Nama :……………………
NIM :……………………
Semester :……………………
Keperawatan adalah salah satu profesi bidang kesehatan yang dinamis, selalu
berkembang dan maju mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang semakin canggih.
Unuk menghasilkan tenaga keperawatan yang professional, perlunya mempersiapkan mahasiswa
sebelum melakukan praktek klinik keperawatan dengan melaksanakan pembelajaran di laboratorium.
Agar tercapainya kompetensi keperawatan di laboratorium, dirasakan perlu adanya satu buku panduan
praktik laboratorium keperawatan.
Buku panduan prosedur keterampilan keperawatan revisi ke-3 ini merupakan kumpulan
dari prosedur – prosedur keterampilan dasar yang disusun sebagai bahan acuan bagi mahasisa/I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jayapura, dalam melaksanakan dan menerapkan pembelajaran nyata dari proses
belajar mengajar secara teori dan praktik laboratorium pada mata kuliah yang telah disusun tiap semester
dan di lahan praktik keperawatan (Rumah Sakit).
Demi penyempurnaan buku panduan ini, maka dari itu diperlukan saran dan kritik yang
berarti yang bersifat membangun, untuk perbaikan selanjutnya sehingga derap langkah maju arus
perkembangan ilmu dan teknologi bagi kesehatan khususnya bidang keperawatan.
Semoga buku kumpulan prosedeur keterampilan dasar ini dapat bermanfaat untuk
mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan diri peserta didik dalam melaksanakan
praktik pada tatanan nyata dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Tim Penyusun
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu membantu kebutuhan dasar manusia.
2. Tujuan instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, baik di laboratorium kelas maupun
lapangan, mahasiswa mampu memberikan tindakan cepat dalam penanganan pasien gawat
darurat
III. SASARAN
Jumlah mahasiswa semester V sebanyak 40 mahasiswa kelas reguler, masing-masing kelas
dibagi dalam 4 kelompok Mahasiswa mendapatkan pengarahan prosedur pelaksanaan praktikum
dilaboratorium kelas.
B. TEORI DASAR
1. Pengertian
Initial Assessment adalah proses penilaian awal pada penderita trauma disertai
pengelolaan yang tepat guna untuk menghindari kematian. Pendekatan Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) adalah pendekatan sistematis
terhadap penilaian langsung pasien dan penanganan pasien pada kondisi kritis atau
pasien cedera.
2. Tujuan
Penentuan keadaan sesaat yang mana penderita berada dalam keadaan hidup atau
mati.
3. Tahapan pengelolaan pasien
a. Pra Rumas Sakit (Pre Hospital)
Prinsip pertama adalah : Do No Further Harm. Petuga yang datang ke
tempat kejadian harus memiliki sertifikat Gawat darurat dan membawa alat
lengkap, koordinasi dan komunikasi dengan rumah sakit untuk persiapan,
pertahankan airway (Jalan nafas dan Breathing (Pernapasan), atasi shockdan control
perdarahan, jaga pasien tetap mobilisasi, optimalkan waktu yang ada dan
informasikan tentang (waktum proses kejadian, riwayat pasien dan bimekanika)
b. Fase Rumah Sakit (in-hospital)
Dimana dilakukan penerimaan pasien sehingga dapat dilakukan resusitasi
dalam waktu cepat, pemasangan alat monitor, pemeriksaan penunjang dan bila
perlu rujuk ke pusat trauma.
4. Penanganan
a. Primary Survey
Penilaian awal keadaan pasien dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis
perlukaan, stabilita TTv. Pada penderita luka parah, prioritas terapi diberikan
berurutan berdasarkan penilaian berikut:
1) Airway
Yang pertama dinilai kelancaran jalan nafas. Ketidaklancaran jalan napas
dapat kita nilai dengan 2 cara, yaitu:
b. Secondary Survey
Yaitu pemeriksaan dengan teliti dari kepala sampai ujung kaki, melakukan
log rol untuk melihat tubuh bagian belakang, jika haemodinamik pasien sudah
stabil. Pemeriksaan Secondary Survey dilakukan dalam 3 langkah:
1) Anamnesi
Meliputi :
S : Subjek (keluhan)
A : Alergi
M : Medikasi (Obat yang dikonsumsi)
P : Penyakit sebelumnya yang diderita
L : Last Meal (terakhir makan jam berapa)
E : Even (riwayat kejadian)
2) Pemeriksaan Fisik
Meliputi Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi:
a) Kepala
c. Re-Evaluasi
Re-evaluasi penderita dilakukan dengan mencatat, melaporkan setiap prubahan
pada kondisi penderita dan respo terhadap resusitasi. Monitoring TTV dan jumlah
produksi urine. Jika merujuk pasien harus dalam keadaan stabil dan pemeriksaan
penunjang harus di bawa serta.
A. TUJUAN TRIAGE
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa mampu melakukan
penilaian pemilihan dan pengelompokkan yang akan mendapat pertolongan medis.
B. TEORI DASAR
1. Pengetian
Triage adalah penilaian, pemilahan, dan pengelompokan penderita yang akan mendapatkan
penanganan medis dan evakuasi pada kondisi kejadian masal atau bencana. Tujuan dari triage
adalah untuk memudahkan penolong memberikan pertolongan dalam kondisi korban masal atau
bencana dan diharapkan banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Pemilihan penderita diprioritaskan pada penderita yang mengalami kondisi yang sangat
mengancam nyawa. Secara umum prioritas penderita dikelompokkan menjadi empat kategori,
yaitu:
a. High priority: red/merah
Penderita mengalami kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan segera untuk
usaha penyelamatan
b. Intermediate priority: yellow/kuning
Kondisi penderita tidak kritis namun jika tidak segera diberikan pertolongan maka
keadaan penderita akan memburuk
c. Low priority:green/hijau
Penanganan pada penderita dapat ditunda. Penderita tidak mengalami cidera yang
serius sehingga dapat menunggu penanganan tanpa menambah tingkat keparahan
d. Lowest priority:black/hitam
Penderita yang sudah tidak dapat bertahan lagi dengan keadaan yang fatal atau
sudah meninggal
2. Tujuan
Tujuan Utama triage adalah memudahkan penolong memberikan pertolongan dalam
kondisi pasien massal atau bencana dan d harapkan banyak pasien yang memiliki kesempatan
untuk bertahan hidup.
Tujuan lain dari pasien triage sebagai berikut:
a. Menempatkan orang yang benar di tempatyang benar sesuai waktu yang benar dengan alsan
yang benar (Newberry, 2005)
b. Mengidentifikasi secara cepat pasien yang membutuhkan stabilisasi segera (DePkes, RI 2005)
c. Memilah dan menggolongkan semua pasienke unit gawad darurat (UGD) dan menetapkan
prioritas penanganan (Oman, 2008)
Pengelompokan dan pemilahan penderita dilakukan dengan cara memberikan tanda terhadap korban yaitu
sebuah kartu triage yang disesuaikan dengan warna, yaitu warna merah,kuning, hijau, dan hitam.
Triage dilakukan dengan system START (Simple Triage And Rapid Treatment ) yaitu memilih
korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita dengan menilai airway, breathing, dan
circulation.
a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau
melakukan tindakan medis
b. Panggil penderita yangdapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan/collecting
area
c. Nilai penderita tidak dapat berjalan, mulai dari posisi yang terdekat dengan
penolong.
Panggil penderita(teriak)
Ada luka & dapat Tidak dapat
berjalan/tidak ada berjalan
luka
Hijau Pernapasan
(minor)
Area
kumpul/colekting Ya Tidak
area
<30/menit >30/menit
Buka jalan
napas(look,listen
& feel) cek napas
Perfusi
Ya Tidak
A.radialis Capillary
refill
Mengiku Merah
ti perintah Tdk dpt hitam
mengikuti
perintah
Kuni
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
.........................
B. TEORI DASAR
1. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru adalah satu bentuk tindakan untuk keadaan gawat darurat,
yaitu suatu keadaan ketika korban akan mengalami kematian jika tidak mendapatkan
pertolongan segera. Resusitasi Jantung Paru merupakan usaha yang di lakukan untuk
memfungsikan kembali jantung dan paru-paru. Salah satu tahap pada resusitasi adalah
Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar). Bantuan hidup dasar ini terdiri atas
membuka jalan napas, memeriksa adanya napas, dan kompresi dada. Tahap ini lebih
dikenal dengan metode ABC (Airway, Breathing, Circulation)(Lindon saputra,2013)
Resusitasi Jantung Paru atau CPR adalan tindakan pertama yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernapasan (respiratory arrest) dan atau sirkulasi (henti jantung)
pada orang yang mengalami henti napas dan henti jantung karena penyebab tertentu.
2. Tujuan
a. Mencegah terhentinya sirkulasi atau respirasi
b. Melindungi sel otak dari kerusakan yang irreversible akibat hipoksia
c. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti napas.
d. Juga untuk mempertahankan hidup, memulihkan kesehatan, mengurangi penderitaan
dan membatasi kecacatan.
3. Indikasi
a. Gagal Napas
Pernapasan tergangu secara cepat dan dangkal ataupun bradinue merupakan
tanda awal gagal napas dan akan terjadinya henti jantung.
b. Henti Napas
Henti napas didefinisikan sebagai tidak adanya napas. Hal ini dapat disebabkan
oleh sumbatan pada saluran pernapasan, supresi pusat saraf pada otak karena kelebihan
dosis obat, keracunan, asfiksia, kejang, ketidak seimbangan asam – basa atau
elektrolit, tenggelam dan syok listrik.
Jantung dapat terus berdenyut selama beberapa menit setelah napas terhenti. Jika
pada keadaan ini penderita penderita henti napas di berikan bantuan napas, hal ini akan
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Evaluasi:
Saran:
Sentani, 202..
Evaluator
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan RJP / CPR?
2. Sebutkan perbandingan kompresi dengan ventilasi dalam 1 siklus?
3. Sebelum melakukan tindakan RJP, ada beberapa hal yang harus di perhatikan,
sebutkan hal-hal tersebut?
B. TEORI DASAR
1. Definisi
Pemasangan neckcollar adalah memasang alat neckcollar untuk imobilisasi leher
(mempertahankan tulang servikal).
2. Tujuan
a. Mencegah pergerakan tulang servik yang patah( proses imobilisasi serta mengurangi
kompresi pada radiks saraf)
3. Indikasi
a. Digunakan pada pasien yang mengalami trauma leher
b. Fraktur tulang servik
4. Waktu pemakaian
Kollar digunakan selama satu minggu secara terus-menerus siang dan malam dan dapat di
ubah secara intermiten pada minggu ke dua. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat
sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofiotot serta kontraktur.
Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada sevikal non spesifik.
Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan.
Hilangnya nyeri, tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat di jadikan indikas
pelepasan kollar.
5. Persiapan alat
a. Neck kollar sesuai ukuran
b. Bantal pasir
c. Hanskun
Tahap Kerja
1 Dekatkan alat ke dekat klien
1.
1 Cuci tangan 6 langkah
2.
1 Pasang masker dan handscoen
3.
1 Atur posisi pasien terlentang, dengan posisi leher segaris/anatomi
4.
1 Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan
5. kepala mulai dari mandibula kearah temporal, demikian juga bagian
sebelah kiri dengan tangan yang lain dengan cara yang sama
1 Petugas lain nya memasukkan neck kollar secara perlahan
6. kebagian belakang leher dengan sedikit melewati leher
1 Leteakkan bagian neck kollar yang bertekuk tepat pada dagu
7.
1 Rekatkan dua sisi neck kollar satu sama lain
8.
1 Pasang bantal pasir dikedua sisi kepala pasien
9.
Tahap Terminasi
2 Evaluasi kegiatan yang telah di lakukan
0.
2 Beri kesan yang positif
1.
2 Akhiri pertemuan & kontak waktu selanjutnya
2.
2 Rapikan alat, lepas handscooen dan masker
3.
2 Cuci tangan 6 langkah
4.
Dokumentasi
2 Hal- hal yang perlu diperhatikan
5. 1. Catat pada setatus klien tindakan yang telah dilakukan, respon klien
serta penemuan penting yang ditemukan selama tindakan
2. Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar
3. Waktu tindakan
4. Nama perawat dan tanda tangan
TOTAL NILAI
Keterangan:
Saran: :
Sentani, 202
Evaluator
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Sebutkan indikasi di lakukannya pemasangan neckcollar?
2. Sebutkan tujuan di lakukan tidnakan pemasangan neckcollar?
3. Jelaskan prosedur pemasangan neckcollar?
TRANSPORTASI PASIEN
.
A. TUJUAN TRANSPORTASI PASIEN
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa mampu membantu pindah
dari satu tempat ke tempat lain
B. TEORI DASAR
1. Pengertian
Pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan mahluk hidup atau mesin
2. Tujuan
Transportasi korban
Mengangkat korban
Mengangkat dgn alat
Memutar korban
Memindahkan korban
Pemindahan emergency
Pemindahan non emergency
Mengatur posisi korban
MENGANGKAT KORBAN
Syarat Penolong :
Kondisi fisik yang baik
Terlatih
Menggunakan teknik yang tepat
◦ Sikap tegak dipertahankan
◦ Konsentrasikan beban pada otot paha
◦ Gunakan otot flexor
Persiapan alat:
1. Tandu sekop (Scoop stretcher, orthopedic stretcher)
2. Brankar (wheeled strecther)
3. Long spine board
4. Short spine board dan KED (Kindrick extrication device)
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan transportasi pasien!
2. Sebutkan alat-alat apa saja yang digunakan dalam transportasi pasien!