Leukimia
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II
Disusun oleh :
D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI
2021
1. DEFINISI
Leukimia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Mula-mula
dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai darah putih. Leukimia adalah jenis kanker
yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel,
yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri
untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut
akan mati dan sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang. Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama
tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukimia, dimana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Sel abnormal
ini keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer/darah tepi.
Leukimia dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit neoplastik yang beragam
atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid
dan diakhiri dengan kematian.
Berikut pengertian leukimia menurut para ahli :
1) Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita Yuliani, 2001 : 175)
2) Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
3) Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoietik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
2. ETIOLOGI
Walupun penyebab dasar leukimia yang pasti belum diketahui dan dijelaskan secara
keseluruhan, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia
yaitu :
1) Genetik
Adanya penyimpangan kromosom insidensi leukimia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada Sindroma Down, Sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy Sindrome, sindroma von Reckinghausen dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group Trisomy atau po;a kromoso
yang tidak stabil seperti aneuploidy.
a. Saudara Kandung
Adanya resiko leukimia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-
kasus leukimia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga
pada keluarga dengan insidensi leukimia yang tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom, misalnya radiasi, bahan kimia dan obat-obatan yang dihubungkan
dengan insiden yang meningkat pada leukimia akut, khusunya ANLL.
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukimia pada hewan termasuk primata. Penlitian pada manusia menemukan adanya
RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukimia tapi tidak ditemukan pada sel-
sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukimia pada hewan (Wiemik, 1985). Enzim tersebut dapat
menyebabkan virus yang bersngkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudia
bergabung dengan genom yang terinfeksi. Virus sebagai penyebab leukimia, yaitu
enzime reverse transcriptase yang ditemukan dalam darah manusia. Virus lain yang
dapat menyebabkan seperti retovirus tipe C, virus leukimia deline, HTLV-1 pada
dewasa.
Saa satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukimia pada manusia adalah
human T-Cell leukimia. Jenis leukimia yang ditimbulkan adalah Acute T-Cell
Leukimia. Virus ini ditemukan oleh Taksatsuki dkk (Kumala, 1990).
3) Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia (misal:benzen) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukimia akut.
4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukimia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi.
5) Leukimia sekunder
Leukimia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignasi lain disebut
secondary acute leukimia (SAL) atau treatment related leukimia. Termasuk diantaranya
penyakit hodgin, limphoma, myeloma dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena
obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan
dapat leukimia juga dapat menyebabkan kerusakan DNA.
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit leukimia ditandai oleh adanya proliferasi tak terkendali dari satu atau beberapa
jenis sel darah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada kromosom sel induk sistem
hemopoetik. Sel sistem hemopoetik adalah sel yang terus menerus berproliferasi, karena itu
sel ini lebih potensial untuk bertransformasi menjadi sel ganas dan lebih peka terhadap obat
toksik seperti sitostatka dan radiasi. Penelitian morfologik menunjukan bahwa pada leukimia
limfositik akut (LLA) terjadi hambatan diferensiasi dan sel limfoblas yang neoplastik
memperlihatkan waktu generasi yang memanjang, bukan memendek. Oleh karena itu,
akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi klonal dan kegagalan pematangan progeni menjadi
sel matur fungsional. Akibat penumpukan sel blas di sumsum tulang, sel bakal hemopoetik
mengalami tekanan.
Kelainan paling mendasar dalam proses terjadinya keganasan adalah kelainan genetik sel.
Proses transformasi menjadi ganas dimulai saat DNA gen suatu sel mengalami perubahan.
Akibat proliferasi sel yan tidak terkendali ini terjadi kenaikan kadar satu atau beberapa jenis
sel darah dan penghambatan pembentuka sel darah lainnya dengan akibat terjadinya anemia,
trombositopenia dan granulositopenia. Perubahan kromos yang terjadi merupakan tahap awsal
onkogenesis dan prosesnya sangat kompleks, melibatkan faktor intrinsik (host) dan ekstrinsik
(lingkungan).
4. PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
1) Demam atau menggigil
2) Keletihan terus-menerus, lemas
3) Sering terkena infeksi
4) Kehilangan berat badan serius
5) Kelenjar getah bening membengkak, pembesaran hati atau limfa
6) Mudah berdarah atau memar
7) Miliard berulang
8) Bintik-bintik merah kecil di kulit (petechiae)
9) Keringat berlebihan, terutama di malam hari
10) Nyeri tulang atau nyeri tekan
6. KLASIFIKASI
1) Leukimia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid,
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukimia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2) Leukimia Mielogenus Krinis
LMK juga dimasukan dalam sistem keganasan sel sistem mieloid. Namun lebih banya sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringa. LMK jarang menyerang
indvidu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda
dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa dan limfa membesar.
3) Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50-70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tida menunjukan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penangan penyakit.
4) Leukimia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehinggan mengganggu perkembangan sel normal.
7. PENATALAKSANAAN
1) Keperawatan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor TTV tetap dalam normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet pasien
e. Meningkatkan BB klien agar kembali ke BB sewaktu sehat
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat
h. Pantau selalu intake dan output pasien
i. Melakukan tindakan defisit perawatan diri kepada pasien, agar pasien merasa
nyaman.
2) Medis
a. Transfusi darah Di berikan jika kadar HB <6 gr%. Pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala
klinik membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginise, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniaospinal dan injeksi intratekal obat
kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukimia yang cukup rendah (105-1060, imuno terapi diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan cryne bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuar daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukimia yang telah di radiasi.
e. Transplantasi sumsum tulang.
8. KOMPLIKASI
1) Nyeri tulang (Terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
2) Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah
3) Anemia
4) Infeksi bakteri berulang
5) Gagal ginjal
9. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental sosial
maupun spiritual dapat ditentukan
1) Keluhan utama
a. Meliputi apa saja yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Dengan leukemia
biasanya klien akan mengeluhkan sakit kepala hebat, mual dan muntah, otot hilang
kendali nyeri tulang, linglung dan kejang.
a. Meliputi apa saja gejala yang dialami klien saat ini sehingga mengganggu aktivitas
klien itu sendiri.
b. Tanda-tanda vital
d. Sistem cardiovaskular : anemis atau tidak, bibir pucat tau tidak, denyut nadi
g. Sistem Integumen
h. Sistem Endokrin : Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
i. Sistem pengindraan
k. Sistem Neurologis
a) Fungsi cerebral
b) Status mental
d) Kemampuan berbicara
e) Fungsi Karnial :
Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan
kapas alkohol).
Nervus II (Optikus) :
Nervus IV (Troklearis) :
Nervus V (trigemenus) :
Nervus VI (Abdusen) :
Nervus IX (glosofharingeus) :
Nervus X (vagus) :
Nervus XI (aksesorius) :
f) Fungsi motorik
g) Fungsi sensorik
h) Fungsi cerebrum
5) Pemeriksaan diagnostik
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosisyang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Terdapat sel blas pada darah
tepi yang merupakan gejala leukemia.
b. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya
terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain menjadi terdesak (aplasia
sekunder). Hiperselular, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast),
tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-
tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis
normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum
tulang (dalam hitungan 500 sel pada asupan sumsum tulang).
c. Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari jaringan limpa
akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.
d. Kimia darah
e. Cairan serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat dari
perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotreksat (MTX) intratekal
secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang menunjukkan gejala
tekanan intracranial yang meninggi.
f. Sitogenetik
70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada kromosom 21
(kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari penderita LLA dan LMA mempunyai
kelainan berupa :
g. Pemeriksaan immunophenotyping
DO :
1. Tekanan darah Mempengaruhi sel induk
berubah >20% dari hematopoetik
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG ↓
menunjukan artima
saat/setelah aktivitas Anemia
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia ↓
4. Sianosis
Intoleransi aktivitas
3 Gelaja dan tanda mayor Virus Nyeri akut
DS : ↓
1. Mengeluh nyeri Mutasi somatik pada
DNA
DO : ↓
1. Tampak meringis Okoginesis aktif
2. Bersikap protektif ↓
(mis. Waspada, Devisi (pembedahan) sel
posisi menghindari terganggu
nyeri) ↓
3. Gelisah Infiltrasi ekstra medular
4. Frekuensi nadi ↓
meningkat Pembesaran hati dan
5. Sulit tidur nodus limfe
↓
Gejala dan tanda minor Nyeri tulang dan
DS : - persendian
DO : ↓
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah Nyeri akut
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
4 Faktor risiko : Virus Risiko cidera
1. Eksternal ↓
Terpapar patogen Mutasi somatik pada
Terpapar zat kimia DNA
toksik ↓
Okoginesis aktif
Terpapar agen ↓
nosokomial Devisi (pembedahan) sel
Ketidakamanan terganggu
Transportasi ↓
2. Internal Sel inti lymfoid tunggal
Ketidaknormalan rusak
profil darah ↓
Perubahan Keganasan proliferasi
orientasi afektif lymfoblas
Perubahan sensasi ↓
Disfungsi SSP terkena
autoimun
↓
Hipoksia jaringan
Kegagalan Gangguan penglihatan
mekanisme
pertahanan tubuh ↓
Malnutrisi
Perubahan fungsi
psikomotor Risiko Cidera
Perubahan fungsi
kognitif
DO :
1. Menyembunyikan/m
enunjukan bagian
tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat
dan/atau menyentuh
bagian tubuh
3. Fokus berlebihan
pada perubahan
tubuh
4. Respon nonverbal
pada perubahan dan
persepsi tubuh
5. Fokus pada
penampilan dan
kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial
berubah
DO :
1. Pengisian vena Hivopolemia
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan
menurun tiba-tiba
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian meredakan
analgesik nyeri
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan 1. Untuk
memperbanyakan memenuhi
asupan cairan oral kebutuhan
2. Anjurkan cairan klien
menghindari 2. Agar tidak
perubahan posisi terjadi berbagai
mendadak komplikasi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian cairan mengembalikan
IV isotonis (miss. keseimbangan
NaCL,RL) elektrolit,
mengembalikan
pH,menghidarsi
tubuh dan
sebagai cairan
resutitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan
III(Revisi).Jakarta
2. PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
3. PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
4. https://idscribd.com/doc/283781679/Lp-Leukimia
5. https://www.academia-edu/10555360/LAPORAN_PENDAHULUAN
6. KARYA TULIS ILMIAH-FARID MUHAMMAD DZAKI