Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATUK


DARAH ( HEMAPTOE ) DI KELAS I RUANG 3B, RUMAH SAKIT ANGKATAN
LAUT DR. SOEDIBJO SARDADI

Disusun Oleh :

1. Eka Andrian Maulana 10. Bertha Su


2. Clarita Adriana Taudufu 11. Elesina Heluka
3. Hawa A.L Yarisitouw 12. Yukina Wenda
4. Pangrasius Kokio 13. Katarina Leledana
5. Hen Hansen Djlau 14. Novita Sobolim
6. Karel Banosro 15. Jipong Dilam
7. Ferlince C. Mou 16. Kalvin Bohoji
8. Desiliana Kerol Amta 17. Olince Kogoya
9. Nopince Gibai 18. Viktoria Kisay

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) JAYAPURA
TAHUN AJARAN 2023/2024 GENAP
Kata Pengantar

Puji syukur kami hanturkan ke hadirat Allh SWT, atas rahmat dan Karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan Laporan Praktek Klinik Keperawatan berisi mengenai
Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Diagnosa Medis Batuk Darah ( Hemaptoe ) Di Kelas
I Ruang 3b, Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi
Halangan dan rintangan tak mampu kami hadapi tanpa ada dukungan dan bantuan.
Maka, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Vierianingsih Patungo, S.Kep.,Ners.,MSN. selaku Ketua STIKes Jayapura yang telah
memberikn kami kesempatan untuk melakukan praktek klinik keperawatan di Rumah
Sakit angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi.
2. Bapak dr. I Made Ari Dwi Saputra Sp OT(K). selaku Direktur Rumah Sakit Angkatan
Laut Dr.Soedibjo Sardadi yang telah menerima kami untuk melaksanakan praktek klinik
keperawatan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi
3. Ibu Nasrianti, S.Kep.,Ners.,M.Kep. selaku Ketua Prodi Keperawatan STIKes jayapura
yang telah mendukung dalam pelaksanaan kegiatan praktek klinik keperawatan di Rumah
Sakit Angkatan Laut Dr.Soedibjo Sardadi.
4. Ibu Angela Librianty Thome, S.Kep.,Ners.,M.Kep dan Ibu Veronika Acelormida Jelatu,
S.Kep .,Ners selaku pembimbing akademik yang telah membimbing kami selama
melaksanakan pratikum serta menyelesaikan laporan kegiatan praktek klinik keperawatan.
5. Pembimbing Klinik yng senantiasa membimbing kami selama melaksanakan pratikum
serta menyelesaikan laporan kegiatan praktek klinik keperawatan di Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Soedibjo Sardadi.
6. Staf dan Dosen Stikes Jayapura
7. Staf dan Pegawai S1 Keperawatan
8. Koordinator dan Staf pendaftaran Kelas 3, Kelas 2, Kelas 1, Poli,dan IGD yang telah
berbagi ilmunya kepada kami.
9. Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat,dan
do’a kepada kami.
10. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan
motivasi kepada kami.
Selaku penyusun, kami memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan pada laporan
ini. Meski demikian, semoga laporan ini bisa bermanfaat sebagaimana mestinya. Maka dari itu
diperlukan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................6
A. Konsep dasar penyakit..................................................................................6
1. Pengertian..................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis......................................................................................7
4. Patofisiologi...............................................................................................7
5. Patoflow Diagram......................................................................................9
6. Komplikasi..............................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
8. Penatalaksanaan.......................................................................................10
B. Manajemen Asuhan keperawatan...............................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang
ada. Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma
mekanik kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang
alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah
masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang
abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai
gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau
di luar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin
sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection) (Lutfi, 2010).

Hemoptisis atau batuk darah merupakan gejala yang tidak jarang ditemukan
pada praktek sehari-hari dan berpotensi menyebabkan kematian. Kasus hemoptisis ini
bervariasi, dapat berupa batuk darah yang self limiting sampai ke hemoptisis masif yang
mengancam nyawa. Mortalitas dari hemoptisis masif ini berkisar antara 50%, dengan
prevalensi sekitar 5% dari seluruh kasus hemoptisis. Sedangkan mortalitas dari
hemoptisis itu sendiri antara 7-30%. Kematian pada hemoptisis dapat terjadi akibat
banyaknya darah pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia dan diikuti oleh
gagal sistem kardiovaskular (Yulisar and Kamelia, 2016).

Meskipun angka kejadian hemoptisis masif hanya 5-15% dari total kasus. hal
ini harus selalu ditanggapi sebagai suatu kasus yang mengan-cam jiwa dan memerlukan
penanganan dan manajemen yang efektif (Irfa et al. 2012)

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan batuk darah
(hemaptoe )

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan hemaptoe atau batuk
darah
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hemaptoe

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit hemaptoe atau batuk
darah.
2. Bagi pembaca
Bagi pembaca semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit
hemaptoe atau batuk darah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar penyakit

1. Pengertian
Menurut ( Nudianti, 2021 ) Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal
dari saluran pernapasan bagian bawah dengan jumlah minimal yang dapat
membahayakan jiwa.
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemaptoe
adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas dibawah laring atau
perdarahan yang keluar ke saluran napas dibawah laring.

2. Etiologi
Menurut ( Riski,2017 ) etiologi hematoe sebagai berikut, secara sederhana
dapat dibagi dalam kelompok yaitu kelompok infeksi, tumor, dan kelainan
kardiovaskular.
Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain tuberculosis,
bronkietasis dan abses paru, pada dewasa muda, tuberculosis, stenosis mitral, dan
brokietasis merupakan penyebab yang sering di dapat. Pada usia diatas 40 tahun
karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberculosis
dan bronkietaksis.
Penyebab dari batuk darah atau hemaptoe dapat dibagi atas :
a. Infeksi, terutama tuberculosis, abses paru, pneumonia dan kaverne, oleh karena
jamur dan sebagainya.
b. Kardiovaskular, stenosis mitralis dan aneurisma aorta
c. Neoplasma terutama karsinoma bronkogenik dan polyposis bronkus
d. Ganguan pada pembekuan darah (sistemik)
e. Benda asing di saluran pernapasan
f. Factor-faktor ekstrahepatik dan abses amoba

Penyebab terpenting dari hemaptoe pasif adalah :

a. Tumor
b. Infeksi
c. Infark paru
d. Udem paru
e. Perdarahan paru
f. Cidera dada / trauma dada
g. Kelainan pembuluh darah
3. Manifestasi Klinis
Menurut ( Riski,2017) manifestasi klinis hemaptoe sebagai berikut ,
a. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan
b. Terdengarnya suara atau adanya gelombang-gelombang udara bercampur darah
didalam saluran napas
c. Rasa asin / darah dan gatal ditenggorokan ( ds )
d. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih kehitaman
e. Bisa berlangsung beberapa hari
f. Penyebabnya : kelainan paru

4. Patofisiologi
Menurut ( Riski,2017 ) patofisiologi hemaptoe sebagai berikut , setiap proses
yang terjadi pada paru akaan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang
arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru, bila
terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran
gas. Terdapat aneurisma rassmusen pada kaverna tuberculosis yang merupakan asal
dari perdarahan hemaptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat
pecahnya aneurisma dari ramusson ini sudah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan
autopsy membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan
percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada
hemaptoe.
Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
a. Radang Mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi
rapuh sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan
batuk darah
b. Infark Paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau infasi microorganism pada pembuluh
darah, seperti infeksi virus dan infeksi oleh jamur
c. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada
dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
d. Kelainan membrane alveolokaliper
Akibat adanya reaksi antibody terhadap membrane, seperti pada goodpasture’s
syndrome ( penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan pada paru )
e. Invasi tumor ganas
f. Cidera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru yang akan memicu terjadinya
batuk darah akibat perdarahan.
5. Patoflow Diagram

Bronkitis Emboli paru Bronkitis Bronkitis Bronkitis

Mempengaruhi pusat Terjadinya proses infeksi


pengatur panas

Erosif pada arteri bronkiolus


Hipertermia
Lapisan saluran pernapasan
robek

Pembuluh darah ikut robek

Keluarnya darah

Sekresi secret meningkat Bersihan Jalan


Nafas Tidak Efektif

Reflex batuk meningkat

Batuk Terus
Nyeri dada hemaptoe
Menerus

Aspirasi
Ganguan Pola Tidur
Nyeri Akut
Mengganggu saluran
pernapasan

Menyumbat pernapasan

Afiksia
Ganguan Pertukaran
Gas
kematian
6. Komplikasi
Menurut ( Noval, 2017 ) komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari
hemaptoe, yaitu ditentukan oleh 3 faktor :
a. Terjadinya afiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan
b. Jumlah darah yang dikeluarkan selamat terjadinya hemaptoe dapat menimbulkan
syok hipovolemik
c. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan kedalam
jaringan paru yang sehat bersamaan dengan saat inspirasi

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ( violia, 2021 ) pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Foto toraks
dalam posisi berdiri dan lateral hendaklah dibuat pada stiap penderita hemotisis
massif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan perdarahan.
b. Pemeriksaan Bronkoskopi
Sebaikkan dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian
sumber perdarahanya dapat di ketahui, adapun indikasi bronkoskopi pada batuk
darah adalah : Mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh darah yang beku,
Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi.
c. Pemeriksaan Sputum atau bakteriologis
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB.

8. Penatalaksanaan
Menurut ( Noval, 2017 ) Stiap pasien Hemaptoe harus dirawat untuk observasi
lebih lanjut. Hal-hal ini yang perlu di evaluasi :
a. Banyaknya atau jumlah perdarahan yang terjadi
Saat terjadinya batuk dicatat dan stiap darah yang dibatukkan harus dikumpulkan
dalam pot pengukur untuk mengetahui jumlah secara cepat atau tepat dalam suatu
periode tertentu ( biasanya 24 jam )
b. Pemeriksaan fisik
Diperhatikan adanya syok pada pernapasan atau sirkulasi, berupa hipotensi
sistemik, penurunan kesadaran, sesak nafas, sianosis dan lain-lain. Bila ditemukan
ronkhi basah dibawah paru perlu dicurigai telah terjadi aspirasi yang akan
menggangu pernapasan.
Penatalaksanaan pasien hemaptoe tergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi
dan keadaan klinis ( kecenderungan perdarahan untuk berhenti atau bertambah,
tanda-tanda afiksia, dan ganguan fungsi paru).
Apabila perdarahan massif dapat di tangani secara konservatif yang bertujuan
menghentikan perdarahanya dengan transfusi atau dengan pemberian cairan
pengganti. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Menenagkan pasien sehingga perdarahan lebih mudah berhenti dan tidak takut
membatukkan darah disaluran nafas.
b. Pasien diminta atau diarahkan berbaring pada posisi bagian paru yang sakit
lebih tinggi atau semi fowler
c. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka / paten
d. Pemasangan jalur intravena untuk pergantian cairan atau pemberian cairan
intravena.

B. Manajemen Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pengkajian dilakukan atas identitas pasien yaitu, Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Perkerjaan, Pendidikan, Agama, Alamat, No.RM, Tanggan masuk RS, Diagnosa,
dan data penanggung jawab, Hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : pada utama keluhan yang paling membuat pasien sampai harus
dibawa ke rumah sakit. ( miss. Sesak, mual muntah, demam, dll)
b. Riwayat penyakit sekarang : meliputi tentang keluhan yang dialami pasien dari
awal masuk sampai dengan pengkajian diruangan
c. Riwayat penyakit dahulu : meliputi riwayat penyakit apa saja yang pernah di alami
pasien.
d. Riwayat penyakit keluarga : tanyakan kepada pasien, dari keluarga pasien ada yang
menderita penyakit seperti yang di derita pasien. Atau penyakit menular, menurun,
dan menahun seperti HIV/AIDS
3. Pengkajian pola Gordon
a. Pola persepsi
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi ganguan nutrisi karena klien mengalami penurunan nafsu makan
c. Pola eliminasi
Meliputi, pola BAB, BAK, Frekuensi, Warna, Konsistensi
d. Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi perbedaan pada pola aktivitas sebelum sakit dan saat sakit
e. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi ganguan atau perubahan dalam diri klien
f. Pola istirahat tidur
Terjadi pola istirahat tidur meliputi frekuensi jam tidur dikarenakan sakitnya yang
ia derita.
g. Pola Kognitif
Kurang pengetahuan akan berpengaruh dalam proses perawatan.
h. Pola reproduksi
Tida terjadi ganguan atau perubahan dalam pola reproduksi

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala, apakah ada nyeri tekan, apakah ada benjolan atau masa
b. Rambut
Warna Rambut, ketebalan, kebersihan rambut, kelebatan, dan lain-lain.
c. Wajah
Bentuk wajah dan warna kulit
d. Telinga
Periksa lubang telinga apakah ada serumen, periksa pendengaran dengan garpu
tala, apakah ada masalah di salah satu telinga atau normal.
e. Mata
Periksa reflex pupil, keadaan konjungtiva
f. Hidung
Periksa apakah ada pernapsan cuping hidung, apakah ada polip yang menyumbat
jalan nafas, bagaimana kondisi kebersihan lubang hidung
g. Mulut
Apakah mulut tampak bersih, apakah ada sitomatitis, gambaran mukosa pasien dan
lain-lain.
h. Tenggorokan
Apakah ada tanda-tanda peradangan, apakah ada tanda-tanda infeksi faring.
i. Leher
Apakah ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid, apakah ada pembesaaran vena
jugularis
j. Thoraks
Amati bentuk dada, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya, irama dan lain-
lain. Serta apakah terdapat suara nafas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana frekuensi, irama jantung
l. Abdomen
Mendengarkan bunyi pristaltik usus, serta apakah terdapat nyeri tekan
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit, tugor kulit, kebersihan dan warnanya
n. Ekstremitas
Apakah terdapat edema, bagaimana kekuatan otot ekstremitas
o. Genitalia
Bagaimana kondisi genetalia, bersih atau tidak, apakah ada keputihan atau tidak

5. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
b. Nyeri akut
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Ganguan pertukaran gas

6. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut SIKI

No Diagnosis Luaran Intervensi


1. Hipertermia Luaran utama : Managemen Hipertermi
Termoregulasi Observasi
1. 1. Monitor suhu tubuh
2. 2. Monitor kadar elektrolit
3. Monitor luaran urine
4. Monitor komplikasi
akibat hipertermi
Terapeutik
1. Melonggarkan pakaian
2. Berikan cairan oral
3. Ganti sprai/linen stiap
hari apabila pasien
berkeringat berlebih
4. Lakukan pendinginan
eksterna (miss.
Kompres)

2. Bersihan Luaran Utama : Latihan Batuk Efektif


jalan nafas Bersihan jalan Observasi
tidak efektif nafas 1. Identivikasi
kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi
sputum
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
nafas
Terapeutik
1. Atur posisi fowler atau
semi fowler
Edukasi
1. Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik ditahan 2
detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
2. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
3. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke 3
3. Gangguan Luaran Utama : Pemantauan Respirasi
pertukaran Pertukaran Gas Observasi
gas 1. Pola nafas 1. Monitor pola napas
membaik 2. Monitor kemampuan
batuk efektif
3. Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
Daftar Pustaka

Nurdianty,R.,syafina,i.,putra,D. D.,& Suryani, D.(2021). Gambaran foto toraks


pasien penyakit paru yang mengalami hemoptysis periode februari-juni
2018 di rsud Dr.pirngadi Medan. Jurnal ilmiah simantek, 5(3), 104-107

Riski Mohamad,dkk.(2017). Laporan pendahuluan pasien dengan hemaptoe

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, edisi 1

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Buku Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia, edisi 1

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Buku Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, edisi 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATUK
DARAH ( HEMAPTOE ) DI KELAS I RUANG 3B, RUMAH SAKIT ANGKATAN
LAUT DR. SOEDIBJO SARDADI

Disusun Oleh :

1. Eka Andrian Maulana 10. Bertha Su


2. Clarita Adriana Taudufu 11. Elesina Heluka
3. Hawa A.L Yarisitouw 12. Yukina Wenda
4. Pangrasius Kokio 13. Katarina Leledana
5. Hen Hansen Djlau 14. Novita Sobolim
6. Karel Banosro 15. Jipong Dilam
7. Ferlince C. Mou 16. Kalvin Bohoji
8. Desiliana Kerol Amta 17. Olince Kogoya
9. Nopince Gibai 18. Viktoria Kisay

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) JAYAPURA
TAHUN AJARAN 2023/2024 GENAP
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. R

No. Register medis : 042705

Ruang : 3B ( kelas 1 )

Tanggal MRS : Sabtu, 08 Juli 2023

Tanggal Pengkajian : Senin, 10 Juli 2023

Diagnosa Medis : Hemaptoe

1. Pengkajian

A. Biodata Pasien

1) Nama pasien : Tn. R


2) Umur : 32 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Kristen
5) Suku : Batak
6) Status perkawinan : Sudah menikah
7) Alamat : Entrop, Jaya Asri

B. Keluhan utama : Pasien mengatkan batuk darah

C. Riwayat

1) Riwayat penyakit sekarang :

a) Alasan masuk rumah sakit :


pasien mengatakan demam kurang lebih dua hari, mual
muntah dan batuk darah.

b) Keluhan saat ini :


Pasien mengatakan saat ini masih batuk dan terkadang disertai
darah, kurang nafsu makan dan masih terasa lemas.

c) Riwayat kesehatan dahulu :


Beberapa bulan yang lalu pernah sakit demam namun tidak
sampai di rawat seperti saat ini.

d) Riwayat penyakit keluarga :


Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki
penyakit keturunan atau penyakit menular yang pernah diderita.

e) Riwayat alergi :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai alergi

D. Pola aktivitaas sehari – hari ( Activity Daily Living )

No Aktivitas Nilai
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat duduk
3 Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5
mencukur dan menggosok gigi
4 Aktivitas ditoilet ( menyemprot, mengelap ) 10
5 Mandi
6 Berjalan dijalan yang datar ( jika tidak mampu 15
jalan melakukanya dikursi roda )
7 Naik turun tangga 5
8 Berpakaian termasuk menggerakan sepatu 10
9 Mengontrol BAB ( buang air besar ) 10
10 Mengontrol BAK ( buang air kecil ) 10
Jumlah 90

Dari hasil pengukuran activity daily living didapatkan hasil bahwa pasien memiliki
ketergantungan ringan yang dibuktikan dengan perolehan skor perhitungan adalah 90

E. Data psikologis

Konsep Diri

a) Gambaran diri :
pasien mengatakan kalau dirinya membutuhkan pertolongan untuk
kesembuhannya

b) Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat berkumpul dengan
keluarga di rumah

c) Harga diri :
Pasien tidak merasa minder dan selalu koperativ kepada pasien

d) Peran diri :
Pasien mengatakan dirinya berperan sebagai kepala keluarga namun
saat ini ia tidak dapat memenuhi kewajiban untuk bekerja.

e) Identitas diri :
Pasien mampu mengenali dirinya sebagai seorang kepala keluarga dan
sebagai pencari nafkah untuk keluarga.

F. Data sosial
a. Pendidikan :
Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana

b. Sumber penghasilan :
Pekerjaan pasien sebagai Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

c. Pola komunikasi :
Pasien mengatakan pola komunikasi sehari – hari yang digunakan adalah
bahasa Indonesia.

d. Pola interaksi :
Pasien mengatkan sosialisasi dengan keluarga dan tetangga berjalan dengan
baik dan tidak ada masalah

e. Perilaku :
Pasien mengatkan ssat sakit dirinya tidak dapat melakukan hal – hal ataupun
kebiasaanya sehari – hari seperti bercerita dengan teman dan lain sebagainya.

G. Data spiritual : pasien mengatakan sebelum sakit dirinya bisa pergi ibadah ke gereja
bersama keluarga, sedangkan saat sakit drinya hanya bisa berdoa

H. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Tampak lemah


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Gcs :E=4 V=5 M=6
4. Antropometri :

a. Tinggi badan : 175 cm


b. Berat badan : 83 kg
c. IMT : 27,1 kg

5. Tanda – tanda vital :


a. Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
b. Frekuensi napas : 20 x/ menit
c. Frekuensi nadi : 105 x/menit
d. Suhu : 37,5 ̊C

6. Kepala
a. Ekspresi wajah : tampak lemah
b. Rambut : rambut berwarna hitam, tampak bersih,
tidak ada tanda – tanda kerontokan
c. Kulit kepala : kulit kepala tampak bersih
d. Mata : mata tampak simetris, sklera tampak putih bersih
e. Hidung : hidung tampak adanya sclera / ingus.
f. Telinga : tampak bersih tidak ada serumen
g. Mulut : tampak bersih, tidak ada peradangan pada mukosa
dan tidak ada aphtae atau sariawan.

7. Leher
a. Simetris / asimetris : simetris
b. Pembesaran kelenjar limfe : tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening
c. JVP : 5 cmH20

8. Thoraks
a. Simetris / asimetris : simetris
b. Getaran / aliran udara : vocal – fremitus teraba
c. Bunyi napas : bronchial

9. Sirkulasi
a. Edema : tidak ada
b. Flebitis : tidak ada
c. Rasa kesemutan : tidak ada
d. Palpitasi : irama jantung normal
e. Bunyi jantung : normal
f. Capilari revile time : kurang dari 2 detik
g. Warna membrane mukosa : kehitaman
h. Warna sclera : putih
10. Eliminasi
Eliminasi Bowel
a. Pola BAB : normal, konsistensi padat
b. Frekuensi BAB : 3 kali / hari
c. Warna feses : kuning
d. Bau : bau feces khas
e. Penggunaan alat tertentu : tidak ada
f. Lainnya :
Eliminasi Urin
g. Pola BAK : sering
h. Frekuensi BAK : 4 – 5 kali / hari
i. Warna urin : kuning keputihan
j. Bau : amoniac
k. Penggunaan alat tertentu : tidak ada
l. Lainnya :

11. Nutrisi, cairan dan metabolik


a. Diit dan pola diit : nasi dan lauk / sayur , 3 x / hari
b. Selera makan : menurun
c. Alergi makanan : tidak ada
d. Pola minum : air putih, kurang lebih 1,5 liter / hari

12. Integumen
a. Integritas kulit : baik, tidak ada kerusakan jaringan
b. Adanya ikterus : tidak terdapat ikterus
c. Lainnya :

13. Inguinal – genetalia dan anus


a. Keadaan genetalia : baik, normal
b. Lainnya : pasien mengatakan kondisi genitalia
bersih

14. Ekstremitas
a. Kesulitan dalam aktivitas : tidak dapat melakukan aktivitas
b. Deformasi : tidak ada deformitas
c. Kekuatan otot : 5 ( normal )
d. Lainnya :

I. Data penunjang
a. Hb : 13, 11 g/dL
b. Leukosit : 5.500
c. Plt : 314.000

J. Terapi medis :

1. Methyprednisolone 3 x 8 mg

a. Indikisi : mengurangi peradangan dan beberapa kondisi seperti


asma, psorlasis, lupus.

b. Kontra indikasi : Pada wanita hamil sebaiknya harus ditanyakan


terlebih dahulu kepada dokter

c. Cara Kerja : Bekerja dengan cara mengurangi zat pemicu


peradangan didalam tubuh.

d. Efek samping : Mual muntah, sakit kepala, nyeri otot,pusing,


kembung.

2. Vesterin 3 x 1
a. Indikasi : untuk mengencerkan dahak pada gangguan saluran napas yang
berdahak
b. Kontra Indikasi : penderita kelainan hari berat, penderita ulserasi peptik
akut
c. Cara kerja : mengandung erdosteoini yang dapat mengencerkan mual/
rulen.
d. Efek samping : rasa mual, muntah, perubahan indra perasa, sakit kepala.

3. Cedela 2 tab extra


a. Indikasi : untuk mengobati batuk tidak berdahak
b. Kontra indikasi : tidak boleh diberikan kepada pasien hipersensitif
c. Cara kerja : menekan dorongan untuk batuk yang berasal dari
otak
d. Efek samping : jantung berdebar, mulut kering, mual dan muntah.

4. Codaine 3 x 1
a. Indikasi : untuk meredakan nyeri
b. Kontra indikasi : konsultasi ke dokter apabila memiliki riwayat
penyakit hati
c. Cara kerja : mengurangi rasa nyeri dengan mempengaruhi
kinerja pada reseptor pada sistem saraf pusat pada anak
d. Efek samping : sakit kepala, lemas, kantuk dan susah buang kecil
( ayang – ayangan )
5. Cetirizine 2 x 1 tab
a. Indikasi : untuk meredakan gejala akibat reaksi alergi seperti
hidung meler.
b. Kontra indikasi : hipersensitif, gangguan ginjal berat.
c. Cara kerja : bekerja dengan menghalangi zat alami tertentu
( histamine ) yang dibuat tubuh selama reaksi alergi ( melawan
produksi histamin )
d. Efek samping : sesak, batuk, mulut kering, sakit perut dan muntah.
2. Klasifikasi Data

Data subjektif Data objektif

 Pasien mengatakan masih Pasien tampak duduk terus - menerus


demam Keadaan umum : lemas
 Pasien mengatakan badan terasa Kesadaran : compos mentis
lemas Tanda – tanda vital :
 Pasien mengatakan ada batuk  Suhu : 38 ̊C
darah  Nadi : 105 x/menit
 Pasien mengatakan ada batuk  Pernapasan : 20 x/menit
darah  Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Pasien mengatakan saat ini  Spo2 : 98 Co
dirinya masih merasa sesak
 Pasien mengatakan saat ini
dirinya sedang pilek

3. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


keperawatan

1 DS : Hipertermi Terjadi proses infeksi


 pasien mengatakan ( D. 0130 )
masih demam
 pasien mengatakan
badan terasa lemas Mempengaruhi pusat
pengaturan panas
DO :
Keadaan umum : lemas
Tanda – tanda vital :
 Suhu : 38 ̊C
 Nadi : 105 x/menit Hipertermi
 Pernapasan : 20
x/menit
 Tekanan darah :
110/70 mmHg
 Spo2 : 98 Co

2 DS : Bersihan jalan lapisan saluran


 pasien mengatakan napas tidak efektif pernapasan robek
ada batuk darah ( D. 0001 )
 pasien mengatakan
badan terasa lemas pembuluh darah ikut
dan sedang pilek robek
DO : darah keluar
Keadaan umum : lemas
Pasien tampak batuk terus
- menerus sekresi sekret
meningkat

Bersihan jalan napas


tidak efektif

3 DS : Gangguan Hemaptoe
 pasien mengatakan pertukaran gas
saat ini dirinya ( D. 0003 )
merasa sesak Aspirasi
 pasien mengatakan
saat ini dirinya
sedang pilek Mengganggu saluran
pernapasan
DO :
 keadaan umum :
lemas
Tanda – tanda vital :
 Suhu : 38 ̊C
 Nadi : 105 x/menit
 Pernapasan : 20
x/menit
 Tekanan darah :
110/70 mmHg
 Spo2 : 98 Co

4. Diagnose keperawatan
1) Hipertermi
2) Bersihan jalan napas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas
5. Intervensi

N Diagnosis Luaran Intervensi Rasional


o
1 Hipertermi Termoregulas Manajemen
i hipertermi Observasi :
Observasi :  Agar
 Monitor suhu mengantisipasi
tubuh adanya
 Monitor kadar peningkatan suhu
elektrolit tubuh secara tiba
 Monitor – tiba yang akan
pengeluaran menyebabkan
urin kejang – kejang
 Monitor  Agar mengetahui
komplikasi jika terjaid
akibat kekurangan kadar
hipertermi elektrolit
 Untuk
mengetahui
output cairan
yang dikeluarkan
 Untuk
mempersiapkan
apabila terjadi
komplikasi pada
saat perawatan

Terapeutik :
 Untuk
meningkatkan
kenyamanan dan
menurunkan
suhu tubuh
Terapeutik :  Untuk
 Melonggarkan mengganti
Pakaian output cairan
yang hilang
 Meningkatkan
rasa nyaman

 Berikan cairan
oral

 Untuk
meningkatkan
 Ganti linen rasa nyaman
setiap hari jika  Untuk
mengalami membantu
hiperhidosis menurunkan
( keringat suhu tubuh
berlebih )
Edukasi :
 Lakukan  Tirah baring
pendinginan bertujuan
eksterna memberikan
( selimut pembatasan
hipotermia atau pergerakan
kompres dingin
pada dahi, Untuk
leher, thoraks, memenuhi
abdomen, dan kebutuhan
aksila. cairan elektrolit
pasien
antipiretik
Edukasi : efektif
 Anjurkan tirah menurunkan
baring demam

 Kolaborasi
pemberian
cairan elektrolit
intra vena , jika
perlu

 Anjurkan
minum air putih
yang

2 Bersihan Bersihan Latihan batuk


jalan napas jalan napas efektif Observasi :
tidak efektif  Produksi Observasi :  Agar mengetahui
sputum  Identifikasi kemampuan batuk
menurun kemampuan efektif pasien
 Frekuensi batuk pasien  Mengidentifikasi
napas adanya sputum
membaik  Monitor adanya berlebih
retensi sputum  Untuk melakukan
penanganan yang
 Monitor tanda tepat apabila
dan gejala terjadi infeksi
infeksi saluran saluran napas
pernapasan
Terapeutik :
 Meningkatakn
ekspansi paru dan
memudahkan
Terapeutik : pernapasan dan
 Atur posisi meberikan rasa
pasien semi nyaman
Edukasi :
fowler atau  Batuk yang
fowler terkontrol dan
efektif
memudahkan
untuk pengeluaran
Edukasi : sekret yang
 Anjurkan Tarik melekat dijalan
napas dalam napas.
melalui hidung
selama 4 detik,
di tahan 2 detik,
kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik.
 Anjurkan
mengulangi
Tarik nafas
dalam hingga 3
kali
 Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung
setelah Tarik
napas dalam
yang ke-3
3. Gangguan Pertukaran Pemantauan Observasi :
pertukakara gas Respirasi  Untuk
n gas -Pola napas observasi : mengetahui
membaik • Monitor sejauh mana
pola nafas (seperti penurunan
bradibhea, tatipnea, bunti nafas
hiperventilasi, Indikasi
kussmaul,cheyne- atlekasi,
stokes, blot, ronki indikasi
ataksik) akumulasi
• Monitor sekret atau
kemampuan batuk tidak tidak
efektif mampuan
• Monitor membersihka
adanya sumbatan n jalas nafas,
jalan nafas sehingga otot
aksesori
Terapeutik : digunakan
• Atur dan kerja
interval pernapasan
pemantauan meningkat
respirasi sesuai  Untuk
kondisi pasien mengetahui
• sejauh mana
batuk efektif
Dokumentasi hasil dapat
pemantauan membantu
mengeluarka
Edukasi n dahak bila
• Jelaskan ada
tujuan dan prosedur  Untuk
pemantauan mengetahui
sejauh mana
pasien
memahami
tentang
produksi
sputum
 Untuk
menunjang
proses
sumbatan
jalan napas

Terapeutik :
 Untuk
memberikan
rasa nyaman
kepada
pasien
 Untuk
memantau
sejauh mana
perkembanga
n pasien

Edukasi
 Untuk
mengetahui
apa tujuan
dan
bagaimana
prosedur
pemantauan
yang akan
diberikan

6. Implementasi

No. Diagnosa Implementasi Paraf


1. Hipertermia Mengobservasi
Tanda – tanda vital :
 Suhu : 38 ̊C
 Nadi : 105 x/menit
 Pernapasan : 20 x/menit
 Tekanan darah : 110/70
mmHg

Melonggarkan pakian pasien dan


Meberikan cairan oral
Respon : pasien mengatakan
sudah mulai merasa lebih enakan

Memberikan injeksi paracetamol


drip 1 gr
Respon : pasien mengatakan
demam mulai menurun

2. Bersihan jalan napas Monitor adanya retensi sputum


tidak efektif Respon : pasien mengatakan
sputum akan keluar bersamaan
atau akan keluar pada saat batuk

Mengatur posisi semi fowler /


fowler
Respon : pasien mengatakan
lebih nyaman pada posisi semi
fowler

Pemberian obat oral


Respon : pasien mengatakan
setelah meminum obat yang
diberikan sesak mulai menurun

Mengobservasi TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 ̊ c

3. Gangguan Mengobservasi TTV


pertukaran gas Keadaan umum : Pasien tampak
membaik

TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 c̊

Monitor kemampuan batuk


efektif
Respon : pasien mengatakan
paham dalam melakukan batuk
efektif

Monitor adanya sumbatan jalan


nafas
Respon : pasien mengatakan saat
ini masih beringus/ pilek

Monitor terapi obat-obatan oleh


dokter
Respon : pasien mengatakan
setelah mengkonsumsi obat
dahak mulai berkurang

7. Evaluasi

Waktu Evaluasi Paraf


09-07-2023 S : pasien mengatakan batuk berdarah
berwarna coklat, badan masih terasa
demam dan sesak

O : Ku : sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/m
S : 38,5̊ c
RR : 20 x/m

A : Hipertermi
- Bersihan jalan napas
tidak efektif

P : - observasi TTV
- Anjurkan banyak
minum air putih dan
hangat
- Kolaborasi pemberian
terapi
- Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam diharapkan
masalah teratasi
- Intervensi dilanjutkan
10-07-2023 S : pasien mengatakan sudah tidak
06.00 wit demam namun batuk darah masih dan
saat ini merasa keringat dingin
O : Ku : sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 83 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 ̊ c

A : - Hipertermi teratasi
- Bersihan jalan nafas
tidak efektif

P : - observasi TTV
- Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi terapi
medis
- Intervensi dilanjutkan
11-07-2023 S : pasien mengatakan tidak ada
06.00 keluhan

O : TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 94 x/m
S : 36,5̊c
RR : 20 x/m
SpO2 : 96%

A : Bersihan jalan nafas tidak efektif


teratasi

P : intervensi dihentikan

7. Catatan perkembangan

Waktu Diagnosa Tindakan

10 Juli 2023 Hipertermia Melonggarkan pakian pasien dan


Meberikan cairan oral
Respon : pasien mengatakan sudah mulai merasa
lebih enakan

Memberikan injeksi paracetamol drip 1 gr


Respon : pasien mengatakan demam mulai
menurun

Anda mungkin juga menyukai