PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Anamnesis umum
sebagai berikut: (1) nama: An. BB, (2) umur: 1 tahun, (3) ) jenis kelamin: Laki-laki,
(4) pekerjaan: - , (5) agama: Islam, dan (6) alamat: Kalisube, Banyumas.
b. Anamnesis khusus
Dalam anamnesis khusus ini data yang dapat diperoleh dapat berupa :
1) Keluhan utama
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya sering menangis akibat dari luka
sedang duduk mau minum kopi di pagi hari, saat lengah si pasien menggapai kopi
ayahnya yang masih panas dan mengguyur terkena perut dan lengan kiri pada 2
Desember 2018, sempat dirawat sendiri dengan salep karena tidak sembuh sore
perut dan lengan kiri melepuh merah serta si pasien menangis terus.
5) Riwayat pribadi
6) Riwayat keluarga
7) Anamnesis sistem
tercakup dalam anamnesis umum dan anamnesis khusus, meliputi: (a) kepala dan
leher: Tidak diketahui karena orang tua pasien tidak mengerti keluhan yang
dirasakan pasien sebab pasien belum bisa menerima respon. , (b) kardiovaskuler:
Tidak diketahui karena orang tua pasien tidak mengerti keluhan yang dirasakan
pasien sebab pasien belum bisa menerima respon. , (c) respirasi: Tidak diketahui
karena orang tua pasien tidak mengerti keluhan yang dirasakan pasien sebab pasien
belum bisa menerima respon. (d) gastrointestinal: BAB nyaman dan terkontrol (e)
urogenital: BAK nyaman dan terkontrol, (f) nervorum: Tidak diketahui karena
orang tua pasien tidak mengerti keluhan yang dirasakan pasien sebab pasien belum
2. Pemeriksaan fisik
b. Inspeksi
pasien secara langsung. Inspeksi ini dilakukan dalam 2 cara yaitu inspeksi statis
dan dinamis.
Tampak luka terbakar pada perut bagian kiri dan lengan kiri bawah yang diberi
Ekspresi wajah pasien tampak menangis saat anggota badan yang terbakar
digerakan.
c. Palpasi
Dari pemeriksaan palpasi didapat hasil: Suhu di sekitar luka bakar teraba
a. Gerak aktif
Pasien mampu bergerak aktif untuk semua anggota gerak ,kecuali untuk
lengan kiri tidak terlalu bergerak aktif dan sedikit mengalami keterbatasan gerak
b. Gerak pasif
Siku kiri digerakan fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi tidak full ROM dan
adanya nyeri. Pergelangan tangan kiri digerakan dorsal, palmar, tidak full ROM
diketahui pasien belum mampu mengetahui orientasi ruang dan waktu dengan
dalam melakukan kemampuan fungsional dasar secara mandiri. Pada kasus ini
b. Aktivitas fungsional
ini diperoleh pasien belum mampu melakukan gerakan fungsional untuk bermain
bersama teman.
c. Lingkungan aktivitas
pasien.
6. Pemeriksaan spesifik
(Face Leg Activity Cry Constability Scale) adalah skala nyeri yang digunakan
untuk bayi dan anak-anak, Skala ini hanya sesuai buat pesakit berumur 2 bulan
sehingga 7 tahun yang tak mampu memberikan respon dan menerangkan tahap
sebagai data, akan tetapi hanya menggunakan pergerakan, raut muka dan
FLACC scale terdiri dari 5 kategori, yaitu raut wajah (face), pergerakan
SCALE
Deskripsi Nilai
No Nyeri Nyeri Nyeri
diam gerak tekan
1. Face
0 = Wajah pesakit tenang, tiada kerutan muka
dan dahi. Tiada ekspresi sakit.
1 = sesekali wajah pesakit berkerut (grimace),
0 1 2
muram (frowning), tidak berminat dengan
keadaan persekitaran.
2 = wajah pesakit sentiasa muram, menahan
sakit, mengetap gigi dan dagu, meracau.
2. Leg
0 = Posisi kaki dalam keadaan normal,
tenang.
1 = Kaki tidak tetap, kerapkali bergerak, 1 1 2
tegang, tidak senang.
2 = Menendang kasar, menarik keatas seperti
menahan kesakitan.
3. Activity
0 = Baring dengan tenang, mudah bergerak,
posisi dalam keadaan normal.
1 = Tubuh badan bergerak-gerak tidak selesa,
0 0 1
berpusing kesana sini, tegang.
2 = Pergerakan tubuh mengeras, dalam posisis
melengkung, tersentap-sentap.
4. Cry
0 = Tidak menangis (sama ada dalam keadaan
sedar atau sedang tidur). 0 1 1
1 = Merengek, mengadu, mengeluh.
2 = Terusan menangis, menjerit atau teresak.
5. Consolability
0 = Tenang, tidak perlu dipujuk.
1 = Mudah ditenangkan dengan sentuhan, 1 1 1
pelukan, lisan. Mudah beralih perhatian.
2 = Sukar untuk dipujuk.
TOTAL NILAI 2 4 7
tidaknya keterbatasan untuk sendi lutut. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan goneometer dan dapat diukur pada gerak aktif maupun pasif, dan
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang dapat dibaca pada tabel 3.2 dibawah ini.
TABEL 3.1
fisioterapi.
1. Impairment
Dari pemeriksaan impairment yang didapat berupa : (a) adanya nyeri pada
area yang terkena luka bakar, (b) potensi terjadinya kontraktur jaringan pada area
yang terkena luka bakar, dan (c) terjadi penurunan lingkup gerak sendi pada area
2. Fungsional limitation
3. Participation restriction
Pada aktivitas sosialnya pasien belum bisa bermain bersama dengan anak
seusianya.
C. Tujuan Fisioterapi
Tujuan fisioterapi dalam kasus luka bakar ini adalah meliputi, Tujuan
jangka pendek diantaranya adalah : (1) Mengurangi nyeri pada perut dan lengan
kiri, (2) mencegah terjadinya kontraktur jaringan pada area yang terkena luka bakar,
dan (3) meningkatkan lingkup gerak sendi pada bahu, siku, dan pergelangan tangan,
Sedangkan untuk tujuan jangka panjang adalah melanjutkan tujuan jangka pendek,
mungkin digunakan pada kasus pasca luka bakar adalah positioning, breathing
stretching.
pemberian terapi pada kasus pasca luka bakar menggunakan terapi latihan.
1. Positioning
terapis mengatur posisi siku kiri pasien menjadi ekstensi penuh dan supinasi
lengan kiri bawah. Untuk posisi pergelangan tangan kiri diposisikan ekstensi
penuh, posisi jari-jari ekstensi, ibu jari abduksi dan trunk diposisikan lurus.
Posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis berdiri disamping bed, tangan
kiri terapis memfiksasi pundak kiri pasien, tangan kanan terapis menggerakan
lengan kiri pasien ke arah fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi, dilakukan
pengulangan sebanyak 8 kali. Untuk siku posisi pasien tidur terlentang, posisi
terapis berada di samping bed, tangan kanan terapis memfiksasi lengan atas kiri
pasien, tangan kiri terapis menggerakan lengan bawah kiri pasien ke arah fleksi
pergelangan tangan posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis disamping bed,
tangan kanan terapis memfiksasi lengan bawah kiri pasien, tangan kiri terapis
menggerakan jari-jari tangan kiri pasien ke arah fleksi dan ekstensi, latihan ini
Terapi diawali seperti hari pertama latihan yaitu positioning dan relaxed
passive movement.
menaruh mainan didepan pasien agar mau mengambil secara aktif mainan
dengan tangan kiri, kemudian menaruh mainan disamping kiri pasien agar
atas pasien agar mau menggerakan lengan kiri melawan gravitasi, latihan ini
4. Stretching
Posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis berada disamping bed, terapis
menggerakan bahu fleksi secara penuh, abduksi secara penuh. Untuk siku terapis
F. Evaluasi
Nilai
T1 T2 T1 T2 T1 T2
1. Face 0 0 1 0 2 1
2. Leg 1 0 1 0 2 0
3. Activity 0 0 0 0 1 0
4. Cry 0 0 1 1 1 1
5. Consolability 1 0 1 1 1 1
TOTAL NILAI 2 0 4 2 7 3
TABEL 3.4
Hasil
Bidang gerak
T1 T2
antara lain, (1) Orang tua diminta agar selalu menemani bermain agar pasien
H. Prognosis
Quo ad Vitam pasien Bonam, Quo ad Sanam pasien Bonam, Quo ad Fungsionam
Dari hasil evaluasi dapat diketahui pasien yang bernama An. BB, Umur
1 tahun, dengan diagnosis medis Post combustio derajat II 30% pada lengan kiri
dan perut, di dapat hasil berupa terjadinya penurunan intensitas nyeri baik nyeri
diam, nyeri gerak, maupun nyeri tekan, Adanya peningkatan LGS pada lengan
J. Pembahasan
terapi latihan terhadap pasien post luka bakar. Pada kasus ini pasien atas nama
An. BB, umur 1 tahun ditemui penulis dengan diagnosis medis Post combustio
derajat II 30% pada perut dan lengan kiri yang menimbulkan problematik
fisioterapi sebagai berikut: (1) adanya nyeri pada perut dan lengan kiri, (2)
potensi terjadinya kontraktur jaringan pada perut dan lengan kiri, dan (3) adanya
keterbatasan lingkup gerak sendi pada bahu, siku, dan pergelangan tangan kiri.
hasil berupa : (1) adanya penurunan nyeri pada perut dan lengan kiri, (2) tidak
terjadi kontraktur jaringan pada perut dan lengan kiri, (3) adanya peningkatan
1. Penurunan nyeri
Derajad nyeri diukur dengan FLACC scale (Face Leg Activity Cry
Constability Scale) didapat hasil penurunan nyeri gerak dari T1 (pada tanggal
4/12/2018) sampai T2 (pada tanggal 5/12/2018). Pada T1 nilai total nyeri diam
dari 2 turun menjadi 0 pada T2 dengan rincian nilai face dari 0 tetap 0, nilai leg
dari 1 menjadi 0, nilai activity dari 0 tetap 0, nilai cry dari 0 tetap 0, dan nilai
consolability dari 1 menjadi 0. Pada T1 nilai total nyeri gerak dari 4 turun
menjadi 2 pada T2 dengan rincian nilai face dari 1 menjadi o, nilai leg dari 1
menjadi 0, nilai activity dari 0 tetap 0, nilai cry dari 1 tetap 1, nilai consolability
dari 1 tetap 1. Pada T1 nilai total nyeri tekan dari 7 tutun menjadi 3 pada T2
dengan rincian nilai face dari 2 menjadi 1, nilai leg dari 2 menjadi 0, nilai activity
dari 1 menjadi 0, nilai cry dari 1 tetap 1, nilai consolability dari 1 tetap 1. Untuk
hasil penyembuhan luka bakar yang dalam. Kontraktur dapat dimulai dari
sedikit kerutan pada parut hipertrofik (1) namun seiring waktu dapat
sendi
3. Peningkatan LGS
dan dilakukan pada bahu, siku, dan pergelangan tangan. Peningkatan LGS
terlihat setelah melakukan 2 kali terapi pada T1 (pada tanggal 4/12/2018) sampai
T2 (pada tanggal 5/12/2018). Pada pengukuran LGS dilakukan secara pasif saja
karena untuk aktif pasien belum bisa menerima respon. Pada pengukuran LGS
secara pasif pada bahu saat gerakan fleksi-ekstensi bahu kiri T1 didapat S (50-0-
160) menjadi S (50-0-180) pada T2. Pada gerakan abduksi-adduksi bahu kiri T1
didapat F (175-0-70) menjadi F (180-0-70) pada T2. Pada pengukuran pasif pada
siku saat gerakan ekstensi-fleksi siku kiri T1 didapat S (10-0-100) menjadi S (10-
0-110) pada T2. Pada gerakan supinasi-pronasi siku kiri T1 didapat R (60-0-60)
menjadi R (60-0-65) pada T2. Pada pengukuran pasif pada pergelangan tangan
Hasil ini dapat dilihat pada tabel 3.4 dan peningkatan LGS pada kasus ini
dapat terjadi karena adanya penurunan nyeri. Dalam kasus ini terapi latihan yang
digunakan latihan relaxed passive movement dapat melatih otot menjadi rilek
elastisitas otot. Dan free active movement dapat menjadi mobilisasi, rileksasi dan
PENUTUP
A..Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab luka bakar adalah
trauma secara langsung, yaitu kecelakaan saat pasien melakukan aktivitas dan
kurang kehati-hatian dan waspada orang tua pasien, sehingga terjadi luka bakar
pada perut dan lengan kiri. Maka penanganan pada kasus ini dengan pemberian
perban, obat – obatan dan terapi latihan dari fisioterapi, yang membantu proses
fisioterapi antara lain adalah nyeri, potensi kontraktur jaringan, dan keterbatasan
tersebut. Modalitas yang digunakan antara lain terapi latihan positioning, relax
sebanyak dua kali terapi dan hasil yang diperoleh antara lain penurunan rasa nyeri,
tidak terjadi kontraktur jaringan, peningkatan lingkup gerak sendi, dan menjaga
B..Saran
Setelah dilakukan fisioterapi terhadap pasien dengan kasus pasca luka bakar
pada perut dan lengan kiri, maka penulis memberikan saran kepada pasien serta
orang tua pasien, yaitu: (1) orang tua pasien diharapkan dapat melakukan latihan-
latihan seperti yang diajarkan terapis, karena bagaimanapun juga waktu latihan
dengan terapis sangat terbatas, sehingga akan lebih baik orang tua pasien
mengulang latihan yang telah diberikan pada waktu luang, (2) bagi masyarakat
umum untuk berhati – hati dalam aktivitas kerja yang mempunyai resiko terjadinya
luka bakar. Disamping itu jika telah terjadi maka tindakan yang harus dilakukan
adalah harus segera membawa pasien ke rumah sakit yang terdekat, (3) bagi
perkembangan zaman yang semakin maju dan hal itu termasuk untuk penulis
sendiri, sehingga pelayanan fisioterapi menjadi lebih baik lagi. Penulis juga
mengharapkan saran dan kritik, karena karya tulis ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan yang ada didalamnya, sehingga dapat bermanfaat bagi
Appley, A.G dan Solomon, L. 2005. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem.
Edisi 7. Widya Medika. Jakarta
Hatta, R.D. dkk. 2015. Profil Pasien Kontraktur Yang Menjalani Perawatan Luka
Bakar Di Rsud Arifin Achmad Periode Januari 2011 – Desember 2013.
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Kedokteran. 2 (2): 1-5
Johnson, K.E. 2011. Quick Review Histologi dan Biologi set. Binarupa Aksara.
Tangerang selatan
Negara, R.F. dkk. 2014. Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II Menggunakan
Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn.) Terhadap Peningkatan
Ketebalan Jaringan Granulasi pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Jantan Galur Wistar. Majalah Kesehatan FKUB. 1 (2): 86-94
Sabiston, DC. 1995. Buku ajar bedah bagian 1. Edisi 1. EGC Jakarta
Sarabahi, S. 2010. Principles and Practice of Burn Care. Jaypee. New Delhi
Sjamsuhidajat, R. dan. Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 4. EGC. Jakarta
WHO. (2008). Burns 2008. WHO Library Cataloguing Data Geneva. Diakses 03
November 2018, http://www.who.int/violence_injury_prevention/
other_injury/burns/en/.html
WHO. (2017). Burns 2017. : WHO Library Cataloguing Data Geneva. Diakses 03
November 2018, http://www.who.int/violence_injury_prevention/
other_injury/burns/en/.html