Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan KMB 2


Program Profesi Ners Angkatan XI

Disusun Oleh :

HASAN RIZAL
KHGD 21091

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

TAHUN AJARAN 2021-2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

OLEH:
NI WAYAN MIRA RIANTY
0902105083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2011

2
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

2. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus
(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD),
klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau
usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

3
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak
dengan obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain:
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM. Pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan
hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

3. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I:
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c) Faktor lingkungan

4
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes tipe II:
a) Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita
diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka
kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8,33 %
dan 5,33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b) Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi
a. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b. Malnutrisi protein
c. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stress
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam
darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.

4. PATOFISIOLOGI
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreas
relatif tidak mampu mempertahankan sekresi dan produksi insulin sehingga
menyebabkan kekurangan insulin. Menurut Dona C Ignativius dalam bukunya

5
Medical Surgical menyatakan bahwa “Diabetes Melitus (DM) diakibatkan oleh 2
faktor utama, yaitu obesitas dan usia lanjut.” Obesitas atau kegemukan
merupakan suatu keadaan dimana intake kalori berlebihan dengan sebagian besar
berbentuk lemak-lemak sehingga terjadi defisiensi hidrat arang. Hal ini
menimbulkan penumpukan lemak pada membran sel sehingga mengganggu
transport glukosa dan menimbulkan kerusakan atau defek selular yang kemudian
menghambat metabolisme glukosa intrasel. Gangguan-gangguan tersebut terjadi
pula pada post reseptor tempat insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-
sel pankreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan kemampuan
menghasilkan insulin. Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang
mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin.
Penurunan produksi insulin dan menurunnya sensitifitas insulin menyebabkan
terjadinya NIDDM.
Pada Diabetes Mellitus (DM) type 2 atau NIDDM, terdapat
kekurangpekaan dari sel beta dalam mekanisme perangsangan glukosa.
Sedangkan pada pasien yang obesitas dengan NIDDM terdapat penurunan jumlah
reseptor insulin pada membran sel otot dan lemak. Pasien yang obesitas
mensekresi jumlah insulin yang berlebihan tetapi tidak efektif karena penurunan
jumlah reseptor. Jika terdapat defisit insulin, terjadi 4 perubahan metabolik yang
menyebabkan timbulnya hipergikemik,yaitu :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa
hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang
tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

Pada diabetes tipe 2 (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin –


NIDDM) terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu :

6
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
mellitus tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes mellitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes mellitus
tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan 1200
mg/dl hal ini dapat menyebabkan dehidrasi pada sel yang disebabkan oleh
ketidakmampuan glukosa berdifusi melalui membran sel, hal ini akan merangsang
osmotik reseptor yang akan meningkatkan volume ekstrasel sehingga
mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang hypothalamus
untuk mengsekresi ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral (Polidipsi).
Penurunan volume cairan intrasel merangsang volume reseptor di hypothalamus
menekan sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang akan mempercepat
pengisian vesika urinaria dan akan merangsang keinginan berkemih (Poliuria).
Penurunan transport glukosa kedalam sel menyebabkan sel kekurangan glukosa
untuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan starvasi sel. Penurunan

7
penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel (glukosa sel) akan merangsang pusat
makan di bagian lateral hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar
(Polipagi).
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi
atherosklerosis pada arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruh
tubuh, dan perubahan degeneratif pada saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada
komplikasi lain seperti thrombosis koroner, stroke, gangren pada kaki, kebutaan,
gagal ginjal dan neuropati.

5. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral

8
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak
terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi
akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan
timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang
biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat
banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak
lebih jelas.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

9
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

10
11
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
DS yg mungkin timbul :
- Klien mengeluh sering kesemutan.
- Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
- Klien mengeluh sering merasa haus
- Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
- Klien mengeluh merasa lemah
- Klien mengeluh pandangannya kabur
DO:
- Klien tampak lemas.
- Terjadi penurunan berat badan
- Tonus otot menurun
- Kulit dan membrane mukosa tampak kering
- Tampak adanya luka ganggren
- Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

12
c. Keadaan Umum
 Aktivitas/Istirahat
 Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan tidur/istirahat
 Tanda: Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas
 Sirkulasi
 Gejala: Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki dengan penyembuhan lama
 Tanda: Takikardi, kulit panas, kering dan kemerahan
 Integritas ego
 Gejala: Stres: tergantung pada individu
 Tanda: Ansietas, peka rangsang
 Eliminasi
 Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nyeri tekan
abdomen
 Tanda: Urine encer, pucat, kuning, berkabut, bau busuk
(infeksi), bising usus lemah dan menurun.
 Makanan / Cairan
 penurunan berat badan, haus, polipagia.
 Neurosensori
 Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
 Pernapasan
 Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi/tidak)
 Keamanan
 Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
d. Tanda-tanda Vital

13
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
 Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, adanya luka
ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya
retinopati, kekaburan pandangan.
 Palpasi : kulit teraba kering,.
 Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
d) Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
e) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
f) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
g) Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); Ureum/kreatinin:
mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)

14
h) Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
i) Insulin darah: normal sampai tinggi yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya. Resistensi insulin
j) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin menjadi
meningkat.
k) Urine: gula dan aseton positif: berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
l) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif ditandai dengan klien mengeluh haus, peningkatan jumlah haluaran
urine, penurunan turgor kulit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi ditandai dengan klien mengalami penurunan berat
badan, klien mengalami polifagi.
3. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit ditandai oleh klien mengeluh
lelah, klien mengeluh kekurangan energi saat beraktivitas.

15
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan inkontinensia urine ditandai dengan
klien mengalami poliuria, klien mengeluh sering terbangun untuk buang air
kecil.
5. Gangguan sensori persepsi : visual berhubungan dengan ketidakseimbangan
biokimia ditandai dengan klien mengalami katarak, klien mengeluh kesulitan
melihat.
6. Gangguan sensori persepsi : taktil berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi ditandai dengan klien mengalami hypalgesia.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sensasi ditandai
dengan klien mengalami luka pada kaki, luka klien sulit sembuh.
8. Sindrom defisit self care berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
klien mengeluh kesulitan untuk mandi, klien mengeluh kesulitan untuk
berpakaian, klien mengeluh kesulitan untuk makan, klien mengeluh kesulitan
untuk toileting.
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh ditandai
dengan klien mengalami impoten.
10. Kurang pengetahuan berhubungan keterbatasan paparan ditandai dengan klien
dan keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami
klien, klien bertanya-tanya tentang penyakitnya.
11. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi renal.
12. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
13. Risiko cedera berhubungan dengan fisik (kerusakan kulit).
14. Risiko jatuh berhubungan dengan sulit penglihatan.
15. PK Hiperglikemia.
16. PK Hiperlipidemia.
17. PK Hipertensi.

16
3. INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan tindakan keperawatan (1.08238) :
agen cidera fisiologis selama 2x24 jam
1. Identifikasi lokasi,
(distensi jaringan didapatkan Tingkat Nyeri
karakteristik, durasi,
intestinal oleh (L.08066) adekuat dengan
frekuensi, kualitas dan
inflamasi) kriteria hasil :
intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri (4) 2. Identifikasi respon non
2. Gelisah (4) verbal
 4 = cukup menurun 3. Berikan teknik non
3. Frekuensi nadi (4) farmakologi untuk
4. Pola nafas (4) mengurangi rasa nyeri
5. Tekanan darah (4) (teknik relaksasi nafas
 4 = cukup dalam, membaca
membaik istighfar)
4. Fasilitasi istirahat dan
tidur
5. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgesik
2. Ansietas  berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314) :
dengan akan tindakan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda
dilaksanakan operasi. selama 1x24 jam
ansietas (verbal dan non
didapatkan Tingkat
verbal)
Ansietas (L.09093)
2. Ciptakan suasana
adekuat dengan kriteria
terapeutik untuk

17
hasil : menumbuhkan
kepercayaan
1. Perilaku gelisah (4)
3. Jelaskan prosedur,
2. Perilaku tegang (4)
termasuk sensasi yang
3. Frekuensi pernafasan
akan dialami
(4)
4. Informasikan secara
4. Frekuensi nadi (4)
factual mengenai
5. Tekanan darah (4)
diagnosis, pengobatan
 4 = cukup menurun
dan prognosis
5. Latih teknik relaksasi
6. Kolaorasi pemberian obat
antiansietas
3. Nausea berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Mual
dengan peningkatan tindakan keperawatan (1.031107) :
tekanan intraabominal selama 2x24 jam
1. Identifikasi pengalaman
didapatkan Tingkat
mual
Nausea (L.08065)
2. Identifikasi faktor
adekuat dengan kriteria
penyebab mual
hasil :
3. Monitor mual
1. Nafsu makan (4) 4. Monitor asupan nutrisi
 4 = cukup dan kalori
meningkat 5. Anjurkan istirahat yang
2. Keluhan mual (4) cukup
3. Perasaan ingin muntah 6. Kolaborasi pemberian
(4) antiemetik
 4 = cukup menurun
4. Pucat (4)
 4 = cukup
membaik

18
a. Diagnosa :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif ditandai dengan klien mengeluh haus, peningkatan jumlah
haluaran urine, penurunan turgor kulit.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (….x24 jam) diharapkan
kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
Label NOC >> Fluid Balance
- Turgor kulit elastic.
- Membran mukosa pasien lembab.
- Adanya keseimbangan intake dan output cairan dalam 24 jam.
Intervensi
Label NIC >> Fluid Management
1. Monitor status hidrasi pasien (misalnya kelembaban membrane mukosa)
secara tepat.
2. Berikan cairan secara tepat.
3. Pertahankan rekaman medik mengenai intake dan output cairan secara
akurat.
Label NIC : Electrolyte Management >> Hypokalemia
1. Tingkatkan intake makanan yang kaya potassium (misalnya pisang,
sayuran yang berwarna hijau, tomat)

b. Diagnosa :
Gangguan sensori persepsi: taktil berhubungan dengan perubahan
sensori persepsi ditandai dengan klien mengalami hypalgesia.
Tujuan :

19
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (….x24 jam) diharapkan
gangguan sensori persepsi taktil dapat diatasi dengan kriteria hasil:
Label NOC >> Sensory Function : Cutaneous
- Dapat membedakan rasa tajam dan tumpul
- Dapat merasakan getaran
- Dapat merasakan sensasi hangat
- Dapat merasakan sensasi dingin
- Dapat merasakan rasa gatal dan menggelitik
Intervensi
Label NIC >> Activity Therapy
1. Bantu pasien memilih aktivitas yang tetap berdasarkan pemeriksaan fisik,
fisiologis dan kemampuan pasien
2. Bantu pasien fokus pada apa yang pasien bisa dari pada kekurangannya
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu pasien mendapatkan alat bantu dalam beraktivitas (mis., kursi roda)
Label NIC >> Teaching : Foot Care
5. Rekomendasikan kepada pasien melakukan pemeriksaan pada kaki
sehari-hari di semua permukaan dan diantara jari-jari kaki, perhatikan
adanya kemerahan, bengkak, hangat, kekeringan, atau area yang terbuka
6. Bimbing pasien untuk melakukan senam kaki diabetik secara teratur.

c. Diagnosa :
Kelelahan berhubungan dengan status penyakit ditandai oleh klien
mengeluh lelah, klien mengeluh kekurangan energi saat beraktivitas.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (….x24 jam) diharapkan
kelelahan klien berkurang dengan kriteria hasil :
Label NOC >> Fatigue Level
- Klien mengalami keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

20
Label NOC >> Energy Conservation
- Klien mampu menggunakan teknik konservasi energi.
- Klien mampu menyesuaikan gaya hidup dengan level energy.
Intervensi
Label NIC >> Energy Management
1. Lakukan pengkajian terhadap keterbatasan fisik pasien.
2. Monitor intake nutrisi untuk memastikan tersedianya sumber energy
yang adekuat.
3. Untuk perawat : konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara untuk
meningkatkan intake makanan yang kaya sumber energy sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Untuk perawat : bantu pasien saat melakukan aktivitas fisik yang
sifatnya regular (misalnya ambulasi atau personal care) jika diperlukan.
5. Atur aktivitas fisik untuk menghindari kompetisi atau ‘persaingan” di
tubuh dalam hal penghantaran oksigen ke tubuh (misalnya hindari
melakukan aktivitas segera setelah makan).
6. Pantau respons oksigen pasien (misalnya nadi, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah) sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.

d. Diagnosa :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan inkontinensia urine ditandai
dengan klien mengalami poliuria, klien mengeluh sering terbangun untuk
buang air kecil.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (….x24 jam) diharapkan
gangguan pola tidur klien teratasi dengan kriteria hasil :
Label NOC >> Discomfort Level
- Inkotinensia urine klien terkontrol
- Klien tidak mengalami kekurangan waktu istirahat
Intervensi

21
Label NIC >> Urinary Incontinence Care : Enuresis
1. Kaji frekuensi, durasi, dan keadaan enuresis (ketidakseimbangan untuk
mengatur buang air kecil).
2. Diskusikan dengan klien mengenai teknik untuk mengurangi enuresis
(misalnya mengurangi intake cairan, buang air kecil nocturnal yang
terjadwal, dan penggunaan system alarm).
Label NIC >> Environmental Management : Comfort
3. Sediakan bed yang bersih dan nyaman.
4. Batasi pengunjung.

4. EVALUASI
1. Kekurangan volume cairan:
Label NOC >> Fluid Balance
- Turgor kulit elastic.
- Membran mukosa pasien lembab.
- Adanya keseimbangan intake dan output cairan dalam 24 jam.
2. Gangguan sensori persepsi: taktil:
Label NOC >> Sensory Function : Cutaneous
- Dapat membedakan rasa tajam dan tumpul
- Dapat merasakan getaran
- Dapat merasakan sensasi hangat
- Dapat merasakan sensasi dingin
- Dapat merasakan rasa gatal dan menggelitik
3. Kelelahan:
Label NOC >> Fatigue Level
- Klien mengalami keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Label NOC >> Energy Conservation
- Klien mampu menggunakan teknik konservasi energi.
- Klien mampu menyesuaikan gaya hidup dengan level energy.
4. Gangguan pola tidur dengan kriteria hasil:

22
Label NOC >> Discomfort Level
- Inkotinensia urine klien terkontrol
- Klien tidak mengalami kekurangan waktu istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI, 2002
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

23

Anda mungkin juga menyukai