Anda di halaman 1dari 15

KONSEP REFLEKSIOLOGI DAN APLIKASINYA DALAM

KEPERAWATAN

Disusun oleh:
1. Aprilia Evy Susanti NPM 202143003
2. Eka Sriwulandari NPM 202143010
3. Franciscus Asisi Gada P A NPM 202143016
4. Hanter Silalahi NPM 202143018
5. Regina Nanda K.D. NPM 202143026
6. Sagita Fransiska NPM 202143027
7. Tuty Octaria NPM 202143034

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
kegiatan yang berjudul “Konsep Refleksiologi Dan Aplikasinya Dalam Keperawatan”
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata
kuliah Terapi Komplementer.
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami kelompok kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman anggota kelompok yang
telah mendukung dan membantu kami sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menjadi acuan bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah yang kami susun ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan khusunya
tentang konsep refleksiologi dan aplikasinya dalam keperawatan.

Yogyakarta, Januari 2022

Tim Kelompok 3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab II Konsep Refleksiologi
2.1 Pengertian
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi
2.4 Prinsip/Mekanisme Kerja
2.4 Aplikasi Dalam Keperawatan
Bab III Pembahasan
Bab IV Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terapi komplementer merupakan sebuah kelompok dari berbagai macam
system pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konensional. (Rufaida, Lestari, &
Sari, 2018).
Menurut WHO dalam (Rufaida, Lestari, & Sari, 2018) Terapi
komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern atau biasa disebut terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan
pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Rufaida, Lestari, & Sari, 2018).
Salah satu dari terapi komplementer yang akan dibahas dalam makalah ini
ialah “Refleksiologi” atau disebut dengan pijat refleksi yang merupakan suatu
praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan serta kaki. Khasiatnya yang
paling populer yaitu untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh, mencegah
berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi
stress, meringankan migraine, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan
mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan. Tekanan tangan dan kaki
yang berupa rangsangan-rangsangan dapat memancarkan gelombang relaksasi
ke seluruh tubuh menurut Wahyuni, 2014 dalam (Hartatik & Sari, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep refleksiologi dan aplikasinya dalam keperawatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep refleksiologi
2. Untuk mengetahui aplikasi refleksiologi dalam keperawatan
3. Untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai releksiologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan
dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk mengurangi rasa sakit
pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah berbagai penyakit, meningkatkan
daya tahan tubuh, membantu mengatasi stress, meringankan gejala migrain,
membantu penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan
terhadap obat-obatan (Wahyuni, 2014). 
Refleksiologi atau pijat refleksi adalah suatu cara pengobatan penyakit
melalui titik pusat urat syaraf yang bersangkutan (berhubungan) dengan organ-
organ tubuh tertentu. Dengan kata lain adalah penyembuhan penyakit melalui
urat syaraf untuk memperlancar peredaran darah. (Mahendra, 2009).
Pijat refleksi atau yang lebih dikenal dengan refleksiologi adalah jenis
penyembuhan dengan memijat titik syaraf yang berhubungan langsung dengan
organ dalam tubuh untuk mengatasi gangguan kesehatan. (Indriani, 2021).

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi


Dalam Indriani (2021) Refleksiologi dapat sebagai pendeteksi dini suatu
penyakit, mencegah penyakit dan dapat mengatasi sejumlah masalah pada
kesehatan karena pijat refleksi memiliki hasil penyembuhan yang optimal pada
suatu penyakit yang diderita. Pijat refleksi dianjurkan karena aman, terbilang
murah disebakan dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan bekal
pengetahuan mengenai titik refleksi sebagai dasar awal untuk melakukan pijat
refleksi serta tanpa efek samping tertentu.
Menurut (Made, 2020)Kontraindikasi pijat adalah saat pasien tidak boleh
diterapi atau dilakukan tindakan pemijatan karena suatu kondisi tubuh pasien
seperti adanya luka lebam, kebiruan, kelelahan jika diterapi. Beberapa hal yang
wajib diketahui oleh terapis adalah memeriksa atau menanyakan kondisi klien
sebelum memberikan terapi. Kondisi kontra indikasinya antara lain sebagai
berikut:
1. Saat seseorang terlalu lapar atau kekenyangan, jangan langsung dipijat
biarkan mereka istirahat sejenak ketika klien baru saja makan, atau berikan
waktu untuk klien makan sedikit makanan yang mudah dicerna seperti
sepotong pudding atau juice sehingga pasien tidak akan kekurangan energy
saat dipijat.
2. Klien dalam keadaan terlalu lelah, kecapean atau terlalu lemah, berikan
segelas air hangat terlebih dahulu sehingga tubuh lebih hangat.
3. Menderita penyakit berat, konsultasikan dengan pihak dokter yang
menangani terlebih dahulu untuk menghidari efek fatal dari penyakit
tersebut.
4. Memiliki riwayat trombisis vena atau tromboflebitis
5. Baru saja menjalani pembedahan atau transplantasi organ, ada beberapa
titik organ yang tidak boleh dipijat, maka pemijatan untuk klien ini harus
benar benar dilakukan oleh mereka para terapis professional.
6. Wanita hamil muda atau trimester pertama dengan tingkat kehamilan tidak
stabil atau lemah.
7. Menderita penyakit menular, sebaiknya dihindari untuk memuruskan mata
rantai dari terjangkitnya penyakit tersebut.
8. Dalam keadaan demam atau suhu tubuhnya terlalu tinggi, tidak boleh
dipijat karna meningkatkan reaksi pecahnya pembuluh darah, lebam pada
kulit yang menunjukan adanya luka pada otot.
9. Pernderita osteoporosis berat, terutama jika osteoporosis tersebut mengenai
pada area kaki dan tangan.
10. Terjadi radang sendi atau arthritis, sebaiknya jangan dipijat area yang
sedang meradang karna akan memperparah peradangan ditandai dengan
pembengkakan atau warna merah pada permukaan kulit.
11. Tanyakan pada klien apa memiliki riwayat penyakit asam urat. Jika klien
menjawab ya, maka anda harus memperhatikan sendi sendi klien apakah
terjadi peradangan akibat tumpukan asam laktat/ zat purin pada tubuh
klien.

Selain itu pemijatan harus dilakukan dengan sangat hati hati pada klien
dengan gangguan:
1. Penderita penyakit jantung kronis yang sudah terbukti dengan adanya
diagnosa dokter
2. Pengidap diabetes mellitus, untuk menghindari adanya luka pada klien
tersebut
3. Mereka yang mempunyai epilepsy, ayan atau kejang efek dari gangguan
fungsi otak maupun syaraf.
4. Wanita mengandung yang menjalani kehamilan beresiko.

2.3 Konsep Refleksiologi


Pijat refleksi memberikan rangsangan berupa tekanan pada syaraf tubuh
manusia. Biasanya, pemijatan akan memberikan tekanan pada titik tangan atau
kaki. Rangangan tersebut diterima oleh reseptor saraf (saraf penerima
rangsangan). Rangsangan yang diterima ini akan diubah oleh tubuh menjadi
“aliran listrik”. Aliran tersebut kemudian akan menjalar ke sumsum tulang
belakang. Dari sumsum tulang belakang akan diteruskan ke bagian otak dan
otot.
Pijat refleksi membantu mengurangi gejala penyakit lever, ginjal, jantung,
tekanan darah tinggi, dan hampir semua penyakit yang dikenal manusia. Cara
kerja refleksiologi sama seperti akupuntur, akupresur, dan shiatsu dalam
menormalkan keseimbangan aliran energi vital (chi) pada titik-titik meridian.
Kebanyakan praktisi terapi refleksiologi memfokuskan zona refleksi pada kaki,
walaupun zona-zona yang lain pun bisa di sentuh seperti tangan dan telinga.
Rahimsyah dalam bukunya mengatakan letak daerah refleksi selain ditelapak
tangan dan telapak kaki terdapat tambahan titik refleksi di bagian tubuh depan,
belakang dan wajah.
Pijat refleksi adalah salah satu bentuk pengobatan komplementer dan
alternatif terbaik di Inggris dan digunakan untuk perawatan kesehatan oleh
beragam orang. Faktanya complementary alternative medicine (CAM) semakin
dianggap sebagai cara yang aman dan efektif untuk mengurangi penyebab dan
dampak rasa sakit dan penyakit. Pijat refleksi adalah salah satu dari enam
bentuk CAM terbaik yang digunakan di Inggris. (Indriani, G. S.,2021)
BAB III
APLIKASI DALAM KEPERAWATAN

3.1 Refleksiologi Pada Pasien Hipertensi


Terapi refleksiologi pijat mampu menurunkan Tekanan darah sistolik
sebanyak 13,8 mmHg dan diastolic sebesar 13,3 mmHg. terapi refleksiologi
Apabila dilakukan secara teratur, mampu menurunkan Kadar hormone cortisol
dan menurunkan gejala-gejala pencetus Peningkatan Tekanan darah (hipertensi)
seperti menurunkansumber depresi dan kecemasan sehingga tekanan darah akan
mengalami penurunan secara signifikan dan bertahap sehingga fungsi tubuh
semakin membaik. Refleksiologi memberikan relaksasi diarenakan saraf
simpatis mengalami penurunan aktivitas yang berlebihan dan memberikan
rangsangan pada reseptor sarah sehingga menyebabkan pembuluh darah
mengalami dilatasi sehingga meningkatkan dan melancarkan sirkulasi darah
yang membawa nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh. (Arianto, dkk., 2018)

3.2 Refleksiologi pada Pasien Diabetes Melitus


Terapi Refleksiologi pada pasien dengan Diabetes Melitus memiliki
manfaat menstabilkan kadar gula darah pasien dan sebagai pengobatan
alternative dalam pengurangan efek samping dari penggunaan obat yang tidak
diinginkan. Terapi refleksiologi memiliki tingkat resiko yang lebih rendah
dengan menggunakan teknik menekan, meremas,menggosok mampu membuat
respon langsung pada daerah-daerah tubuh tertentu yang terhubung dengan titik
refleks utama, khususnya pada titik yang berhubungan dengan kadar gula darah,
seperti hipotalamus, otak, pancreas, dan hati yang terletak pada telapak kaki
kanan dan kiri pada bagian dalam pinggir.
Pada saat terapi ini dilakukan, akan merangsang impuls untuk
mengaktifkan glucose phosphate yang berperan dalam metabolisme karbohidrat
yang mempengaruhi organ hipotalamus, sehingga meningkatkan sintesis insulin
dengan merangsang pancreas. Selain itu hormone ini bertujuan meningkatkan
jumlah reseptor pada sel target, dan dapat mempercepat pemanfaat Glukosa
darah sehingga menurunkan kadar glukosa darah. (Mardiana, M., 2021).

3.3 Refleksiologi pada Pasien dengan Nyeri


Berdasarkan Teori Endhorphin Pommeranz bahwa tubuh akan berekasi
ketika terjadi pengeluaran endhorphine Karen pemijatan, Endhorphine
merupakan zat yang diproduksi secara alamiah dalam tubuh yang memiliki efek
samping seperti morfin.Endhorphine memiliki sifat sedative yang
menenangkan. Memberikan efek nyaman, dan memiliki peran penting dalam
meregenerasi sel-sel guna memperbaiki tubuh yang sudah rusak.
Pemberian terapi ini dapat menyebabkan pembulih darah melebar
sehingga sirkulasi darah lokal dan menjadi lancar, pembuluh darah yang lancar
meningkatkan aktivitas sel sehingga mampu mengurangi nyeri dan menunjang
proses penyembuhan luka.Terapi ini juga memiliki fungsi melemaskan dan
mengendorkan system kerja syaraf dan otot yang mengalami ketegangan,
relaksasi dan sedative sehingga mampu menurunkan nyeri. (Febriansa, dkk.,
2021).

3.4 Refleksiologi terhadap Kualitas Tidur


Terapi refleksiologi apabila dilakukan secara teratur dan terjadwal dengan
durasi terapi 10-15 menit setiap kali terapi dengan metode merambatkan ibu jari
kaki pada satu titik tertentu dengan teknik menekan dan menahan pada bagian
tangan dan kaki membuat rileks dan nyaman pada pasien sehingga dapat tidur
lebih mudah dan memiliki mampu menurunkan kecemasan dan gangguan tidur
seperti insomnia, namun terapi ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan
gangguan khusus seperti luka , adanya keluhan nyeri pada area pemijatan serta
pasien mengalami fraktur. (Sari, 2020)
3.5 Refleksiologi Terhadap Kecemasan
Terapi refleksiologi memberikan efek sedative pada system syaraf
sehingga berfungsi meringankan ketegangan pada syaraf, karena terapi ini
mempengaruhi sitem syaraf. Terapi reflsiologi mampu meningkatkan aktivitas
vegatasi tubuh yang di control oleh otak dan system saraf, yaitu kelenjar
hormonal, system kardiovaskular ,system gastrointenstinal dan lain-lain.
(Fathi ,.2019).
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, G. S. (2021). Visualisasi titik refleksi menggunakan Features From
Accelerated Segment Test (FAST) Corner Detection (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Mahendra, B. (2009). Pijat Kaki Untuk Kesehatan. Niaga Swadaya.
Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). PIJAT REFLEKSI BERPENGARUH
TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI
KLINIK ATGF 8 PALEMBANG.
Wahyuni, S. (2014). Pijat Refleksi Untuk Kesehatan. Jakarta Timur: Dunia
Sehat.
Mardiana, M. (2021). Efektifitas Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Pengendalian Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 6(2). Retrieved From:
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/7666
Febriansa, A. F., Asfar, A., & Ramli, R. (2021). Pengaruh Refleksi Massage
Therapy terhadap Penurunan Kualitas Nyeri pada Lansia Penderita
Rheumatoid Arthritis. Window of Nursing Journal, 2(1), 220-227.
Retrieved From : http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/won/article/view/384
Fathi, A. Z. (2019). PENGARUH PEMBERIAN MASASE PUNGGUNG
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN
PRE OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESI DI RSUD
WONOSARI (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Retrieved from :
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3566/
Arianto, A., Prastiwi, S., & Sutriningsih, A. (2018). Pengaruh Terapi Pijat
Refleksi Telapak Kaki Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1).
Retrieved From :
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/830
Sari, R. P. (2021). Efektivitas Terapi Pijat Kaki Tahun 2020. Nusantara
Hasana Journal, 1(2), 26-36. Retrieved from :
http://nusantarahasanajournal.com/index.php/nhj/article/view/36
Hartatik, S., & Sari, R. P. (2021). Efektivitas Terapi Pijat Kaki Tahun 2020.
Nusantara Hasana Journal Volume1 No.2, 26-36.
Rufaida, Z., Lestari, S. W., & Sari, D. P. (2018). Terapi Kompleenter.
Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.
Made. (2020, Juli 7). Kontra Indikasi Pijat. Retrieved Januari 11, 2021, from
Blog Dokter Blognya Seorang Dokter:
https://www.blogdokter.net/2020/07/07/kontra-indikasi-pijat/

Anda mungkin juga menyukai