Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN SEMINAR

ALL

OLEH

KELOMPOK 2

Elvina Delviantari, S. Kep (20501017)

Megawati, S. Kep (20501040)

M. Fadlil Asysyukri, S. Kep (20501046)

Nurjannah, S.Kep (20501004)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang
ditdanai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal dengan sel darah
abnormal (neoplastik) (Hanif, 2013). Pada penderita leukemia, terjadi
transformasi dan proliferasi ganas pada sel progenitor limfoid di sumsum tulang,
darah dan ekstramedular (Terwilliger dan Hay, 2017). Di samping itu leukemia
merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada anak-anak meskipun
penyebabnya belum diketahui secara pasti (Sahid et al., 2013). Menurut data
Global cancer observatory (Globocan) (2018), kanker leukemia merupakan
peringkat kelima yang menyebabkan kematian sekitar 5,5% penduduk di
Indonesia. Pada data terakhir tahun 2018, tercatat kasus baru kanker leukemia
sebanyak kurang lebih 13.500 pasien mengalami penyakit tersebut (Globocan,
2018). Pada leukemia akut, sel yang berproliferasi adalah sel yang belum matang
(immature).
Leukemia terjadi sebesar 29 % dari semua jenis kanker pada anak-anak
(American Cancer Society, 2017). Salah satu jenis leukemia yang sering ditemui
pada anak-anak yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA), dimana sel-sel yang
dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas
dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang (The
Leukemia & Lymphoma Society, 2003; Simanjorang, 2012). Menurut American
Cancer Society (2017) leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan jenis
leukemia yang sering terjadi dengan prevalensi sebesar 75 % diderita pada anak
usia 0-19 tahun. Leukimia adalah suatu penyakit keganasan yang dikarenakan
adanya abnormalitas gen pada sel hematopoetik sehingga menyebabkan
poliferasi klonal dari sel yang tidak terkendali, dan sekitar 40% leukimia terjadi
pada anak (Widagdo, 2012).
Menurut data Wold Health Organization (WHO) tahun 2012, menyatakan
bahwa setiap tahun penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang,dan dari
jumlah tersebut sebesar 4% atau 250.000 penderita adalah anak-anak. Kasus
yang paling banyak untuk dijumpa di sekitar adalah penyakit LLAKasus baru
terhadap penyakit LLA per tahun terjadi sebanyak kurang lebih 5000 di Eropa
dan diperkirakan sebanyak 2000-3000 kasus di Indonesia. Kira-kira 66% anak
dengan LLA Secara keseluruhan sebagian besar dari penderita tersebut
mempunyai gejala dan tanda penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu di
diagnosis. gejala awal biasanya terjadi non spesifik meliputi anorexia,iratabel,
dan lateragi.
Di Indonesia, kasus leukemia terjadi peningkatan dari tahun 2010-2013
dimana pada tahun 2010 terdapat 31 % kasus baru dan 19 % kematian, pada
tahun 2011 terdapat peningkatan 4 % kasus baru, pada tahun 2012 terdapat
peningkatan lagi sebesar 7 % kasus baru dan 4 % kasus kematian, dan tahun
2013 terdapat peningkatan sebesar 13 % kasus baru dan 7 % kasus kematian
(Riskesdas, 2013). Jumlah kasus leukemia pada tahun 2018 mencapai 82 kasus
(Kemenkes, 2019).
Menurut Fouad (2017) menyatakan bahwa adanya pengetahuan tentang
kondisi anak, prognosis, berbagai pendekatan pengobatan dan efek samping
pengobatan akan berdampak dalam mempraktikkan perilaku sehat dengan anak
leukemia. Namun, masih terdapat orang tua yang belum memiliki perawatan
yang kurang baik dalam merawat anak leukemia sebagaimana penelitian yang
dilakukan Marykutty, Rayaroth, Soumya (2018), hanya terdapat 13,3% memiliki
praktik yang baik dalam merawat anak leukemia serta mengelola efek samping
kemoterapi pada anak.
Family Centered Care berperan penting dalam perawatan anak dengan
kebutuhan khusus seperti penyakit kronis. Peran perawat mendorong anggota
keluarga untuk terus mendukung anak walaupun di rumah sakit dan harus
mengidentifikasi kekuatan keluarga, seperti cinta dan perhatian, sebagai sumber
bagi individu (Videbeck, 2012). Keluarga berperan sebagai sumber utama
kekuatan dan dukugan kepada anak (Bowden V.R & Greenberg, 2014). Konsep
family centered care salah satunya terdiri atas martabat dan saling menghargai.
Dimana pada aspek ini perawat menghormati keputusan dari keluarga terhadap
perawatan yang akan dilakukan. Pada pemberian perawatan anak, perlunya
dilihat pada aspek pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, latar belakang budaya
yang dimiliki pasien dan keluarga, serta juga dilihat pada aspek sikap dan
kesehatan psikologis orang tua (Johnson et al, 2008; Shield et al,
2012).Umumnya pasien kanker yang menderita leukemia datang kerumah sakit
dalam keadaan status gizi yang kurang. Perawatan di rumah sakit atau
hospitalisasi adalah saat masuknya seorang penderita ke dalam suatu rumah sakit
(Dorlan, 2012).
Dalam penelitiannya Umiati,Rakhmawati, Simangunsong, Lukitowati,
Fauzi dan Tehuteru (2010) jugamenyebutkan bahwa anak-anak penderita kanker
menerima prosedurpengobatan yang lama dan efek samping dari pengobatan. Hal
tersebutmemberikan pengalaman pada anak dan menempatkan mereka
padaketidaknyamanan kemoterapi dan nyeri berhubungan dengan
prosedurpengobatan. Oleh karena itu, anak-anak penderita leukemia
yangmenjalani kemoterapi perlu didampingi oleh orang tua
sebagaipengasuhutama untuk mendapatkan dukungan dan perawatan dalam
mencegahdampak pengobatan yang diberikan.Peran pengasuh utama ini biasanya
didominasi oleh seorang ibukarena tanggung jawabnya sebagai penyedia
perawatan anak (Gamayantiet al., 2012). Selama mendampingi anak dalam
pengobatan ibu dituntut agar dapat menjalankan perannya sebagai perawat utama
bagi anaknya(Elcigil & Conk, 2010). Rendahnya kualitas hidup anak akibat
penyakitdan kemoterapi dapat menimbulkan stres bagi keluarga (Tamayo, 2010).
Pengalaman pertama ibu yang mendampingi anak menjalanikemoterapi
dapat mempengaruhi kualitas hidup dari ibu, Hal ini sesuaidengan penelitian
Klassen et al., (2018) yang mengatakan bahwa orang tuayang memiliki anak
dengan kanker menunjukkan kualitas hidup yangrendah. Berbeda dengan
penelitian Gamayanti et al., (2012) bahwa ibudengan anak penderita leukemia
yang menjalani kemoterapi memilikikualitas hidup tinggi. Kualitas hidup
keluarga tinggi karena keluarga telahberadaptasi dengan tanggung jawab
perawatan sejak anak mengalami sakit.
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas
hal ini, serta sebagai tugas dalam makalah “Asuhan Keperawatan Anak pada
ALL yang menjalani kemoterapi”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Untuk dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
leukimia limfostik akut (ALL)
2. Tujuan khusus
a. Mengetaui bagaimana pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi,dan evaluasi pada pasien anak dengan leukimia limfostik
akut (ALL) yang menjalani kemoterapi
b. Mengembangkan intervensi keperawatan untuk pasien anak dengan
dengan leukimia limfostik akut (ALL) yang menjalani kemoterapi

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit


Sebagai masukan untuk memfasilitasi upaya peningkatan peran serta
keluarga dalam mengelola anak dengan ALL.
2. Bagi Perawat
Sebagai sumber masukan bagi perawat dalam mengatasi dampak
kemoterapi pada anak dengan ALL .
3. Bagi orang tua
Sebagai informasi bagi orang tua yang anaknya tidak di rawat di
rumahsakit untuk mengetahui bagaimana cara keluarga merawat anaknya
saat dirumah .
BAB II
TIJAUAN TEORI

A. Konsep ALL

1. Definisi
Leukemia limfoblastik akut merupakan leukemia yang berasal dari sel
induk limfoid dimana terjadi proliferasi monoklonal dan ekspansi progresif
dari progenitor limfosit B dan T yang imatur dalam sumsum tulang dan
beredar secara sistemik. Proliferasi dan akumulasi dari sel leukemia
menyebabkan penekanan dari hematopoesis normal (Piatkowska 2017).

LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% -


80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang
menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi 19
(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan
selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan leukemia
limfatik akut ini bisa disembuhkan, (gambar 1).

(Gambar 1, Leukemia Limfosit Akut).


Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang paling sering
terjadi pada anak yaitu 25-30% dari seluruh kanker pada anak dan
merupakan 78% dari seluruh leukemia pada anak. Insidens LLA semakin
meningkat setiap tahun dan ditunjukkan pada Gambar 2.1 (Howlander
dkk., 2017; Siegel dkk., 2017; Ward dkk., 2018).

Gambar 1
Insidens keganasan pada anak di Amerika Serikat (Ward dkk., 2018)

Insidens LLA di Eropa Barat adalah 4/100.000 anak dan 3-3,5/100.000


anak di Eropa timur (Coebergh, 2016). Insidens LLA di Amerika Serikat
mencapai 3/100.000 anak usia kurang dari 20 tahun, dengan puncak
insidens pada usia 3-5 tahun (Hunger dan Mullighan, 2017). Leukimia
limfoblastik akut lebih banyak terjadi pada anak di Asia dibandingkan di
Eropa Timur dan Amerika Serikat, dengan insidens di Jepang mencapai
4/100.000 anak dan 1000 kasus baru setiap tahunnya (Permono dan
Ugrasena, 2010). Penelitian yang dilakukan pada unit kanker di RS dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 1998 sampai 2019 diperoleh data bahwa
dari seluruh pasien anak yang dirawat dengan keganasan, sebanyak 720
kasus atau 59% merupakan leukemia dan sebanyak 68,9% dari kasus
leukemia tersebut adalah LLA (Widjajanto, 2017). Pada tahun 2011 sampai
2016 didapatkan bahwa LLA merupakan 87% dari seluruh kasus leukemia
yang terdiagnosis di RSUP Sanglah Denpasar (Tarigan dkk., 2018).

2. Etiologi dan Prediposisi

Etiologi terjadinya leukemia belum diketahui hingga saat ini, namun


ada beberapa faktor risiko yang berperan dalam patogenesis leukemia.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain faktor lingkungan seperti radiasi
ion, radiasi non-ion, hidrokarbon, zat-zat kimia, alkohol, rokok maupun
obat-obatan (Belson dkk., 2017). Faktor lain yang diduga berperan adalah
faktor genetik yaitu riwayat keluarga, kelainan gen, dan translokasi
kromosom. Leukemia juga dipengaruhi Human T-cell Leukemia Virus-1
(HTLV-1), etnis, jenis kelamin, usia, usia ibu saat melahirkan, serta
karakteristik saat lahir seperti berat lahir dan urutan lahir (Ross dkk., 2018).
Pemakaian insektisida selama periode kehamilan dan masa anak-anak,
pestisida, fungisida serta sampo insektisida juga merupakan faktor risiko
terjadinya LLA (Menegaux dkk., 2016). Gangguan regulasi sitem imun
sebagai respon dari infeksi saat beberapa bulan pertama kehidupan juga
dapat menginduksi terjadinya LLA pada masa anak-anak (Roman dkk.,
2017). Beberapa faktor lain yang juga memengaruhi terjadinya leukemia
yaitu medan magnet, pemakaian marijuana, dan diet (Belson dkk., 2017;
Lanzcowsky, 2017).
3. Anatomi dan Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain
itu system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ system sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah dan darah :
a. Jantung Adalah organ berongga, terletak di mediastinum diantara
kedua paru-paru didalam rongga dada diatas diafragma. Fungsinya adalah
memompa darah kaya oksigen kedalam system arteri (yang membawanya
ke sel-sel) dan menampung darah dari system vena dan meneruskannya ke
paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena, dan pembuluh limfe
adalah membawa darah kedalam sel di seluruh tubuh.
b. Pembuluh Darah
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jatung pada vertikel kiri dan kanan.
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali
dibawah mikroskop.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas
elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu
substansi interselular cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis
utama sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya
dalam keadaan segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit), (Leeson, 2017).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga
tempat, yaitu :
1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis
adalah :
a. Tulang vertebrae.
b. Sternum (tulang dada).
c. Costa (tulang iga).
2) Hepar Merupakan kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer
pada tubuh manusia.
3) Limpa Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen. Limpa
berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa
adalah organ berkapsula dengan berat normal 100-150 gr.
Limpa mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid
dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah
merah yang rusak.
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut Yaitu mengambil O2 atau zat
pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh, mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru, mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk
diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh,
mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan
leukosit, anti bodi, atau zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Eritrosit Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transpor
oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan bila
dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah
bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentuk.
2. Trombosit (sel pembeku). Merupakan benda-benda kecil yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada
yang lonjong.warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 –
450.000/ mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus
menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu
Ca2+ dan fibrinogen.
3. Leukosit (sel darah putih). Sel darah yang bentuknya dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu
(pseudopodia) mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna). Banyaknya kira-kira 4000- 11000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan
tubuh yaitu jaringan Retikulo Endotel System, fungsi yang yang lain
yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa
zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan pembuluh darah. Ada
golongan utama leukosit yaitu agranular dan granular :
a. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen
dan intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis leukosit agranular :
1) Limfosit Adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang
memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran
sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit
granula. Bentuk kromatin inti saraf dengan jala-jala yang
berhubungan didalam. Limfosit bervariasi dalam ukuran dari
kecil (7-10 mikrometer) sampai besar seukuran granulosit dan
tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial didalam sumsum
tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk kelenjar
getah bening, lien, timus dan permukaan mukosa traktus
gastrointestinal dan traktus respiratorius. Terdapat 2 jenis
limfosit yaitu limfosit T bergantung pada timus,berumur
panjang, dibentuk dalam timus, limfosit T bermigrasi dari
kelenjar timus ke jaringan limfoid lain. Sel ini secara khas
ditemukan pada pada parakorteks kelenjar getah bening dan
lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien. Limfosit T
bertanggung jawab atas respon kekebalan selular melalui
pembentukan sel yang reaktif antigen. Sedangkan limfosit B
tidak bergantung pada timus, limfosit B tersebar dengan folikel-
folikel kelenjar getah bening, lien, dan pitapita medulla kelenjar
getah bening. Limfosit B jika dirangsang dengan semestinya
akan berdiferensiasa menjadi sel-sel plasma yang
menghasilkanimmunoglobulin, sel ini bertanggung jawab atas
respons kekebalan humoral.
2) Monosit Monosid lebih besar dari pada neutrofil dan memiliki
inti monomorfik yang relative sederhana. Intinya terlipat atau
berlekuk dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak.
Sitoplasma kelihatan lebih banyak di bandingkan dengan intinya
dan menyerap warna biru keauan yang tidak terlalu nyata,
granulanya tersebar merata. Diferensiasi pematangan dan
pelepasan monosid terjadi lebih dari 24 hari, suatu periode yang
lebih lama dari granulosid.
b. Leukosit granular : leukosit ini mengandug granula spesifik
(dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam
sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak
variasi dalam bentuknya. Ada 3 jenis leukosit granular :
1. Neutrofil Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh
primer melawan infeksi bakteri, metode pertahanannya adalah
proses fagositosis.
2. Eosinofil Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang
tidak dipahami secara jelas.
3. Basofil Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan
histamine dan trombosit dalam granulagranulanya untuk
menimbulkan peradangan pada jaringan.
4. Plasma Darah Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah
warna bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri
dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium,
dan lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan
viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotick
untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan
vitamin ).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar
tubuh.
f. Antibody atau anti toksin.
4. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pada LLA bervariasi. Awitan biasanya mendadak dan


progresif seperti penderita merasa lemah, pucat, sesak, pusing hingga gagal
jantung akibat anemia. Pada LLA sering terjadi neutropenia yang
menyebabkan infeksi dan demam. Trombositopenia dapat menyebabkan
perdarahan seperti ptekie, ekimosis atau manifestasi perdarahan lainnya.
Keluhan pada sistem saraf pusat (SSP) ditimbulkan oleh infiltrasi sel leukemia
dengan gejala sakit kepala, kejang, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisis
dapat ditemukan adanya limfadenopati, hepatomegali, dan atau splenomegali
(Gaynon, 2017; Lanzcowsky, 2019).

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ALL


Asuhan Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan merupakan
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara
mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan asuhan
keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati, 2016) terdiri dari beberapa
tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu

1. Pengkajian Fokus ALL


A. DATA UMUM KLIEN

Nama pasien (Inisial) :


Umur :

No.MR. :

Tanggal masuk RS :

Penanggung jawab pasien :

Diangnosa medis :

Pekerjaan :

Alamat :

Jenis kelamin :

KELUHAN UTAMA

 Alasan Masuk / Dirawat

RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI

 Kondisi penyakit sekarang:


lokasikualitas/kantitas/intensitas/waktu/awitan/situasi ketika keluhan atau
gejala muncul/ faktor yang memperberat dan meringankan/manifestasi
yang menyertai/kebiasaan merokok/alkohol

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Penyakit masa anak-anak / alergi/pengalaman sakit/dirawat sebelumnya


/riwayat pengobatan terakhir

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

 Genogram 3 generasi / penyakit yang sama/ penyakit menular/herediter

PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah :

Frekuensi napas :

Frekuensi nadi :

Suhu :

PEMERIKSAAN TERFOKUS

PEMERIKSAAN LABORATURIUM

Tanggal pemeriksaan :

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

OBAT-OBATAN

Tanggal pemberian :

2. Penatalaksanaan
a.Keperawatan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
3. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
4. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
5. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
6. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
7. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
8. Pantau selalu intake dan out put pasien.
9. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar
pasien merasa nyaman
b. Medis
1. Transfusi darah Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan
transfuse trombosit.
2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone
untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal
obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf
pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam
kamar yang bebas hama).
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi
diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi
BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk
antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik
dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
5. Transplantasi sumsum tulang.

3. Diagnosa Yang Kemungkinan Muncul


Menurut buku SDKI (2018 & 2017), diagnosa keperawatan yang akan
muncul adalah :
1. Nyeri Kronis
2. Pola Nafas Tidak Efektif
3. Intolenransi Aktivitas
4. Defisit Perawatan Diri.
5. Resiko Infeksi
6. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
7. Defisit Nutrisi
8. Gangguan Citra Tubuh
9. Kurang Pengetahuan

4. Pemeriksaan penunjang
a.Hitung darah lengkap :
1) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
2) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
3) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan
sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel
blast leukemia.
b. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan
trobositopenia, tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis
tergantung pada jumlah sel yang beredar.
c.Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
d. Biopsi sumsum tulang :
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel
darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan
prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
e.Biopsi nodus limfa :
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan
granulosit. (Doengoes, 2011)
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Diagnosa : Nyeri Kronik  Tujuan : Setelah dilakukan Observasi:
Gejala Tanda Mayordan Minor intervensi 3x 24 jam, Manajemen nyeri
DS : diharapkan Nyeri Kronik  Lakukan pengkajian nyeri
1. mengeluh nyeri berkurang dan teratasi. secara komprehensif termasuk
2. Merasa depresi (tertekan)  Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
3. Merasa takut mengalami cedera 1.frekuensi nadi membaik frekuensi, kualitas dan faktor
berulang 2. pola nafas membai presipitasi.
DO : 3. keluhan nyeri menurun  Observasi reaksi nonverbal dari
1. Tampak meringis 4. meringis menurun ketidaknyamanan.
2. Gelisah 5. gelisah menurun  Monitor vital sign sebelum dan
3. Tidak mampu menuntaskan 6. kesulitan tidur menurun sesudah pemberian analgesik
aktifitas pertama kali.
4. Bersikap protektif  Kaji tipe dan sumber nyeri
5. Waspada untuk menentukan intervensi.
6. Pola tidur berubah Nurse
7. Anoreksia  Bantu pasien dan keluarga
8. Fokus menyempit untuk mencari dan menemukan
9. Berfokus pada diri sendiri dukungan.
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
 Tingkatkan istirahat.
Education
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin.
 Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
dariprosedur.
Kolabirasi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:

2. Diagnosa : Pola Nafas Tidak Tujuan : Setelah dilakukan Observasi:


Efektif intervensi 3x 24 jam, diharapkan Pemantauan Respirasi
Gejala Tanda Mayordan Minor Pola Nafas Kembali Efektif.  Monitor respirasi dan status O2.
DS : Kriteria Hasil :  Auskultasi suara nafas, catat
1. Dypnea. 1. dipsnea menurun adanya suara tambahan.
2. Ortopnea. 2. penggunaan otot banty napas  Atur peralatan oksigenasi.
DO : menurun  Monitor adanya kecemasan
4. penggunaan otot bantu 3. frekuensi napas membaik pasien terhadap oksigenasi.
pernapasan 4. kedalaman paru membaik  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
5. fase ekspirasi memanjang sesudah dan sebelum, selama,
6. pola napas abnormal dan setelah aktivitas.
7. pernapasan pursed-lip
 Monitor pola pernapasan
8. pernapasan cuping hidung
abnormal.
9. diameter thoraks anterior-
 Monitor suhu, warna, dan
posterior meningkat
kelembapan kulit.
10. ventilasi semenit menurun
 Monitor sianosis perifer
11. kapasitas ekspirasi menurun
Nurse
12. tekanan eksprasi menurun
 Posisikan pasien untuk
13. tekanan insprasi menurun
memaksimalkan ventilasi.
14. ekskursi dada berubah
 Pertahankan jalan nafas yang
paten.
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
 Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
3 Diagnosa : Defisit Perawatan Diri Tujuan : Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
Gejala Tanda Mayordan Minor intervensi 3x 24 jam, diharapkan Observasi
DS : Defisit Perawatan Diri pasien  Monitor kebutuhan Klien untuk
1. menolak melakukan perawatan teratasi. Kriteria Hasil : alat-alat bantu untuk kebersihan
diri. 1. kemampuan mandi meningkat diri, berpakaian, berhias,
DO : 2. kemampuan mengenakan yoileting, dan makan.
1. tidak mampu mandi/mengenakan pakaian meningkat Nurse
pakaian/makan/ke toilet/berhias 3. kemampuan makan meningkat  Sediakan bantuan sampai Klien
secara mandiri 4. kemampuan ke toilet mampu secara utuh untuk
2. minat melakukan perawatan diri (BAK/BAB) meningkat melakukan self-care.
kurang 5. verbalisasi ingin melakukan  Berikan aktivitas rutin sehari-
perawatan diri hari sesuai kemampuan.
6. mempertahankan kebersihan  Pertimbangkan usia klien jika
mulut mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari
Edukasi
 Ajarkan Klien/ Keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
 Dorong Klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Kolaborasi

4. Diagnosa : Intolenransi Aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Energi


Gejala Tanda Mayordan Minor intervensi 3x 24 jam, diharapkan Observasi
DS : pasien mampu beraktivitas dengan  Observasi adanya
1. Mengeluh lelah normal. Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
2. dispnea saat/setelah aktifitas 1. Berpartisipasi dalam aktivitas melakukan aktivitas.
3. merasa tidak nyaman setelah fisik tanpa disertai peningkatan  Kaji adanya faktor yang
beraktivitas tekanan darah, nadi, dan RR. menyebabkan kelelahan.
4. merasa lemah 2. Mampu melakukan aktivitas  Monitor nutrisi dan
. DO : sehari-hari (ADLS) secara sumber energi yang adekuat.
1. Frekuesi jantung meningkat mandiri.  Monitor pasien akan
>20% dari kondisi istirahat 3. Keseimbangan aktivitas dan adanya kelelahan fisik dan
2. Gambaran ekg istirahat. emosi secara berlebihan.
menunjukkan aritmia saat/setelah  Monitor respon
aktivitas kardiovaskuler terhadap
3. Gambaran EKG aktivitas (tacikardi, disritmia,
menunjukkan iskemia sesak nafas, diaporesis, pucat,
4. sianosis perubahan hemodinamik).
 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/ istirahat pasien.
Nurse
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial.
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan.
Edukasi
 Edukasi klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
Kolaborasi
 Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
5. Diagnosa : Resiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
Faktor-faktor resiko intervensi 3x 24 jam, diharapkan Observasi
1. Prosedur Infasif. Defisit Perawatn Diri pasien  Monitor tanda dan gejala
2. Kerusakan jaringan dan teratasi. Kriteria Hasil : infeksi sistemik dan lokal.
peningkatan paparan lingkungan. 1. Klien bebas dari tanda dan  Monitor adanya luka.
3. Malnutrisi. gejala infeksi.  Kaji suhu badan pada
4. Peningkatan paparan lingkungan 2. Menunjukkan kemampuan pasien
patogen. untuk mencegah timbulnya  Pertahanan primer tidak
5. Imonusupresi. infeksi. adekuat (kerusakan kulit,
6. Tidak adekuat pertahankan 3. Jumlah leukosit dalam batas trauma jaringan, gangguan
sekunder (penurunan Hb, normal. peristaltik). 4 jam.
Leukopenia, penekanan respon 4. Menunjukkan perilaku hidup Nurse
inflamasi). sehat.  Gunakan baju, sarung tangan
7. Penyakit kronik. 5. Status imun, gastrointestinal, sebagai alat pelindung.
8. Imunosupresi. genitouria dalam batas normal.  Pertahankan teknik aseptif.
9. Malnutrisi.  Batasi pengunjung bila perlu.
 Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
 Ganti letak IV perifer dan
diressing sesuai dengan
petunjuk umum.
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing.
 .
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi.
 Tingkatkan intake nutrisi..
 Pertahankan teknik isolasi k/p.
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
 Dorong masukan cairan.
 Dorong istirahat.
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik
6. Diagnosa :Defisit Nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
DS : intervensi 3x 24 jam, diharapkan Observasi:
1. Laporan adanya sedikit Volume cairan terpenuhi. Kriteria  Timbang popok/pembalut
aktivitas atau tidak ada Hasil : jika diperlukan.
aktivitas. 1. Mempertahankan urine output  Pertahankan catatan intake
DO : sesuai dengan usia dan BB, BJ dan output yang akurat.
1. BB 20 % di atas ideal untuk urine normal, HT normal.  Monitor status hidrasi
tinggi dan kerangka tubuh ideal. 2. Tekanan darah, nadi, suhu (kelembaban membran
2.Konsentrasi intake makanan pada tubuh dalam batas normal. mukosa, nadi adekuat,
menjelang malam. 3. Tidak ada tanda-tanda tekanan darah ortostatik ),
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit jika diperlukan.
baik, membran mukosa lembab,  Monitor vital sign.
tidak ada rasa haus yang  Monitor masukan makanan /
berlebihan cairan dan hitung intake
kalori harian.
 Monitor status nutrisi
Ners
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan.
 Dorong masukan oral.
 Atur kemungkinan transfuse
 Perisapan
Edukasi
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output.
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar).
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan dokter.
 Kolaborasikan pemberian
cairan IV.

8. Diagnosa : Gangguan Citra Tubuh.  Tujuan : Setelah Promosi Citra Tubuh


Gejala Tanda Mayordan Minor dilakukan intervensi 3x 24 Observasi:
DS: jam, diharapkan Gangguan  Kaji Intake dan Output
1. mengungkapkan Citra Tubuh teratasi. Kriteria Klien.
kecacatan/kehilangan bagian tubuh Hasil :  Kurangi gangguan dari
2. tidak mau mengungkapkan 1) Body image positif. luar.
kecacatan/kehilangan bagian tubuh 2) Mampu mengidentifikasi  Kaji adanya alergi Klien
3. mengungkapkan perasaan kekuatan personal. terhadap makanan.
negatif tentnag perubahan tubuh 3) Mendiskripsikan secara Ners:
4. Mengungkapkan kekhawatiran faktual perubahan fungsi  Sajikan makanan dalam
pada penolakan/reaksi orang lain tubuh. kondisi hangat.
5. mengungkapkan perubahan gaya 4) Mempertahankan interaksi Edukasi:
hidup sosial.  Selingi makan dengan
DO: minum.
1.  Jaga kebersihan mulut
2. Klien.
berubah/hilang  Berikan makan sedikit tapi
3. sering.
bagian tubuh secara berlebihan  Memberikan makan sedikit
4. tapi sering kepada Klien.
menyentuh bagian tubuh Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan ahli gizi diet
tubuh dan makanan yang disukai bila
6. ada.
tubuh
7.
dan persepsi tubuh
8.
kekuatan masa lalu
9.
10.
9. Diagnosa : Kurang Pengetahuan  Tujuan : Setelah Edukasi Kesehatan
Gejala Tanda Mayordan Minor dilakukan intervensi 3x 24 Observasi:
DS: jam, diharapkan mengetahui  Kaji secara verbal dan non
Menyatakan secara verbal adanya tentang proses penyakit. verbal respon klien terhadap
masalah. Kriteria Hasil : tubuhnya.
DO: 1. Pasien dan keluarga  Monitor frekuensi
Ketidak akuratan mengikuti menyatakan pemahaman mengkritik dirinya.
instruksi, perilaku tidak sesuai. tentang penyakit, kondisi, Ners:
prognosis, dan program  Jelaskan tentang
pengobatan. pengobatan, perawatan,
2. Pasien dan keluarga mampu kemajuan dan prognosis
melaksanakan prosedur yang penyakit.
dijelaskan secara benar. Edukasi:
3. Pasien dan keluarga mampu  Dorong klien
menjelaskan kembali apa yang mengungkapkan
dijelaskan perawat/ tim perasaannya.
kesehatan lainnya.  Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat
bantu.
Kolaborasi:
Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.N DENGAN LEOKIMIA
LIMFOBLASTIK AKUT DIRUANGAN SERUNI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Tanggal pengkajian : 20 april 2021


Ruangan : Seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

A. Data Umum Klien


1. Nama pasien (inisial): An.N
2. Umur: 10 tahun
3. No.MR: 00891632
4. Tanggal Masuk RS: 2015
5. Penanggung jawab pasien: orang tua
6. Diagnose medis: leukemia limfoblastik akut (ALL)
7. Pekerjaan: Tidak sekolah
8. Alamat: bukit mulya, desa tanjungberuan barat

B. Keluhan Utama
Alasan masuk/dirawat:
Pasien Masuk ke RSUD arifin achmad pekanbaru pada tahun 2015, pasien
mengeluh demam tinggi(+), mual(+), pucat (+), nyeri pada kaki (+), dan mudah
lelah (+).
C. Riwayat Penyakit Saat Ini
Kondisi Penyakit Sekarang: Lokasi/Kulitas/Kuantitas/Intensitas/Waktu/Awitan/Situasi ketika
keluhan atau gejala muncul/Faktor yang memperberat dan meringankan/Manifestasi yang

menyertai/Kebiasaan Merokok/Alkohol:

Ibu pasien mengatakan datang untuk melakukan kemoterapi ke minggu 78 dan


melakukan pemerikasaan labor sebelum melakukan kemoterapi kondisi anak

35
36

lemah pasien mengatakan mengeluh sakit pada saat pemasangan infuse, pasien
tampak meringgis kesakitan, merasa cemas nafsu makan menurun, pasien tampak
pucat, leokosit menurun, anak tampak lesu, dan anak tampak kurang tenang.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien berobat pada tahun 2015 sampai 2017 untuk yang pertama kalinya setelah
itu pasien mengatakan dihentikan pengobatanya pada tahun 2018-2020
menghentikan pengobantanya sampai selesai. Setelah itu pada tahun 2021 awal
yang diderita pasien kambuh lagi sampai saat ini dan pasien melanjutkan
kemoterapi di seruni Rumah Sakit Arifin Acmad Pekanbaru. Riwayat Kesehatan
Keluarga
E. Genogram
3 generasi/Penyakit yang sama/Penyakiit Menular/Herediter

F. Pemerikasaan Fisik
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Frekuensi napas : 22x/menit
Frekuensi nadi : 88x/menit
Suhu: 35 derajat Celsius
G. Pemeriksaan Fisik Terfokus
Pasien telah melakukan kemoterapi dari tahun 2015
 lemah
 nafsu makan menurun
H. Hasil Pemeriksaan Laboratrium
Tanggal Pemeriksaan: 20-April-2021

No Jenis Pemeriksaan Temuan Hasil Normal Satuan


1 Hemoglobin 13,2 11,5-15,5 g/dL
37

2 Leokosit 3,13 4.50-14,5 10ˆ3/μL

3 Trombosit 197 150-450 10ˆ3/μL


4 Eritrosit 4,13 400-5,20 10ˆ6/μL
5 Hematokrit 38,5 35,0-45,0 %
6 Mcv 93,5 79,0-99,0 fL
7 Mch 32,0 27,0-31,0 Pg
8 Mchc 34,0 33,0-37,0 g/dL
9 RDW-CV 16,5 11,5-15,5 %
10 RDW-SD PDW 49,4 35,0-47,0 fL
11 PDW MPV 10,6 9,0-13,0 fL
12 MPV P-LCR 10,7 7,2-11,1 fL
13 P-LCR 28,1 15,0-25,0 %

I. Pemeriksaan Dignostik
BMP + Imonotaxing, Blas 87% ALL LL
J. Obat-Obatan
Tanggal Pemberian: 20-April-2021
 Kemoterapi vingkristin 1,2 dilarutkan Nacl 50cc
 Vcr
MASALAH KEPERAWATAN:
1) Risiko infeksi b/d mekanisme system pertahanan tubuh
Data subjektif:
- ibu anak mengatakan datang ke RS untuk melakukan pemeriksaan labor
untuk melakukan kemoterapi
- ibu anak mengatakan anaknya udah lelah

Data Objektif:
- anak tampak lelah
- tampak pucat
- leokosit menurun
2) kelelahan b/d kenker
Data Subjektif:
38

- ibu dan anak mengatakan sering mengeluh mudah lelah dan letih
- pasien mengatakan merasa kurang tenang
- pasien mengatakan badan terasa pegel-pegel

Data Objektif:
- anak tampak lesu
- anak tampak kurang tenang
- Tekanan darah:100/70 mmhg
- Frekuensi napas: 22x/m
- Frekuensi nadi: 88x/m
- Suhu :35 derajat selcius
3) defisit nutrisi b/d kanker
Data subjektif:
- Pasien mengatakan badan terasa lemah dan tidak ada nafsu makan
- Pasien mengatakan berat badan menurun
- Pasien mengatakan cepat kenyang setelah makan

Data Objektif:
- Berat badan menurun dari 30 menjadi 24 IMT:15,6
- Mukosa bibir pucat

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi b/d mekanisme system pertahanan


tubuh

SLKI SIKI
39

Tujuan: Intervensi: pencegahan infeksi


Mencuci tangan dilakukan Tindakan
tindakan keperawatan diharapkan Observasi :
pasien bisa mengatasi - Monitor tanda dan gejala
pencegahan infeksi infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil: Teraupetik :
1. Mengidentifikasi faktor - Batas jumlah pengunjung
risiko infeksi - Cuci tangan sebelum dan
2. Mengidentifikasi tanda sesudah kontak dengan
dan gejala pasien dan lingkungan
3. Kemampuan menghindari pasien
risiko - Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
kolaborasi
- kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi: pengontrolan infeksi
Mencuci tangan dilakukan Tindakan
tindakan keperawatan diharapan Observasi:
pasien bisa mengatasi - indentifikasi pasien-
pengontrolan infeksi pasien yang mengalami
Kriteria hasil: penyakit infeksi menular
1. Mengidentifikasi faktor teraupetik:
risiko infeksi - terapkan kewaspadaan
2. Mengidentifikasi tanda universal (mis.mencuci
dan gejala tangan aseptic, gunakan
3. Kemampuan menghindari alat pelindung diri seperti
risiko masker, sarung tangan,
4. Pemantauan perubahan pelindung wajah,
status kesehatan pelindung mata, apron,
sepatu bot sesuai model
40

transmisi
mikroorganisme)
- sterilisasikan dan
desinfeksi alat-alat
furniture, lantai, sesuai
dengan kebutuhan
- berikan tanda khusus
untuk pasien-pasien
dengan penyakit menular
edukasi:
- ajarkan mencuci tangan
dengan benar
2. Diagnose Keperawatan: Kelelahan b/d Kanker

SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi: manajement kemoterapi
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan diharapkan pasien Observasi:
bisa menerapi manajement - Periksa kondisi sebelum
kemotrapi kemoterapi
Criteria hasil: - Monitor efek samping dan
1. Penurunan energi efek toksin pengobatan
2. Gangguan dengan aktivitas (mis. Kerontokan rambut)
sehari hari - Monitor mual muntah
3. Nafsu makan menurun - Monitor status gizi dan
4. Perubahan status nutrisi berat badan
Teraupetik:
- batasi stimuls lingkungan(
mis, suara cahaya dan
bau)
- berikan cairan yang
adekuat
- berikan obat kemoterapi
sesuai program
edukasi
- menjelaskan tujuan dan
prosedur kemoterapi
- anjurkan melaporkan efek
samping kemoterapi yang
dirasakan (misal. Demam,
mimisan, memar
berlebihan dan kotoran
yang berlendir)
41

- ajarkan cara mencegah


infeksi (mis. Membatasi
kunjungan ke poli seruni
dengan cuci tangan)
- ajarkan teknik relaksasi
dan distraksi(imajinasi),
sesuai kebutuhan
- ajarkan mengelolah
kelelahan dengan
merencanakan sering
istirahat dan membatasi
kegiatan

kolaborasi
- kolaborasi pemberian
obat untuk
mengendalikan efek
samping (mis, antiemetic)

SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi:
setelah dilakukan tindakan Manajement energy
keperawatan pasien menerpakan Tindakan
manajement energi Obeservasi:
kriteria hasil: - indentifikasi gangguan
1. peningkatkan pergerakan fungsi tubuh yang
ekstermitas mengakibatkan kelelahan
2. meningkatkan kekuatan - monitor kelelahan fisisk
otot dan emosional
3. meningkatkan rentang - monitor pola dan jam
gerak (ROM) tidur
- monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
teraupetik:
- sediahkan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
- lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
- berikan aktifitas distraksi
42

yang mrnyenangkan
edukasi:
- anjurkan melakukan
kativitas secara bertahap
- anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- anjarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
kolaborasi:
- kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asuapan
makanan
3. DLignosa Keperawatan:Defisit nutrisi b\d kanker

SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi:
Setelah dilakukan tindakan Manajement nutrisi
keperawatandiharapkan pasien bisa Tindakan
menerapi manajemen nutrisi Observasi:
kriteria hasil: - Mengidentifikasi status
1. Asupan makanan secara nutrisis
oral - Indentifikasi elergi dan
2. Asupan cairan secara oral intoleransi makanan
3. Asupan nutrisi meningkat disukai
4. Nafsu makan meningkat - Indentifikasi kebutuhan
5. Berat badan meningkat kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitr hasil
pemeriksaan
laboratorium
Mandiri:
- Fasilitasi menetukan
pedoaman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
43

seratuntuk mencegah
konstisipasi
- Berikanan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi:
- Ajarkan diet yang di
programkan
- Menjelaskan kepada
pasien makanan apa saja
yang di komsumsi dan
tidak di komsumsi pada
penyakit liokimia
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan(misal. Pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butukan,
jika perlu
SLKI SIKI
Tujuan: Intervensi:
Setelah dilakukan tindakan Pemantauan nutrisi
keperawatandiharapkan pasien bisa Tindakan
menerapi pemantauan nutrisi Observasi
kriteria hasil: - Indentifikasi faktor yang
1. Meningkatkan keinginan mempengaruhi asuapan
makan gizi (mis. Pengetahuan,
2. Meningkatkan asupan ketersediaan makanan,
makanan pengunaan obat-obatan)
3. Meningkatkan asupan - Indentifikasi peruabahan
makanan berat badan
4. Meningkatkan asupan - Indentifikasi pada
nutrisi kelainan rambut (mis.
Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah)
44

- Indentifikasi pola makan


(mis. Kesukaan atau
ketidaksukaan makanan,
komsumsi makanan,
cepat saji, makanan
terburu-buru)
- Monitor hasil
laboratorium (mis. Kadar
kolestrol, albumin
serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin,
hamatokrit, dan elektrolit
darah)
Teraupetik
- Timbang berat badan
- Hitung perubahan berat
badan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujun dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

IMPLEMETASI DAN EVALUASI


1. Diagnose keperawatan: risiko infeksi b/d kanker

Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf


20-april- -Membina hubungan Sobjektif:
2021 saling percaya -Ibu pasien
Jam: 13.00 -Menanyakan keluarga mengatakan belum
WIB pasien tentang mengerti cara
penanganan infeksi menghindari infeksi
dengan benar Objektif:
-Menanyakan keluarga -Ibu dan anak mencuci
pasien bagaimana tangan tapi belum
mencuci tangan baik mengerti tatacara
dan benar yang benar
-Melakukan cuci Analisis:
45

tangan dengan Risiko infeksi belum


keluarga pasien teratasi

Plening:
Intervensi dilanjutkan

Tgl/jam Implementas Evaluasi Paraf


21 – april -Menjelaskn keluarga Subjektif:
-2021 pasien apa itu tanda -Ibu pasien mengatan
Jam 13.00 dan gejala infeksi sudah mengerti cara
WIB -Mengajarkan cara mencuci tangan dan
mencuci tangan baik mengetahui apa yang
dan benar terdapat pada infeksi
jika tidak mencuci
tangan
Objektif:
-Ibu dan anak
mendengarkan
penjelasan dan
mengikuti arahan
tentang bagaimana
cara mencuci tangan
baik dan benar
Analisi:
Resiko infeksi belum
teratasi

Planning:
Intervensi dilanjukan
Tgl/jam Implemantasi Evaluasi Paraf
22 – april – -Menanyakan kembali Subjektif:
2021 tentang pencegahan -Ibu pasien
Jam 13.00 infeksi baik dan benar mengatakan sudah
WIB -Menyuruh keluarga melakukan cuci
pasien untuk tangan baik dan benar
mengulangi cara ketika dirumah
mencuci tangan baik maupun di luar
dan benar Objektif:
-Ibu dan anak
memahami dan
melakukan sendiri
bagaimana cara
46

mencuci tangan baik


dan benar dan ketika
ditanya bsa menjawab
tentang pencegahan
infeksi
Analisi:
Resiko infeksi teratasi
Planning:
Intervensi tidak
dilanjutkan

2. Diagnose keperawatan: kelelahan b/d kanker

Tgl/jam Implemetasi Evaluasi paraf


20-april- -membina hubungan Sabjektif:
2021 saling percaya -ibu anak mengatakan
13.35 WIB -mengkaji keluhan anaknya mengeluh
pasien capek dan lesu
-melakukan Objektif:
penyusunan aktifits - anak tampak lesu
-mempertahankan - anak tampak kurang
keseimbangan waktu tenang
istirahat Analisis:
-kelelahan pasien
belum teratasi
Planning:
-intervensi dilanjutkan
Tgl/jam Implementas Evaluasi Paraf
21 – april -melakukan ativitas Sabjektif:
-2021 sederhana diruangan -pasien mengatakan
Jam 13.00 berupa latihan aktivitas bisa melakukan
WIB ringan dan latihan aktifitas ROM dan
ROM badan sedikit lebih
-berjalan kaki bersama baik dikarnakan baru
anak selama 15 menit melakukan gerakan
-serta membantu anak ROM
dalam melakukan Objektif:
aktivitas memlalui - anak tampak bisa
keterlibatan kelurga melakukan aktifitas
rom
Analisis:
-kelelahan pasien
belum teratasi
47

Planning:
intervensi dilanjutkan
Tgl/jam Implemantasi Evaluasi Paraf
22 – april – -menanyakan tentang Sabjektif:
2021 tindakan sebelumnya -pasien mengatakan
Jam 13.00 melakukan aktifitas
WIB bersama mama dan
melakukan ROM
sesuai yang di
anjurkan
Objektif:
- anak tampak tidak
kaku dalam
melakukan aktifitas
ROM
Analisis:
-kelelahan pasien
teratasi
Planning:
intervensi tidak
dilanjutkan

3. Diagnosa Keperawatan: Defisit nutrisi b/d kanker

Tgl/Jam Implemetasi Evaluasi Paraf


20-april- -membina hubungan Sabjektif:
2021 saling percacaya- -Pasien mengatakan
Jam: 13.35 -menanyakan keadaan lemah
wib pasien -Ibu pasien mengatakan
berat badan anaknya
turun
Objektif:
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak lesu
-IMT:15,6
-Membran mukosa
pucat
Analisis:
-Masalah belum teratasi
Planing:
-intervensi dilanjutkan
Tgl/jam Implementas Evaluasi Paraf
48

21 – april -menjelaskan kepada Sabjektif:


-2021 pasien dan keluarga -Pasien mengatakan
Jam 13.00 makanan apa saja lemah
WIB yang di komsumsi -Ibu pasien mengatakan
dan tidak di mengerti apa saja yang
komsumsi pada harus meningkatkan
leokimia nafsu makan anaknya
- berikan makanan dan menghindari
tinggi serat untuk makanan untuk
mencegah konstipasi penyakit leukimia
- berikan makanan Objektif:
tinggi kalori dan -Keluarga pasien
tinggi protein mengerti apa yang
-ajarkan diet yang harus dilakukan untuk
diprogramkan nutrisi anaknya
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak lesu
-IMT:15,6
Analisis:
-Masalah belum teratasi
Planing:
intervensi dilanjutkan
Tgl/jam Implemantasi Evaluasi Paraf
22 – april – -Menanyakan tentang Sabjektif:
2021 nutrisi yang -Ibu pasien mengatakan
Jam 13.00 dilakukan pada saat memasak sesuai
WIB dirumah maupun intruksi dan membawa
diluar bekal untuk anaknya
-Pasien mengatakan
senang dengan bekal
yang diberikan oleh
keluarganya
Objektif:
-Keluarga pasien
mengerti apa yang
harus dilakukan untuk
nutrisi anaknya
-IMT:15,6
Analisis:
-Masalah teratasi
Planing:
intervensi tidak
49

dilanjutkan
50

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas megenai kesamaan teori dan kejadian kasus
dilapangan pada pasien denganlimfosit leukemia akut pada anak diruang seruni
rumah sakit arifin achamd pekanbaru.

A. Pengkajian
Pengkajian telah dilakukan pada Seorang anak perempuan berusia 10
tahun berinisial An. N yang masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
Achmad Pekanbaru pada tahun 2015 pasien dari rujukkan rumah sakit tanjung
batu, dan dibawa langsung ke IGD dengan keadaan demam tinggi, mual, pucat,
nyeri pada kaki, dan mudah lelah, setelah itu pasien dibawa ke ruangan lili non
infeksi di rawat inap selama beberapa bulan, setelah itu pasien di sarankan
untuk pergi ke rumah Yayasan kanker kasih anak Indonesia riau (YKAKI)
untuk menjalani perawatan rutin berupa kemoterapi seminggu sekali diruangan
seruni

Ibu pasien mengatakan datang untuk melakukan kemoterapi yang


sekian kalinya dan melakukan pemerikasaan labor sebelum melakukan
kemoterapi kondisi anak lemah pasien mengatakan megeluh sakit pada saat
pemasangan infuse, pasien tampak meringgis kasakitan, merasa cemas nafsu
makan menurun. Hasil pemeriksaan fisik : pasien tampak agak lemah, pasien
sedang melakukan kemotrapi, dan mengalami nyeri pada saat pemasangan
infus, Tekanan darah : 100/70 mmhg Frekuensi napas : 22x/menit Frekuensi
nadi : 88x/menit Suhu: 35 derajat Celsius. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hemoglobin: 13,2 g/dL, Leokosit: 3,13 10ˆ3/μL, Trombosit: 197
10ˆ3/μL, Eritrosit: 4,13 10ˆ6/μL, hematocrit: 38,5 %, mcv: 93,5 fL, mch: 32,0
Pg, mchc: 34,0 g/dL, RDW-CV: 16,5 %, RDW-SD PDW: 49,4 fL, PDW MPV:
51

10,6 fL, MPV P-LCR: 10,7 fL, P-LCR: 28,1 %. Hasil pemeriksaan diagnostic
BMP: 1 %, Sendiandipulas: Wright Elemen, Partikel: Tidak Ada, Kapadatan
Sel: Sukar Dinilai, Sel Lemak: Sakar Dinilai

B. Diagnosa keperawatan
Tahap ini merupakan langkah awal yang di lakukan kelompok dalam melakukan
asuhan keperawatan pada An. N Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien adalah:
1. Risiko infeksi b/d mekanisme system pertahanan tubuh
2. Kelelahan b/d kanker
3. Defisi nutrisi b/d kanker

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu sebanyak 3 diagnosa dan akan


dipaparkan sebagai berikut:

1. Risiko infeksi b/d mekanisme system pertahanan tubuh

Pengangkatan diagnosa ini dari hasil penggkajian bahwa pemeriksaan


laboratorium didapatkan Hemoglobin: 13,2 g/dL, Leokosit: 3,13 10ˆ3/μL,
Trombosit: 197 10ˆ3/μL, Eritrosit: 4,13 10ˆ6/μL, hematocrit: 38,5 %,
mcv: 93,5 fL, mch: 32,0 Pg, mchc: 34,0 g/dL, RDW-CV: 16,5 %, RDW-
SD PDW: 49,4 fL, PDW MPV: 10,6 fL, MPV P-LCR: 10,7 fL, P-LCR:
28,1 %.

2. Kelelahan b/d kanker


Pengangkatan diagnosa ini dari hasil pengkajian bahwa An. N mengatakan
pasien tampak agak lemah, pasien sedang melakukan kemotrapi, dan
mengalami nyeri pada saat pemasangan infus.
Data objektif yang didapt : pasien tampak lemah,, Tekanan darah : 100/70
mmhg Frekuensi napas : 22x/menit Frekuensi nadi : 88x/menit Suhu: 35
derajat Celsius.
52

3. Defisit nutrisi b/d kanker


Pengangkatan diagnosa ini dari hasil pengkajian bahwa An. N mengatakan
pasien tampak agak lemah, ibu pasien mengatakan berat badan anaknya
menurun tidak seperti biasanya

Data objektif yang didapat : pasien tampak lemah,membran mukosa pucat,


Tekanan darah : 100/70 mmhg Frekuensi napas : 22x/menit Frekuensi
nadi : 88x/menit Suhu: 35 derajat Celsius.

C. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam
intervensi keperawatan, kelompok menggunakan referensi diagnosa SDKI dan
yang disesuaikan dengan keadaan klien.
Rencana keperawatan yang dibuat mengacu pada kebutuhan yang
dibutuhkan dan dirasaka saat pengkajian serta landasan teori. Rencana yang
dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
klien saat ini.

D. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada klien untuk mengurangi
permasalahan yang dialami klien yaitu Resiko infeksi, Kelelahan, dan Defisit
nutrisi. Asuhan keperawatan pada An. N dilakukan dari tanggal 20 April
2021 sampai dengan tanggal 23 April 2021 dengan menyesuaikan jadwal
dinas kelompok. Dimana kelompok memberikan dan memantau
perkembangan kesehatan klien,mengevaluasi masalah kesehatan yang dialami
53

klien dengan melakukan pemeriksaan di rumah sakit umum daerah arifin


ahmad di ruangan seruni. Kelompok melakukan monitoring terhadap penyakit
yang dialami oleh An.N.

E. Evalausi

Kelompok melakukan evaluasi kepada klien setelah intervensi diberikan.


Intervensi diberikan selama 3 hari. Diagnosa keperawatan teratasi,
yaitu:Risiko infeksi b/d mekanisme system pertahanan tubuh, kelelahan b/d
kanker, defisi nutrisi b/d kanker

.
54

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel
imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombisitopenia (Hidayat, 2016).
Leukemia Limfositik Akut (LLA)LLA sering menyerang pada masa anak-
anak dengan persentase 75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi 19
(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan selaluada di
sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfedenopati, splenomegali, dan
hepatomegali 70% anak dengan leukemia limfatik akut ini bisa disembuhkan
Penatalaksanaan Mendemonstrasikan mengajarkan pasien mencuci tangan
dengan baik, malakukan latihan ROM dan menedukasikan makanan yang baik untuk
di komsumsi dan tidak baik untuk di komsumsi klien, berkolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet pasien. Meningkatkan berat badan Klien agar kembali ke berat
badan sewaktu sehat.Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien. Membuat
nafsu makan klien kembali meningkat. Pantau selalu risiko infeksi pemantauan nutrisi
dan kelelahan klien. Melakukan tindakkan latihan ROM agar klien tidak mengalami
kaku pada tubuhnya supaya anak bisa bergerak bebas dan di bimbing oleh keluarga
yang mengetahui dari hasil yang telah kami lakukan selama tindakan kepada klien
dan keluarga.

B. Saran
Kelompok menyadari dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini masih
banyak kekurangan sehingga disini kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk meningkatkan pemberian asuahan keperawatan pada anak terkena
ALL.
55

LAMPIRAN
56
57
58

Anda mungkin juga menyukai