Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DENGAN


HEMAPTOE

Oleh

Yustika Dian Pawesti


NIM 172310101172

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR PUSTAKA

Arief,Nirwan. 2012. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan


Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f23
73c0d805736c.pdf. Diakses pada tanggal 7Maret 2014.
Nugroho, A. 2012. Hemoptisis masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat InformasiPenyakit
dan Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan.www.infopenyakit.com
Tarwoto, Ratna.A, dan Wartonah. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. CV Trans Info Media. Jakarta.
Irfa, I. Dkk. 2014. Gambaran Kejadian Hemoptisis pada Pasien di Bangsal Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
Yulisar, N.R.,Kamila , T. 2016. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Hemoptisis. Ina J
CHESTCrit and Emerg Med | Vol. 3, No. 2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Aplikasi Klinis yang dibuat oleh:


Nama : Yustika Dian Pawesti
NIM : 172310101172
JUDUL :.Laporan Pendahuluan Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru (Tb Paru)
Dengan Hemaptoe
Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :

Jember,
Penyusun Laporan

Yustika Dian Pawesti


172310101172
TIM PEMBIMBING,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

NIP. NIP.
BAB I
KONSEP PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi

Paru-paru merupakan organ respirasi yang berada pada kedua sisi toraks
(dada). Paru-paru dipisahkan oleh jantung dan struktur lain dalam mediastinum.
Paru-paru terletak pada rongga dada yang ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru terbagi menjadi dua
yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan
jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Paru-paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Paru-paru kanan lebih
pendek 2,5 cm daripada paru-paru kiri karena diagfragma kanan lebih tinggi
dibanding kiri untuk mengakomondasi hepar. Paru-paru kanan juga lebih lebar
karena jantung berada lebih banyak disisi kiri rongga toraks. Kesimpulannya
adalah secara keseluruhan kapasitas total dan berat paru-paru kanan lebih besar
jika dibandingkan dengan paru- paru kiri (Puruhito, 2016)
Menurut Puruhito, 2016 Bagian paru paru terdiri dari beberapa organ,
diantaranya adalah :
1. Trakea
Trakea atau tenggorokan merupakan bagian paru-paru yang berfungsi
menghubungkan laring dengan bronkus. Trakea pada manusia teridiri dari
jaringan tulang rawan yang dilapisi oleh sel bersilia. Silia yang terdapat pada
trakea ini berguna untuk menyaring udara yang akan masuk ke dalam paru-
paru.
2. Bronkus
Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada rongga dada, hasil dari
percabangan trakea yang menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan paru-
paru bagian kanan. Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih lebar,
pendek serta lebih lurus, sedangkan bronkus bagian sebelah kiri memiliki
ukuran lebih besar yang panjangnya sekitar 5cm. Jika dilihat dari asalnya
bronkus dibagi menjadi dua, yaitu bronkus primer dan bronkus sekunder.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan saluran udara dari bronkus.
Letaknya tepat di ujung bronkus. Bronkiolus mempunyai diameter kurang
lebih 1mm atau bisa lebih kecil. Bronkiolus berfungsi untuk menghantarkan
udara dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta juga sebagai pengontrol
jumlah udara yang akan nantinya akan di distribusikan melalui paru-paru oleh
konstriksi dan dilatasi
4. Alveolus
Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di dalam paru-paru yang
memungkinkan oksigen dan karbondioksida untuk bisa bergerak di antara
paru-paru dan aliran darah. Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih
hampir 300 juta alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal dari udara.
Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon dioksida (CO2) dengan oksigen
(O2).
5. Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus paru-paru serta
melindungi paru-paru dari gesekan-gesekan yang ada selama proses
terjadinya respirasi.
1.2 Definisi Tuberkulosisi Paru-paru

Tuberkulosis Paru yang bisa disebut dengan TB atau TBC merupakan


salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyebaran dan penularan tuberkolusis melalui udara seperti saat
kita bicara dengan pasien, saat pasien batu dan lain sebagainya. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis tahan terhadap asam dikarenakan memliliki
kandungan lemak yang tinggi dalam membran selnya, namun bakteri ini tidak
tahan terhadap sinar UV sehingga penularannya lebih sering terjadi di alam hari.
(Rosdiana, 2018).
Hemaptoe merupakan batuk dengan sputum yang mengandung darah yang
beraal dari paru atau percabangan bronkus. Hal ini terjadi karena ada perdarahan
pada saluran napas bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas
bawah. Batuk darah merupakan tanda atau gejala penyakit dasar. Penyebab
hemaptoe salah satunya adalah infeksi seperti pada pasien Tuberkulosis paru
(Dzen, 2009).
1.1 Epidemiologi
Jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan
2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian
tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO. Oleh sebab itu
hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah
satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals). Angka prevalensi
TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Eliminasi
TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan
selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi
yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol
kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
1.2 Etiologi
TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penularan
Tuberculosis melalui udara (saat kita berbicara dengan penderita tuberculosis
dan ketika pasien batuk) dan alat makan yang bergantian dengan penderita
tuberculosis (Andayani dkk., 2017). Ketika sudah terinfeksi dapat menimbulkan
dapat menyebabkan atau menimbulkan hemaptoe, hal ini dikarenakan proses
inflamasi tuberkulosis di jaringan paru yang bisa menyebabkan fibrosis yang
menjadi anurisma arter pulmonalis dan bronkiektasis sehingga dapat
menyebabkan hemaptoe

1.4. Klasifikasi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang paru- paru tetapi


tidak termasuk pleura atau selaput paru. Dari hasil pemeriksaan dahak,
pembagian Tuberkulosis diantaranya adalah (Hasanah, 2016) :
1. Tuberkulosis Paru BTA positif

- 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif


- 1 spesimen dahak BTA positif dan foto rontgen dada
yang menunjukkan gambaran dari tuberkulosis
positif.
2. Tuberkulosis Patu BTA negatif

Dalam pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS kemudian mendapatkan hasil BTA


negatif dan foto rontgen dada sehingga dapat menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif.
3. Tuberkulosisi Ekstra Paru

Tuberkulosisi yang menyerang oragan tubuh lain selain paru- paru.


Tuberkulosis Ekstra Paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan dari penyakit
tersebut, diantaranya adalah TB ekstra paru ringan dan TB ekstra paru berat
1.5. Patofisiologi
Orang yang terinfeksi dengan penyakit TB paru biasanya melalui Droplet
nuclei dari pasien sebelumnya yang menderita TB paru. Penularan tersebut dapat
melalui udara ketik pasien berbicara, tertaa, bersin, batuk dengan jarak yang dekat.
Selain hal tersebut droplet nuclei dapat juga melayang di udara dan menginfeksi
orang lain. Ketika tubuh terinfeksi, maka aka nada koloni bakteri yang berbentuk
globular. Lalu muncul reaksi imunologis dimana sel paru akan menghambat
pertumbuhan bakteri melalui pembentukan dinding yang dikelilingi oleh bakteri TB
yang akan menjadi jaringan parut dan bakter akan bersifat dormant.
Sistem imun tubuh akan melakukan respon melaui inflamasi. Neutrophil dan
makrofag akan memfagositosis kemudian tuberculosis menghancurkan jaringan
normal. Reaksi ini menyebabkan penumpukan eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopenia dan infeksi Massa jaringan paru yang disebut granulomas
merupakan basil aktif. Kemudian granulomas akan diubah menjadi massa jaringan
fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut dengan tuberkel ghon dan akan
menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi dan membentuk skar kolagena. Bakteri TB paru menjadi bersifat dormant,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal individu
dapat mengalami dapat mengalami penyakit aktif karena adanya gangguan atau
respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga aktif dengan
infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di
udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah
menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Andayani
dkk., 2017).lalu hemoptisis dapat di sebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses
inflamasi tuberculosis di jaringan paru apabila tuberculosis berkembang menjadi
fibrosis dan perkinjuan dapat menjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis
yang akan mengakibatkan hemaptoe. Sehingga terjadi Tuberkulosis dengan
Hemaptoe
1.6 Manifestasi Klinis
1. demam : demam biasanya menyerupai influenza tetapikadang mncapai 40-
41°C. hal ini tergantung dengan berat ringannya tingkat infeksi dari
mycobacterium
2. batuk atau batuk darah : batu dimulai dengan batuk kering / non produktif yang
akan menjadi produktif ketika terjadi inflamasi yang akan menghasilkan
sputum. Lanjutan dari gejala batuk ini dapat menjadi batuk darah yang
dikarenakan pecahnya pembuluh darah. Pada TB paru kebanyakan terjadi
pada kavitas namun ada juga ulkus pada dinding bronkus.
3. Dahak :dahak awalnya keluar dalam jumlah yang sedikit namun lama
kelamanan akan berubah mejadi kuning atau hkuning kehijauan dan akan
berubah menjadi kental keyika terjaidi perkajuan atau perlunakan.
4. Sesak napas : sesak napas biasanya ditemukan pada penyait TBC yang
infiltratnya sudah meliputi setengah dari bagian paru . sesak juga bisa
ditemukanpada penyakit yang sudah lanjut.
5. Nyeri dada : tandan dan gejala ini jarang ditemukan . nyeri dapat timbul ketika
infiltrate radang sudah sampai ke pleura sehingga terjadi gesekan pleura
ketika inhalasi dan ekspirasi
6. Malaise : gejala yang ditemukan dapat berua anoreksia, badan makin kurus,
sakit kepala, meriang, nyeri otot dan berkeringat saat malam hari. Gejala ini
lama kelamaan akan semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
Gejala dan keluhan utama pasien dengan menderita TB paru adalah seperti
batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk terebut juga dapat diikuti
dengan gejala tambahan seprti dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas,
badan leas , napsu makan menurun, berat badan mennurun, berkeringat pada malam
hari.,mengalami konjungtiva mata atau kulitnya pucat karena anemia. Dari gangguan
tersebut menyebabkan penurunan produktivitas hidup penderita penyakit TB bahkan
menyebabkan kematian pada penderita penyakit TB paru (Darliana, 2011).
Pada penderita hemaptoe setiap saluran terdapat pembuluh darah, umumnya
terjadinya perdarahan karena robeknya saluran pernafasan sehingga pembuluh darah
di bawahnya ikut robek dan darah menjadi keluar adanya cairan darah kemudian di
keluarkan oleh adanya batuk. Manifestasi selanjutnya sesak nafas Karena adanya
tahanan atau ketidak bersihan jalan nafas yang menyumbat jalan nafas menjadi tidak
bersih yang menjadikan sesak nafas ( Azizah,2009 ).
Hemaptoe adalah salahsatu dari sekian gejala TBC,tapi biasanya merupakan
gejala lanjut.Perbedaan batuk darah karena TBC dengan penyakit lain yaitu TBC
biasanya di sertai keluhan lainya,seperti napsu makan menurun demam yang tidak
terlalu tinggi,badan terasa lebih berkeringat sedangkan batuk darah karena penyakit
lain tanpa gejala hanya batuk darah biasa yang di sebabkan karena kelaina jantung
atau karena infeksi lainya ( Azizah,2009 ).

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1.7.1 TB Paru
1. Pemeriksaan fisik
Lesi biasanya terdapat pada apeks paru. Bila terdapat infiltrate yang luas maka
saat di perkusi akan terdengar bunyi redup dan terdapat suara napas bronkial saat
diauskultasi. Terdapat pula napas tambahan seperti ronkhi basah, kasar dan nyaring.
Terdapat pembesaran kelenjar getah beninng pada limfadenitis tuberculosis yang iasa
ditemui di daerah leher yang disebut denga cold abses.
2. Pemeriksaan radiologis
Adanya infeksi primer dan digambarkan dengan nodul terklasifikasi pada bagian
perifer paru dengan klasifikasi dari limfe nodus hilus. Sedangkan proses reaktifasi
TB akan memberikan gambaran: nekrosis, cavitasi fibrosis dan retraksi region hilus,
bronchopneumonia, serta infiltrat interstitial. Penegakan aktivitas kuman TB tidak
hanya dilakukan dengan satu kali foto rontgen dda tetapi harus dilakukan serial
rongent dada.
3. Pemeriksaan Darah
Terdapat jumlah leukositt yang meningkat /tinggi dan jumlah limfosit yang berada
dibawah normal. Kemudian laju endap darah juga mengalami peningkatan. Selain itu
terjadi penurunan kadar natrium darah dan peningkatan gama globulin.

(Budi, dkk., 2018)

1.7.2 Hemaptoe

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan suhu tubuh bika panas maka ada proses peradangan


Auskultasi :
terdengar suara rales kemungkinan menunjukan lokasi adanya aspirasi,ronki menetap,
wheezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh ca, dan pembekuan darah friction
rub : emboli paru, infark paru.
Clubing finger : bronkiektasis, neoplasma.

2. Laboratorium
a. Pemeriksaan hemoglobin
b. Pemeriksaan faal hemeostasis dan lainya

3. Radiologi

a. Pemeriksan rongen thorak AP/PA lateral


b. Pemeriksaan CT_Scan

4.Pemeriksaan khusus
a. Mematikan asal darah,perdarahan berulang,jumlah darah,warna darah dan
lama perdarahan
b. Pemeriksaan seputum,bakteriologi,dan sitologi
c. Bronkoskopy
1.8 Penatalaksanaan

1. penatalaksanaan farmakologi TB paru

Dosis yang direkomendasikan

Jenis OAT Sifat (mg/kg)

Harian 3 x seminggu

Isoniazid 5 10

Bakterisid

(H) (4-6) (8-12)

Rifampicin 10 10

Bakterisid

(R) (8-12) (8-12)

Pyrazinamide 25 35

Bakterisid

(Z) (20-30) (30-40)

Streptomycin 15 15

Bakterisid

(S) (12-18) (12-18)


Ethambutol 15 30

Bakteriostatik

(E) (15-20) (20-35)


2.

penatalaksanaan farmakologi hemaptoe

Tujuan umum pada penatalaksanaan hemaptoe adalah


1. membersihkan jalan nafas
2. mencegah aspirasi
3. menghentikan perdarahan dan dan pengobatan penyakit dasar
konservative
Hemaptoe sedikit ( < 200 ml/24 jam ) dapat berhenti dengan pengobatan
farmakologi : pemberia obat codein deorin penyakit dasar badrest total,tenang.
Selain farmakologi dapat juga dilakukan tindakan tindakan invasive rigit
bronkoskopi,mebuka jalan nafas,pemasangan endotrakeal untuk mempermudah
suction darah.
1.9 pathway Mycobacterium TBC

Masuk ke jalan napas


Timbul jaringan ikat,
Masuk ke alveoli elastis dan tebal

Perubahan bahan Inflamasi Alveolus tidak kembali


tuberkel dari dinding saat respirasi
kavitas
Fibrosis Gas tidak berdifusi dengan baik

Trakeobronkial
Klasifikasi Sesak

Penumpukan sekret
eksudasi
Gangguan pola napas

Batuk Nekrosis
Gangguan pola
tidur
Robekan arteri Kerusakan
pulmonl pada membrane alveoli
dinding kavitas

Gangguan
hemaptoe pertukaran gas

Ketidakefektifan Cemas dengan kondisi


bersihan jalan kesehatannya
napas

Ansietas
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian

a. Identitas

Identitas klien yang perlu dikali meliputi, Nama lengkap klien, Tanggal
lahir klien, umur klien, jenis kelamin klien, pendidikan klien, pekerjaan klien,
agama klien, alamat klien, tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, nomer
rekam medik klien, dan diagnosa klien. Adapun data pendukung seperti faktor
penyebab klien sakit, dilihat dari lingkungan rumah, fakor pekerjaan, dan lain
lain.

1. Nama dan jenis kelamin


2. Umur dan tanggal lahir
3. Status perkawinan
4. Pendidikan
Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit TB paru dapat meningkatan risiko
terkena penyakit TB paru

b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :

1.Diagnosa Medik
Merupakan diagnose yang ditegakan oleh dokter yaitu TB paru

2.Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien yang sangat mengganggu keadaan pasien sesak
napas d, batuk dan nyeri dadap merupakan keluhan utama yang biasa ditemui
pada Pasien TB. Pada TB dengan hemaptoe disertai batuk dengan sputum
bercampur dengan darah
3.Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang


dialami sejak pertama kali klien mengalami keluhan sampai klien
memutuskan pergi ke rumah sakit. Biasanya diawali dengan batuk,
sesak napas, nyeri pleuritik, berat pada dada dan berat badan turun.

4.Riwayat Kesehatan Lalu

Peyakit serupa yang pernah diderita pasien. Selian itu kaji mengenai penyakit
infeki yang diderita klien termasuk pola kebiasaan sehari-hari mencakup
aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene, dan lingkungan
rumah

5.Riwayat kesehatan keluarga :

Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga seperti


TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana
kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya.

6.Pola Aktivitas Sehari-hari

Pola aktivitas yang dilakukan klien sebelum dan sesudah sakit meliputi nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur , aktivitas dan gaya hidup

c. Pengkajian pola Gordon

NO Pola Gordon Komponen Pengkajian

1 Pola persepsi Klien dengan TB paru biasanya tidak menyadari


dan bahwa mengidap TB paru sebelum memeriksakan

pemeliharaan dirinya ke pelayanan kesehatan. Gaya hidup dan

kesehatan lingkungan rumah yang kurang baik menjadi factor

penyebab TB paru. Perawat harus melakukan

anamnesis kepada pasien tentang persepsi sehat-

sakit, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini,

perilaku untuk mengatasi kesehatan dan pola


perawatan kesehatan

Pada pasien TB Paru didapatkan nasfu makan pasien


2 Pola nutrisi menurun sehingga pasien Nampak lemas

dan

metabolisme

Pola eliminasiklien TB paru biasanya tidak


3 Pola terdapat masalah

eliminasi

4 Pola aktivitas Ketika melakukan banyak aktivitas biasanya akan

dan latihan mengakibatkan semakin sesak.


Istirahat tidak akan terganggu dikarenakan apabila
pasien TB paru istirahat atau tidur maka dapat
memperbaik keadaannya. Namun terkadang pola
tidur akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri
5 Pola tidur dan berkeringat pada malam hari

dan istirahat

6 Pola Kognitif Klien TB paru tidak mengalami penurunan dalam

dan pengecapan dan penglihatan.

konseptual

7 Pola persepsi Tidak terdapat perubahan struktur dan fungsi tubuh

diri pada penderita TB paru.

8 Pola peran Klien TB paru akan tetap menjaga peran hubungan

dan dengan keluarganya. Tetapi akan ada sedikit jarak

hubungan antara penderita dengan keluarga mengingat factor

penyebab penularan dari TB paru

9 Pola Tidak terdapat masalah organ reproduksi

seksualitas

dan
reproduksi

10 Pola toleransi Perawatan yang dilakukan oleh klien 6-7 bulan

coping- sehinnga membuat koping klien tetap terjaga.

stress

11 Pola tata Perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

nilai dan tubuh penderita TB paru tidak menghambat klien

kepercayaan untuk beribadah akan tetapi mempengaruhi pola

ibadah klien.

d. Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem
tubuh,

a). Keadaan Umum

Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat keadaan umumnya yang meliputi,
penampilan postur tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital
perubahan berat badan, perubahan suhu, bradikardi, dan labilitas emosional.
Pada pasien TB keadaan umum pasien sesak dan lemas
b). Sistem kardiovaskular

lihat apakah ada penurunan tekanan darah , konjungtiva pucat, perubahan


hemoglobin, hematocrit hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2
mungkin meredup.

c). Sistem Pernafasan

Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas,
deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena,
perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu
berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.

d). Sistem Gastrointestinal

Periksa kemungkinan terdapat lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri


stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan
adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia,
palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah
terjadi komplikasi.

e). Sistem Genitourinari

Periksa juga kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola


eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya menurun, warna perasaan nyeri
atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara
palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan
keluhan klien.

f). Sistem Muskuloskeletel

Periksa pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai
anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien TB
ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance
aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin

Periksa adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada
klien dan keluarga.

h). Sistem Persyarafan

Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi
komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi,
kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang
positif.

i) Sistem Integumen
Pada klien TB paru bisanya ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari,
kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien
mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu dikaji
adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai
antisipasi dari decubitus.

f). Data Penunjang

Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :

1. Pemeriksaan darah
 Anemia terutama bila periode akut
 Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
 LED meningkat terutama fase akut
 AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
2. Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
 Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru
 Bayangan yang berawan atau berbercak
 Adanya klasifikasi
 Kelainan yang bilateral
 Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita
TB.

4. Uji Tuberkulin (Mantoux tes)

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan


melalui intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji
tuberkulin positif jika indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5
mm pada gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji
tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.

g. Terapi
 Agen anti infeksi
 Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin
 Diet TKTP
 Cairan rehidrasi RL
1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang


menggambarkan respon aktual dan potensial klien terhadap masalah
kesehatan perawat yang memiliki lisensi dan kompeten untuk
mengatasinya. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat atau ditegakkan pada klien
dengan bronkitis menurut Doenges (2000) dan Nanda (2018) sebagai
berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk
buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya
ekspresi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar-kapiler.
4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak
nafas, dan nyeri dada.
5. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas.

1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan


keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Domain 11 : NIC
1. NOC
Keamanan/perlindungan. (3160) penghisapan lendir pada jalan
Kriteria Hasil :
Kelas 2. Cedera fisik (00031) nafas
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Definisi : membuang sekret dengan
jalan nafas masalah ketidakefektifan bersihahan jalan nafas memasukkan kateter suksion kedalam
Definisi: ketidakmampuan dapat teratasi. mulut, nasofaring atau trakhea pasien
membersihkan sekresi atau 1. Lakukan tindakan cuci tangan.
(0410) status pernafasan : kepatenan jalan
obstruksi dari saluran nafas 2. Lakukan tindakan pencegahan umum.
nafas
untuk mempertahankan jalan 3. Gunakan alat pelindung diri sesuai
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka
nafas. dengan kebutuhan.
dan lancar untuk pertukaran gas.
4. Tentukan perlunya suktion mulut atau
1. Frekuensi pernafasan dari skala 1(deviasi trakhea.
berat dari kisaran normal) 5. Aukultasi suara nafas sebelum dan

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari setelah tindakan suction.

kisaran normal) 6. Aspirasi nasopharingeal dengan kanul

25
suction sesuai dengan kebutuhan
2. kedalaman inspirasi dari skala 1(deviasi
7. Berikan sedatif sebagaimana mestinya.
berat dari kisaran normal)
8. Masukan nasopharingeal airway untuk
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
melakukan suction nasotracheal sesuai
kisaran normal)
kebutuhan
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari 9. Instruksikan pada pasien untuk menarik
skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) nafas dalam sebelum dilakukan suction
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari nasotracheal dan gunakan oksigen
kisaran normal) sesuiai kebutuhan.
Diagnosa : NOC NIC
2.
Domain 4: Aktivitas/ Kriteria Hasil : 3140 manajemen jalan nafas
Istirahat Definisi: fasilitas kepatenan jalan nafas.
setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam
Kelas 4. Respons
asalah ketidakefektifan pola nafas dapat
m 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
Kardiovaskuler/ Pulmonal
teratasi. atau jaw thrust sebagai mana mestinya.
(00032) Ketidakefektifan
(0403) status pernafasan : ventilasi. 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
pola nafas.
ventilasi.
Definisi: Inspirasi dan/ atau Definisi : keluar masuknya udara dari dan

26
ekspirasi yang tidak memberi kedalam paru. 3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial
ventilasi adekuat. pasien untuk memasukkan alat
1. Frekuensi pernafasan dari sekala 1 (deviasi
membuka jalan nafas.
berat dari kisaran normal)
4. Masukkan alat (NPA) atau (OPA)
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
sebagaimana mestinya.
kisaran normal)
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
2. Irama pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat mestinya.
dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari


kisaran normal)

3. Kedalaman inspirasi dari sekala 1 (deviasi


berat dari kisaran normal)
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal)
Diagnosa : NOC NIC
3.
Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: (3140) Manajemen jalan nafas
pertukaran Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Definsi: fasilitas kepatenan jalan nafas.

27
Kelas 4. Fungsi respirasi gangguan pertukaran gas kembali normal. Aktivitas-aktivitas:
(00030) Gangguan (0402) status pernafasan : pertukaran gas 1. Posisikan pasien untuk
pertukaran gas Definisi: memaksimalkan ventilasi
Definisi: kelebihan atau defisit pertukaran karbondioksida dan oksigen di 2.Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
oksigenasi dan/atau eliminasi alveoli untuk mempertahankan konsentrasi dalam, berputar, dan batuk
karbon dioksida pada membran darah arteri. 3.Posisikan untuk meringankan sesak
alveolar-kapiler nafas
1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari
4.Monitor status pernafasan dan
skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal)
oksigenasi sebagaimana mestinya.
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal).

2. Tekanan parsial karbondioksida didarah


arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal).

3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari


kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4

28
(deviasi ringan dari kisaran normal).

4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat


dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4
(deviasi ringan dari kisaran normal).
Diagnosa : NOC NIC
4.
Domain 4: aktivitas/istirahat Kriteria Hasil: (1850) peningkatan tidur
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
Kelas 1. Tidur/istirahat Definisi: memfasilitasi tidur/siklus bangun
masalah gangguan pola tidur dapat teratasi.
(000198) Gangguan pola teratur.
(0003) istirahat
tidur
Aktivitas-aktivitas:
Definisi: berkurangnya kuantitas dan pola
Definisi: interupsi jumlah
aktifitas untuk memulihkan mental dan fisik. 1. tentukan pola tidur pasien
waktu dan kualitas tidur akibat
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup
faktor eksternal. 1. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu)
selama penyakit dan lain-lain
ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak
3. monitor pola tidur pasien dan catat
terganggu)
kondisi fisik.
2. kualitas istirahat dari skala 1 (sangat
4. Sesuaikan lingkungan untuk
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
meningkatkan tidur.
(tidak terganggu)
5. Mulai/terapkan langkah-langkah
3. beristirahat secara fisik dari skala 1 (sangat
kenyamanan seperti pijat,pemberian
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
posisi dan sentuhan efektif.
(tidak terganggu)
beristirahat secara mental dari skala 1 (sangat 6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur.
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak Diskusikan dengan pasien dan keluarga
terganggu) mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.

5 Diagnosa : NOC NIC


Domain 9 : koping/toleransi Kriteria Hasil: (5820) pengurangan kecemasan
stres Kelas 2. Respons koping Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
Definisi: mengurangi tekanan, kekuatan,
(00147) Ansietas Kematian klien mampu memahami dan menerima
firasat, maupun ketidaknyamanan terkait
Definisi: perasaan tidak keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
nyaman atau gelisah yang Ansietas
teridentifikasi.
samar atau yang ditimbulkan Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah
oleh persepsi tentang ancaman Aktivitas-aktivitas:
yang samar yang ditimbulkan oleh persepsi
nyata atau imajinasi terhadap ancaman nyawa atau imajinasi terhadap 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
eksistensi seseorang. eksistensi seseorang. meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
terhadap prilaku klien.
mengungkapkan gejala cemas
3. Berada di sisi klien untuk
2. Klien mampu mengidentifikasi, meningkatkan rasa aman dan
mengungkapkan dan menunjukan teknik mengurangi ketakutan
untuk mengontrol cemas. 4. Dorong keluarga untuk mendampingi

34
klien dengan cara yang tepat.
3. Postur tubuh, dan tingkat aktivitas
5. Dengarkan klien
menunjukan berkurangnya kecemasan.
6. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
tingkat kecemasan.
7. Bantu klien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
8. Instruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi.

Anda mungkin juga menyukai