Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TENSION VASKULAR HEADHACHE

Di susun oleh :

Syilvi Deputrianda Murni

2020242036

CI KLINIK CI AKADEMIK

( Ns. Yulia Fatmawati, S.Kep ) ( Ns.Muhamad Arif ,M.Kep)


)

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Tahun Ajar :

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN TENSION VASKULAR HEADHACHE

A. Latar Belakang

Tension Type Headache (TTH) merupakan nyeri kepala yang paling umum
dialami masyarakat.1 TTH dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Rasmussen, 59% dari populasi pernah mengalami
TTH. Sedangkan menurut penelitian Schramm hampir 80% populasi pernah
mengalami TTH.2 Wanita lebih banyak dari pria dengan perbandingan 5:4.3 Kejadian
TTH pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi. Berdasarkan penelitian pada
mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang dilakukan Yasa TTH pada
mahasiswa kedokteran terjadi sebanyak 57,5 %.4
Tension Type Headache adalah salah satu jenis nyeri kepala primer. Nyeri
kepala primer sering dihubungkan dengan emosi dan gangguan kecemasan.5 Tension
Type Headache merupakan kondisi nyeri pada bagian depan (frontalis) dan belakang
kepala (occipitalis).6 Nyeri tersebut umumnya meliputi daerah kepala dan leher, dan
berhubungan dengan ketegangan otot. Tension Type Headache terjadi akibat kontraksi
menetap otot- otot kulit kepala, dahi, dan leher. Nyeri ditandai dengan rasa kencang
seperti diikat disekitar kepala dan nyeri tekan di daerah occipito cervikalis.7 Tension
Type Headache dapat bersifat menekan, tidak berdenyut, mengikat, dan tidak
dipengaruhi aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga, tidak mengalami mual
dan muntah, dan dapat menderita fotofobia atau fonofobia.7 Faktor pencetus TTH
dapat berupa dehidrasi, kelaparan, perubahan pada pola tidur, fluktuasi hormon dan
beban yang terlalu berat.8 Faktor emosional dan stres juga merupakan salah satu
pemicu TTH.9
B. Pengertian
Tension-type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan, mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak
disertai mual dan/atau muntah , serta disertai fotofobia atau fonofobia
(Anurogo, 2014). National Headache Foundation mendefinisikan TTH
sebagai nyeri kepala yang tidak spesifik serta tidak berhubungan dengan
penyakit vascular, migren, ataupun kelainan organic. Menurut
International Headache Society (IHS), TTH adalah episode yang
berulang dari nyeri kepala yang berlangsung bermenit-menit sampai
berhari-hari
Tension-type headache (TTH) dikenal dengan beberapa nama, antara
lain tension headaches, muscle contraction headache, psychomyogenic
headaches, stress headaches, common headaches, essential headaches,
idiopathic headaches, dan psychogenic headaches (IHS 2013) (5).
Tension Type Headache (TTH) adalah episode nyeri kepala berulang
yang berlangsung beberapa menit hingga berminggu-minggu. Rasa
nyeri biasanya terasa kencang atau menekan (squeezing/pressing),
intensitas ringan hingga sedang, dan bilateral, dan tidak diperburuk
dengan aktivitas fisik. Biasanya tidak ada mual dan muntah, tetapi
kemungkinan ada fotofobia atau fonofobia. Nyeri kepala ini sebelumnya
dikenal dengan bernagai istilah seperti nyeri kepala psikogenik, nyeri
kepala stres, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri kepala kontraksi otot,
dan lain sebagainya. Namun, istilah "Tension Type Headache" (TTH)
telah dipilih oleh The International Classification of Headache Disorders
(ICHD I) pada tahun 1988 dan telah dipertahankan oleh ICHD II pada
tahun 2004 Kata-kata "Tension" dan "Type" menggarisbawahi
patogenesisnya yang tidak pasti dan menunjukkan semacam ketegangan
otot mungkin memainkan peran penyebab. Namun banyak studi klinis
dan neurofisiologis meninggalkan sedikit keraguan tentang dasar
neurobiologisnya dan menjauhkannya dari bidang penyakit psikologis
C. Penyebab dan Faktor Predisposisi
Stressor atau penyebab timbulnya stres akademik di antaranya
adalah ujian, banyaknya jumlah materi yang harus dikuasai,
kurangnya waktu untuk mereview pelajaran, keinginan untuk selalu
melakukan yang terbaik, kemampuan skill-lab yang kurang baik,
beban perkuliahan yang berat, kesulitan untuk memahami pelajaran
serta ketidakmampuan untuk mejawab pertanyaan dari dosen.
Stressor akademik tersebut merupakan sumber stres utama pada
mahasiswa kedokteran.28,29 Stres akademik juga dapat diakibatkan
oleh faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:28,30,31 a)
Faktor internal, yaitu pola pikir, kepribadian, dan keyakinan. b)
Faktor eksternal, yaitu kegiatan yang padat, keinginan melakukan
banyak hal dalam waktu terbatas, tekanan untuk berprestasi tinggi,
dorongan untuk meniti tangga sosial.

D. Etiologi
a. Stress
b. Depresi
c. Bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama
d. Kelelahan mata
e. Kontraksi otot yang berlebihan
f. Berkurangnya aliran darah g. Ketidakseimbangan neurotransmitter
h. Tiredness (Kelelahan)
i. Ansietas (kecemasan)
j. Tekanan darah yang tinggi
k. Waktu tidur kurang
E. Patofisiologi
Patofisiologi Tension type headache masih belum jelas diketahui.
Namun didapatkan dari beberapa literature bahwa ada beberapa
keadaan yang berhubungan dengan kejadiannya Tension type
headache, yaitu:
a. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperean daripada sistem
saraf oerifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah
pad ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah pada
CTTH.
b. Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan
permanen tanpa disertaiiskemia otot.
c. Transmisi nyeri Tension type headache melalui
nukleustrigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensenitasi
second order neuron pada nucleus trigeminal dan kornu dorsalis
(aktivasi molekul no) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada
jaringan perikranial dan 14 miofasial lalu terjadilah regulasi
mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot
perikranial. Hal ini pada jaringan miofasial akan terjadi peningkatan
pelepasan neurotransmitter.
d. Hiperfisibilitas neuron sentral nosisseptif pada nucleus trigeminal,
thalamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas
supraspinal (limbik) terhadap nosisseptif.
e. Kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan
kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri.
f. Terdapat hubungan jalur serotogenik dan monoaminergik pada
batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya Tension type
headache.
g. Faktor psikogenik (stress mental) dan keadaan nonpsychological
motor stress pada Tension type headache sehingga melepaskan zat
iritatif yang akan menstimulasi zat perifer dan aktivasi struktur
persepsi nyeri supraspinal lalu memodulasi nyeri sentral. Depresi
dan kecemasan akan meningkatkan frekuensi Tension type headache
dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi
nyeri.
F. Pathway Keperawatan

G. Manifestasi Klinis
Nyeri kepala tipe tegang atau Tension type headache dirasakan
bilateral (kedua sisi). Intensitasnya dari ringan sampai sedang. Rasa
nyeri yang dirasakan adalah tumpul seperti diikat atau 15 ditekan,
tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit
kepala, frontal, dan occipital. Terjadi secara spontan, memburuk
apabila stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan
konsentrasi, kadang terjadi vertigo, dan rasa tidak nyaman pada
bagian leher, rahang, serta pada temporomandibular. Nyeri kepala
ini akan berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat juga terjadi
secara terus-menerus hingga 7 hari dengan intensitas bervariasi
mulai dari ringan pada waktu bangun tidur, semakin lama semakain
berat dan membaik lagi ketika akan tidur (Ghazy, 2015).

gejala yang bersifat fisik maupun mental. Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya
adalah jari tangan dingin, detak jantung semakin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,
nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah
ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram,
ingin lari dari kenyataan.19 Kecemasan yang dibiarkan akan mencetuskan kembali terjadinya
TTH, dan TTH yang dibiarkan akan mengganggu aktifitas mahasiswa.
Tension Type Headache adalah salah satu jenis nyeri kepala primer yang umum
ditemui. Tension Type Headache juga sering disebut tension headache, muscle
contraction headache, nyeri kepala tegang otot, dan sakit kepala tegang otot(1) .

H. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi Pasien TTH episodik dengan nyeri ringan sampai
sedang bias diobati dengan menggunakan NSAID atau analgesik
sederhana. Sedangkan pasien TTH kronik, nyeri kepalanya dapat
berhubungan dengan stress, kecemasan, dan depresi, tidak efektif
diobati dengan analgesik sederhana (Bendtsen, dkk., 2010). Beragam
pilihan obat analgesik yang dapat dipakai dalam terapi TTH.
Parasetamol 1000 mg lebih efektif dibandingkan dengan paracetamol
500 mg dan 650 mg. Aspirin juga dilaporkan lebih efektif dengan 1000
mg. Ibuprofen 800 mg, 400 mg, 200 mg efektivitasnya sama seperti
ketoprofen 50 mg, 25 mg, dan 12,5 mg. Diklofenak 25 mg dan 12,5
mg dilaporkan efektif. Terapi ketorolak 60 mg dengan injeksi
intramuskular di ruang darurat juga telah dilaporkan efektif (Bendtsen,
dkk., 2010).
2. Terapi non-farmakologi 6 Penderita nyeri kepala mayoritas mencoba
berbagai langkah non-farmakologi untuk meredakan nyeri, namun
masih belum diketahui kebiasaan apa yang memberi respon baik untuk
nyeri kepala. Penggunaan self manipulation pada penanggulangan
nyeri, seperti menekan daerah yang nyeri, kompres dingin dan pijat
mengurangi nyeri secara sementara sekitar 8% saja. Solusi lain adalah
modifikasi gaya hidup, misalnya istirahat di ruangan yang tenang dan
gelap, peregangan otot leher dan bahu selama 20-30 menit setiap pagi
selama seminggu, hindari bekerja terlalu lama di depan computer, saat
tidur upayakan posisi benar dan hindari suhu dingin. Bekerja,
membaca, dan menonton tv harus menggunakan pencahayaan yang
tepat (Ravishankar, 2011). Relaksasi dapat digunakan sendiri maupun
dengan terapi jenis lain, seperti terapi perilaku dan desentralisasi
sistematik (Elvira & Hadisukanto, 2010). Relaksasi sebagai terapi
dapat dipergunakan untuk mengatasi kemarahan, tension-type
headache, migren, insomnia, disfungsi seksual, dan depresi. Contoh
terapi relaksasi adalah menggunakan aromaterapi, pijat, yoga,
mendengarkan musik, dst. (Ravishankar, 2011)
I. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis, pemeriksaan fi sik umum dan pemeriksaan neurologis
komprehensif adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan
petunjuk potensial terhadap penyebab penyakit (organik, dsb) yang
mendasari terjadinya TTH. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil
dan tekanan kuat dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal,
temporal, masseter, pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot
trapezius, dijumpai pericranial muscle tenderness, dapat dibantu dengan
palpometer. Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score.
Menurut referensi lain, prosedurnya sederhana, yaitu: delapan pasang otot
dan insersi tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal,
sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital, processus coronoid dan
mastoid) dipalpasi. Palpasi dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari
kedua dan ketiga selama 4-5 detik. Tenderness dinilai dengan empat poin
(0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local tenderness score); nilai dari kedua sisi
kiri dan kanan dijumlah menjadi skor tenderness total (maksimum skor 48
poin). Penderita TTH diklasifi kasikan sebagai terkait (associated) (skor
tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait (not associated)
(skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan pericranial tenderness. 41
Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot
(muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot
leher dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot splenius
capitis,splenius cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis capitis, levator
scapulae, upper trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-otot superior
oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital, dan
sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk diagnosis TTH episodik
dan kronis.42 Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan
(neuroimaging) otak atau cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan
serum dengan laju endap darah (erythrocyte sedimentation rate), atau uji
fungsi tiroid.40,43 Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri
kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala
neurologis, penyakit simtomatis seperti: AIDS (acquired immunodefi
ciency syndrome), tumor, atau neurofi bromatosis. Pemeriksaan
funduskopi untuk papilloedema atau abnormalitas lainnya penting untuk
evaluasi nyeri kepala sekunde

J. Pengkajian Focus
1. Data Umum
- Identitas pasien yaitu nama,umur,jenis kelamin,agama,suku
bangsa,status perkawinan,pendidikan,pekerjaan,alamat tanggal
masuk rumah sakit,tanggal pengkajian dan catatan kedatangan
- Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu nama,umur, jenis
kelamin,pendidikan,pekerjaan,alamat,dan sumber
informasi,beserta nomor telepon.
2. Riwayat Kesehatan atau Perawatan
- Keluhan utama atau alsan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluhkan nyeri pada kepala,kepala terasa tegang dan sangat
nyeri
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Kepala terasa menekan, tidak berdenyut, mengikat, dan tidak
dipengaruhi aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
- Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah pasien pernah mengalami atau mempunyai riwayat
penyakit sebelumnya
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan dari pasien meliputi pengumpulan data tentang
status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011). Berdasarkan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) terdapat 14 jenis
subkategori data yang harus dikaji meliputi respirasi, sirkulasi,
nutrisi dan cairan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory,
reproduksi dan seksualitas, nyeri dan kenyamanan, integritas ego,
pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan dan
pembelajaran, interaksi social, serta keamanan dan proteksi (PPNI,
2016) Pengkajian pada pasien cephalgia menggunakan pengkajian
mengenai nyeri akut meliputi ; identitas pasien, keluhan utama,
riwayat kesehatan, riwayat kesehatan dahulu atau sebelumnya,
riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan keluarga.
Pengkajian mendalam terhadap nyeri yaitu, perawat perlu
mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Cara
pendekatan yang digunakan dalam mengkaji nyeri adalah dengan
prinsip PQRST yaitu provokasi adalah faktor yang memperparah
atau meringankan nyeri. Quantity adalah kualitas nyeri misalnya
tumpul, tajam, merobek. Region/radiasi adalah area atau tempat
sumber nyeri. 25 Severity adalah skala nyeri yang dirasakan
pasien dapat dinilai dengan skala 0-5 atau skala 0-10. Timing
adalah waktu terjadinya nyeri, lamanya nyeri berlangsung, dan
dalam kondisi seperti apa nyeri itu muncul (s. Mubarak Wahit
Iqbal, 2015)

K. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa SLKI SIKI
o Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen Setelah diberikan 1. Manajemen Nyeri
pencedera asuhan keperawatan Observasi
fisiologis,ditandai selama 1 x 24 jam a.Identifikasi lokasi,
dengan pasien diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri, menurun dengan frekuensi, kualitas,
bersikap protektif kriteria hasil : intensitas nyeri frekuensi,
(mis. Tingkat Nyeri kualitas, intensitas nyeri
waspada,menghindari a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala nyeri
nyeri), gelisah, menurun Identifikasi respons nyeri
frekuensi nadi b.Tampak meringis non verbal
meningkat, sulit menurun c. Identifikasi faktor yang
tidur, tekanan darah c. Sikap protektif memperberat dan
meningkat pola napas menurun memperingan nyeri
berubah d. Gelisah menurun Terapeutik
e. Kesulitan tidur a. Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
f. Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri b.
membaik Kontrol lingkungan yang
g. Tekanan darah memperberat rasa nyeri
membaik (misalnya, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
seperti pemijatan
massase
Kolabrasi
a.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Intoleransi Aktifitas Setelah diberikan Observasi
asuhan keperawatan Identifikasi gangguan
selama 1 x 24 jam tubuh yang
diharapkan mengakibatkan kelelahan
-Kemudahan dalam -Monitor kelelahan fisik
melakukan aktifitas dan mental
sehari-hari -Monitor pola jam dan
meningkat tidur
-Frekuensi nadi -Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
-Tekanan darah melakukan aktifitas
membaik Terapeutik
-Frekuensi nafas -Sediakan lingkungan
membaik nyaman dan rendah
stimulus
-Lakukan latihan dan
rentang gerak pasif dan
atau aktif
-Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
-Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur,jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
-Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
-Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
-Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Ansietas b.d Krisis Setelah diberikan Observasi
situasional asuhan keperawatan -Identifikasi saat tingkat
selama 1 x 24 jam ansietas berubah missal
diharapkan (kondisi waktu,stressor)
-Verbalisasi - identifikasi kemampuan
khawatir akibat mengambil keputusan
kondisi yang -monitor tanda- tanda
dihadapi menurun ansietas
-Perilaku gelisah Terapeutik
menuurn -dengarkan dengan penuh
-Perilaku tegang perhatian
menurun -gunakan pedekatan yang
-Frekuensi tenang dan penuh
pernapasan menurun perhatian
-Tremor menurun -tempatkan barang
-Konsentrasi pribadi yang memberikan
membaik kenyamanan
Edukasi
-jelaskan
prosedur,termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
-informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,pengobatan,dan
prognosis
- anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,jika
perlu
-anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
-latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
-latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
-latih teknik relaksasi
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
obat antiansietas,jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA

1. Headache Classification Subcommittee of The International Headache Society: Thr


International Classification of Headache Disorder, 2nd edn. Cephalgia. 2004a 2. Schramm
SH, Obermann M, Katsarava Z, Diener HC, Moebus S, Yoon MS. Epidemiological profiles
of patients with chronic migraine and chronic tension-type headache. J Headache Pain. 2013.
3. Anurogo, Dito. Tension Type Headache. CDK -214/vol.41 No.3.2014a. 4. Yasa, I Made
Mahardika, Widhayarma, Putu Eka, Adnyana I Made Oka. Korelasi Kecemasan dengan
Tension Type Headache pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Bagian Neurologi Universitas
Udayana. 2015a. p. 3. 5. Fardhika. Hubungan Kecemasan dengan Tension Type Headache di
Poliklinik Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta.2015a. 6. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gadjah Mada University Press: 2008a. p. 285.
7. Anurogo, Dito. Tension Type Headache. CDK -214/vol.41 No.3 .2014b. 8. Spierings EL,
Ranke AH, Honkoop PC: Precipitating and aggravating factors of migraine versus Tension
Type Headache. 2001;41. 554-8. 9. Waldie KE, Buckley J, Bull PN, Poulton R. Tension-type
headache: a life- course review. J Headache Pain. 2015a; 1:2. 10. Yasa, I Made Mahardika,
Widhayarma, Putu Eka, Adnyana I Made Oka. Korelasi Kecemasan dengan Tension Type
Headache pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Bagian Neurologi Universitas Udayana.
2015b. p. 3. 11. Proborini, Hilda Wahyu. HubunganDerajatKecemasandengan Tension Type
Headache pada Pasien Wanita. Thesis Universitas Muhammadiyah Malang. 2016. p. 2 12.
Thinagar,mirulalini, wayan westa. Tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran Universitas
Udayana dan implikasinya pada hasil ujian. Intisari Sains Medis 2017.Volume 8, No 3: 181-
183. 2017.

Anda mungkin juga menyukai