Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA YANG


MENGALAMI HIPERTENSI

KELOMPOK 6:

TENGKU SYAHRIZAL INDAH AYU PERMATA.S


FAUZAN HAMID ISTIQAMAH INSANI
HELENA RASITA
JULITA KAWALIANG
HILDAYATI
KHAIRUN NISYA
HENY APRILYANTI
LIA IRAWATI

STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA YANG
MENGALAMI HIPERTENSI

BAB I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Bidang Studi : Keperawatan Gerontik
Pokok Bahasan : Penanganan Gejala Hipertensi Pada Lansia
Sub Pokok Bahasan : Terapi Relaksasi Otot Progresif
Sasaran : Lansia (Lanjut Usia)
Hari / Tanggal : Sabtu/ 14 Desember 2019
Waktu : 60 menit
A. Latar Belakang
WHO mencatat terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi,
dua pertiga di antaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah-sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksi
pada tahun 2025 nanti, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita
hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga
populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2013). Prevalensi hipertensi di
Indonesia didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8
persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(30,8%). (Depkes.2017)
Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan
darah meningkat diatas tekanan darah yang disepakati normal. Tekanan darah
terbentuk dari interaksi antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah
perifer. Tekanan darah meningkat dan mencapai puncak apabila aliran darah
deras misalnya pada waktu sistol, kemudian menurun pada waktu aliran darah
berkurang seperti pada waktu diastol. Data epidemiologi menunjukkan bahwa
peningkatan tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah diastolik atau
tekanan nadi meningkatkan kejadian kardiovaskular (Kabo, 2010).
Peningkatan angka kejadian hipertensi dikarenakan penyakit ini tidak
memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita tidak
menyadarinya. Orang dengan riwayat hipertensi perlu dimodifikasi agar
kontrol dan memakai obat dengan teratur. Pengobatan suatu penyakit sudah
banyak dimodifikasi antara terapi farmakologi dengan terapi non farmakologi.
Salah satu terapi non farmakologi yang saat ini banyak digunakan adalah
terapi relaksasi. Teknik relaksasi digunakan untuk mengurangi stres dan
membantu untuk berbagai penyakit kronis seperti sakit kepala, sindroma iritasi
pencernaan, hipertensi, aritmia penyakit inflamasi pencernaan dan nyeri otot.
Respon relaksasi merupakan suatu keadaan umum dimana terjadi penurunan
kognitif, fisiologis dan atau perilaku. Relaksasi juga menyebabkan
menurunnya gairah. Proses relaksasi dapat memanjangkan serabut otot, impuls
pengiriman ke otak dan penurunan aktifitas pada otak dan sistem tubuh
lainnya. Penurunan frekuensi jantung dan napas, tekanan darah, konsumsi
oksigen serta meningkatnya aktifitas otak dan temperatur kulit perifer
merupakan beberapa respon dari relaksasi. Terapi relaksasi dapat membantu
individu mengembangkan keterampilan kognitif untuk menurunkan energi
negatif serta berespon sesuai dengan lingkungan sekitar (Perry & Potter,
2009).
Terapi relaksasi yang sering digunakan antara lain imagery, meditasi,
biofeedback, hipnoterapi, musik, yoga, prayer, herbal, aromaterapi, terapi pijat
dan terapi energi (deWitt & O’Neill, 2014). Terapi relaksasi memberikan
pengaruh pada penurunan gejala psikologi seperti depresi dan ansietas,
mendukung kontrol diri dan rasa percaya diri, menurunkan manifestasi
simpatis yang ditunjukkan dengan penurunan variabel hemodinamik dan
kardiovaskuler serta menurunkan kejadian penyakit jantung karena iskemik
miokard pada pasien hipertensi, infark miokard dan penyakit jantung koroner.
Pada terapi latihan fisik, beberapa studi melaporkan pengaruh positif dari
latihan aerobik, latihan ketahanan dan atau latihan jalan dapat mengektifkan
penggunaan oksigen, ketahanan otot dan meningkatkan toleransi aktifitas pada
pasien gagal jantung. Terapi relaksasi dan latihan fisik efektif meningkatkan
kesehatan psikologis dan fisiologis pada pasien gagal jantung. (Doris et al,
2007).
Relaksasi otot progresif adalah teknik sistematis untuk mencapai
keadaan relaksasi dimana metode yang ditetapkan melalui metode progresif
dengan tahap latihan berkesinambungan. Relaksasi otot progresif dapat
dilakukan dengan cara menegangkan dan melemaskan otot skeletal sehingga
otot menjadi relaks dan mengurangi tingkat stres serta pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Wardani, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyululuhan diharapkan Lansia dapat
menerapkan Terapi Relaksasi Otot Progresif dirumah masing-masing.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan lansia di Kelurahan
Rantau Panjang memahami dan mengerti tentang :
a. Konsep Hipertensi Pada Lansia
b. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif.
c. Tujuan Dilakukan Terapi Relasasi Otot Progresif.
d. Manfaat Dari Teknik Relaksasi Otor Progresif.
e. Langkah-Langkah Dari Teknik Relaksasi Otot Progresif.
C. Sasaran
Lansia di Kelurahan Rantau Panjang
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
F. Media
Leaflet
G. Waktu & Tempat
Waktu : 60 menit
Hari : Sabtu, 14 Desember 2019
Tempat : Posko Komunitas Mahasiswa STIKes Payung Negeri
Lokasi : Kelurahan Sri Meranti
H. Pengorganisasian
No. Kelompok (Seksi) Nama
Ns.Dendy Kharisna, M.Kep
1 Dosen Pembimbing
Ns.M.Zul’irfan, M.Kep
2 Ketua Pelaksana Fauzan Hamid
3 Bendahara Khairun Nisya
4 Observer Lia Irawati
5 Pembawa Acara T. Syahrizal
6 Pemateri Helena Rasita
7 Seksi Ilmiah Heny Aprilyanti
8 Fasilitator Hildayati
Indah Ayu Permata Sari
9 Seksi Humas
Istiqomah Insani
10 Seksi Perlengkapan T. Syahrizal

11 Seksi Dokumentasi Julita Kawaliang

I. Setting Tempat
Keterangan :
Media Penyaji Moderator
Observer & fasilitator Pintu
Peserta

J. Proses Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta Oleh

1. 3 Pembukaan: Moderator
Menit 1. Membuka kegiatan Menjawab Salam
dengan mengucapkan
salam b.
2. Memperkenalkan Diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebut materi yang Memperhatikan
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan: Penyaji
Menit Menjelaskan materi a. Memperhatikan
penyuluhan secara
berurutan dan teratur. b.
Materi :
1. Konsep Hipertensi Pada Memperhatikan
Lansia
2. Pengertian Terapi Memperhatikan
Relaksasi Otot
Progresif.
3. Tujuan Dilakukan Memperhatikan
Terapi Relasasi Otot
Progresif.
4. Manfaat Dari Teknik Memperhatikan
Relaksasi Otor
Progresif.
5. Langkah-Langkah Dari Memperhatikan
Teknik Relaksasi Otot
Progresif.

3. 10 Evaluasi: Moderator
Menit  Meminta peserta
- Bertanya dan
Fasilitator
menjelaskan menjawab
atau menyebutkan pertanyaan yang
kembali : diajukan
1. Konsep Hipertensi Pada Menjawab
Lansia pertanyaan
2. Pengertian Terapi Menjawab
Relaksasi Otot pertanyaan
Progresif. Menjawab
3. Tujuan Dilakukan pertanyaan
Terapi Relasasi Otot Menjawab
Progresif. pertanyaan
4. Manfaat Dari Teknik Menjawab
Relaksasi Otor pertanyaan
Progresif.
5. Langkah-Langkah Dari Menjawab
Teknik Relaksasi Otot pertanyaan
Progresif
 Memberikan kesempatan Mengajukan
kepada responden untuk pertanyaan
bertanya
 Memberikan kesempatan Menjawab
kepada responden untuk pertanyaan
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan
 Memberikan pujian atas
keberhasilan responden Memberikan
dalam menjelaskan pujian
pertanyaan dan menjawab
pertanyaan.

4. 2 Terminasi:
Menit  Menyimpulkan materi Mendengarkan
Penyaji
yang telah disampaikan
Mendengarkan Moderator
 Menyampaikan
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
kepada peserta

 Mengucapkan salam
Menjawab Salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Diharapkan media yang digunakan tidak terjadi kerusakan
b. Materi yang akan disampaikan mudah untuk dipahami oleh peserta
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan 80% peserta datang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka panjang
Diharapkan peserta penyuluhan bisa mengaplikasian Terapi Relaksasi
Otot Progresif di kehidupan sehari-hari.
b. Jangka pendek
Diharapkan peserta penyuluhan bisa mengetahui tahap-tahap dalam
melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif
BAB II
MATERI
A. Konsep Hipertansi
1. Definisi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik
dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
dan diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2003).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005)
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d) Kebiasaan hidup.
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit
seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat-obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
1. Manifestasi Klinis
a. Sakit kepala dan pusing
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Marah / emosi tidak stabil
e. Mata berkunang – kunang
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Kesemutan
i. Kesulitan bicara
j. Rasa mual / muntah
k. Epistaksis
l. Migren
m. Mudah lelah
n. Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,
seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
3. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara, yaitu : jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut,
karena-nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yan terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi
ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanand
arah juga meningkat, sebaliknya jia : aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi,
maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari
system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.
Jika tekanan darah menururn, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan
hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan
darah, karena iti berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Perdangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari system saraf otonom,
yang untuk sementara waktu akan : meningkatkan tekanan darah selama
respon fight – or – flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar).
Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; jugta
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,
sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan
hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah.
4. Komplikasi
Hipertensi akan lebih membebani jantung dan pembuluh darah Anda
jika tidak ditangani dengan seksama. Jenis-jenis komplikasi yang
berpotensi terjadi meliputi:
a. Serangan jantung atau stroke
Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding
arteri sehingga dapat memicu serangan jantung serta stroke.
b. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri
Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh
darah (seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan
menjadi lemah saat menahan tekanan aliran darah. Komplikasi ini
berpotensi mengancam jiwa, terutama jika pembuluh darah pecah.
c. Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak akibat hipertensi
Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik.
Beberapa gejalanya adalah pembengkakan kedua tungkai bawah,
keinginan untuk buang air kecil di malam hari meningkat tapi volume
urine sedikit, dan hipertensi yang semakin parah.
d. Sindrom metabolic
Munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara
bersamaan. Lingkar pinggang meningkat, tingginya kadar trigliserida,
rendahnya kadar kolesterol baik (HDL), kadar gula darah puasa yang
tinggi, disertai hipertensi akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom
metabolik. Sindrom ini juga dikenal sindom resistensi insulin, dimana
tubuh gagal menggunakan insulin dalam darah dengan efektif. Pada
akhirnya, risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabtes juga
akan meningkat
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
6. Pencegahan Hipertensi
a. Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat
seseorang lebih berisiko terserang hipertensi.
b. Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih
terhindar dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau
bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
c. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti
dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
d. Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok
teh.
e. Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol
yang disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi.
f. Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara
langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
g. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat
cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.

B. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif


1. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh klien tanpa
bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari.Relaksasi merupakan
salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga
menjadi rileks (Suryani,2000). Relaksasi merupakan kegiatan untuk
mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang
nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,
2006).
2. Tujuan
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada
tubuh, sehingga dapat mengurangi ketegangan dan dapat melanjutkan
kegiatan.
3. Manfaat
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi
berbagai macam yaitu:
a. Stres
b. Kecemasan
c. Insomnia
d. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
e. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
4. Cara Melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan dan dilepaskan
b. Meluruskan lengan kemudian tumpukan pergelangan tangan kemudian
tarik telapak tangan hingga menghadap ke depan.
c. Diawali dengan menggenggam kedua tangan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot beiceps akan menjadi
tegang

d. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa


hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah
kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
e. Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dengan
cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput.

f. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot


rahang dengan cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang
g. Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimonyongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
h. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun
belakang. Letakkan kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong
kepala ke belakang sambil tangan menahan dorongan kepala.
i. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka,
kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka
j. Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan
dengan cara kedua tangan diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai
dan menahan badan. Kemudian busungkan dada.
k. Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk menarik
nafas panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian diturunkan ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, klien dapan bernafas normal.
l. Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara
menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai perut
menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian
diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.
m. Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot paha,
dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut
sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis.

n. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi


tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan
dilakukan masing-masing dua kali.
7. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Terapi
Relaksasi Otot Progresif
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri.
b. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan berdiri.
d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri
dua kali.
f. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks.
g. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak
terlalu lambat.
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Carpenito,
Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi
IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa
Andry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai