Disusun oleh:
KELOMPOK 4
L. GITA ARYUMI SEJATI (2217020)
LYA RIA WESTRI (2217022)
LULU NUR DHAHANI (2217021)
M NUROKHIM (2217023)
ILHAM SETIAWAN (2217019)
Penyakit Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah leukosit
dalam bentuk akut seringkali rendah (hingga dinamakan Leukimia). Sel-sel imatur ini tidak dengan
sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Pengahncuran sel
terjadi melalui infiltrasi dan kompresi yang terjadi kemudian pada unsur metabolic (Apriany, 2016)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur
dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa
diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang (NANDA,2015).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden kanker
meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 jadi 14,1 juta kasus tahun 2012 dan kematian meningkat
dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Leukemia merupakan jenis kanker
yang paling sering pada anak dengan insiden 31,5% dari semua kanker pada anak di bawah usia 15
tahun di Negara industry dan sebanyak 15,7% di Negara berkembang, tipe leukemia yang paling
sering pada anak-anak adalah Leukemia Limfositik Akut (LLA), yang terjadi sekitar 80% dari
kasus leukemia dan diikuti hamper 20% dari Leukimia Mieloid Akut (LMA) (WHO,2009)
Data statistika LLA di peroleh pada tahun 2015 di Amerika Serikat memperkirakan ada kasus
baru yang di diagnosis Leukemia Limfositik Akut pada anak usia 0-14 tahun sebanyak 45.270 kasus
(American Cancer Society, 2015).
Menurut data National Cancer Institute pada tahun 2012. Kasus Leukemia Limfositik Akut
telah terjadi pada 47.150 orang. Leukemia adalah kanker yang peling sering di temui pada anak-
anak di Indonesia dengan persentasi 10,4% leukemia adalah jenis kanker yng mempengaruhi
sumsum dan tulang jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel yang membuat darah dan
jaringan lainya (WHO, 2012).
Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak yang berumur di bawah usia 15 tahun
dan di perkirakan terdapat sekitar 3000 kasus LLA baru setiap tahun nya (Rahimul, Syahrizal, Edi
Setiawan, 2017).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2013 di Indonesia, insiden kanker pada
anak usia kurang dari 1 tahun ( 0,3 %), usia 1-4 tahun (0,1%), usia 5-14 tahun (0,1%) dan usia 4-24
tahun (0.6%). Di Indonesia leukemia merupakan kanker tertingi pada anak sebesar 2,8 per 100.000
anak. kasus kanker pada anak-anak mencapai 4,7% dari kanker pada semua umur (Kemenkes RI,
2013).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2015 di Indonesia sekitar 6% atau 13,2
juta jiwa penduduk Indonesia menderita kanker dan kanker merupakan penyebab kematian nomor 5
di Indonesia (Kemenkes RI, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum, studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman Asuhan Keperawatan
Anak Leukemia Limfositik Akut
2. Tujuan Kusus
a. Melakukan pengkajian anak pada kasus Leukemia
b. Merumuskan diagnosa keperawatan anak pada kasus Leukemia
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada kasus Leukemia
d. Melakukan tindakan keperawatan anak pada kasus Leukemia
e. Melakukan evaluasi keperawatan anak pada kasus Leukemia
C. Manfaat
Hasil studi khasus ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi perkembangan
keperawatan anak tentang asuhan keperawatan pada anak Leukemia Limfositik Akut (LLA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang yang di tandai
oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012)
Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam sumsung tulang yang
disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik (Smelrzer et sl, 2008).
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya
pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah penderita leukemia
berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga
mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).
B. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009)
1. Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukimia-
Lhympoma virus/HLTV)
2. Radiasi
3. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi
dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain obat anti kanker, meningalkan resoko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom dan
sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
C. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini
secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia
meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi
sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang
terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi
(penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami
gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan
penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan
menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-
sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ
lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala
klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri
tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan
sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan
metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala
biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain
yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik
ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan
berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia
yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton
terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogenamik untuk leukemia.
2. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari
sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila skunder).
3. Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitive
(NANDA, 2015)
F. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
i. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak
sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan
asparaginase.
ii. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan
untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel
yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
iii. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang
digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini
menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
iv. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya
memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai
remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan
kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi
tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia.
Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum
tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau
terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah
yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai
jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human
Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada
penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujua untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah- masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012:36)
1. Identitas
Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak-anak usia dibawah 15 tahun (85%), puncaknya
berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah, tidak nafsu
makan dan lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas dan dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat karena belum mengetahui tentang penyakit yang diderita.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit LLA karena merupakan penyakit ginetik
(keturunan)
5. Riwayat pada faktor-faktor pencetus
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis.
6. Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya
menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga menyebabkan gejala seperti dibawah ini.
a. Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan, dan anoreksia.
b. Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
c. Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam hari (Nursalam dkk,
2008:100).
7. Pemeriksaan Fisik
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati), pembesaran limpa
(splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali), dan pembesaran hati (hepatomegali). Pada
pasien dengan LLA precursor sel-T dapat ditemukan adanya dispnoe dan pembesaran vena kava
karena adanya supresi dari kelenjar getah bening di mediastinum yang mengalami pembesaran .
sekitar 5% kasus akan melibatkan sistem saraf pusat dan dapat ditemukan adanya peningkatan
tekanan intracranial (sakit kepala, muntah, papil edema) atau paralisis saraf kranialis (terutama VI
dan VII) (Roganovic, 2013).
8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu:
a. Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi monoton terdapat sel belst, yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
b. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila skunder)
c. Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan sitogenik.
H. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawaratan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga dan komunitas
terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang actual, potensial yang merupakan dasar untuk
memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat
(Dermawan, 2012:58)
Diagnose keperawatan yang muncul menurut sdki
1. Nyeri D.0007
2. Resiko infeksi D.0142
3. Perfusi perifer tidak efektif D.0009
4. Pola nafas tidak efektif D.0005
5. Intoleransi aktivitas D.0056
6. Hipertermi D.0130
7. Defisit nutrisi D.0019
I. Intervensi
Diagnosa Luaran intervensi berdasarkan SIKI,
keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Ruangan : Ruang Gladiol RSUD.BAHTERAMAS
Tanggal : 07 Oktober 2019
Jam : 09.45 Wita
Identitas pasien
Nama : Muh Yusuf
No. Rekam Medis : 897568
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl/ Umur : 14 Juni 2006 ( 13 tahun )
Alamat : Kolaka
Diagnosa : Akut Leukimia Limfoblastik
Keluarga yang dihubungi : Ny“ W ”
Keluhan utama : Sesak sudah dialami 2 bulan sebelum masuk
RS
Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak napas ada, pola napas 32x/mnt,
penggunaan otot bantu pernapasan, pasien
nampak lemah, ada nyeri pada persendian
dialami sejak 2 bulan yang lalu, tidak
1. Pengkajian
a. Primary survey
Airway
1) Pengkajian jalan napas
☑ Bebas Tersumbat Trachea
di tengah: ☑ Ya Tidak
Lendir : ada Tidak ada
2) Masalah keperawatan : -
3) Intervensi:
Breathing☑
1) Fungsi pernapasan :
a) Dada simetris : ☑ Ya Tidak
b) Sesak napas : ☑Ya Tidak
c) Respirasi : 32x/menit, takipnea.
d) Krepitasi : Ya ☑Tidak
e) Suara napas
Kanan : □ Ada □ Jelas □ Menurun
□ Ronchi □ Wheezing
□ TidakAda
Kiri : □ Ada □ Jelas □ Menurun
□ Ronchi □ Wheezing
□TidakAda
f) Penggunaan oksige : Nasal kanul 4 liter/menit
g) Saturasi 02 : 99 %
2) Masalah keperawatan :
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
3) Intervensi:
a) Monitor Frekuensi, irama, dan usaha bernapas
b) Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne stokes, biot)
c) Posisikan pasien pada posisi semi fowler
d) Auskultasi bunyi napas
e) Kolaborasi pemberian terapi O2
Circulation
1) Keadaan sirkulasi :
a) Tensi : 90/60 mmHg
b) Nadi : 107 x/menit. Kuat , Regular
c) Suhu : 36,5oC
d) Temperatur kulit : Hangat
e) Gambaran kulit: Warna
sawo matang
Kulit elastis
Kulit kering
Pengisian kapiler <2 detik, memendek
2) Masalah keperawatan :-
Disability
1) Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 ( E4 V5 M6 )
a) Pupil
Kanan: 2,5, Kiri : 2,5
b) Reflex cahaya : /
2) Masalah keperawatan :-
3) Intervensi:
Exposure
1) Penilaian Hipotermia/hipertermia
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu
a) Suhu : 36,50C
b) Nyeri :√ ada Tidak
2) Masalah keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan akibat efek fisiologis dari
leukemia.
3) Intervensi
a) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
c) Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurasi nyeri
Trauma skor
1) Frekuensi pernapasan 10
-25 4
☑ 25 -35 3
> 35 2
< 10 1
4 0
2) Usaha napas
Normal 1
☑ Dangkal 0
3) Tekanan darah
☑> 89mmHg 4
70 -89 3
50 -69 2
1- 49 1
4 0
4) Pengisian kapiler
☑<2 dtk 2
> 2 dtk 1
5) Glasgow Coma Score (GCS)
☑14 -15 5
11- 13 4
8 – 10 3
5- 7 2
3- 4 1
Total trauma score : 14
b. Secondary survey
1) Riwayat kesehatan
liter/menit
A : Allergies (alergi) :
M : Medications (pengobatan)
lauk.
E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum
3) Tanda-tanda vital
Nadi : 107x/menit
Pernapasan : 32x/menit
Suhu : 36,50C
Kepala:
a) Kulit kepala: kulit kepala tampak bersih dan tidak ada ketombe
pupil isokor
c) Telinga: simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen
d) Hidung:
hidung
g) Tonsil: T1 ( normal )
Dada/ thoraks
a) Inspeksi :
c) Perkusi: Redup/redup
d) Auskultasi: vesikuler
Jantung
Abdomen
Pelvis
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Genitalia
Ekstremitas
b) Nyeri di persendian
Neurologis
4 4
No. RM : 897568
Jenis Kelamin : Laki-laki
D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA LUARAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukimia di
Ruang Gladiol RSUD BAHTERAMAS. Dalam bab ini. penulis akan membahas meliputi segi
pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan
mengenai kasus yang penulis angkat.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses perawatan. Didapatkan
data pasien mengalami sesak napas selama 2 bulan SMRS dan nyeri persendian. Didukung dengan
data penunjang Leukosit 18.000 dan hemoglobin 6,9. Pasien bernapas dengan otot bantu pernapasan,
mengunakan kanul oksigen 4lpm untuk membantu mengurangi sesak.
Berdasarkan hal tersebut pengkajian tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tinjauan teori
yang ada.
B. Diagnosa
Diagnosis keperawatan sesuai SDKI. Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Berdasarkan data diatas penulis menegakkan 2 diagnosa
dan 5 diagnosa tidak ditegakkan.
1. Diagnosa yang muncul
Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosa yang
pertama yaitu Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen. Pola napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana inspirasi
dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Penulis menegakkan diagnosa ini karena pasien mengalami sesak napas selama 2
bulan SMRS, menggunakan otot bantu saat bernapas, RR 32x/m, menggunakan oksigen kanul
4lpm.
Diagnosa kedua yang muncul yaitu Nyeri akut berhubungan dengan akibat efek
fisiologis dari Leukimia. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Pasien mengatakan nyeri pada persendian, nyeri terjadi saat
melakukan aktivitas, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
2. Diagnose yang tidak muncul
Diagnosa yang tidak muncul Pada kasus pasien leukimia, penulis tidak memunculkan
diagnosa sesuai dengan tinjauan teori dikarenakan data yang diperoleh tidak menunjukkan
adanya tanda – tanda yang mendukung diagnosa ini dimunculkan. Diagnose yang tidak
muncul pada kasus ini antara lain :
a. Resiko infeksi D.0142
Diagnosa ini tidak penulis tegakkan karena saat dilakukan pengkajian pasien tidak ditemukan penyakit
lain selain penyakit utama. Nilai leukosit yang tinggi disebabkan karena perjalanan penyakit leukimia.
b. Perfusi perifer tidak efektif D.0009
Diagnosa ini tidak penulis tegakkan karena saat dilakukan pengkajian pasien
didapatkan data suhu tubuh normal, akral hangat, kulit elastis.
c. Intoleransi aktivitas D.0056
Diagnosa ini tidak penulis tegakkan karena pasien mampu melakukan aktifitas secara normal, mampu
berjalan, duduk, bangun dari tempat tidur secara mandiri terkadang juga dibantu keluarga untuk
memegangi saja
d. Hipertermi D.0130
Diagnosa ini tidak penulis tegakkan karena saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengeluh demam,
dengan data dukung suhu 36,5 yaitu suhu normal
e. Defisit nutrisi D.0019
Diagnosa ini tidak penulis tegakkan meskipun pasien mengeluh muntah <12 jam SMRS, didapatkan data
masih mau makan dan menghabiskan porsi makan yang disediakan.
C. Perencanaan
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien. Diagnosis pertama Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ,
dalam perencaannya menurut SDKI adalah manajemen jalan nafas dan pemauntauan respirasi. Diagnosa yang
kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan akibat efek fisiologis dari Leukimia.. Perencanaan yang
dilakukan untuk diagnosa kedua menurut SDKI yaitu manajemen nyeri dan pemberian analgesic.
D. Implementasi Keperawatan
Menururt Mufidaturrohmah (2017) Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi dengan
masing – masing diagnosa. 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen Pada diagnosa ini penulis selama 3 kali 24jam melakukan pengkajian pola nafas. RR
28 x/menit, penggunaan otot bantu napas. Perawat memonitor saturasi pasien didapatkan hasil SpO2 85%, lalu
diberikan oksigen kanul 4lpm dan saturasi naik SpO2 99%. Perawat memposisikan semi fowler untuk
memaksimalkan pengembangan dada. Pemberian terapi obat untuk mengurangi sesak napas sesuai advis 2.
Nyeri akut berhubungan dengan akibat efek fisiologis dari Leukimia Pada diagnosa ini penulis selama 3 kali
24jam melakukan pengkajian nyeri menggunakan metode PQRST, dan respon pasien secara subyektif yaitu
pasien mengatakan nyeri pada persendian karena P : saat aktivitas, Q : seperti ditusuk – tusuk, R : persendian,
S : skala 4 ( 0 – 10 ),T : hilang timbul, respon obyektifnya adalah ekpresi pasien tampak menahan nyeri.
Tujuan dilakukannya pengkajian nyeri yaitu untuk mengetahui tindakan perawatan selanjutnya untuk pasien.
Monitoring tanda – tanda vital pada pasien untuk implementasi diagnosa pertama , tujuan dilakukannya
monitoring tanda – tanda vital ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesehatan dari pasien dan mengetahui
perkembangan kesehatan pasien. Dari tindakan implementasi ini diperoleh data tanda – tanda vital sebagai
berikut TD : 90/ 60 mmHg , Nadi 102 kali / menit, suhu 36, 5 oC, pernapasan 28 kali / menit. Penulis
menganjurkan pasien tirah baring untuk mengurangi nyeri persendian yang bertambah saat beraktivitas.
Penulis memberikan terapi analgetic untuk mengurangi nyeri sesuai advise.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi
selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda
gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain : 1. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Pada
diagnose ini perawat telah melakukan Tindakan keperawatan sesuai tinjauan teori yang ada dan dilakukan
semaksimal mungkin dengan tujuan masalah pola napas membaik. Pada proses keperawatan sebelumnya yaitu
implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Dan evaluasi keperawatan yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 kali 24
jam yaitu masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian karena pasien mengatakan merasakan sesak nafas
berkurang dengan RR 20x/m walaupun sesak akan bertambah saat aktivitas. 2. Nyeri akut berhubungan
dengan akibat efek fisiologis dari Leukimia Pada diagnosa ini penulis sudah melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan masalah nyeri akut
dapat teratasi. Pada proses keperawatan sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan
bagaimana penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi keperawatan yang diperoleh
penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 kali 24 jam yaitu masalah nyeri akut teratasi
sebagian karena pasien mengatakan masih merasakan nyeri walaupun hilang timbul dan skala nyeri berkurang
menjadi 2 (0 - 10).
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan
perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu Leukemia
Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA),
dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,
mimisan, mudah memar, penurunan berat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi. Kemoterapi
merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel - sel leukemia,
tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2015 di Indonesia sekitar 6% atau 13,2
juta jiwa penduduk Indonesia menderita kanker dan kanker merupakan penyebab kematian nomor 5
di Indonesia (Kemenkes RI, 2015).
Penatalaksanaan pada leukimia yaitu kemoterapi, radioterapi, Transplantasi Sumsum Tulang,Terapi
Suportif.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi
agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
DAFTAR PUSTAKA
Diperolehdarihttp://www.cancer.org/cancer/cancerinchildren/detail dguide/cancer-
in-children-cancer.
David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal,
hlm.77–89
Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia
Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran
Universits Udayana).
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Friehling, E., Ritchey, K., David. G., & Bleyer, A., 2015. Acute
lymphoblastic leukemia 20th ed. B. E. Kliegman MR, Stanton B, ed., Nelson
Textbook of Pediatrics, hlm. 2437-2442.
KemenkesRepublik Indonesia.ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakerta
:KementrianKesehatan RI.