Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA An. C DENGAN LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT

Disusun oleh
Nama Mahasiswa : Mega Mustikaretno
NIM : 205070209111006

PROGAM STUDI SAP KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT

A. Definisi
Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat
terjadi jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga
mengakibatkan proliferasi sel-sel puncak hematopoietik dalam sumsum tulang.
Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu leukemia limfositik akut,
leukemia mieloid akut, leukemia limfositik kronik, dan leukemia mieloid
kronik. Suatu leukemia dikatakan akut atau kronik adalah tergantung pada
sebagian besar sel-sel abnormal yang dijumpai. Jika sel-sel lebih menyerupai
sel puncak (imatur) maka dikatakan akut, sedangkan jika selsel lebih
menyerupai sel normal (matur) maka dikatakan kronik. Pada leukemia akut, sel-
sel imatur terus memperbanyak diri dan tidak dapat menjadi matur sebagaimana
mestinya. Tanpa terapi, sebagian besar pasien leukemia akut hanya hidup
beberapa bulan. Berbeda halnya dengan sel-sel pada leukemia kronik,
pertumbuhannya lambat dan pasien dapat hidup lebih lama sebelum timbul
gejala (Maulana Hidayatul, 2014).
Leukemia limfoblastik akut (ALL) merupakan keganasan sel yang
disebabkan oleh akumulasi limfoblast dalam sumsum tulang dan darah.
Leukemia limfoblastik akut lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa yakni dengan angka kejadian sebanyak 80% pada anak dan 20%
pada orang dewasa ( Wijayanto, 2018).
Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak
teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga
mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

B. Epidemiologi
Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 dari (WHO, 2019)
kematian akibat leukemia di Indonesia merenggut 11.314 jiwa. Angka kematian
akibat kanker darah ini merupakan nomor lima terbanyak setelah kanker paru-
paru, kanker payudara, kanker serviks (leher rahim), dan kanker hati. Jika
dilihat berdasarkan jumlah kasus, ada 13.498 kasus kanker darah pada tahun
lalu. Jumlah kasus kanker darah merupakan kasus terbanyak kesembilan di
Indonesia setelah kanker payudara, serviks, paru-paru, kanker hati, kanker
nasofaring, usus besar, limfoma non-Hodgkin, dan kanker rektum (anus). WHO
menyebutkan prevalensi kanker darah di Indonesia dalam lima tahun terakhir
mencapai 35.870 kasus. Prevalensi ini mencakup semua usia, baik laki-laki
maupun perempuan.
Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak yang berumur
dibawah usia 15 tahun dan di perkirakan terdapat sekitar 3000 kasus LLA baru
setiap tahun nya (Rahimul, Syahrizal, Edi Setiawan, 2017). Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2013 di Indonesia leukemia merupakan
kanker tertingi pada anak sebesar 2,8 per 100.000 anak. kasus kanker pada
anak-anak mencapai 4,7% dari kanker pada semua umur. Prevalensi kanker
anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus. Jenis kanker yang paling banyak
diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma (Kemenkes RI,
2013).

C. Etiologi
Penyebab dari terjadinya LLA masih belum diketahui, namun ada penelitian
terbaru yang menyatakan bahwa adanya peranan infeksi virus dan atau bakteri
(Permono dan Ugrasena, 2012). Ada beberapa faktor-faktor yang membantu
meningkatkan angka kejadian LLA seperti :
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2. Radiasi
3. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik dan bahan kimia lain
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromoson misalnya pada down sindrom leukemia biasanya
mengenai sel-sel darah putih.

D. Klasifikasi
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik
akut (LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast.
LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak.
Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang
disertai keterlibatan orang lain.
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% -
80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang
menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi (neutropenia).
Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan di sumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali.
3. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan
peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya
jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran menonjol
adalah :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tiba-tiba dari
jumlah besar mieloblast.

E. Faktor resiko
Faktor resiko untuk leukimia antara lain adalah predisposisi genetik yang
berhubungan dengan insiator (mutasi) yang diketahui atau tidak diketahui
(Bangun dkk, 2014). Saudara kandung dari anak yang menderita leukimia
memiliki kecenderungan 2 sampai 4 kali lipat untuk mengalami penyakit ini
dibandingkan anak-anak lain. Kromosom abnormalitas tertentu termasuk down
sindrom memiliki resiko menderita leukimia. Pajanan terhadap radiasi,
beberapa jenis obat yang menekan sumsum tulang, dan berbagai obat
kemoterapi telah dianggap meningkatkan resiko leukimia. Agen-agen
berbahaya di lingkungan juga di duga dapat menjadi faktor resiko.
Riwayat penyakit sebelumnya yang berkaitan dengan hematopoies
(pembentukan sel darah) telah terbukti meningkatkan resiko leukehodgkin,
myeloma multiple. Riwayat leukimia kronis meningkatkan leukimia akut.

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang
meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa
hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme). Tanda gejala LLA
menurut (Widiaskara dkk,2010) :
1) Pucat.
2) Malaise.
3) Keletihan (letargi).
4) Perdarahan gusi.
5) Mudah memar.
6) Petekia dan ekimosis.
7) Nyeri abdomen yang tidak jelas.
8) Berat badan turun.
9) Iritabilitas.
10) Muntah.
11) Sakit kepala (pusing).

G. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel kanker
menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan
menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan hematopoiesis normal
terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan
trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran
hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta
persendian (David, 2015). Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia,
penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (ekhimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem
retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh,
sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.

H. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala
patogenamik untuk leukemia.

3) Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain
terdesak (apanila skunder).

4) Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.


Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / μl) tetapi dalam bentuk sel
blast / sel primitive (NANDA, 2015).

I. Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur,
kromosom dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi
terdiri dari 6 fase yaitu:

1) Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel
leukemia pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.

2) Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.

3) Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk
mencegah resistensi sel leukemia.

4) Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase di
gunakan.

5) Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel
leukemia.

6) Transplantasi sum-sum tulang


Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang
yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu
transplantasi sum-sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak
karena kanker (NANDA, 2015).

J. Prognosis
Faktor prognostik LLA menurut Bambang Permono dan IDG Ugrasena
dalam IDAI 2010, yaitu :
1. Usia
Pasien anak yang berusia dibawah 18 bulan atau diatas 10 tahun mempunyai
prognosis lebih buruk dibandingkan pasien anak yang berusia diantara itu.
Pasien bayi yang berusia dibawah 6 bulan pada saat ditegakkan diagnosis,
mempunyai prognosis paling buruk.

2. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit awal pada saat penengakan diagnosis LLA sangat bermakna
tinggi sebagai suatu faktor prognostik. Ditemukan adanya hubungan antara
hitung jumlah leukosit dengan outcome pasien LLA pada anak, yaitu pada
pasien dengan jumlah leukosit > 50.000/mm3 akan mempunyai prognosis yang
buruk.

3. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menyatakan bahwa anak perempuan cenderung
mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Hal ini
dikarenakan anak laki-laki mempunyai kecenderungan untuk terjadi relaps
testis, insidensi leukemia sel-T yang tinggi, hiperleukositosis, dan organomegali
serta massa pada mediastinum.

4. Imunofenotipe
Imunofenotipe juga berperan dalam menentukan faktor prognostik pasien LLA.
Leukemia sel-B (L3) dengan antibodi “kappa” dan “lambda” pada
permukaannya diketahui mempunyai prognosis buruk tetapi dengan pengobatan
yang spesifik, prognosisnya membaik. Sel-T leukemia juga mempunyai
prognosis yang buruk dan digolongkan sebagai kelompok resiko tinggi.
5. Respon terhadap terapi
Respon pasien terhadap terapi dapat kita ukur dari jumlah sel blas yang
ditemukan pada pemeriksaan darah tepi seminggu setelah dimulai terapi
prednison. Prognosis dikatakan buruk apabila pada fase induksi hari ke-7 atau
14 masih ditemukan adanya sel blas pada sumsum tulang.

6. Kelainan jumlah kromosom


LLA hiperdiploid (>50 kromosom/sel) mempunyai prognosis yang baik,
sedangkan LLA hipodiploid (< 45 kromosom/sel) mempunyai prognosis yang
buruk. Adanya translokasi t(9;22) atau t(4;11) pada bayi berhubungan dengan
prognosis buruk.

K. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi,menurut (David, 2015)
diantaranya yaitu :
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa :
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b.Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati).
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa).
Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian
berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar bahkan
beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati.
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer getah bening
dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.
FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

1. PENGUMPULAN DATA
Tanggal : 28 Oktober 2020
I. Identitas Data
Nama : An. Cinta Alamat : Ponorogo
Tanggal lahir : 05/05/2014 No. Telp : 081xxx
Umur : 7th Kultur :
Nama ayah/ibu : Tn.B/Ny.L Agama : Islam
Pekerjaan ayah : PNS Pendidikan :
Pekerjaan ibu : IRT Anak ke :1

II. ALASAN KUNJUNGAN/ KELUHAN UTAMA


An.C mengeluh sesak, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan sesak, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi.
hasil TTV : TD 80/50mmHg, N 80x/menit, S 38,6°C, RR 37x/menit. CRT>3 detik,
menggunakan otot bantu nafas, konjungtiva anemis, akral dingin,mual (+) muntah (+), BB
klien turun. Pembesaran limfa (+), pembesaran hati (+). Hasil Laboratorium Hb : 6,7gr/dl,
Leukosit : 70.500 ml, Trombosit : 44.000 ml.
IV. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : ______________________________________________________
______________________________________________________
b. Intranatal : ______________________________________________________
______________________________________________________
c. Post natal : ______________________________________________________
______________________________________________________
V. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit-penyakit waktu kecil___________________________________________
b. Pernah dirawat di rumah sakit___________________________________________
c. Obat-obatan_________________________________________________________
d. Tindakan (misalnya : operasi)___________________________________________
e. Allergi _____________________________________________________________
f. Kecelakaan__________________________________________________________
g. Imunisasi___________________________________________________________
VI. Riwayat Keluarga
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_____________________________________________________________

VII. Riwayat Sosial


a. Yang mengasuh : Kedua orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
d. Pembawaan secara umum ____________________________________________
e. Lingkungan rumah ___________________________________________________

VIII. Kebutuhan Dasar


a. Cairan ____________________________________________________________
b. Makanan __________________________________________________________
c. Pola tidur __________________________________________________________
d. Mandi _____________________________________________________________
e. Aktivitas/bermain ____________________________________________________
f. Eliminasi___________________________________________________________

IX. Keadaan Kesehatan Saat Ini


a. Diagnosa medis : Akut Leukimia Limpositik
b. Tindakan operasi ____________________________________________________
c. Status nutrisi : BB menurun
d. Status cairan :
e. Obat-obatan________________________________________________________
f. Aktivitas___________________________________________________________
g. Tindakan Keperawatan_______________________________________________
h. X-Ray_____________________________________________________________
i. Lain lain___________________________________________________________

X. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : K/u lemah, konjungtiva anemis, akral dingin, CRT>3 detik
b. Tanda vital : TD 80/50mmHg, N 80x/menit, RR 37x/menit, S 38,6°C
c. Pemeriksaan kepala leher :
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
d. Pemeriksaan Integumen :
Akral dingin, CRT >3 detik
e. Dada dan Thorax:
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Payudara :
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Abdomen :
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
f. Genetalia
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
g. Ekstremitas
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
XI. Pemeriksaan tingkat perkembangan (KPSP)
Interpretasi Perkembangan : Normal Meragukan Penyimpangan
XII. Informasi lain

Ponorogo, 28 Oktober 2020

(MEGA MUSTIKARETNO)
2. ANALISA DATA
ANALISA DATA
Nama Pasien : An.Cinta
Umur : 7th
No. Register : 234xxx
DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB
DS : pasien mengatakan sesak dan Pola napas tidak efektif Leukimia limfositik akut
lemah
DO :
- penggunaan otot bantu napas (+) Proliferasi sel darah putih
- RR 37x/menit imatur
- Hb 6,7 gr/dl
- konjungtiva anemis

Pansitopeni

Eritropeni

Hb menurun

Suplai O2 dalam darah


menurun

Jaringan kekurangan O2

Pola napas tidak efektif

DS : pasien mengeluh demam,


lemah, nyeri sendi dan tulang Hipertermi Leukimia limfositik akut
DO :
- akral dingin
- Hasil TTV Proliferasi sel darah putih
S : 38,7°C imatur
RR : 80x/menit
TD : 80/50 mmHg
- Hasil Pemeriksaan Lab Leukositosis
Hb 6,7gr/dl
Leukosit 70.500 ml
Trombosit 44.000 ml Infeksi meningkat

Hipertermia

Proliferasi sel darah putih


imatur
DS : pasien mengatakan merasa Hipovolemia
mual dan lemah
DO : Leukositosis
- mual (+)
- muntah (+)
- BB menurun Infeksi meningkat
- CRT>3 detik
- konjungtiva anemis
- Pembesaran limfa (+),pembesaran Asam lambung meningkat
hati (+)
- S : 38,7°C
Mual dan muntah

Hipovolemia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASAR PRIORITAS)
Ruang : Melati
Nama Pasien : An.Cinta
No. Register : 234xxx

DITEMUKAN MASALAH MASALAH SELESAI


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL. PARAF TGL. PARAF
1. Pola napas tidak efektif 28/10/2020

2. Hipertermi 28/10/2020

3. Hipovolemia 28/10/2020
C. TUJUAN, KRITERIA STANDAR, INTERVENSI, RASIONAL

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NAMA PASIEN : An.Cinta
NO. REG : 234xxx

TANGGAL NO DX DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA STANDART INTERVENSI TT

28/10/2020 Pola napas (L.01004) Manajemen jalan napas (I.01011)


1. Pola napas tidak efektif - Dispnea menurun (5) O:
(D.0005) - penggunaan otot bantu napas - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
membaik (5) T:
- frekuensi napas membaik (5) - Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan oksigen
E:
Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
K:
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
k/p

2. Hipertermi (D.0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)


- suhu tubuh membaik (5) O:
- takipnea menurun (5) - identifikasi penyebab hipertermi
- monitor suhu tubuh
T:
- berikan cairan oral
- lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin pada
dahi,leher, dada, abdomen dan aksila)
E:
Anjurkan tirah baring
K:
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena k/p
3. Hipovolemi (D.0023) Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.03116)
- turgor kulit meningkat(5) O:
- dispnea menurun (5) - periksa tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi
- berat badan membaik (5) meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun,
- perasaan lemah menurun (5) membran mukosa kering)
- kadar Hb membaik (5) - monitor intake dan output cairan
Status Nutrisi (L.03030) T:
Nafsu makan membaik (5) Berikan asupan cairan oral
E:
Anjurkan memperbanyak konsumsi cairan oral
K:
- kolaborasi pemberian cairan IV
- kolaborasi pemberian produk darah
DAFTAR PUSTAKA

Samudin, Ani. 2019. “Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak


Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Ruang Melati Rsud Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.” : 1–61.
Wijayanto, R.A. 2018. Pola Absorbansi dan Laju Endap Darah Edta
Penderita LLA: Pengaruh Limfosit. Skripsi, Pendidikan Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kusumawati, Ni Nengah. 2013. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Penderita Leukemia Limfositik
Akut Yang Mengalami Mual-Muntah Di Rsup Fatmawati Jakarta.”
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Widowati, Hari. 2019. “Kanker Darah Merenggut Nyawa 11.314 Orang
Pada 2018.” Databoks.Katadata.Co.Id: 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/06/03/kanker-darah-
merenggut-nyawa-11314-orang-pada-2018.
Kesehatan K, Indonesia R. Kendalikan kanker pada anak. 2016:1-2.

Yakin R, Syarif S, Tehuteru ES. Perbandingan Kesintasan pada Anak


Leukemia Limfoblastik akut antara Protokol Pengobatan 2006 dan
2013. Indones J Cancer. 2017;11(3):111-117.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2010). Kumpulan Tips Pediatrik.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2014. Leukemia Mieloid
Akut. scholar.unand.ac.id.
Permono B. Leukemia akut. In: Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG,
Windiastuti E, Abdulsalam M, eds. Buku ajar hematologi-onkologi anak.
Catatan Keempat, Jakarta: IDAI; 2012. p. 236-45
Ballal SA, Bechard LJ, Jaksic T, Duggan C. Nutritional supportive care. In:
Pizzo PA, Poplack DG, eds. Principles and practice of pediatric oncology.
Ch. 41, California: Wolters Kluwer; 2015. p. 1058-65
Bangun PK, Lubis B, Sofyani S, Rosdiana N, Siregar OR. Risk factors
of childhood leukemia. Paediatr Indones. 2014;54;6:358-64
David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics
journal,
hlm.77–89

Anda mungkin juga menyukai