PENDAHULUAN
keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya
bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada individu pasien atau
saraf. Sistem saraf pada tulang belakang secara umum dibagi menjadi dua
yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari
volunter, peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak ada atropi otot, reflek
hiperaktif dan abnormal. SST utamanya terdiri dari saraf, yang merupakan
meliputi saraf motorik yang mengatur gerakan baik volunter (disadari) dan
1
2
volunter, penurunan tonus otot, paralysis flasiks otot, atropi otot, tidak ada
Saraf fasial atau dikenal nervus facialis merupakan saraf wajah yang
termasuk saraf cranial ke 7, yang adalah saraf motorik dan sensorik di otot
fasialis juga berfungsi sebagai penyalur sensasi dari bagian anterior lidah dan
(Stanley, 2006).
dipersarafi oleh saraf VII (N.Facialis), yang gerakannya terjadi disatu tempat
pada otot wajah tertentu, sejenak, namun berkali-kali. Biasanya terjadi disatu
sisi wajah misalnya pada pipi, mulut, atau kelopak mata. Gerakanya dapat
Penyakit ini umumnya terjadi pada usia 40 tahun, namun juga dapat terjadi
Tic facialis adalah gangguan yang berdasarkan tipe dan durasinya yang
tiba-tiba cepat dan gerakan yang tidak ritmis (WHO, 2013). Gangguan tic
antara 5-11 tahun di perkirakan terserang tic facialis. Usia rata-rata pasien tic
3
adalah 35 tahun keatas dan 96% dari pasien akan memiliki gejala pada usia
gangguan tic biasanya terjadi pada usia 7-11 tahun dan lebih sering pada laki-
lebih panjang dari cahaya tampak,tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang
radio. Namanya dari bahasa latin “Infra” artinya bawah “Red” artinya merah
1.2.1 Apakah Infra red dapat mengurangi nyeri dan menjaga fisiologis otot
1.2.2 Apakah massage dapat mengurangi gerakan involunter pada kondisi tic
facialis ?
1.3.1.2 Untuk mengetahui apa itu tic facialis dan cara penanganannya
facialis.
wawasan penulis tentang tic facialis dengan modalitas infra red dan
massage.
tanda dan gejala suatu kondisi dan bagian penangan yang baik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
7
8
(Baehr, 2005).
tengah.
lakrimalis.
suhu dan rasa rabadari sebagia daerah kulit dan mukosa yang
dan kelenjar ludah di depan mulut. Sansasi rasa pada 2/3 bagian
depan lidah dan sensasi pada gendang telinga juga dibawa oleh
sesisi wajah lumpuh. Pada gangguan tipe ini letak lesi berada di
inti atau serabut saraf sedangkan tipe sentral letak lesi pada
sisi tidak lumpuh tetapi yang lumpuh pada bagian bawah wajah.
tobing, 2006).
10
5 1
2
4
Gambar 2.1
Keterangan Gambar :
1) Traktus kortibularis
2) Inti facialis
3) Saraf facialis
1 14
2
3
4
5
6
8
13
9
12
0
10 11
Gambar 2.2
Keterangan gambar :
1. N. Ogthalamic 8. N. Buccali
7. N. Infraorbitalis
12
9
1
8
2
3
7 5
Gambar 2.3
Perjalanan Nervus Facialis (Lumban
tobing, 2006).
Keterangan gambar :
1. Nukleus motorik
penguluran.
Tabel 2.1
N.Buccal
4 M. Maxilla,proefro Disekeliling Menutup N.fasialis, N.
orbicularis ntalis,sudut aditus orbitae kelopak mata N.Temporalis
oculi pars mata medial. N.Zigomaticu
orbitalis m
5 M. nasalis Diatas akar Tendon diatas Mengenbang N. fasialis
denscanicus hidung kan cuping
hidung
6 M. depressor Diatas os Tulang rawan Mengempisk N. fasialis
sepri insivicus tengah an cuping
hidung
7 M. levator Dari otot-otot Ala nasi dan Mengangkat N. fasialis
labii superior orbicularis labium superior bibir ke atas
oculli
8 M. depressor Dasar Angulus oris Menarik N. fasialis
anguli oris mandibula dan labium ujung mulut
inferior kebawah
9 M. Os. Angulus oris Tersenyum N.fasialis,N.
zigomaticum Zigomaticum Zigomaticum
major,minor facies lateralis
10 M. levator Maxilla fosa Otot labium Tersenyum N.fasialis
anguli oris camina superior sampai bibir N.Zigomaticu
terangkat m
11 M. Sebutan pars Commisura Bersiul N. fasialis, N.
orbicularis marginalis pars labiorium Zigomaticum
oris labialis , N.
Mandibular,
N. Buccal
12 M. Corpus Angulus oris Meniup N. fasialis, N.
buccinator mandibula, sambil Buccal
maxilla. menutup
mulut
13 M. mentalis Jugum alveolare Kulit dagu Meangkat N. fasialis
bagian bawah dagu
lateral dens
invicus
14 M. platisma Fascia diatas m. Berinsentio pada Menarik dagu N. fasialis
Pectoralis mayor mandibula dan ke bawah
dan deltoideus bersatu dengan
otot mulut
Sumber : Otot-otot wajah (R.putz, R Pabst 2000)
15
5
1
6
7 1
21
8
9 1
10
1
Gambar 2.4
Otot-otot wajah tampak depan (Erfen, 2011)
Keterangan gambar :
tersebut adalah :
2013).
supratroklearis.
Cabang-cabangnya adalah :
bawah.
atas.
glandula parotis.
19
21 18
4
5
6
17
7 1
15
1
4
13
8
9
10
0n 11 1
2
Gambar 2.5
Vaskularisasi pada wajah (Gray’s anatomy, 2013)
19
Keterangan gambar :
6. Arteri dan vena lateral nasal 18. Arteri dan vena temporalis
2.1.3 Etiologi
saat ini tetapi ada faktor penyebab bisa terjadinya tic facialis anatara
lain :
1. Distonia torsi
2. Neuroakantosis
3. Penyakit huntington
gangguan kejiwaan.
konvulsan, neuroleptik)
3) Stress berlebihan
4) Trauma kepala
21
6) Stroke
2.1.4 Patologi
yang inkomplit pada kondisi gejala sisa dari bell’s palsy yang
involunter itu sanagt keras dan bilateral, sehingga raut wajah saling
bagian wajah tidak sengaja kejang yang biasa diawali dengan kelopak
1. Bergelombang,menguat.
kelelahan.
menguat.
1. Mengangkat bahu.
3. Memejam-mejakan mata.
4. Menggerak-gerakan hidung.
5. Mengeleng-gelengkan kepala.
6. Kebiasaan mendehem.
2.1.6 Prognosis
gejala sebelumnya.
2.1.7 Komplikasi
menyebabkan :
dapat terjadi pada satu sisi wajah saja pada stadium awal,
2.1.8.2 Neuroakantosis
dari biasanya.
2.1.8.4 Parkinson
gemetaran.
2.1.9.1 Nyeri
2007).
26
1) Tranduksi
rabaan.
2) Transmisi
neurotransmitter.
3) Modulasi
4) Persepsi
Gambar 2.6
Keterangan gambar :
0 : tidak nyeri
titik pada garis skala nyeri (0 - 10). Awal garis menunjukan tidak
simteris atau tidaknya antara sisi yang sakit dengan sisi yang
lain :
normal.
4) Tersenyum : 30 point
5) Bersiul : 10 point
2.1.10.1 Infrared
2002).
a. Efek fisiologis
yaitu :
32
sisa metabolisme.
baik.
33
b. Efek teraputik
3. Dosis
F (frekuensi) : 3x/minggu
I (intensitas) : 30 cm
T (type) : IR Luminous
T (time) : 10 menit
34
Gambar 2.7
2.1.10.2 Massage
(Bambamg, 2011).
1. Teknik-teknik massage
kneading dan tapping.
peradangan.
2. Aplikasi massage
3. Indikasi Massage
kasus kontraktur.
37
bakar.
5. Dosis
F (frekuensi): 3x/minggu
T (time) : 10menit
PROSES FISIOTERAPI
terlebih dahulu sebelum melakukan suatu program terapi. Hal ini dilakukan untuk
3.1.1 Anamnesis
Nama : Ny.H
38
39
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
NO RM :100095
Jambi
Fisioterapi
mata dan mulut pasien terjadi kedutan yang terus menerus yang
dengan rutin.
Hipertensi (+)
Kolesterol (+)
Tidak ada
rumah.
Tidak ada
41
2. Kardiovaskuler
3. Respirasi
4. Gastrointestinal
5. Urogenitalis
6. Muskuloskeletal
7. Nervorum
3) Pernapasan : 20x/menit
4) Temperature : 36°c
6) Berat badan : 60 kg
3.1.4.2 Inspeksi
1) Statis
2) Dinamis
3.1.4.3 Palpasi
3.1.4.4 Perkusi
Tidak dilakukan
3.1.4.5 Auskultasi
Tidak dilakukan
1. Gerak aktif
Tabel 3.1
Gerak dasar aktif pada wajah
2. Gerakan pasif
Tabel 3.2
Gerakan dasar pasif pada wajah
Tidak dilakukan
44
3.1.5.1 Kognitif
rumah.
Tabel 3.4
Pemeriksaan nyeri dengan VAS
kesulitan ringan.
3.1.8.1 Impairment
3.1.8.3 Disability
kacamata hitam.
mempunyai target serta tujuan dari program ini dapat tercapai. Tujuan
1. Infrared
4. Ultrasound (US)
5. Massage
3.1.11 Edukasi
3.1.13 Prognosis
maka tindakan selanjutnya adalah pemberian terapi, untuk kondisi tic facialis
3.2.1.1 Infrared
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
pakaian.
kedalam mata.
3. Pelaksanaan terapi
4. Dosis :
F : 3x/minggu
I : 30 cm
T : IR Luminous
T : 10 menit
50
keadaan pasien.
yaitu Massage.
3.2.1.2 Massage
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
pakaian.
3. Pelaksanaan terapi
terapi.
secara teratur.
4. Dosis :
F : 3x/minggu
I : Toleransi pasien
T : 10menit
R : 8-10x pengulangan/gerakan.
terapi I.
Modalitas dan dosis yang diberikan pada terapi ke III sama dengan
terapi II.
terapi III.
52
terapi IV.
terapi V.
3.3 Evaluasi
3.3.1 Evaluasi nyeri dengan visual analog scale (VAS) dan fungsional otot
Tabel 3.7
Hasil evaluasi
Nilai
Derajat Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam 0 0 0 0 0 0
Nyeri tekan 4 4 3 3 2 2
Nyeri gerak 0 0 0 0 0 0
Nilai
Gerakan Point
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Istirahat 20 20 20 20 20 20 20
Mengerutkan dahi 10 10 10 10 10 10 10
Menutup mata 30 21 21 21 21 21 21
Tersenyum 30 21 21 21 30 30 30
Bersiul 10 7 7 7 10 10 10
BAB IV
53
.1 Hasil
Pasien atas nama Ny.H usia 57 tahun dengan diagnosa tic facialis. Setelah
fisioterapi yaitu berupa adanya nyeri tekan dan gerakan involunter yang tidak
mendapatkan hasil meliputi pengurangan nyeri tekan pada terapi awal nya (T1)
Peningkatan fungsional wajah saat tersenyum pada terapi awal T1 dengan nilai
karena gerakan invoulunter yang terjadi pada mata sudah menetap lebih lama
dan kontraksi lebih cepat dari pada bagian mulut sehingga memerlukan waktu
4.2 Pembahasan
4.2.1 Nyeri
kasus ini adalah Visual Analogues Scale (VAS) yaitu yang terlebih
dahulu di jelaskan kepada pasien keterangan nilai VAS dari 0 sampai 10.
54
Kemudian pasien diminta menggeser skala VAS sesuai dengn rasa nyeri
(T1) sampai pemeriksaan akhir (T6), yaitu dapat dilihat dari grafik
berikut :
Grafik 4.1
Pengukuran Skala Nyeri VAS
4.5
VAS
4
3.5
2.5
1.5
0.5
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
tekan dikarenakan Infra Red, infra red adalah sinar yang mempunyai efek
fisiologis, apabila sinar infra merah diabsorbsi oleh kulit, maka akan
terjadi peningkatan suhu secara local (di daerah yang mengabsorbsi sinar
Grafik 4.2
Fungsional wajah
saat tersenyum dan bersiul, pada gerakan menutup mata tidak terjadi
fungsional wajah yaitu T6 30. Pada gerakan bersiul dapat dilihat T1 yaitu 21
yaitu T6 30.
56
teratur.
dikarenakan gerakan involunter pada mata lebih sering terjadi sudah lebih
lama dan menetap dari pada bagian lainnya sehingga memerlukan waktu yang
5.1 Kesimpulan
kanan dan kekakuan pada pipi kanan sehingga menggangu aktivitas sehari-
fisioterapi dengan modalitas Infra Red (IR) dan Massage dengan tujuan
mengatasi problematika yang muncul pada pasien ini dengan program enam
dilihat dari evaluasi skala ugo fisch dan pengurangan nyeri tekan yang dilihat
terapi sebanyak enam kali mendapatkan hasil yang cukup baik. Hasil tersebut
57
58
5.2 Saran
Tic facialis ini pelaksanaannya sangat dibutuhkan kerja sama antara terapis
dan penderita bekerjasama dengan tim medis lainnya, agar tercapai hasil
pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-hal lain harus diperhatikan antara
lain :
5.2.1 Bagi penderita disarankan untuk melakukan terapi tiga kali seminggu,
5.2.2 Bagi keluarga pasien disarankan agar terus memberikan motivasi agar