EDEMA PARU
1. DEFINISI
Edema paru adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan
ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru. Edema paru
disebabkan karena akumulasi cairan di paru-paru yang dapat disebabkan oleh
tekanan intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan. Pada sebagian besar edema
paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat
sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan
pada mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupun demikian penting sekali untuk
menetapkan factor mana yang dominan dari kedua mekanisme tersebut
sebagai pedoman pengobatan.(Sjaharudin Harun & Sally Aman
Nasution,2006)
Edema paru terjadi dikarenakan aliran cairan dari pembuluh darah ke
ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan
kembali ke darah atau melalui saluran limfatik. Edema paru terjadi ketika
cairan yang disaring ke paru lebih cepat dari cairan yang dipindahkan.
Penumpukan cairan menjadi masalah serius bagi fungsi paru karena efisiensi
perpindahan gas di alveoli tidak bisa terjadi. Struktur paru dapat
menyesuaikan bentuk edema dan yang mengatur perpindahan cairan dan
protein di paru menjadi masalah yang klasik.
Peningkatan tekanan edema paru disebabkan oleh meningkatnya
keseimbangan kekuatan yang mendorong filtrasi cairan di paru. Fitur penting
dari edema ini adalah keseimbangan aliran cairan dan protein ke dalam paru
utuh secara fungsional. Peningkatan tekanan edema sering disebut
kardiogenik, tekanan tinggi, hidrostatik, atau edema paru sekunder tapi lebih
efektifnya disebut keseimbangan edema paru terganggu karena tahanan
keseimbangan pergerakan antara cairan dan zat terlarut di dalam paru.
2. PATOFISIOLOGI
Edema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi
ketika cairan dari bagian dalam pembuluh darah merembes kedalam jaringan
sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi karena terlalu
banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein dalam
aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang
tidak mengandung sel-sel darah).
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di
paru. Area yang ada diluar pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh
kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli. Ini adalah
tempat dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan
karbondioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan
keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang
mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli
kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya. Edema paru terjadi ketika
alveoli dipenuhi dengan cairan yang merembes keluar dari pembuluh darah
dalam paru sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan persoalan pertukaran
gas (oksigen dan karbondioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
oksigenasi darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air di
dalam paru” ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien.
Faktor-faktor yang membentuk dan merubah formasi cairan di luar
pembuluh darah dan di dalam paru di tentukan dengan keseimbangan cairan
yang dibuat oleh Starling.
Qf = Kf ⌠(Pmv – Ppmv) – σ(πmv - πpmv)⌡
Qf = aliran cairan transvaskuler;
Kf = koefisien filtrasi;
Pmv = tekanan hidrostatik pembuluh kapiler;
Ppmv = tekanan hidrostatik pembuluh kapiler intersisial;
σ = koefisien refleksi osmosis;
πmv = tekanan osmotic protein plasma;
πpmv = tekanan osmotic protein intersisial.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru dapat terjadi pada
Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan fungsi ventrikel kiri
(stenosis mitral); Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena
gangguan fungsi ventrikel kiri; Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder
oleh karena peningkatan tekanan arteri pulmonalis. Penurunan tekanan
onkotik plasma pada hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal,
hati, atau penyakit nutrisi.
Peningkatan tekanan negatif interstisial pada pengambilan terlalu
cepat pneumotorak atau efusi pleura (unilateral); Tekanan pleura yang sangat
negatif oleh karena obstruksi saluran napas akut bersamaan dengan
peningkatan volume akhir ekspirasi (asma).
3. KLASIFIKASI
Edema paru dapat disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda. Ia
dapat dihubungkan dengan gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary
edema (edema paru kardiak), atau dihubungkan pada sebab-sebab lain,
dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema (edema paru nonkardiak).
Diagnosis Banding Edema Paru Kardiak dan Nonkardiak
Cara membedakan Edema Paru Kardiak (EPK) dan Edema Paru Non
Kardiak (EPNK)
EPK EPNK
Anamnesis
Acute cardiac event (+) Jarang
Penemuan Klinis
Perifer Dingin (low flow state) Hangat (high flow
meter)
S3 gallop/kardiomegali (+) Nadi kuat
JVP Meningkat (-)
Ronki Basah Tak meningkat
Kering
Tanda penyakit dasar
Laboratorium
EKG Iskemia/infark Biasanya normal
Foto toraks DIstribusi perihiler Distribusi perifer
ENzim kardiak Bisa meningkat Biasanya normal
PCWP > 18 mmHg < 18 mmHg
Shunt intra pulmoner Sedikit Hebat
Protein cairan edema < 0.5 > 0.7
7. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a) Umur:
Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan
remaja/dewasa muda
b) Riwayat masuk:
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis
atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran
kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada
trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik
tanda klinik mungkin menyertai klien
c) Riwayat penyakit dahulu:
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,
pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan
serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien.
d) Pemeriksaan fisik
Sistem Integumen
Subyektif: -
Obyektif: kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif: pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif: sakit dada
Obyektif: denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara
jantung tambahan
Sistem Neurosensori
Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif: GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif: tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal,
Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
e) Studi Laboratorik :
1. Hb : menurun/normal
2. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
3. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
Diagnosa yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan
pemasangan alat bantu nafas
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler
pulmonar
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi
mikroorganisme sekunder terhadap pemasangan selang endotrakeal
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas otot jantung
5. Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan terhadapprosedur medis
6. Resiko terjadi trauma berhubungan dengan kegelisahan sekunder
terhadap pemasangan alat bantu nafas
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual
sekunder terhadap pemasangan alat bantu nafas
8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan
selang endotrakeal
Rencana Tindakan
No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan pola Pola nafas kembali efektif setelah 1.Berikan HE pada pasien 1.Informasi yang adekuat dapat
nafas berhubungan dilakukan tindakan keperawatan tentang penyakitnya membawa pasien lebih
dengan keadaan tubuh selama 3 × 24 jam, dengan kriteria kooperatif dalam memberikan
yang lemah hasil: terapi
- Tidak terjadi hipoksia atau 2.Atur posisi semi fowler 2.Jalan nafas yang longgar dan
hipoksemia tidak ada sumbatan proses
- Tidak sesak respirasi dapat berjalan dengan
- RR normal (16-20 × / menit) lancar.
- Tidak terdapat kontraksi otot bantu 3.Observasi tanda dan gejala 3.Sianosis merupakan salah satu
nafas sianosis tanda manifestasi
- Tidak terdapat sianosis ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer .
4.Berikan terapi oksigenasi 4.Pemberian oksigen secara
adequat dapat mensuplai dan
memberikan cadangan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5.Observasi tanda-tanda vital 5.Dyspneu, sianosis merupakan
tanda terjadinya gangguan
nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time
yang memanjang/lama.
6.Observasi timbulnya gagal 6.Ketidakmampuan tubuh dalam
proses respirasi diperlukan
nafas. intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical
ventilation).
7.Pengobatan yang diberikan
7.Kolaborasi dengan tim berdasar indikasi sangat
medis dalam memberikan membantu dalam proses terapi
pengobatan keperawatan
2 Gangguan pertukaran Fungsi pertukaran gas dapat 1. Berikan HE pada pasien 1.Informasi yang adekuat dapat
Gas berhubungan maksimal setelah dilakukan tindakan tentang penyakitnya membawa pasien lebih
dengan distensi kapiler keperawatan selama 3 × 24 jam kooperatif dalam memberikan
pulmonar dengan kriteria hasil: terapi
- Tidak terjadi sianosis 2. Atur posisi pasien semi 2.Jalan nafas yang longgar dan
- Tidak sesak fowler tidak ada sumbatan proses
- RR normal (16-20 × / menit) respirasi dapat berjalan dengan
- BGA normal: lancer
partial pressure of oxygen 3. Bantu pasien untuk 3.Posisi yang berbeda
(PaO2): 75-100 mm Hg melakukan reposisi menurunkan resiko perlukaan
partial pressure of carbon dioxide secara sering akibat imobilisasi
(PaCO2): 35-45 mm Hg 4. Berikan terapi oksigenasi 4.Pemberian oksigen secara
oxygen content (O2CT): 15-23% adequat dapat mensuplai dan
oxygen saturation (SaO2): 94- memberikan cadangan oksigen,
100% sehingga mencegah terjadinya
bicarbonate (HCO3): 22-26 hipoksia
5. Observasi tanda – tanda 5.Dyspneu, sianosis merupakan
mEq/liter
vital tanda terjadinya gangguan
pH: 7.35-7.45 nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time
yang memanjang/lama.
6. Kolaborasi dengan tim 6.Pengobatan yang diberikan
medis dalam berdasar indikasi sangat
memberikan pengobatan membantu dalam proses terapi
keperawatan
3 Resiko tinggi infeksi Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan 1.Berikan HE pada pasien 1.Informasi yang adekuat dapat
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama 3 × 24 tentang kondisi yang membawa pasien lebih
area invasi jam, dengan kriteria hasil: dialaminya kooperatif dalam memberikan
mikroorganisme - Pasien mampu mengurangi kontak terapi
sekunder terhadap dengan area pemasangan selang 2.Observasi tanda-tanda vital. 2.Meningkatnya suhu tubuh dpat
pemasangan selang endotrakeal dijadikan sebagai indicator
endotrakeal - Suhu normal (36,5 C) o
terjadinya infeksi
3.Observasi daerah 3.Kebersihan area pemasangan
pemasangan selang selang menjadi factor resiko
endotrakheal masuknya mikroorganisme
4.Lakukan tehnik perawatan 4.Meminimalkan organisme yang
secara aseptik kontak dengan pasien dapat
menurunkan resiko terjadinya
infeksi
5.Kolaborasi dengan tim 5.Pengobatan yang diberikan
medis dalam memberikan berdasar indikasi sangat
pengobatan membantu dalam proses terapi
keperawatan