Disusun Oleh :
Puji syukur kami hanturkan ke hadirat Allh SWT, atas rahmat dan Karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan Laporan Praktek Klinik Keperawatan berisi mengenai
Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Diagnosa Medis Batuk Darah ( Hemaptoe ) Di Kelas
I Ruang 3b, Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi
Halangan dan rintangan tak mampu kami hadapi tanpa ada dukungan dan bantuan.
Maka, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Vierianingsih Patungo, S.Kep.,Ners.,MSN. selaku Ketua STIKes Jayapura yang telah
memberikn kami kesempatan untuk melakukan praktek klinik keperawatan di Rumah
Sakit angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi.
2. Bapak dr. I Made Ari Dwi Saputra Sp OT(K). selaku Direktur Rumah Sakit Angkatan
Laut Dr.Soedibjo Sardadi yang telah menerima kami untuk melaksanakan praktek klinik
keperawatan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi
3. Ibu Nasrianti, S.Kep.,Ners.,M.Kep. selaku Ketua Prodi Keperawatan STIKes jayapura
yang telah mendukung dalam pelaksanaan kegiatan praktek klinik keperawatan di Rumah
Sakit Angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi.
4. Ibu Angela Librianty Thome, S.Kep.,Ners.,M.Kep dan Ibu Veronika Acelormida Jelatu,
S.Kep .,Ners selaku pembimbing akademik yang telah membimbing kami selama
melaksanakan pratikum serta menyelesaikan laporan kegiatan praktek klinik keperawatan.
5. Pembimbing Klinik yng senantiasa membimbing kami selama melaksanakan pratikum
serta menyelesaikan laporan kegiatan praktek klinik keperawatan di Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi.
6. Staf dan Dosen Stikes Jayapura
7. Staf dan Pegawai S1 Keperawatan
8. Koordinator dan Staf pendaftaran Kelas 3, Kelas 2, Kelas 1, Poli,dan IGD yang telah
berbagi ilmunya kepada kami.
9. Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat,dan
do’a kepada kami.
10. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan
motivasi kepada kami.
Selaku penyusun, kami memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan pada laporan
ini. Meski demikian, semoga laporan ini bisa bermanfaat sebagaimana mestinya. Maka dari itu
diperlukan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................6
A. Konsep dasar penyakit..................................................................................6
1. Pengertian..................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis......................................................................................7
4. Patofisiologi...............................................................................................7
5. Patoflow Diagram......................................................................................9
6. Komplikasi..............................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
8. Penatalaksanaan.......................................................................................10
B. Manajemen Asuhan keperawatan...............................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang
ada. Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma
mekanik kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang
alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah
masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang
abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai
gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau
di luar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin
sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection) (Lutfi, 2010).
Hemoptisis atau batuk darah merupakan gejala yang tidak jarang ditemukan
pada praktek sehari-hari dan berpotensi menyebabkan kematian. Kasus hemoptisis ini
bervariasi, dapat berupa batuk darah yang self limiting sampai ke hemoptisis masif yang
mengancam nyawa. Mortalitas dari hemoptisis masif ini berkisar antara 50%, dengan
prevalensi sekitar 5% dari seluruh kasus hemoptisis. Sedangkan mortalitas dari
hemoptisis itu sendiri antara 7-30%. Kematian pada hemoptisis dapat terjadi akibat
banyaknya darah pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia dan diikuti oleh
gagal sistem kardiovaskular (Yulisar and Kamelia, 2016).
Meskipun angka kejadian hemoptisis masif hanya 5-15% dari total kasus. hal
ini harus selalu ditanggapi sebagai suatu kasus yang mengan-cam jiwa dan memerlukan
penanganan dan manajemen yang efektif (Irfa et al. 2012)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan batuk darah
(hemaptoe )
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan hemaptoe atau batuk
darah
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hemaptoe
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit hemaptoe atau batuk
darah.
2. Bagi pembaca
Bagi pembaca semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit
hemaptoe atau batuk darah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Menurut ( Nudianti, 2021 ) Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal
dari saluran pernapasan bagian bawah dengan jumlah minimal yang dapat
membahayakan jiwa.
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemaptoe
adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas dibawah laring atau
perdarahan yang keluar ke saluran napas dibawah laring.
2. Etiologi
Menurut ( Riski,2017 ) etiologi hematoe sebagai berikut, secara sederhana
dapat dibagi dalam kelompok yaitu kelompok infeksi, tumor, dan kelainan
kardiovaskular.
Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain tuberculosis,
bronkietasis dan abses paru, pada dewasa muda, tuberculosis, stenosis mitral, dan
brokietasis merupakan penyebab yang sering di dapat. Pada usia diatas 40 tahun
karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberculosis
dan bronkietaksis.
Penyebab dari batuk darah atau hemaptoe dapat dibagi atas :
a. Infeksi, terutama tuberculosis, abses paru, pneumonia dan kaverne, oleh karena
jamur dan sebagainya.
b. Kardiovaskular, stenosis mitralis dan aneurisma aorta
c. Neoplasma terutama karsinoma bronkogenik dan polyposis bronkus
d. Ganguan pada pembekuan darah (sistemik)
e. Benda asing di saluran pernapasan
f. Factor-faktor ekstrahepatik dan abses amoba
a. Tumor
b. Infeksi
c. Infark paru
d. Udem paru
e. Perdarahan paru
f. Cidera dada / trauma dada
g. Kelainan pembuluh darah
3. Manifestasi Klinis
Menurut ( Riski,2017) manifestasi klinis hemaptoe sebagai berikut ,
a. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan
b. Terdengarnya suara atau adanya gelombang-gelombang udara bercampur darah
didalam saluran napas
c. Rasa asin / darah dan gatal ditenggorokan ( ds )
d. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih kehitaman
e. Bisa berlangsung beberapa hari
f. Penyebabnya : kelainan paru
4. Patofisiologi
Menurut ( Riski,2017 ) patofisiologi hemaptoe sebagai berikut , setiap proses
yang terjadi pada paru akaan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang
arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru, bila
terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran
gas. Terdapat aneurisma rassmusen pada kaverna tuberculosis yang merupakan asal
dari perdarahan hemaptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat
pecahnya aneurisma dari ramusson ini sudah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan
autopsy membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan
percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada
hemaptoe.
Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
a. Radang Mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi
rapuh sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan
batuk darah
b. Infark Paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau infasi microorganism pada pembuluh
darah, seperti infeksi virus dan infeksi oleh jamur
c. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada
dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
d. Kelainan membrane alveolokaliper
Akibat adanya reaksi antibody terhadap membrane, seperti pada goodpasture’s
syndrome ( penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan pada paru )
e. Invasi tumor ganas
f. Cidera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru yang akan memicu terjadinya
batuk darah akibat perdarahan.
5. Patoflow Diagram
Keluarnya darah
Batuk Terus
Nyeri dada hemaptoe
Menerus
Aspirasi
Ganguan Pola Tidur
Nyeri Akut
Mengganggu saluran
pernapasan
Menyumbat pernapasan
Afiksia
Ganguan Pertukaran
Gas
kematian
6. Komplikasi
Menurut ( Noval, 2017 ) komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari
hemaptoe, yaitu ditentukan oleh 3 faktor :
a. Terjadinya afiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan
b. Jumlah darah yang dikeluarkan selamat terjadinya hemaptoe dapat menimbulkan
syok hipovolemik
c. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan kedalam
jaringan paru yang sehat bersamaan dengan saat inspirasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ( violia, 2021 ) pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Foto toraks
dalam posisi berdiri dan lateral hendaklah dibuat pada stiap penderita hemotisis
massif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan perdarahan.
b. Pemeriksaan Bronkoskopi
Sebaikkan dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian
sumber perdarahanya dapat di ketahui, adapun indikasi bronkoskopi pada batuk
darah adalah : Mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh darah yang beku,
Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi.
c. Pemeriksaan Sputum atau bakteriologis
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB.
8. Penatalaksanaan
Menurut ( Noval, 2017 ) Stiap pasien Hemaptoe harus dirawat untuk observasi
lebih lanjut. Hal-hal ini yang perlu di evaluasi :
a. Banyaknya atau jumlah perdarahan yang terjadi
Saat terjadinya batuk dicatat dan stiap darah yang dibatukkan harus dikumpulkan
dalam pot pengukur untuk mengetahui jumlah secara cepat atau tepat dalam suatu
periode tertentu ( biasanya 24 jam )
b. Pemeriksaan fisik
Diperhatikan adanya syok pada pernapasan atau sirkulasi, berupa hipotensi
sistemik, penurunan kesadaran, sesak nafas, sianosis dan lain-lain. Bila ditemukan
ronkhi basah dibawah paru perlu dicurigai telah terjadi aspirasi yang akan
menggangu pernapasan.
Penatalaksanaan pasien hemaptoe tergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi
dan keadaan klinis ( kecenderungan perdarahan untuk berhenti atau bertambah,
tanda-tanda afiksia, dan ganguan fungsi paru).
Apabila perdarahan massif dapat di tangani secara konservatif yang bertujuan
menghentikan perdarahanya dengan transfusi atau dengan pemberian cairan
pengganti. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Menenagkan pasien sehingga perdarahan lebih mudah berhenti dan tidak takut
membatukkan darah disaluran nafas.
b. Pasien diminta atau diarahkan berbaring pada posisi bagian paru yang sakit
lebih tinggi atau semi fowler
c. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka / paten
d. Pemasangan jalur intravena untuk pergantian cairan atau pemberian cairan
intravena.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala, apakah ada nyeri tekan, apakah ada benjolan atau masa
b. Rambut
Warna Rambut, ketebalan, kebersihan rambut, kelebatan, dan lain-lain.
c. Wajah
Bentuk wajah dan warna kulit
d. Telinga
Periksa lubang telinga apakah ada serumen, periksa pendengaran dengan garpu
tala, apakah ada masalah di salah satu telinga atau normal.
e. Mata
Periksa reflex pupil, keadaan konjungtiva
f. Hidung
Periksa apakah ada pernapsan cuping hidung, apakah ada polip yang menyumbat
jalan nafas, bagaimana kondisi kebersihan lubang hidung
g. Mulut
Apakah mulut tampak bersih, apakah ada sitomatitis, gambaran mukosa pasien dan
lain-lain.
h. Tenggorokan
Apakah ada tanda-tanda peradangan, apakah ada tanda-tanda infeksi faring.
i. Leher
Apakah ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid, apakah ada pembesaaran vena
jugularis
j. Thoraks
Amati bentuk dada, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya, irama dan lain-
lain. Serta apakah terdapat suara nafas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana frekuensi, irama jantung
l. Abdomen
Mendengarkan bunyi pristaltik usus, serta apakah terdapat nyeri tekan
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit, tugor kulit, kebersihan dan warnanya
n. Ekstremitas
Apakah terdapat edema, bagaimana kekuatan otot ekstremitas
o. Genitalia
Bagaimana kondisi genetalia, bersih atau tidak, apakah ada keputihan atau tidak
5. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
b. Nyeri akut
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Ganguan pertukaran gas
6. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut SIKI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, edisi 1
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Buku Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia, edisi 1
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Buku Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, edisi 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATUK
DARAH ( HEMAPTOE ) DI KELAS I RUANG 3B, RUMAH SAKIT ANGKATAN
LAUT DR. SOEDIBJO SARDADI
Disusun Oleh :
PADA Tn. R
Ruang : 3B ( kelas 1 )
1. Pengkajian
A. Biodata Pasien
C. Riwayat
e) Riwayat alergi :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai alergi
No Aktivitas Nilai
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat duduk
3 Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5
mencukur dan menggosok gigi
4 Aktivitas ditoilet ( menyemprot, mengelap ) 10
5 Mandi
6 Berjalan dijalan yang datar ( jika tidak mampu 15
jalan melakukanya dikursi roda )
7 Naik turun tangga 5
8 Berpakaian termasuk menggerakan sepatu 10
9 Mengontrol BAB ( buang air besar ) 10
10 Mengontrol BAK ( buang air kecil ) 10
Jumlah 90
Dari hasil pengukuran activity daily living didapatkan hasil bahwa pasien memiliki
ketergantungan ringan yang dibuktikan dengan perolehan skor perhitungan adalah 90
E. Data psikologis
Konsep Diri
a) Gambaran diri :
pasien mengatakan kalau dirinya membutuhkan pertolongan untuk
kesembuhannya
b) Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat berkumpul dengan
keluarga di rumah
c) Harga diri :
Pasien tidak merasa minder dan selalu koperativ kepada pasien
d) Peran diri :
Pasien mengatakan dirinya berperan sebagai kepala keluarga namun
saat ini ia tidak dapat memenuhi kewajiban untuk bekerja.
e) Identitas diri :
Pasien mampu mengenali dirinya sebagai seorang kepala keluarga dan
sebagai pencari nafkah untuk keluarga.
F. Data sosial
a. Pendidikan :
Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana
b. Sumber penghasilan :
Pekerjaan pasien sebagai Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
c. Pola komunikasi :
Pasien mengatakan pola komunikasi sehari – hari yang digunakan adalah
bahasa Indonesia.
d. Pola interaksi :
Pasien mengatkan sosialisasi dengan keluarga dan tetangga berjalan dengan
baik dan tidak ada masalah
e. Perilaku :
Pasien mengatkan ssat sakit dirinya tidak dapat melakukan hal – hal ataupun
kebiasaanya sehari – hari seperti bercerita dengan teman dan lain sebagainya.
G. Data spiritual : pasien mengatakan sebelum sakit dirinya bisa pergi ibadah ke gereja
bersama keluarga, sedangkan saat sakit drinya hanya bisa berdoa
H. Pemeriksaan fisik
6. Kepala
a. Ekspresi wajah : tampak lemah
b. Rambut : rambut berwarna hitam, tampak bersih,
tidak ada tanda – tanda kerontokan
c. Kulit kepala : kulit kepala tampak bersih
d. Mata : mata tampak simetris, sklera tampak putih bersih
e. Hidung : hidung tampak adanya sclera / ingus.
f. Telinga : tampak bersih tidak ada serumen
g. Mulut : tampak bersih, tidak ada peradangan pada mukosa
dan tidak ada aphtae atau sariawan.
7. Leher
a. Simetris / asimetris : simetris
b. Pembesaran kelenjar limfe : tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening
c. JVP : 5 cmH20
8. Thoraks
a. Simetris / asimetris : simetris
b. Getaran / aliran udara : vocal – fremitus teraba
c. Bunyi napas : bronchial
9. Sirkulasi
a. Edema : tidak ada
b. Flebitis : tidak ada
c. Rasa kesemutan : tidak ada
d. Palpitasi : irama jantung normal
e. Bunyi jantung : normal
f. Capilari revile time : kurang dari 2 detik
g. Warna membrane mukosa : kehitaman
h. Warna sclera : putih
10. Eliminasi
Eliminasi Bowel
a. Pola BAB : normal, konsistensi padat
b. Frekuensi BAB : 3 kali / hari
c. Warna feses : kuning
d. Bau : bau feces khas
e. Penggunaan alat tertentu : tidak ada
f. Lainnya :
Eliminasi Urin
g. Pola BAK : sering
h. Frekuensi BAK : 4 – 5 kali / hari
i. Warna urin : kuning keputihan
j. Bau : amoniac
k. Penggunaan alat tertentu : tidak ada
l. Lainnya :
12. Integumen
a. Integritas kulit : baik, tidak ada kerusakan jaringan
b. Adanya ikterus : tidak terdapat ikterus
c. Lainnya :
14. Ekstremitas
a. Kesulitan dalam aktivitas : tidak dapat melakukan aktivitas
b. Deformasi : tidak ada deformitas
c. Kekuatan otot : 5 ( normal )
d. Lainnya :
I. Data penunjang
a. Hb : 13, 11 g/dL
b. Leukosit : 5.500
c. Plt : 314.000
J. Terapi medis :
1. Methyprednisolone 3 x 8 mg
2. Vesterin 3 x 1
a. Indikasi : untuk mengencerkan dahak pada gangguan saluran napas yang
berdahak
b. Kontra Indikasi : penderita kelainan hari berat, penderita ulserasi peptik
akut
c. Cara kerja : mengandung erdosteoini yang dapat mengencerkan mual/
rulen.
d. Efek samping : rasa mual, muntah, perubahan indra perasa, sakit kepala.
4. Codaine 3 x 1
a. Indikasi : untuk meredakan nyeri
b. Kontra indikasi : konsultasi ke dokter apabila memiliki riwayat
penyakit hati
c. Cara kerja : mengurangi rasa nyeri dengan mempengaruhi
kinerja pada reseptor pada sistem saraf pusat pada anak
d. Efek samping : sakit kepala, lemas, kantuk dan susah buang kecil
( ayang – ayangan )
5. Cetirizine 2 x 1 tab
a. Indikasi : untuk meredakan gejala akibat reaksi alergi seperti
hidung meler.
b. Kontra indikasi : hipersensitif, gangguan ginjal berat.
c. Cara kerja : bekerja dengan menghalangi zat alami tertentu
( histamine ) yang dibuat tubuh selama reaksi alergi ( melawan
produksi histamin )
d. Efek samping : sesak, batuk, mulut kering, sakit perut dan muntah.
2. Klasifikasi Data
3. Analisa Data
3 DS : Gangguan Hemaptoe
pasien mengatakan pertukaran gas
saat ini dirinya ( D. 0003 )
merasa sesak Aspirasi
pasien mengatakan
saat ini dirinya
sedang pilek Mengganggu saluran
pernapasan
DO :
keadaan umum :
lemas
Tanda – tanda vital :
Suhu : 38 ̊C
Nadi : 105 x/menit
Pernapasan : 20
x/menit
Tekanan darah :
110/70 mmHg
Spo2 : 98 Co
4. Diagnose keperawatan
1) Hipertermi
2) Bersihan jalan napas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas
5. Intervensi
Terapeutik :
Untuk
meningkatkan
kenyamanan dan
menurunkan
suhu tubuh
Terapeutik : Untuk
Melonggarkan mengganti
Pakaian output cairan
yang hilang
Meningkatkan
rasa nyaman
Berikan cairan
oral
Untuk
meningkatkan
Ganti linen rasa nyaman
setiap hari jika Untuk
mengalami membantu
hiperhidosis menurunkan
( keringat suhu tubuh
berlebih )
Edukasi :
Lakukan Tirah baring
pendinginan bertujuan
eksterna memberikan
( selimut pembatasan
hipotermia atau pergerakan
kompres dingin
pada dahi, Untuk
leher, thoraks, memenuhi
abdomen, dan kebutuhan
aksila. cairan elektrolit
pasien
antipiretik
Edukasi : efektif
Anjurkan tirah menurunkan
baring demam
Kolaborasi
pemberian
cairan elektrolit
intra vena , jika
perlu
Anjurkan
minum air putih
yang
Terapeutik :
Untuk
memberikan
rasa nyaman
kepada
pasien
Untuk
memantau
sejauh mana
perkembanga
n pasien
Edukasi
Untuk
mengetahui
apa tujuan
dan
bagaimana
prosedur
pemantauan
yang akan
diberikan
6. Implementasi
Mengobservasi TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 ̊ c
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 c̊
7. Evaluasi
O : Ku : sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/m
S : 38,5̊ c
RR : 20 x/m
A : Hipertermi
- Bersihan jalan napas
tidak efektif
P : - observasi TTV
- Anjurkan banyak
minum air putih dan
hangat
- Kolaborasi pemberian
terapi
- Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam diharapkan
masalah teratasi
- Intervensi dilanjutkan
10-07-2023 S : pasien mengatakan sudah tidak
06.00 wit demam namun batuk darah masih dan
saat ini merasa keringat dingin
O : Ku : sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 83 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 ̊ c
A : - Hipertermi teratasi
- Bersihan jalan nafas
tidak efektif
P : - observasi TTV
- Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi terapi
medis
- Intervensi dilanjutkan
11-07-2023 S : pasien mengatakan tidak ada
06.00 keluhan
O : TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
S : 36,5̊c
RR : 20 x/m
SpO2 : 96%
P : intervensi dihentikan
7. Catatan perkembangan