Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Leukimia
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II

Disusun oleh :

Anisa Siti Maryam E.0105.19.005

M. Sidiq Nugraha E.0105.19.028

Firni Aziz Fauziah E.0105.19.052

D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI
2021
1. DEFINISI
Leukimia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Mula-mula
dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai darah putih. Leukimia adalah jenis kanker
yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel,
yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri
untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut
akan mati dan sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang. Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama
tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukimia, dimana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Sel abnormal
ini keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer/darah tepi.
Leukimia dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit neoplastik yang beragam
atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid
dan diakhiri dengan kematian.
Berikut pengertian leukimia menurut para ahli :
1) Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita Yuliani, 2001 : 175)
2) Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
3) Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoietik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.

2. ETIOLOGI
Walupun penyebab dasar leukimia yang pasti belum diketahui dan dijelaskan secara
keseluruhan, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia
yaitu :
1) Genetik
Adanya penyimpangan kromosom insidensi leukimia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada Sindroma Down, Sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy Sindrome, sindroma von Reckinghausen dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group Trisomy atau po;a kromoso
yang tidak stabil seperti aneuploidy.
a. Saudara Kandung
Adanya resiko leukimia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-
kasus leukimia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga
pada keluarga dengan insidensi leukimia yang tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom, misalnya radiasi, bahan kimia dan obat-obatan yang dihubungkan
dengan insiden yang meningkat pada leukimia akut, khusunya ANLL.
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukimia pada hewan termasuk primata. Penlitian pada manusia menemukan adanya
RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukimia tapi tidak ditemukan pada sel-
sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukimia pada hewan (Wiemik, 1985). Enzim tersebut dapat
menyebabkan virus yang bersngkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudia
bergabung dengan genom yang terinfeksi. Virus sebagai penyebab leukimia, yaitu
enzime reverse transcriptase yang ditemukan dalam darah manusia. Virus lain yang
dapat menyebabkan seperti retovirus tipe C, virus leukimia deline, HTLV-1 pada
dewasa.
Saa satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukimia pada manusia adalah
human T-Cell leukimia. Jenis leukimia yang ditimbulkan adalah Acute T-Cell
Leukimia. Virus ini ditemukan oleh Taksatsuki dkk (Kumala, 1990).
3) Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia (misal:benzen) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukimia akut.
4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukimia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi.
5) Leukimia sekunder
Leukimia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignasi lain disebut
secondary acute leukimia (SAL) atau treatment related leukimia. Termasuk diantaranya
penyakit hodgin, limphoma, myeloma dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena
obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan
dapat leukimia juga dapat menyebabkan kerusakan DNA.

3. PATOFISIOLOGI
Penyakit leukimia ditandai oleh adanya proliferasi tak terkendali dari satu atau beberapa
jenis sel darah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada kromosom sel induk sistem
hemopoetik. Sel sistem hemopoetik adalah sel yang terus menerus berproliferasi, karena itu
sel ini lebih potensial untuk bertransformasi menjadi sel ganas dan lebih peka terhadap obat
toksik seperti sitostatka dan radiasi. Penelitian morfologik menunjukan bahwa pada leukimia
limfositik akut (LLA) terjadi hambatan diferensiasi dan sel limfoblas yang neoplastik
memperlihatkan waktu generasi yang memanjang, bukan memendek. Oleh karena itu,
akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi klonal dan kegagalan pematangan progeni menjadi
sel matur fungsional. Akibat penumpukan sel blas di sumsum tulang, sel bakal hemopoetik
mengalami tekanan.
Kelainan paling mendasar dalam proses terjadinya keganasan adalah kelainan genetik sel.
Proses transformasi menjadi ganas dimulai saat DNA gen suatu sel mengalami perubahan.
Akibat proliferasi sel yan tidak terkendali ini terjadi kenaikan kadar satu atau beberapa jenis
sel darah dan penghambatan pembentuka sel darah lainnya dengan akibat terjadinya anemia,
trombositopenia dan granulositopenia. Perubahan kromos yang terjadi merupakan tahap awsal
onkogenesis dan prosesnya sangat kompleks, melibatkan faktor intrinsik (host) dan ekstrinsik
(lingkungan).
4. PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
1) Demam atau menggigil
2) Keletihan terus-menerus, lemas
3) Sering terkena infeksi
4) Kehilangan berat badan serius
5) Kelenjar getah bening membengkak, pembesaran hati atau limfa
6) Mudah berdarah atau memar
7) Miliard berulang
8) Bintik-bintik merah kecil di kulit (petechiae)
9) Keringat berlebihan, terutama di malam hari
10) Nyeri tulang atau nyeri tekan

6. KLASIFIKASI
1) Leukimia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid,
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukimia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2) Leukimia Mielogenus Krinis
LMK juga dimasukan dalam sistem keganasan sel sistem mieloid. Namun lebih banya sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringa. LMK jarang menyerang
indvidu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda
dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa dan limfa membesar.
3) Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50-70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tida menunjukan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penangan penyakit.
4) Leukimia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehinggan mengganggu perkembangan sel normal.

7. PENATALAKSANAAN
1) Keperawatan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor TTV tetap dalam normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet pasien
e. Meningkatkan BB klien agar kembali ke BB sewaktu sehat
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat
h. Pantau selalu intake dan output pasien
i. Melakukan tindakan defisit perawatan diri kepada pasien, agar pasien merasa
nyaman.
2) Medis
a. Transfusi darah Di berikan jika kadar HB <6 gr%. Pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala
klinik membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginise, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniaospinal dan injeksi intratekal obat
kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukimia yang cukup rendah (105-1060, imuno terapi diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan cryne bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuar daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukimia yang telah di radiasi.
e. Transplantasi sumsum tulang.

8. KOMPLIKASI
1) Nyeri tulang (Terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
2) Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah
3) Anemia
4) Infeksi bakteri berulang
5) Gagal ginjal

9. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental sosial
maupun spiritual dapat ditentukan

1) Keluhan utama

a. Meliputi apa saja yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Dengan leukemia
biasanya klien akan mengeluhkan sakit kepala hebat, mual dan muntah, otot hilang
kendali nyeri tulang, linglung dan kejang.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a. Meliputi apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga mengganggu aktivitas
klien itu sendiri.

3) Riwayat kesehatan yang lalu


a. Meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien sebelumnya meliputi, riwayat
alergi, riwayat kecelakaan, riwayat perawatan di RS, riwayat penyakit kronis,
riwayat pengobatan dan riwayat alergi.

4) Pemeriksaan fisik persistem

a. Keadaan umum dan kesadaran klien

b. Tanda-tanda vital

c. Sistem pernafasan : frekuensi pernafasan, bersihan jalan nafas, gangguan

pola nafas, bunyi tambahan ronchi atau wheezing.

d. Sistem cardiovaskular : anemis atau tidak, bibir pucat tau tidak, denyut nadi

bunyi jantung, tekanan darah dan capylary reffling time.

e. Sistem pencernaan : mukosa bibir kering atau tidak, anoreksia, palpasi

abdomen. Apakah mengalami distensi dan auskultasi


peristaltik usus adakah meningka atau tidak.

f. Sistem muskuloskeletal : bentuk kepala, extermitas atas dan bawah.

g. Sistem Integumen

a) Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.

b) Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembapan.

c) Kuku : Warna, permukaan kuku dan kebersihannya

h. Sistem Endokrin : Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

i. Sistem pengindraan

a) Mata : Lapang pandang dan visus

b) Hidung : Kemampuan penciuman

c) Telinga : Kemampuan telinga dan kemampuan pendengaran

j. Sistem reproduksi : Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem


reproduksi

k. Sistem Neurologis

a) Fungsi cerebral

b) Status mental

orientasi, daya ingat dan bahasa.

c) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal)

Dengan menggunakan gaslow coma scale

d) Kemampuan berbicara

e) Fungsi Karnial :

 Nervus I (Olfaktorius) :

Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan
kapas alkohol).

 Nervus II (Optikus) :

Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,


penglihatan perifer.

 Nervus III (Okulomotorius) :

Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti


cahaya.

 Nervus IV (Troklearis) :

Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.

 Nervus V (trigemenus) :

Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan


giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan
apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh
bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata
yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji
refleks berkedip dan refleks kornea.

 Nervus VI (Abdusen) :

Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral.

 Nervus VIII (Fasialis) :

Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula),


Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi
motorik dengan meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika
senyum dan menangis).

 Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.

 Nervus IX (glosofharingeus) :

Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah


posterior.

 Nervus X (vagus) :

Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan


spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks
muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan
menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis,
periksa apakah ovula pada posisi tengah.

 Nervus XI (aksesorius) :

Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,


minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.

 Nervus XII (hipoglosus) :


Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap
deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika
anak menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta
anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya.

f) Fungsi motorik

Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.

g) Fungsi sensorik

Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.

h) Fungsi cerebrum

Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

5) Pemeriksaan diagnostik

a. Darah Tepi

Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosisyang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Terdapat sel blas pada darah
tepi yang merupakan gejala leukemia.

b. Sumsum tulang

Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya
terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain menjadi terdesak (aplasia
sekunder). Hiperselular, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast),
tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-
tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis
normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum
tulang (dalam hitungan 500 sel pada asupan sumsum tulang).

c. Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari jaringan limpa
akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.

d. Kimia darah

Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobulinemia.

e. Cairan serebrospinal

Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat dari
perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotreksat (MTX) intratekal
secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang menunjukkan gejala
tekanan intracranial yang meninggi.

f. Sitogenetik

70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada kromosom 21
(kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari penderita LLA dan LMA mempunyai
kelainan berupa :

a) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid


(2n+a).

b) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang


diploid.

g. Pemeriksaan immunophenotyping

Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik leukemia


akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface marker guna membedakan
jenis leukemia (Desmawati, 2013).

10. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 . Faktor risiko : Risiko infeksi
1. Penyakit kronis (mis. Virus
Diabetes melitus. ↓
2. Efek prosedur invasif Mutasi somatik pada
3. Malnutrisi DNA
4. Ketidakadekuatan ↓
pertahanan tubuh primer Okoginesis aktif
: ↓
 Gangguan peristaltik Devisi (pembedahan) sel
 Kerusakan integritas terganggu
kulit ↓
 Perubahan sekresi Ph Myeloblas belum matang
 Penurunan kerja ↓
siliaris Produksi sel darah
 Ketuban pecah lama normal terganggu
 Ketuban pecah ↓
sebelum waktunya Eritrosit, platelet,
 Merokok gramulasit berkurang
 Status cairan tubuh

5. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh sekunder Risiko pendarahan
:
 Penuruan ↓
hemoglobin
 Imununosupresi Pendarahan
 Leukipenia
 Supresi respon ↓
inflamasi
 Vaksinasi Risiko infeksi
tidakadekuat
2. Gejala dan tanda mayor Virus Intoleransi aktivitas
DS : ↓
1. Mengeluh lelah Mutasi somatik pada
DNA
DO : ↓
1. Frekuensi jantung Okoginesis aktif
meningkat >20% dari ↓
kondisi istirahat Devisi (pembedahan) sel
terganggu
Gejala dan tanda minor ↓
DS : Keganasan sel induk
1. Dispnea saat/setelah Myloid
2. aktivitas ↓
3. Merasa tidak nyaman Proliferasi myloid
setelah beraktivitas tergangu
4. Merasa lemah ↓

DO :
1. Tekanan darah Mempengaruhi sel induk
berubah >20% dari hematopoetik
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG ↓
menunjukan artima
saat/setelah aktivitas Anemia
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia ↓
4. Sianosis
Intoleransi aktivitas
3 Gelaja dan tanda mayor Virus Nyeri akut
DS : ↓
1. Mengeluh nyeri Mutasi somatik pada
DNA
DO : ↓
1. Tampak meringis Okoginesis aktif
2. Bersikap protektif ↓
(mis. Waspada, Devisi (pembedahan) sel
posisi menghindari terganggu
nyeri) ↓
3. Gelisah Infiltrasi ekstra medular
4. Frekuensi nadi ↓
meningkat Pembesaran hati dan
5. Sulit tidur nodus limfe

Gejala dan tanda minor Nyeri tulang dan
DS : - persendian

DO : ↓
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah Nyeri akut
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
4 Faktor risiko : Virus Risiko cidera
1. Eksternal ↓
 Terpapar patogen Mutasi somatik pada
 Terpapar zat kimia DNA
toksik ↓
Okoginesis aktif
 Terpapar agen ↓
nosokomial Devisi (pembedahan) sel
 Ketidakamanan terganggu
Transportasi ↓
2. Internal Sel inti lymfoid tunggal
 Ketidaknormalan rusak
profil darah ↓
 Perubahan Keganasan proliferasi
orientasi afektif lymfoblas
 Perubahan sensasi ↓
 Disfungsi SSP terkena
autoimun

 Hipoksia jaringan
 Kegagalan Gangguan penglihatan
mekanisme
pertahanan tubuh ↓
 Malnutrisi
 Perubahan fungsi
psikomotor Risiko Cidera
 Perubahan fungsi
kognitif

5 Gejala dan tanda mayor Virus Gangguan citra tubuh



DS : Mutasi somatik pada
1. Mengungkapkan DNA
kecacatan/kehilanga ↓
n bagian tubuh Okoginesis aktif

DO : Devisi (pembedahan) sel
1. Kehilangan bagian terganggu
tubuh ↓
2. Fungsi/struktur Sel inti lymfoid tunggal
tubuh rusak
berubah/hilang ↓
Keganasan proliferasi
Gejala dan tanda minor lymfoblas
DS : ↓
1. Tidak mau SSP terkena
mengungkapkan
kecacatan/ ↓
kehilangan bagian
2. Mengungkapkan Nyeri kepala
perasaan negatif
tentang perubahan ↓
tubuh
3. Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi Gangguan citra tubuh
orang lain
4. Mengungkapkan
perubahan gaya
hidup

DO :
1. Menyembunyikan/m
enunjukan bagian
tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat
dan/atau menyentuh
bagian tubuh
3. Fokus berlebihan
pada perubahan
tubuh
4. Respon nonverbal
pada perubahan dan
persepsi tubuh
5. Fokus pada
penampilan dan
kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial
berubah

6 Gejala dan tanda mayor Virus Hivopolemia


DS : - ↓
Mutasi somatik pada
DO : DNA
1. Frekuensi nadi ↓
meningkat Okoginesis aktif
2. Nadi teraba lemah ↓
3. Tekanan daran Devisi (pembedahan) sel
menurun terganggu
4. Tekanan nadi ↓
menyempit Sel inti lymfoid tunggal
5. Turgor kulit rusak
menurun ↓
6. Membran mukosa Keganasan proliferasi
kering lymfoblas
7. Volume urin ↓
menurun SSP terkena
8. Hematokrit ↓
meningkat
Gangguan nutrisi
Gejala dan tanda minor ↓
DS : Mual muntah
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus ↓

DO :
1. Pengisian vena Hivopolemia
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan
menurun tiba-tiba

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
3) Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tulang dan persendian
4) Risiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan nyeri kepala
6) Hivopolemia berhubungan dengan mual muntah

12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DX KEP KRITERIA/HASIL INTERVENSI RASIONAL


1 Risiko infeksi Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan Intervesi 1. Batasi jumlah 1. Untuk
dengan keperawatan pengunjung mengurangi
perdarahan Tingkat infeksi 2. Berikan perawatan risiko infeksi
Menurun dengan kulit pada area 2. Agar tingkat
Kriteria hasil : edema infeksi pada
1. Kebersihan area edema
tangan menurun
meningkat
2. Kebersihan Edukasi Edukasi
badan 1. Jelaskan tanda dan 1. Agar klien
meningkat gejala infeksi paham
3. Demam 2. Ajarkan cara mengenai
menurun mencuci tangan gejala infeksi
4. Kemerahan dengan benar 2. Untuk
menurun mencegah
5. Nyeri risiko infeksi
menurun
6. Kadar sel Kolaborasi Kolaborasi
darah putih 1. Kolaborasi 1. Untuk
membaik pemberian mencegah
imunisasi jika risiko infeksi
perlu
2 Intoleransi Setelah dilakukan Observasi Observasi
aktivitas Intervensi 1. Monitor kelelahan 1. Agar aktivitas
berhubungan keperawatan fisik dan mental klien terpantau
dengan anemia toleransi aktivitas 2. Monitor pola jam 2. Agar kebutuhan
Meningkat dengan tidur tidur klien
Kriteria hasil : terpenuhi
1. Frekuensi
nadi Teurapeutik Terapeutik
meningkat 1. Lakukan latihan 1. Agar otot klien
2. Saturasi rentan gerak pasif tidak kaku
oksigen dan atau aktif 2. Agar klien
meningkat 2. Berikan aktivitas lebih rileks
3. Kemudahan distraksi yang
dalam menenangkan
melakukan
aktivitas Edukasi Edukasi
sehari-hari 1. Anjurkan tirah 1. Untuk
meningkat baring memenuhi
4. Keluhan lelah 2. Anjurkan kebutuhan
menurun melakukan istirahat klien
5. Sianosis aktivitas secara 2. Agar klien
menurun bertahap cepat pulih
6. Tekanan
darah Kolaborasi Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi dengan 1. Agar dapat
ahli gizi tentang memilih
asupan makan makanan yang
tepat
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan Intervensi 1. Identifikasi kaji 1. Untuk
dengan nyeri keperawatan lokasi, mengetahui
tulang dan Tingkat nyeri karakteristik,durasi kualitas dan
persendian menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri 2. Untuk
1. Keluhan 2. Identifikasi kaji mengetahui
nyeri skala nyeri skala nyeri
menurun
2. Meringis Teurapeutik Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik non 1. Untuk
3. Gelisah farmakolois untuk mengalihkan
menurun mengurangi rasa rasa sakit klien
4. Kesulitan nyeri 2. Agar klien
tidur 2. Fasilitasi istirahat merasa nyaman
menurun dan tidur
5. Pola nafas
membaik Edukasi Edukasi
6. Tekanan 1. Jelaskan 1. Agar klien
darah penyebab, periode mengetahui
membaik dan pemicu nyeri penyebab nyeri
2. Jelaskan strategi 2. Agar dapat
meredakan nyeri diberikan
tindakan untuk
meredakan
nyeri

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian meredakan
analgesik nyeri

4 Risiko cidera Setelah dilakukan Observasi Observasi


berhubungan Intervensi 1. Identifikasi 1. Untuk
dengan keperawatan kebutuhan mengetahui
gangguan Tingkat cidera keselamatan (mis. kebutuhan
penglihatan menurun dengan Kondisi fisik, keselamatan
kritiria hasil : fungsi Kognitif 2. Agar perubahan
1. Kejadian dan riwayat status
cidiera Perilaku) keselamatan
menurun 2. Monitor perubahan lingkungannya
2. Luka atau status keselamatan lebih terpantau
lecet lingkungan
menurun
3. Pendarahan Terapeutik Terapeutik
menurun
4. Tekanan 1. Fasilitasi relokasi 1. Agar terhindar
darah ke lingkunan yang dari bahaya
membaik aman 2. Agar
5. Frekuensi 2. Modifikasi kesalamatan
nadi lingkungan untuk klien terjamin
membaik meminimalkan
6. Frekuensi bahaya risiko
nafas
membaik Edukasi Edukasi
1. Ajarkan individu, 1. Agar klien
keluarga dan lebih
kelompok risiko memahami
tinggi bahaya bahaya
lingkungan disekitar
lingkungannya
5 Gangguan citra Setelah dilakukan Obeservasi Observasi
tubuh Intervensi 1. Monitor frekuensi 1. Agar
berhubungan keperawatan pernyataan kritik mengetahui
dengan nyeri Citra tubuh terhadap diri pernyataan
kepala meningkat sendiri klien
Dengan kriteria hasil 2. Monitor apakah 2. Agar klien
: pasien bisa melihat mengetahui
1. Melihat bagian tubuh yang perkembangan
bagian tubuh berubah tubuhnya.
meningkat
2. Verbalisasi Terapeutik Terapeutik
kecacatan 1. Diskusikan 1. Agar klien
bagian tubuh perubahan tubuh lebih
meningkat dan fungsinya memahami
3. Verbalisasi 2. Diskusikan perubahan
kehilangan perbedaan tubuhnya
bagian tubuh penampilan fisik 2. Agar klien
meningkat terhadap harga diri lebih bisa
4. Verbalisasi mencintai diri
perasaan sendiri
negatif
tentang Edukasi Edukasi
perubahan 1. Latih fungsi tubuh 1. Untuk
tubuh yang dimiliki meningkatkan
menurun 2. Anjurkan fungsi tubuh
5. Respon non menggunakan alat klien
verbal pada bantu (mis. 2. Agar klien
perubahan Pakaian,wig, lebih percaya
tubuh kosmetik) diri
membaik
6. Hubungan
sosial
membaik

6 Hivopolemia Setelah dilakukan Observasi Observasi


berhubungan Intervensi 1. Periksa tanda dan 1. Untuk
dengan mual keperawatan gejala hipovolemia mengetahui
muntah Status cairan (mis. Frekuensi apakah klien
membaik nadi meningkat, mempunyai
Dengan kriteria hasil nadi traba lemah, gejala
: tekanan darah hipovolemia
1. Kekuatan menurun, tekanan 2. Untuk
nadi nadi menyempit, mengetahui
meningkat turgor kulit penurunan
2. Turgor kulit menurun, volume cairan
meningkat membran mukosa klien
3. Ortopnea kering, volume
menurun urin menurun,
4. Dispnea hematokrit
menurun meningkat, haus,
5. Frekuensi lemah)
nadi 2. Monitor intake dan
membaik output cairan
6. Kadar HB
membaik Terapeutik Terapeutik
1. Hitung kebutuhan 1. Untuk
cairan mengetahui
2. Berikan asupan jumlah cairan
cairan oral yang dibuthkan
klien
2. Untuk
membantu
pemulihan
cairan tubuh

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan 1. Untuk
memperbanyakan memenuhi
asupan cairan oral kebutuhan
2. Anjurkan cairan klien
menghindari 2. Agar tidak
perubahan posisi terjadi berbagai
mendadak komplikasi

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian cairan mengembalikan
IV isotonis (miss. keseimbangan
NaCL,RL) elektrolit,
mengembalikan
pH,menghidarsi
tubuh dan
sebagai cairan
resutitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan
III(Revisi).Jakarta
2. PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
3. PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
4. https://idscribd.com/doc/283781679/Lp-Leukimia
5. https://www.academia-edu/10555360/LAPORAN_PENDAHULUAN
6. KARYA TULIS ILMIAH-FARID MUHAMMAD DZAKI

Anda mungkin juga menyukai