Anda di halaman 1dari 10

46

BAB IV

LAPORAN STATUS KLINIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Laporan Status Klinis

4.1.1 Anamnesis Umum

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. I

Umur : 44 thn

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Sekolah Rumbai. Pekanbaru

4.1.2 Data – Data Medis

Diagnosis medis : Post CABG (Coronary Artery Bypass Graft)

Catatan klinis : Penyakit Jantung Koroner

General treatment : Dokter Kardiologi, Fisioterapi RSUD Arifin Ahmad

Medika mentosa : Morphin drip 10mg/50cc (20 mcg/jam)

Dobutamin IV drip 250mg/50cc (3mcg/kgBB/menit)

4.1.3 Anamnesis Fisioterapi

a. Anamnesis (Auto/Hetero)

1. Keluhan Utama

Pasien mudah lelah saat beraktivitas dan keterbatasan saat

bernafas ketika mengambil nafas dan membuang nafas dikarenakan

ada luka didada.


47

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien didiagnosa terkena

penyakit jantung koroner. Pada tanggal 04 Maret 2019 pasien

menjalani operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft), di RSUD

arifin ahmad, pekanbaru, kemudian pasien dirawat selama 1 minggu

(fase I) pada fase I pasein mengalami penurunan kardiorespirasi,

tirah baring dan dianjurkan untuk mengikuti program fisioterapi

yaitu fase II rawat jalan di bagian rehab jantung RSUD arifin ahmad.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner, Kolestrol,

dan Hipertensi.

4. Riwayat Penyakit Penyerta

Adanya penyakit Kolestrol dan Hipertensi

5. Riwayat Keluarga dan Status Sosial

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki penyakit

serupa.

4.1.4 Pemeriksaan Umum dan Khusus

a. Pemeriksaan Umum

1. Vital Sign

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Denyut Nadi : 86 x / menit

Pernafasan : 20 x / menit

Temperatur : 360 C

Tinggi Badan : 170 cm


48

Berat Badan : 98 kg

2. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

Statis : Bahu pasien tampak sedikit elevasi dengan cenderung

kifosis

Dinamis : Saat berjalan pasien terkadang memegang dada dan

ada abnormalitas pada extermitas atas dan tidak ada

abnormalitas pada extermitas bawah

b) Palpasi

a. ada oedema pada otot musculus pectoralis mayor

b. ada nyeri tekan

c. suhu normal

d. adanya luka incisi

c) Perkusi

Terdengar bunyi Sonor

d) Auskusltasi

Bunyi jantung I dan jantung II normal

3. Pemeriksaan Fungsi

Tabel 4.1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Aktif

Gerakan Aktif Nyeri


Elevasi +
Depresi +
Protraksi +
Retraksi +
4. Pemeriksaan Khusus dan Pengukuran
49

Pemeriksaan dan pengukuran menggunakan 6 MWT (Six

Minute Walking Test)

Jarak tempuh = 250 meter


Usia = 44 thn
Berat badan = 98 kg

METS= (0,06 x 250 meter)-(0,104 x 44 tahun) + (0,052 x 98 kg) +


2,9 ÷ 3,5 = 16,34 mets

5. Kognitif, Intrapersonal, Interpersonal

Kognitif : Pasien mampu menceritakan kronologi penyakitnya

dengan baik

Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat yang tinggi untuk

sembuh

Interpersonal :Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan

pasien bisa mengikuti instruksi yang diberikan oleh

terapis.

4.1.5 Diagnosa Fisioterapi

a. Anatomical Impairment

Adanya luka incisi pada musculus pectoralis mayor, karena luka

incisi menyebabkan inflamasi, eritema, dan oedema.

b. Functional Impairment

Adanya penurunan kardiorespirasi, penurunan kapasitas aerobik.

c. Limitation in activity

Adanya penurunan kemampuan berjalan, dan kemampuan bekerja

sebagai pedagang.

d. Disability / Participation Restriction


50

Adanya ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktivitas sosial

dan berinteraksi dengan lingkungannya seperti mengikuti kegiatan pos

ronda, bergotong royong.

4.1.6 Rencana Evaluasi

Pengukuran Endurence dengan menggunakan 6 MWT (Six Minute

Walking Test).

4.1.7 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanam : Bonam

Quo ad Cosmeticam : Dubia ( ragu-ragu mengarah ke buruk)

Quo ad Fungsionam : Bonam

4.1.8 Program Fisioterapi

a. Tujuan

1. Jangka Pendek

a. Meningkatkan kapasitas paru dan kapasitas aerobik

b. Meningkatkan Endurence

2. Jangka Panjang

Melanjutkan jangka pendek dan Meningkatkan vo2max dan aktifitas

fungsional pasien.

4.1.9 Tindakan Fisioterapi


51

a. Ergocycle

Program latihan dilakukan dengan frekuensi 3 kali dalam

seminggu selama 1 minggu, waktu 15 menit setiap kali melakukan

latihan dan dikondisikan dengan keadaan pasien.

1. Persiapan alat

a.) Ergocycle

2. Persiapan pasien

1) Pasien menggunakan pakaiain yang nyaman untuk melakukan

latihan.

2) Ketentuan medis yang bisa dijalankan pasien harus tetap

dilakukan.

3) Pasien diperkenankan untuk makan makanan ringan dan minum

1 jam sebelum latihan.

3. Penatalaksanaan

a. Sebelum dilakukan latihan Ergocyle pasien diperiksa denyut

nadi dan tekanan darah.

b. Latihan Ergocycle dapat dihentikan segera bila timbul gejala:

a) Nyeri dada

b) Sesak yang tidak dapat ditoleransi

c) Kram pada tungkai

d) Sempoyongan

c. Ekspirasi dan inspirasi dilakukan


52

Pasien menarik nafas saat menurunkan beban dan

menghembuskan nafas pada saat mengayuh Ergocycle.

Gambar 4.1. Ergocycle

Sumber : Dokumen Pribadi, 2019

4.1.10 Edukasi dan Home Program

a. Edukasi

Selama pasien mengikuti latihan beban pada fase II, pasien

dianjurkan untuk istirahat yang cukup selama di rumah. Dan hindari

aktivitas yang berlebihan.

b. Home Program

Pasien di anjurkan untuk memperbanyak latihan pernafasan

untuk meningkatkan ekspansi sangkar thorax dan pasien boleh berjalan

santai setiap pagi atau sore sebanyak 15-30 menit.

4.2 Hasil Studi Kasus


53

4.2.1 Evaluasi

Selama dilakukan intervensi fisioterapi sebanyak 12 kali dalam 1

bulan terhadap pasien dengan kondisi post operasi CABG (Coronary

Artery Bypass Graft), didapatkan hasil peningkatan Endurence yang

diukur dengan Six Minute Walking Test. Pada evaluasi pertama didapatkan

nilai dari Six Minute Walking Test dengan 17,84 mets, pada evaluasi kedua

belas didapatkan nilai dari Six Minute Walking Test dengan 21,98 mets.

Grafik Evaluasi
25
Six Minute Walking Test
20

15 Grafik Evaluasi

10

0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12

Grafik 4.1 Grafik hasil evaluasi Six Minute Walking Test

4.3 Pembahasan

4.3.1 Deskripsi Studi Kasus

Sampel dalam studi ini adalah seseorang yang dengan kondisi post

operasi Coronary Artery Bypass Graft. Sampel ini merupakan penderita

yang tinggal di Jl. Sekolah Rumbai, Pekanbaru dengan jenis kelamin laki-

laki berumur 44 tahun. Pasien telah bersedia menjadi sampel untuk


54

penelitian guna pemeliharaan kesehatan dan kemajuan kesehatan. Sampel

ini di ambil dengan pemeriksaan yang lengkap dan sistemis.

Proses penelitian ini berlangsung 1 bulan yang dilakukan 12 kali dan

di lakukan 3 kali dalam seminggu mulai bulan Mei sampai Juni di Rumah

Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.

4.3.2 Hubungan Peningkatan Endurence Dengan Metode Ergocycle pada

kondisi Post operasi Coronary Artery Bypass Graft.

Ergocycle atau cycle ergonometer disebut juga sepeda statis

merupakan alat yang termasuk gym machine yang biasa digunakan untuk

latihan aerobik. Ergocycle dapat digunakan untuk seseorang yang

memiliki posisi tegak normal.

Latihan Endurence dengan Ergocycle mempunyai pengaruh

peningkatan dalam ambilan oksigen maksimal dan peningkatan volume

tidal serta penurunan frekuensi pernafasan sehingga otot pernafasan lebih

efektif dan terjadi penurunan beban kerja pernafasan karena tidak banyak

energi yang terbuang maka pasien tidak mudah lelah, dan dapat

meningkatkan kemampuan tubuh untuk menghantarkan lebih banyak

oksigen menuju otot, hal ini dapat terjadi pada otot dan sistem

kardiovaskuler. Hal ini akan mengakibatkan cardiac output dan stroke

volume menjadi meningkat serta denyut nadi istirahat menjadi meningkat (

Khotimah, 2013).

Hasil penelitian ini didapatkan adanya peningkatan Endurence

dengan hasil awal Six Minute Walking Test 16,34 mets dan hasil akhir

yang didapatkan yaitu 21,98 mets. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
55

dilakukan oleh khotimah 2013 dimana dengan melakukan metode latihan

Ergocycle yang dilakukan sebanyak 12 kali dalam 1 bulan untuk

meningkatkan Endurence.

4.4 Hambatan

Adapun hambatan yang berkaitan dengan kondisi post operasi Coronary

Artery Bypass Graft yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Pasien kurang memahami tujuan dan fungsi Ergocycle

2. Tidak semua home program seperti berjalan disekitar tempat tinggal

dilakukan oleh pasien karena pasien tidak banyak memiliki waktu karena

bekerja.

3. Tidak bisa memantau aktifitas yang tidak boleh dilakukan dirumah.

Anda mungkin juga menyukai