kembalikan semua
parameter ke nilai 0.
i. Lepaskan semua elektrode
j. Lakukan semua prosedur, evaluasi pasca terapi yang
diindikasikan, termasuk inspeksi kulit

43
k. Dokumentasikan penempatan elektrode, model TENS,
parameter, stimulasi, respons pasien terhadap terapi, serta
instruksi lanjutan.
Indikasi dan kontra indikasi penggunaan TENS [CITATION Kay16 \l
1033 ]:
a. Indikasi
1) Osteoarthritis
2) Rheumatoid arthritis
3) Inflamasi otot
4) Nyeri akut dan kronis
5) Sakit kepala kronis atau berulang
6) Sindrom nyeri regional kompleks
7) Pengangkatan jahitan, debridemen luka sebagai
penunjang luka pada deep friction massage (DMF) pada
area yang lokal
b. Kontra indikasi
1) Jenis demand crdiac pacemakers ataupun defibrillator
yang ditanam.
2) Kehamian
3) Pada sinus karotid, otot larygeal ataupun farigeal, area
sensitive mata,atau membran mukosa
4) Saat sedang mengoprasikan mesin berbahaya
5) Nyeri ataupun kondisi etiologinya tidak diketahui
3. Terapi Latihan
Terapi Latihan (exercise therapy) ialah aktivitas fisik yang
sistematis serta bertujuan untuk memperbaiki atau mencegah
gangguan fungsi tubuh, memperbaiki kecacatan, mencegah ataupun
mengurangi faktor resiko gangguan kesehatan serta mengoptimalkan
status kesehatan serta kebugaran [CITATION Wah18 \l 1033 ]
Active Resisted ialah gerak aktif dengan tahanan dari luar
terhadap gerakan yang dilakukan oleh pasien. Active resisted ini
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan otot
dengan meningkatkan tahanan secara bertahap serta pengulangan

44
gerakan dikurangi.[CITATION kis13 \l 1033 ] Pada kasus kali ini, terapi
yang digunakan merupakan:

1) Active resisted movement dengan tahanan minimal

a) Posisi pasien : Posisi pasien tidur tengkurap

b) Posisi terapis : terapis berada disamping bed

c) Pelaksanaan terapi : Terapis meletakan tahanan ke arah ekstensi


pada tungkai dekstra pasien, kemudian pasien diminta untuk melawan
tahanan pada gerakan fleksi knee, tahanan selama 8 detik dan lakukan 5
kali pengulangan, begitu juga sebaliknya.[ CITATION Dol19 \l 1033 ]

Gambar 2.12 Latihan active resisted movement

(Dolan, 2019)
2) Hold Relax

Hold Relex ialah salah satu jenis propioseptive neuromuscular


fasilitation (PNF) stretching. Metode ini digunakan untuk memafasilitasi
rileksasi otot dalam upaya mencapai lingkup gerak sendi dengan
menggunakan metode kontraksi isometrik [CITATION Ham15 \l 1033 ]

a) Posisi pasien : Posisi pasien senyaman mungkin dan dalam posisi


tengkurap di bed

b) Posisi terapis : Posisi terapis berada disamping bed dan


memberikan instruksi

45
c) Pelaksanaan terapi : Beri instruksi kepada pasien untuk
mengerakan tungkainya kearah antagonis sampai batas nyeri
pasien, kemudian terapis memberi tahanan dibagian distal sendi
lutut yang bergerak dengan arah berlawanan dari gerakan pasien.
Lalu pasien diminta mengkontraksikan otot antagonis tersebut
dengan tanpa terjadi gerakan atau kontraksi isometrik. Dengan
sesuai intruksi yang diberikan selama 7 hitungan kepasien rilex,
kemudian terapis memberikan penguluran kearah fleksi lutut, dan
gerakan ini diulangi sampai 5 kali repetisi.

Gambar 2.13 Terapi latihan hold relax

[CITATION Ham15 \l 1033 ]

46
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
adalah Autoanamnesis, karena pasien dapat melakukan tanya
jawab secara langsung. Berdasarkan anamnesis data yang telah
dilakukan didapatkan hasil berupa identitas pasien, catatan klinis,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit
pribadi.
Pada tanggal 25 Maret 2021 dilakukan autoanamnesis
dengan hasil Tn. Duki seorang pensiunan pns yang perusia 67
tahun, beragama islam dan bertempat tinggal di kawung raya
NO.16 RT.10/14 Tlogosari semarang
Pasien datang ke RS. Roemani muhammadiyah semarang dan
mengeluhkan nyeri pada kedua lutut, terutama pada gerakan
duduk di antara dua sujud ke posisi berdiri juga Pasien adalah
pensiunan PNS
2. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal
25 Maret 2021 didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan
didapatkan hasil sebagai berikut : 1) Tekanan darah 130/80
mmHg 2) Denyut nadi 70×/menit 3) Pernafasan 23×/menit 4)
Temperatur 36,5°C 5) Tinggi badan 165 cm 6) Berat badan 73
kg.
b. Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat dalam
kodisi diam dan dibagi menjadi dua yaitu statis dan dinamis.
Inspeksi statis yaitu 1) kondisi pasien saat diam dan diperoleh
hasil raut muka pasien terlihat menahan sakit saat ditekan
pada area lutut. Inspeksi dinamis yaitu 1) kondisi pasien saat

47
bergerak dan diperoleh hasil pola jalan pasien cenderung
menggunakan kaki kanan sebagai tumpuan.
c. Palpasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba, menekan
dan memegang organ bagian tubuh untuk mengetahui
spasme, odema, nyeri dan suhu lokal. Pada pemeriksaan ini
didapatkan hasil adanya spasme pada otot hamstring, adanya
nyeri di area lutut, dan suhu lokal teraba normal.
d. Tes Reflek
Tes ini dilakukan dengan cara mengetuk bagian tendon
menggunakan hamer dan didapatkan hasil negatif pada
tendon patella.
e. Pemeriksaan Gerakan Dasar
Gerakan dasar dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Gerakan Aktif
Pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien dapat
melakukan gerakan fleksi-ekstensi tetapi tidak full ROM
dan Nyeri di akhir gerakan.
2. Gerakan Pasif
Pemeriksaan ini didapatkan hasil saat digerakkan
oleh terapis pasien dapat melakakan gerakan fleksi
knee dan ekstensi knee full ROM. Pada saat fleksi knee
dextra maupun sisistra ada nyeri, untuk end feel nya
adalah soft end feel, sedangkan saat melakukan
gerakan ekstensi knee dextra maupun sinistra, tidak ada
nyeri.
3. Gerakan Aktif Melawan Tahanan
Pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien dapat
bergerak aktif ke arah fleksi dan ekstensi knee melawan
tahanan minimal yang diberikan terapis.
f. Intrapersonal
Hasil dari pemeriksaan ini yaitu pasien mempunyai
semangat dan motivasi yang tinggi untuk sembuh

48
g. Fungsional Dasar
Hasil dari pemeriksaan fungsional dasar yaitu
pasien mampu melakukan aktivitas, tidur miring kekanan
dan kekiri, duduk, ke beridri dan jalan, namun mengalami
kesulitan saat berjalan jarak jauh
h. Fungsional aktivitas
Dalam pemeriksaan fungsional aktivitas didapat
pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitas
sehari-hari seperti saat sholat sehingga pasien
memutuskan sholat dengan posisi duduk di shofa
i. Lingkungan Aktivitas
Data yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini
adalah lingkungan aktivitas pasien sangat mendukun
dalam proses kesembuhan pasien, dan tidak
menghambat aktivitas pasien, Misalnya pasien
menggunakan WC duduk, tidak ada terdapat tangga di
rumah pasien
3. Pemeriksaan Spesifik
a. Pemeriksaan Sistemik Khusus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melengkapi
keakuratan data yang berupa:
1). Drawl Anterior Posterior didapatkan hasil negatif (-)
2). Ballotement didapatkan hasil negatif (-)
3). Krepitasi didapatkan hasil positiff (+)
b. Pengukuran Khusus
1). Pengukuran nyeri menggunakan VAS (visual
analogue scale)

49
Tabel 3.1 Pengukuran dengan VAS knee sinistra dan knee dextra

(Dokumentasi pribadi, 2021)

Nyeri Nilai
Sinistra Dextra
Nyeri Diam 0 0
Nyeri Tekan 3 2
Nyeri Gerak 4 3

2). Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)


menggunakan goniometer
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan
menggunakan gonio meter maka didapatkan hasil:

Tabel 3.2 Pengukuran LGS Menggunakan Goniometer

(Dokumentasi pribadi 2021)

Bidang Gerak Dekstra Sinistra LGS


normal
Fleksi knee S = 0 - 0 - 90° S=0-0- S=0-0–
Aktif 75° 135
Ekstensi Knee S=0-0- S=0-0- S=0-0–
Pasif 130° 130° 135

3). Pengukuran kekuatan otot dengan manual maskel test

Tabel 3.3 Pengukuran kekuatan otot dengan manual


muscle testing (MMT)

(Dokumentasi pribadi, 2021)

Otot Penggerak Dekstra Sinistra


M. Hamstring 4 3
M. Quadricep 4 3

4). Pemeriksaan aktivitas fungsional menggunakan skala


WOMAC

50
Tabel 3. 4 Pemeriksaan Aktivitas Fungsional Menggunakan Skala
WOMAC(Dokumentasi pribadi 2021)

Subskala Nilai
Nyeri
Berjalan 4
Naik Tangga 3
Istirahat 0
Malam hari 0
Menumpu 3
Kekakuan
Morning stiffnes 3
Kekakuan sendi pada malam hari 0
Fungsi Fisik
Naik Tangga 3
Turun tangga 1
Berdiri 2
Berdiri dari duduk 3
Membungkuk ke lantai 1
Berjalan dari permukaan yang datar 1
Masuk dan keluar mobil 0
Berbelanja 1
Memakai kaos kaki 0
Melepas kaos kaki 0
Berbaring di tempat tidur 0
Bangun dari tempat tidur 1
Duduk 1
Masuk dari kamar mandi dan toilet 0
Keluar dari kamar mandi dan toilet 0
Melakukan pekerjaan ringan 2
Melakukan pekerjaan berat 4

Total Skor = 33 / 96 × 100 = 34,3 %


Dari jumlah skor yang dihitung menggunakan rumus catatan
yang diperoleh adalah : Ketergantungan sedang

51
B. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan kapasitas fisik
dan kemampuan fungsional berdasarkan hasil interprestasi yang telah
dirumuskan menjadi peryataan yang logis dan dapat dilayani oleh fisioter
api. Dari hasil diatas dapat kita simpulkan adanya problematika fisioterapi
berupa :
1) Body dunction and body stucture
a) Adanya nyeri pada kedua lutut
b) Adanya keterbatasan LGS fleksi knee dextra dan sinistra
c) Adanya penurunan kekuatan otot M. Hamstring dan M.
Quadricep pada kedua lutut
2) Activities
Pasien mengalami keterbatasan saat dari posisi jongkok,duduk
keberdiri terasa nyeri dan saat sholat harus duduk di shofa
3) Participation
Pasien tidak mengalami hambatan dalam bersosialisasi di
lingkungan masyarakat.

C. Program / Rencana Fisioterapi


1) Tujuan
Tujuan fisioterapi yang ingin dicapai yang berupa tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang.
a. Jangka pendek
1). Mengurangi rasa nyeri pada kedua lutut
2). Meningkatkan LGS fleksi knee dextra dan sinistra
3). Meningkatkan kekuatan otot M. Hamstring dan M. Quadricep
pada kedua lutut
b. Jangka Panjang
Meningkatakan aktivitas fungsional pasien sehingga dapat
kembali beraktivitas tanpa adanya rasa nyeri.

2) Tindakan Fisioterapi
Untuk pasien Tn. D mendapat intervensi modalitas infrared dan
TENS untuk mengurangi nyeri dan melancarkan sirkulasi darah serta

52
memberikan efek sedatif, dan Terapi latihan untuk menambah kekuatan
M. Hamstring dan M. Quadricep dextra dan sinistra dan menambah ROM.
D. Tindakan Promotif / Preventif
Tindakan promotif / preventif adalah tindakan yang diberikan
oleh fisioterapi dan harus dilakukan oleh pasien secara mandiri
dirumah untuk menunjang kesembuhan pasien. Tindakan promotif /
preventif yang harus dilakukan sebagia berikut :
a. Pasien diminta untuk membatasi aktivitas yang membebani sendi
lutut seperti naik turun tangga
b. Kompres air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
c. Latihan yang sudah diberikan oleh fisioterapis agar dapat
diakukan dirumah seperti meneku dan meluruskan lutut.
E. Pelaksanaan Fisioterapi
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali, T1 pada
tanggal 25 Maret, T2 pada tanggal 29 Maret, T3 pada tanggal 01
April, T4 pada tanggal 05 April, T5 pada tanggal 09 April, T6 pada
tanggal 15 April 2021 dengan modalitas infra red, TENS dan Terapi
latihan Active resisted movement dan Hold relax
1) IR (Infra red)
a. Persiapan alat : Cek alat, dengan memeriksa lampu kabel,
saklar tersebut sebelum dilakukan pemanasan selama 5
menit,sebelum dilakukan terapi.
b. Persiapan pasien : Posisi pasien senyaman
mungkin,bagian yang akan di terapi tidak ditutupi oleh
pakaian sehingga infrared akan langsung mengenai kulit
pasien tempat yang akan diterapi diposisikan tengak lulus
dengan sinar infra red. Informasikan kepada pasien bahwa
panas yang dirasakan adalah rasa hangat, jadi apabila
pasien merasakan nyeri ataupun panas harap
memberitahu kepada terapis. Sebelumnya lakukan tes
sensibilitas (panas/dingin).
c. Posisi terapis : Berada pada samping pasien

53
d. Pengaturan dosis : Lampu diletakan tegak lurus dengan
jarak 35-45 cm dengan lampu infra red, dan waktu yang
diperlikan adalah 15 menit

Gambar 3.1 Pelaksanaan Infra red

(Dok pribadi 2021)

2) TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).


2. TENS
a. Persiapan alat : Cek alat, pastikan kabel sudah terhubung
dengan stop kontak dan tidak mengalami kerusaka Cek pada
busa elektroda pastikan dalam kondisi lembab kemudian
pasang pada ped
b. Persiapan pasien : Pasien tidur terlentang dan dekat dengan
alat. Pastikan tidak ada kontraindikasi.
c. Posisi terapis: Berada di samping pasien.
d. Penatalaksanaan terapi : Pasangkan elektroda pada lutut kanan
dan kiri, kemudian ikat dengan sabuk pengingkat yang
disediakan. Setelah itu atur TENS sesuai dengan batas
ambang nyeri pasien dengan waktu 15 menit

54
Gambar 3.2 Pelaksanaan TENS

(Dok pribadi, 2021)


3) Terapi Latihan
1). Active Resisted Muvement
a. Posisi pasien : Posisi pasien tidur tengkurap
b. Posisi terapis : Posisi terapis berada disamping bed
c. Pelaksanaan terapi : Terapis meletakan tahanan ke arah
ekstensi pada tungkai dekstra pasien, kemudian pasien
diminta untuk melawan tahanan pada gerakan fleksi knee,
tahanan selama 8 detik dan lakukan 5 kali pengulangan,
begitu juga sebaliknya.

Gambar 3.3 Laihan Active Resisted Movement Sinistra

(Dok pribadi 2021)

55
Gambar 3.4 Laihan Active Resisted Movement Dextra

(Dok pribadi, 2021)

2). Hold Relax

a. Posisi pasien : Posisi pasien senyaman mungkin dan dalam


posisi tengkurap di bed
b. Posisi terapis : Posisi terapis berada disamping bed dan
memberikan instruksi
c. Pelaksanaan terapi : Beri instruksi kepada pasien untuk
mengerakan tungkainya kearah antagonis sampai batas nyeri
pasien, kemudian terapis memberi tahanan dibagian distal
sendi lutut yang bergerak dengan arah berlawanan
darigerakan pasien. Lalu pasien diminta mengkontraksikan
otot antagonis tersebut dengan tanpa terjadi gerakan atau
kontraksi isometrik. Dengan sesuai intruksi yang diberikan
selama 7 hitungan kepasien rilex, kemudian terapis
memberikan penguluran kearah fleksi lutut, dan gerakan ini
diulangi sampai 5 kali repetisi.

56
Gambar 3.5 Terapi latihan hold relax dextra

(Dok pribadi, 2021)

Gambar 3.6 Terapi latihan hold relax sinistra

(Dok pribadi, 2021)

F. Pragnosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Qua ad comesticam : Bonam

57
G. Evaluasi
1. Hasil evaluasi pengukuran nyeri dengan menggunakan VAS
Setelah dilakukan terapi selama 6 kali, T1 pada tanggal 25 Maret,
T2 pada tanggal 29 Maret, T3 pada tanggal 01 April, T4 pada tanggal
05 April, T5 pada tanggal 09 April, T6 pada tanggal 15 April 2021
didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 3.5 Evaluasi nyeri knee sinistra menggunakan VAS

(Dok pribadi, 2021)

Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri Diam 0 0 0 0 0 0

Nyeri Tekan 3 3 3 2 2 2

Nyeri Gerak 4 4 4 3 3 3

Tabel 3.6 Evaluasi nyeri knee dextra menggunakan VAS

(Dok pribadi, 2021)

Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri Diam 0 0 0 0 0 0

Nyeri Tekan 2 2 2 2 1 1

Nyeri Gerak 3 3 3 3 3 2

58
2. Hasil evaluasi pengukuran LGS dengan goniometer
Setelah melakukan terapi 6 kali didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.7Hasil Evaluasi Pengukuran LGS Dengan Goniometer

(Dokumentasi pribadi, 2021)

Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6
gerak
Dekstra
Knee aktif S = 0 - 0 - S=0-0– S = 0 - 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0
90 90 -90 -90 -90 -100
Knee pasif S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0
-130 -130 -130 -130 -130 -135
Sinistra
Knee aktif S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 - 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0
-75 -75 -75 -75 -75 -80
Knee pasif S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 - 0- S = 0 – 0 S = 0 – 0 S = 0 – 0
-130 -130 130 -130 -130 -130

3. Hasil evaluasi pengukuran kekuatan otot dengan MMT


Setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hasil sebagai
berikut :

Tabel 3.8 Hasil pengukuran kekuatan otot MMt knee sinistra

(Dokumentasi pribadi 2021)

Knee sinistra T1 T2 T3 T4 T5 T6

M. Hamstring 3 3 3 3 3 4
M. Quadricep 3 3 3 3 3 4
Knee dextra
M. Hamstring 4 4 4 4 4 5
M. Quadricep 4 4 4 4 4 5

4. Hasil evaluasi pengukuran kemampuan fungsional dengan WOMAC

59
Setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hasil sebagai
berikut :

Tabel 3.9Hasil evaluasi pengukuran kemampuan fungsional dengan


WOMAC(Dokumentasi pribadi 2021)

Subskala T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri
1. Berjalan 4 4 4 4 3 3
2. Naik tangga 3 3 3 3 2 2
3. Istirahat 0 0 0 0 0 0
4. Malam Hari 0 0 0 0 0 0
5. Menumpu 3 3 3 3 3 2
Kekuatan
1. Morning stiffnes 3 3 3 3 3 3
2. Kekuatan sendi pada malam 0 0 0 0 0 0
hari
Fungsi fisik
1. Naik tangga 3 3 3 3 2 2
2. Turun tangga 1 1 1 1 1 1
3. Berdiri 2 2 2 2 2 1
4. Berdiri dan duduk 3 3 3 3 3 2
5. Membungku kelantai 1 1 1 1 1 0
6. Berjalan di permukaan yang 1 1 1 1 1 1
datar
7. Masuk dan keluar mobil 0 0 0 0 0 0
8. Berjalan 1 1 1 1 1 1
9. Memakai kaos kaki 0 0 0 0 0 0
10. Amelepas kaos kaki 0 0 0 0 0 0
11. Berbaring di tempat tidur 0 0 0 0 0 0
12. Bangun dari tempat tidur 1 1 1 1 0 0
13. Duduk 1 1 1 1 0 0
14. Masuk dari kamar mandik dan
toilet 0 0 0 0 0 0
15. Keluar dari kamar madik dan

60
toilet 0 0 0 0 0 0
16. Melakukan perkerjaan ringan
17. Melakukan pekerjaan berat 2 2 2 2 2 1
4 4 4 4 4 3

Total Skor = 33 / 96 × 100 = 34,3%


Dari jumblah skor yangsudah dihitung menggunakan rumas catatan
yang diperoleh adalah : ketergantungan sedang. Dan hasil yang
diperoleh pada 6 kali terapi adalah :

Tabel 3.10 tabel skor Evaluasi WOMAC

(Dok pribadi, 2021)

Terapi Ketergantungan Skor


T1 Sedang 34,3%
T2 Sedang 34,3%
T3 Sedang 34,3%
T4 Sedang 34,3%
T5 Sedang 29,16%
T6 Ringan 21,8%

H. Hasil terapi akhir


Hasil terapiakhir dengan modalitas IR, TENS dan terapi latihan
yang berupa latihan free active resisted dan latihan hold relex. Setelah
dilakukan oleh pasien atas nama Tn. Duki usia 67 tahun dengan
diagnosis medis osteoarthritis genu billateral setelah mendapatkan
penanganan fisioterapi sebanyak 6 kali terdaat peningkatan berupa
penurunan rasa nyeri pada lutut, dan peningkatan kemampuan fungsional
dan adanya peningkatan kekuatan otot M.hamstring dan M.quadriceps
dan ada penambahan LGS pada fleksi kne dextra dan sinistra

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh infrared,TENS,
dan terapi latihan active resisted movement dan Hold Relax kepada Tn. D
yang berusia 67 tahun dengan diagnosa osteoarthritis genu billateral yang

61
menimbulkan problemtika nyeri pada kedua lutut, penurunan kekuatan
otot, keterbatasan LGS, dan gangguan fungsional aktivitas.
Setelah dilakukan terapi selama 6 kali, Didapatkan hasil :
Penurunan derajat nyeri, keterbatasan LGS tetap, Peningkatan kekuatan
otot, dan peningkatan terhadap aktivitas fungsional. Pembahasannya
adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi penurunan skala nyeri dengan VAS

Grafik 4.1 Evaluasi Penurunan Nyeri pada knee sinistra dengan Skala
VAS

(dok. Pribadi, 2021)

10
9
8
7
6
5 Nteri tekan
4 Nyeri gerak
T0
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Berdasarkan grafik 4.1 di astas menunjukkan bahwa


adanya penurunan derajat nyeri dari T1-T6 dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan nya dengan menggunakan VAS pada pemeriksaan
nyeri tekan dan nyeri gerak yang pasien rasakan telah mengalami
penurunan tingkat nyeri dalam 6 kali terapi. Di dapatkan hasil yaitu
nyeri tekan pada hari pertama terapi didapatkan nilai 3 dan nyeri
berkurang selama terapi sampai ke enam nilainya menjadi 2. Dan
nyeri gerak pada hari pertama terapi didapatkan nilai 4 dan nyeri
berkurang selama terapi sampai harike enam nilainya menjadi 3.

Grafik 4.2 evaluasi penurunan nyeri pada knee dextra dengan skala
VAS

62
(dok pribadi, 2021)

10
9
8
7
6
5 Nyeri tekan
4 Nyeri gerak
Column1
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Berdasarkan grafik 4.2 di astas menunjukkan bahwa adanya


penurunan derajat nyeri dari T1-T6 dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
nya dengan menggunakan VAS pada pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri
gerak yang pasien rasakan telah mengalami penurunan tingkat nyeri
dalam 6 kali terapi. Di dapatkan hasil yaitu nyeri tekan pada hari pertama
terapi didapatkan nilai 2 dan nyeri berkurang selama terapi sampai ke
enam nilainya menjadi 1. Dan nyeri gerak pada hari pertama terapi
didapatkan nilai 3 dan nyeri berkurang selama terapi sampai harike enam
nilainya menjadi 2.
Nyeri pada osteoarthritis disebabkan karena adanya osteofis dan
adanya inflamasi kartilago[CITATION Fat161 \l 1033 ] Panas dari radiasi infra
red menciptakan suhu jaringan yang lebih tinggi., yang menghasilkan
vasodilatasi yang meningkatkan suplai oksigen, dan nutrisi dan
menghapusan karbondioksida serta limbah metabolik [ CITATION Ade15 \l
1033 ]Panas dapat mengurangi nyeri lewat mekanisme gate control
dimana sensasi panas yang ditimbulkan melalui peningkatan sekresi
endorfin [ CITATION Aro11 \l 1033 ]

“Pengaruh Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan tanpa terapi


latihan terhadap nyeri dan kinerja Fisik dan penderita Osteoarthritis Lutut”.
Hasil uji yang didapat dari penggunaan TENS dengan atau tanpa terapi

63
latihan yaitu keduanya dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kinerja
fisik pada penderita OA lutut

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heru Purbo Kuntono,


Pajar Haryatno, [CITATION Kun \l 1033 ] Dengan judul penelitian
“Pengurangan Nyeri Menggunakan Latihan Otot Quadriceps dan TENS
Dengan Latihan Otot Quadriceps Dan Fisiotaping Pada Osteoarthritis
Lutut”, Didapatkan hasil TENS dengan segmental simpatisbdapat
engurangi nyeri kronis pada OA lutut melalui antidromik yang bermanfaat
untuk memperbaiki dan meninggkatkan proses recovery jaringan lunak
melalui respon vasodilatasi kapiler, dan efek prodomik yang bermanfaat
terhadap aktivitas betaendorphin, serotonin untuk membantu menurunkan
keluhan nyeri pada kondisi musculoskeletal termasuk OA lutut.
2. Peningkatan Lingkup Gerak sendi knee
Grafik 4.3 Evaluasi Lingkup gerak sendi kne aktif / pasif dextra
(dok pribadi, 2021)

160

140

120

100

80 Knee aktif dextra


Kne pasif dextra
60

40

20

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Grafik 4.4 Evaluasi lingkup gerak sendi kne aktif / pasif sinistra

(dok pribadi, 2021)

64
140

120

100

80
Knee aktif sinistra
60 Knee pasif sinistra

40

20

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dari Grafik 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa adanya


peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan kne aktif / pasif
dextra dan sinistra dengan menggunaka goniometer. Untuk
memperbaiki penambahan LGS pada kne dextra dan sinistra ini,
modalitas yang digunakan yaitu terapi latihan motode activr resisted
movement dan hodl relax.

Keterbatasan LGS pada osteoarthritis disebabkan karena


adanya celah sendi yang menyempit dan menipisnya
kartilago[CITATION Fat161 \l 1033 ]. Meningkatkan lingkup gerak
sendi pada pasien ini dipengaruhi oleh latihan yang diberikan yakni
terapi latihan Free active muvement dan Hold relax. Selain
dipengaruhi oleh latihan meningkatnya gerak sendi juga dipengaruhi
oleh penurunan nyeri dan otot-otot disekitar keua lutut mengalami
rilaksasi. Dengan bergerak (mobilitas) atau berolahraga akan
memungkinkan terjadinya lingkup gerak sendi untuk beraktifitas
fungsional yang lebih baik, hal ini karena mobilisasi berkaitan
dengan ROM fungsional, berhubungan dengan integritas sendi
serta fleksibilitas (ekstenibilitas jaringan lunak yang melindungi
sendi, otot, tendon, fasia, kapsul sendi, ligament, saraf, pembuluh
darah d an kulit). Sedangkan bila sendi kurang bergerak
(hipomobile) akan muncul beberapa faktor antara lain: imobilisasi
segmen tubuh lama, gaya hidup, ketidak seimbangan otot,

65
gangguan performa otot, trauma atau inflamasi, deformitas bawah.
(Pristianto, 2018)

3. Evaluasi hasil kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Grafik 4.5 kekuatan otot pada Quadriceps dan otot Hamstring

(dok pribadi, 2021)

4
Fleksi dextra
3 Ekstensi dextra
Fleksi sinistra
2 Ekstensi sinistra

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Pada diagram dapat disimpulkan terjadi peningkatan


kekuatan otot hamsting dan quadricep dari T1=3 menjadi 4
dan peningkatan kekuatan grup fleksor dari T1=4 menjadi
T6=5 dari terapi pertama hingga terapi ke 6 terjadi
peningkatan kekuatan otot.

Hasil yang didapatkan dari T1 sampai T6 terjadi


peningkatan kekuatan otot karena pemberian terapi latihan
yaitu free active resisted dan latihan hold relax karna dapat
meningkatkan kekuatan otot dan menambah lingkup gerak
sendi dengan diberikannya latihan (Sherwood, 2016).

66
4. aktivitas fungsional dengan WOMAC

Grafik 4.6 hasil evaluafungsional aktivitas WOMAC

(dok pribadi, 2021)

Aktifitas Fungsional
40
35
30
25 Aktifitas Fungsional
20
15
10
5
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Evaluasi Peningkatan Fungsional Aktivitas diukur haya dari


skor yang didapatkan saat T1-T6. Adanya hambatan berupa
jadwal Fisioterapi yang tidak teratur dan berurutan menyebabkan
hasil evaluasi baik Fungsional Aktivitas ataupun Evaluasi yang lain
terasa kurang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa Fungsional
aktifitas pada pasien Osteoarthritis sangat mendukung bagi pasien
dalam proses penyembuhan baik dilihat dari segi moral ataupun
finansial.

67
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoarthritis adalah penyakit yang sangat mengganggu aktivitas
fungsional dan menjadisalah satu hambatan pada pasien untuk melakukan
kegiatan sehari-hari pasien. Biasanya menyerang orang berusia 60 tahun
keatas tapi juga tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada usia dibawah
60 tahun. Osteoarthritis dapat menimbulkan rasa nyeri, keterbatansan LGS,
sehingga penurunan aktivitas fungsional.
Berdasarkan pembahasan tentang penatalaksanaan fisioterapi pada
pasien atas nama Tn.Duki yang berusia 67 tahun dengan diagnosa
osteoarthritis genu bilateral mengenai beberapa permasalahan yakni: nyeri
pada bagian lutut, peneurunan LGS kedua lutut, penurunan kekuatan otot,
hingga penurunan aktivitas fungsional.
Setelah diberikan 6 kali terapi fisioterapi dengan kasus osteoartharitis
genu bilateral dapat disimpulkan bahawa penanganan fisioterapi dengan
infra red, TENS dan terapi latihan pada kasus osteoarthritis genu bilateral
dialami Tn. Duki efektif untuk mengurangi nyeri, meningkatkan LGS, dan
,meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan kemampuan aktivitas
fungsional.
B. Saran
Setelah melakukan proses fisioterapi dengan infra red, TENS dan
terapi latihan pada kasus osteoarthritis genu bilateral, maka penulis akan
memberikan saran kepada :
1. Kepada pasien
Hendaknya pasien harus lebih memperhatikan kesehatannya dan
rutin melakukan terapi, pasien juga diharapkan untuk menjalankan home
program yang sudah disarankan oleh terapis, seperti:

68
a. Pasien diminta untuk membatasi melakukan olah raga yang tidak
terlalu berat sepeti bersepeda
b. Kompres air hangat pada lutut saat mengalami nyeri untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan
c. Latihan yang sudah diberikan oleh fisioterapis agar bisa dilakukan
dirumah seperti menekuk
2. Kepada keluarga
Keluarga diharapkan untuk dapat ikut serta berperan dalam proses
penyembuhan pasien, dengan memberikan dorongan atau dukungan
serta motivasi kepada pasien untuk diharapkan adanya kerja sama
antara terapis, pasien serta keluarga pasien agar dapat mencapai
keberhasilan terapi serta kesembuhan pasien
3. Kepada masyarakat umum
Kepada masyarakat umum adalah untuk dapat berhati – hati dalam
melakukan aktivitas yang mempunyai resiko untuk terjadi trauma atau
cidera. Disamping itu terjadinya nyeri maka tindakan adalah segera
memeriksakan ke dokter agar tidak semakin parah. Untuk masyarakat
umum jga harus membiasakan pola hidup sehat.

69
DAFTAR PUSTAKA

Adesole, O. E. (2015). Effect Of Continuous Short Wave Diathermy and Infra Red
Ray in Management of Synpomatic Knee Joint Osteoarthritis: A Comparative
Dtudy. Journal of Exercise Science and Physiotherapy, Vol 11(2). 98-107.

Arifin jainal, s. M. (2016). keterampilan pemeriksaan fisik Ekstremitas Bawah.


makasar: Fakultas kedokteran - universitas hamsanudin.

Arovah, N. I. (2011). Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga . Jurnal


Fisioterap. 22-26.

Banu et al. (2013). Original artikel. Diambil kembali dari.

Carnes et al. (2012). Knee Orthopedic Tests Univesity of westem states. 1-47.

Daniel. (2018). Manual Muscle Testing ,tecniques of Manual Examination And


Ferfomence Testing. china: Elvesier.

Dolan, R, Condulit,J. (2019). peningkatan kekuatan otot. 20-21.

Dolenio. (2014). Pahtophysiology. Pahtophysiology.

Dullu et al. (2016). Jenis Modalitas yang digunakan pada osteoarthritis di instalasi
rehabilitasi medik RSUP pROF. DR. R. D Kandou Manado, (1),1-5.

Fatimah. (2016). Akurasi petanda biokimia comp dan CTX-II SWBAGAI


PREDIKTOR AWAL OSTEOARTHRITIS. (5),. 73-78.

Fox et al . (2014). the humas maniscus. 1-19.

Hamida et, al. (2015). Perbedaan pengaruh auto steching dan hold relax terhadap
peningkatan fleksibilitas otot Hamstring pada pasien osteoarthritis knee.
Yogyakarta: Sekolah tinggi ilmu kesehatan Asiyah.

Hamil et al. (2015). Biomechanical basis of humas movement. woiter kluwer:


philadelphia.

Haryoko, J. a. (2016). konsep penyaki tpatofisiologi.

Houglum & Bertoti. (2012). brunnnstrom clincal kinesiology sixth edition. F.A davis
company.

irfan et al. (2013). Lingkup gerak sendi. jakarta.

Jahema, T. R. (2018). Pengaruh Penambah Traksi Oclilasi Transcutaneus Electrical


Nerve Stimulation Terhadap Intensitas Nyeri Pada Osteoarthritis Genu. 20-
25.

70
Johnson M. (2014). TRANSCUTENSOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS). 1-13.

Kayes and Kathy. (2016). Agen modalitas Untuk Praktik Fisioterapi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Kemendikbud. (2018). Pemendikbud no. 37 tahun 2018 tentang kompetensi inti.

Kisner. (2012). Terapeutic exercise : Fondation and techniques Ed, Fa Davis


company. philadelphia.

kisner. (2013). Therapeutic exercise foundation and techniques sixth edition.


Filadelfia: F.A. davis company.

Kisner and colby. (2012). Theraprutic exercise.

Kuntono & hero probo. (2011). Nyeri secara umum dan osteoarthritis lutut dari aspek
fisioterapi. Jakarta: Muhammadiyah universitas press. Altman.

Kuntono, H. P. (2013). Nyeri secara umum da Osteoarthritis lutut dari aspek


Fisioterapi:Muhammadiyah University Press. Altman R.D.Criteria for
Classificatin of Osteoarthritis. Jurnal of Rheumatology, 1991;27 (suppl). 10-
12.

Kusumaningsih, dkk. (2015). Hubungan Obesitas dengan Derajat Nyeri pada


Penderita Osteoarthritis Lutut di RS Bina Sehat Jember (Relationship
between Obesity and Degree of Pain in Kneee Osteoarthritis Patients at
Bina. Jembe.

Lawry, V. G. (2016). Pemeriksaan muskuloskeletal yang sistemik. jakarta: erlangga.

Lescher. (2017). Patologi untuk fisiologi. Jakarta: kedokteran ECG.

Lestari, Desfi. (2014). OSTEOARTHRITIS. OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL


53YEARS OLD WOMAN WITHGRADE IIHYPERTENSION., (3), 184-188.

Leswati et al. (2015). Ilmu kedokteran fisik lab Rehabilitasi (Vol. 3). Jakarta: Sagung
Seto.

Leswati et al. (2016). Ilmu kedokteran fisik lab Rehabilitasi (Vol. 3). jakarta: Sagung
seto.

Lippert. (2011). Anatomi fisiologi. Jakarta.

Man, G & Mologhianu. (2014). Osteoarthritis pahtogenesis-a complex proces that


involves the entire joint. jurnal of medicine and lifi, vol no, 1.

Noor Z. (2016). Buku Ajaran Gangguan Muskuloskeletal. jakarta: selemba medika.

71
Nurcipto dkk. (2017). Pengendalian dosin inframerah pada alat terapi menggunakan
pulse width modulation (PWM).

Pearce & C E. (2017). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Pearce E, C. (2013). Anantomi dan fisiologi.

Pearce, E.C. (2012). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. CV prims Gravik:
Jakarta.

PERMENKES.65. (2016). Fisioterapi dan pelayanan fisioterapi di indonesia. Widiarti.

Quinn & Elizabet. (2016). what is a ligament: learn about igaments and how to treat
ligament injurries.

Rohen et al. (2014). Color Atlas of Anatomy Sevrnth Edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer.

Roy and D. (2013). Osteoarthritis (OA) marck manual home health handbook.

Soemarjono Arif. (2015). Terapi Infrared. Diambil kembali dari Flexfreeclinic.

Triwibowo. (2013). Pemeriksaan fisioterapi dan penelitian.

Wahyu dkk. (2018). Wahyu. Adiatmika, M. Ali Imron, Tirtayasa, Handari Adipura,
Mutiah Munawaroh (2018). Latihan Wall Stis Lebih Baik dari pada Static
Quardiceps Setelah Pemberian Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada. Sport and
fitness.

Widiarti. (2016). Buku ajaran pengukuran dan pemeriksaan fisioterapi. Yogyakarta:


Deepublish.

Wirato G. (2013). Fisiologi dan olahraga. Yogyakarta: Graha ilmu.

Yanda dan Rosalina. (2016). Pengaruh antara pemberian fisioterapi rutin dan
neuromuscular taping (NMT) Terdapat penurunan nyeri pada kasus
osteoarthritis kne. jakarta: Universitas muhammadiyah.

72
Lampiran 1. Status Klinik

73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Lampiran 2. Informed Consent

83
Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data

84
Lampiran 4. Surat Balasan RS. Roemani Muhammadiyah

85
CURRICULUM VITAE

Nama : Nur Asiah

Tempat / tanggal lahir : Bengkaung 31 Desember 1999

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Dusun Bengkaung daye Lombok barat, Nusa Tenggara


Barat.

Email : nurasiah19991231@gmail.com

NIM : 1803078

Prodi : DIII Fisioterapi

Semester : VI (Enam)

86
Riwayat Pendidikan :

1. SD (Tahun 2007 – 2012 ) SDN 1 LEMBAH SARI


2. SMP ( Tahun 2013 – 2015 ) SMP ISLAM AL AZAHAR NW KAYANGAN
3. SMK ( Tahun 2016 – 2018 ) SMKN 8 Mataram (smekes)

Riwayat Praktek Kerja Lapangan :

1. Puskesman Batulayar
2. RSUD Kota Mataram
3. BSLU Kota Mataram
4. Balkesmas semarang
5. RS Roemani Muhammadiyah Semarang

87

Anda mungkin juga menyukai