Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

(TAK) 1 ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


MASALAH HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pebimbing : Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep, Sp.Kep, Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
IMPLEMENTASI TERAPI KOMPLEMENTER RELAKSASI OTOT
PROGRESIF BAGI PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistol 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (Saxon,
Etten, and Perkins 2015). Tidak semua penderita hipertensi menyadari
penyakit yang dideritanya, sakit kepala, pusing, dan kelelahan yang menjadi
tanda gejala hipertensi sering kali dihiraukan. Hal ini yang membuat hipertensi
kerap disebut sebagai “silent killer” atau “pembunuh senyap” (Kemenkes RI
2019).
Hipertensi menjadi suatu masalah yang cukup besar di seluruh dunia,
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa hipertensi menyerang
22% penduduk dunia. Sedangkan di Asia tenggara, angka kejadian hipertensi
mencapai 36% (Tirtasari and Kodim 2019). Sementara itu, hasil riskesdas
tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34.1% dan meningkat
cukup tinggi dibandingkan hasil riskesdas kejadian hipertensi tahun 2013
dengan prevalensi sebesar 25.8%. Sedangkan untuk proporsi hipertensi
menurut kelompok umur, lansia menyumbang angka terbesar dalam kejadian
hipertensi. Sebesar 63,2% pada usia 65 – 74 tahun dan 69,5% pada usia 75
tahun atau lebih masyarakat Indonesia terdiagnosis hipertensi (Kemenkes RI
2019).
Tingginya kejadian hipertensi pada lansia dikaitkan dengan faktor atau
sistem lain yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah seperti sistem
peredaran darah atau kardiovaskular lansia yang mengalami pengerasan
pembuluh darah. Kemudian sistem endokrin lansia yang bertindak ketika
menahan natrium klorida dalam tubuh, aktivitas enzim renin yang bertindak
dalam peningkatan tekanan darah dilepaskan ke dalam darah atau ketika ginjal
tidak mengekskresikan natrium klorida dan air ditarik kembali dari tubulus
urinarius ke dalam darah, serta respons dari ketegangan emosional yang
berlebihan dan berkepanjangan dengan meningkatkan resistensi perifer
terhadap aliran darah dan direfleksikan sebagai tekanan darah tinggi (Saxon et
al. 2015).
Hipertensi tidak dapat disembuhkan dengan total, namun orang dengan
riwayat hipertensi perlu mengontrolnya dengan merubah gaya hidup dan
mengkonsumsi obat dengan teratur. Selain itu banyak terapi komplementer
yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, salah satunya adalah
terapi relaksasi. Teknik relaksasi digunakan untuk mengurangi stres dan
membantu untuk berbagai penyakit kronis seperti sakit kepala, sindroma iritasi
pencernaan, hipertensi, aritmia penyakit inflamasi pencernaan dan nyeri otot.
Dalam keadaan relaks, tubuh melalui otak akan memproduksi endorphin yang
berfungsi sebagai analgesik alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri
(keluhan-keluhan fisik). Selain itu, keadaan relaks tubuh akan mengaktifkan
sistem saraf parasimpatis yang berfungsi untuk menurunkan detak jantung,
laju pernapasan dan tekanan darah (Ekarini, Heryati, and Maryam 2019).
Sementara itu, relaksasi otot progresif adalah teknik sistematis untuk
mencapai keadaan relaksasi dimana metode yang ditetapkan melalui metode
progresif dengan tahap latihan berkesinambungan. Relaksasi otot progresif
dapat dilakukan dengan cara menegangkan dan melemaskan otot skeletal
sehingga otot menjadi relaks dan mengurangi tingkat stres serta menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Wardani, 2015). Menurut Maryam
(2010), terapi relaksasi otot progresif ini termasuk metode terapi relaksasi
yang termurah, mudah dilakukan, tidak terdapat efek samping, dapat membuat
pikiran terasa tenang dan tubuh menjadi rileks.
Berdasarakan hasil penelitian Ekarini dkk. (2019) menggunakan quasi
eksperimen dengan control grup menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
setelah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif. Selain itu, penelitian
Akhriansyah (2019) juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan
darah setelah dilakukan Progresive Muscle Relaxation Exercise.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan melalui Zoom selama 60 menit
diharapkan sasaran mampu mengenal dan mengetahui tentang teknik
relaksasi otot progresif.

b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan melalui Zoom selama 60 menit
diharapkan sasaran dapat:
1) Mengetahui dan memahami pengertian hipertensi.
2) Mengetahui dan memahami pengertian teknik relaksasi otot
progresif
3) Mengetahui dan memahami tujuan teknik relaksasi otot progresif
4) Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi teknik
relaksasi otot progresif.
5) Mengetahui dan memahami tahapan teknik relaksasi otot progresif
6) Melakukan demonstrasi teknik relaksasi otot progresif

3. Manfaat
Lansia dapat mengurangi stress, sakit kepala, sindrom iritasi pencernaan,
hipertensi, aritmia, penyakit inflamasi pencernaan dan nyeri otot dengan
menggunakan terapi relaksasi otot progresif.

B. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik
Penyuluhan dan Demonstrasi Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada Lansia
Dengan Hipertensi
2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Demontrasi
3. Media

a. Link zoom
b. Poster
c. PPT
d. Video
e. Kursi
f. Bantal
4. Waktu :
5. Tempat : Zoom meeting
Link :
6. Strategi Pelaksanaan
Ketua dan Observer : Sukmawati Dewi
MC : Ni Luh Gede Vidya Gayatri
Moderator : Anisa Nurhazyima
Penyaji : Tiara Fadjriyaty
Demonstran : Stephanie Ester Rosalia Sitorus dan Nada Mutiara
LP : Afifah Arum Meylany, Ahmad Padilah , Firna Nahwa Firdausi, Mutiara
Tobing, Indah Cahyasari
Media (ppt/leaflet) : Kiki Audilah, Yahya Syukria, Nur Fitriah Efendy, Rani
Mutrika Dokumentasi : Ayu Nuraini Soleha
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 10 menit Fase Orientasi Menjawab salam dan
Pembukaan menyimak
1. Membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
dari melakukan
webinar Penyuluhan
dan demonstrasi terapi
relakasi otot progresif
4. Menyebutkan langkah-
langkah yang akan
peserta lakukan
5. Menyampaikan kontrak
waktu
2 40 menit Fase Kerja Memperhatikan
1. Pemberian materi oleh materi yang
mahasiswa disampaikan oleh
2. Mendemonstrasikan mahasiswa
Terapi Relaksasi Otot
Progresif Menanyakan
3. Membuka sesi tanya pertanyaan tentang
jawab dikolom chat pemaparan materi
zoom meeting yang diberikan
3 10 menit Fase Terminasi Menjawab pertanyaan
1. Menanyakan perasaan yang diberikan oleh
peserta setelah mahasiswa
dilakukan penyuluhan Menyimak pesan
dan demonstrasi terapi penyuluh dan
relaksasi otot progresif menjawab salam.
2. Memberikan
reinforcement kepada
peserta yang menjawab
pertanyaan
3. Menjelaskan
kesimpulan dari proses
terapi
4. Memberikan leaflet
5. Ucapan terima kasih
6. Salam penutup

7. Kriteria Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai