Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PENDENGARAN (TINNITUS) PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

KELAS IV C KEPERAWATAN

GLADIES FEDELIA KODINA 201701107


I KETUT MARGIANA HARIPRABAWA 201701111
KEVIN VALENTINO KIAMA 201701112
MOH. REZA 201701115
NADHILA 201701123
NUR AISYA 201701128

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan asuhan keperawatan Gangguan
pendengaran (tinnitus) pada lansia, ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik
itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata
kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palu, 10 September 2020

Penyusun
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................5

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................5

A. Latar Belakang.................................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................6

C. Tujuan..............................................................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................................................7

LANDASAN TEORI........................................................................................................................................7

A. Pengertian Tinnitus..........................................................................................................................7

B. Etiologi Tinnitus...............................................................................................................................7

C. Patologi Tinnitus..............................................................................................................................7

D. Manifestasi Klinis Tinnitus...............................................................................................................8

E. Pemeriksaan Tinnitus.......................................................................................................................8

F. Penatalaksanaan Kasus Tinnitus......................................................................................................8

G. Pencegahan.....................................................................................................................................9

H. Pengobatan......................................................................................................................................9

BAB III........................................................................................................................................................10

ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................................10
A. Pengkajian.....................................................................................................................................10

B. Diagnosa keperawatan..................................................................................................................10

C. Intervensi.......................................................................................................................................10

BAB IV........................................................................................................................................................12

PENUTUP...................................................................................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia, menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti akan mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, figure
tubuh yang tidak proporsional, dan gangguan pendengaran (Nugroho, 2008).

Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang menyertai


proses menua dan utama dengan hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut
usia yang bersifat simetris dengan perjalanan yang progresif lambat (Nugroho, 2008).
Jumlah lansia semakin lama semakin banyak. Diseluruh dunia terdapat sekitar
500 juta lansia dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan padatahun 2025 akan
mencapai 1,2 miliar. Di Negara maju seperti AmerikaSerikat pertambahan orang lanjut
usia diperkirakan 1.000 orang per hari pada tahun 1985. Pada tahun 2000 kurang lebih
dua diantara tiga orang dari 600 juta orang lansia berada di Negara berkembang
(Mubarak dkk, 2009).
Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19
juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan jumlah
lansia sebesar 23,9 juta (9,77 %) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada
tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34 %) dengan usia harapan
hidup 71,1 jiwa (Efendi, F dan Makhfudli, 2009).
Gangguan pendengaran merupakan cacat terbesar yang dialami penduduk
Amerika, 1 di antara 15 orang Amerika mengalami gangguan ini. Pada tahun 2050,
sekitar 1 dari 5 orang Amerika Serikat diperkirakan berumur lebih dari 55 tahun atau
sekitar 58 juta orang, 26 juta orang diantaranya diperkirakan mengalami gangguan
pendengaran. Dari 10 juta orang di Amerika Serikat dengan gangguan pendengaran
berusia lebih dari 65 tahun, lebih dari 90 % mengalami tuli sensorineural (Joyce dan Jane,
2014).
Prevalensi penurunan pendengaran akibat proses penuaan juga meningkat yaitu
sekitar 12 % pada kelompok umur 65 - 74 tahun, 16 % pada umur 75 - 84 tahun dan 30 %
pada umur lebih dari 85 tahun. Dari data lain menunjukkan penurunan pendengaran oleh
berbagai sebab lebih tinggi lagi yaitu 44 % dan meningkat menjadi 66 % pada usia 70-79
tahun dan akan menjadi 90 % pada umur lebih dari 80 tahun (Setiati dan Laksmi, 2015).
Penurunan kemampuan mendengar biasanya dimulai pada usia dewasa tengah,yaitu usia
40 tahun. Penurunan kemampuan mendengar pada lansia tersebut terjadi sebagai hasil
dari perubahan telinga bagian dalam. Seperti halnya rusaknya cochlea atau reseptor saraf
primer, kesulitan mendengar suara bernada tinggi (presbikusis), dan timbulnya suara
berdengung secara terus menerus (tinnitus). Sistem vestiular bersama-sama dengan mata
dan propioseptor membantu dalam mempertahaan keseimbangan fisik dan tubuh.
Berdasarkan jenis kelamin penurunan pendengaran lebih cepat terjadi pada laki-
laki dibandingkan perempuan. Hal ini juga dihubungkan dengan kadar hormon estrogen
dan androgen yang semakin rendah maka semakin mudah timbul penurunan pendengaran
terutama pada penderita DM, kardiovaskuler, hipertensi, dan kebiasaan hidup yang buruk
dapat terjadi penurunan pendengaran seperti kurangnya olahraga, merokok, dan diet yang
tidak sehat serta faktor psikologis yang memudahkan terjadinya penurunan pendengaran
dan depresi serta mengganggu kehidupan sosial dari lansia. Pada lansia hal lain yang
sering berkontribusi terhadap penurunan pendengaran adalah terdapatnya serumen di
dalam saluran telinga luar. Kekakuan silia telinga dan kandungan keratin yang tinggi
pada serumen menyebabkan mudahnya terjadi obstruksi yang menghalangi hantaran
suara ke dalam telinga (Siti dan Purwita, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tinnitus?
2. Apa etiologi tinnitus?
3. Bagaimana patologi tinnitus?
4. Apa manifestasi klinis tinnitus?
5. Bagaimana pemeriksaan tinnitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan tinnitus?
7. Bagaimana pencegahan tinnitus?
8. Bagaimana pengobatan tinnitus?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tinnitus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tinnitus
2. Untuk mengetahui etiologi tinnitus
3. Untuk mengetahui patologi tinnitus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis tinnitus
5. Untuk mengetahui pemeriksaan tinnitus
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan tinnitus
7. Untuk mengetahui pencegahan tinnitus
8. Untuk mengetahui pengobatan tinnitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tinnitus
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tinnitus
Tinnitus adalah gangguan pendengaran berupa bunyi mendenging pada satu atau
kedua telinga padahal tidak ada rangsangan suara dari luar. Dapat diartikan juga sebagai
sensasi bising atau persepsi suara yang ditimbulkan oleh telinga atau kepala dari
penderita sendiri, di saat tidak ada suara apapun di sekitarnya.
Bunyi yang terdengar bisa beragam, ada yang mendenging, ada yang menderu,
ada yang seperti raungan, desisan, dan lain-lain. Kekuatan bunyinya pun berbeda-beda
pada setiap penderita, ada yang hanya mendengar suara bising yang halus dan tidak
terlalu terasa, tetapi ada juga yang mendengar suara yang keras sampai sulit tidur.
Gangguan ini bisa terjadi secara terus-menerus ataupun hilang-timbul.
Tinnitus sering dikaitkan dengan penurunan fungsi pendengaran karena faktor
usia (degenerasi), trauma pada telinga, atau penyakit pendengaran lainnya. Penelitian
menyebutkan bahwa 1 dari 5 orang yang berusia 55-65 tahun mengalami tinnitus.
Sehingga tinnitus disebut sebagai salah satu dari keluhan umum di usia lanjut.
D. Etiologi Tinnitus
Penyebab tinnitus bermacam-macam, dapat terjadi karena faktor dari luar, tengah,
dalam telinga, seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Kotoran yang mengeras dan menempel di gendang telinga sehingga sulit dibersihkan.
Pada kasus ini, diperlukan penanganan dokter dengan semprotan spuit dan air.
2. Cedera kepala atau leher yang membuat trauma pada bagian pendengaran.
3. Terlalu sering mendengar suara yang keras, seperti pada saat konser music rock,
balapan mobil, dekat dengan pesawat, dsb.
4. Infeksi akut ataupun kronis di bagian telinga tengah oleh jamur atau bakteri.
5. Penurunan fungsi pendengaran karena sudah lanjut usia (degeneratif).
6. Penyakit Meniere di mana terjadi peningkatan tekanan cairan di dalam koklea / rumah
siput sehingga menekan dan merusak saraf pendengaran. Peningkatan tekanan cairan
ini dapat disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi karena mengonsumsi makanan
bergaram dan berlemak..
7. Efek samping dari mengkonsumsi jenis obat-obatan ototoksik seperti analgesik,
antibiotic, obat kemoterapi, diuretik, dsb.
8. Faktor psikologis seperti depresi, stress, gelisah yang tidak segera ditangan.
E. Patologi Tinnitus
Salah satu penyebab terbanyak dalam kasus tinnitus adalah paparan bunyi yang
sangat keras selama kurun waktu yang lama. Bunyi keras ini berada di atas ambang
normal pendengaran manusia (biasanya di atas 80 dB) dan menimbulkan dengingan dan
gaung selama beberapa saat di dalam telinga. Rangsangan bunyi yang terlalu kuat dan
sering akan menggetarkan cairan di dalam koklea dengan keras hingga mampu merusak
rambut-rambut pendengaran di dekatnya. Kondisi ini menyebabkan tinnitus. Jika
penderita tidak berhati-hati dan tidak segera menghindari sumber bunyi yang kuat
tersebut, lama-kelamaan rambut-rambut pendengaran itu akan mati dan menyebabkan
tuli. Proses elektrik yang abnormal juga menyebabkan tinnitus, di mana penderita akan
merasakan adanya bunyi bukan karena rangsangan dari luar, melainkan karena bunyi
yang dihasilkan dari dalam telinganya sendiri. Sumber bunyi abnormal itu bisa berasal
dari denyut nadi yang terdengar pada saat seseorang menderita aterosklerosis, atau bisa
berasal dari terbukanya tuba eustachius (lapisan yang berada di antara rongga telinga dan
rongga mulut) sehingga tiap kali bernafas akan menggetarkan gendang telinga dan
menghasilkan bunyi. Selain itu, bunyi juga dapat dihasilkan oleh kontraksi yang kuat dari
otot-otot pendengaran.
F. Manifestasi Klinis Tinnitus
Bunyi yang terdengar bisa saja berfrekuensi rendah (low tone) seperti gemuruh,
atau berfrekuensi tinggi (high tone) seperti dengingan. Pada beberapa kasus, suara
tinnitus dapat juga didengar oleh pemeriksanya (dokter). Tinnitus ini disebut tinnitus
objektif. Namun, jika bunyinya hanya terdengar oleh penderita, tinnitus itu disebut
tinnitus subjektif. Jika yang terjadi adalah tinnitus subjektif, maka masih ada tanda yang
dapat diamati dari penderita tinnitus, seperti mudah emosi, pusing, mual, gangguan
keseimbangan tunbuh, bahkan sampai depresi apabila bunyi yang didengarnya sudah
sangat sering dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
G. Pemeriksaan Tinnitus
Beberapa langkah berikut ini dapat ditempuh untuk memeriksa keparahan dan mencari
penyebab tinnitus:
1. Melakukan anamnesis, mendengarkan keluhan penderita secara lengkap: intensitas
dan frekuensi terjadinya tinnitus, kapan terjadi (siang atau malam), berapa lama, dan
adakah gejala lain yang mengiringi seperti vertigo, mual, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan fisik kedua telinga dengan otoskop untuk mengetahui apakah termasuk
tinnitus subjektif atau objektif. Jika bunyinya seirama dengan denyut nadi,
kemungkinan besar tinnitus itu disebabkan oleh penyakit aneurisma, tumor vaskular,
atau vascular malformation. Jika seirama dengan pernafasan, mungkin bisa karena
tuba eustachius yang terbuka.
3. Pada tinnitus subjektif, pemeriksaan audiometri seperti Pure Tone Audiometry atau
BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) untuk mengetahui penyebab
khusus tinnitus tersebut. Jika hasil tes BERA-nya normal, maka tinnitus tersebut bisa
diakibatkan oleh paparan suara bising, konsumsi obat ototoksik, atau Meniere.
Sedangkan jika hasil tesnya neuroma akustik, kompresi vaskular, atau tumor.

Jika berbagai pemeriksaan di atas tidak mampu mengidentifikasi penyebab pasti


tinnitusnya, maka dilakukan CT Scan atau MRI untuk memeriksa lebih detail apakah
telah terjadi kelainan saraf atau tidak.
H. Penatalaksanaan Kasus Tinnitus
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk meredakan atau menyembuhkan tinnitus
dapat ditempuh melalui beberapa cara berikut ini:
1. Elektrofisiologik: memberi rangsangan bunyi dengan intensitas yang lebih tinggi dari
tinnitus yang diderita. Rangsangan ini akan menjadi distraksi (pengalih perhatian)
agar tidak merasakan sensasi bunyi tinnitus.
2. Psikologik: memberi dukungan psikologis untuk meyakinkan kepada penderita bahwa
kondisi ini tidak membahayakan dan dapat disembuhkan. Selain itu, penderita dilatih
untuk melakukan relaksasi pada saat bunyi itu terdengar.
3. Terapi Medikametosa: penanganan medis seperti pemberian transquilizer,
antidepresan sedatif, vitamin, mineral, dan neurotonik. Selain itu, dapat juga
diberikan obat tidur karena umumnya penderita mendengar bunyi tinnitus lebih jelas
pada malam hari khususnya pada saat berangkat tidur di mana kondisinya sedang sepi
dan sunyi.
4. Edukasi: mendorong gaya hidup sehat, hindari konsumsi nikotin dan kafein, kurangi
makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang
menjadi salah satu pemicu tinnitus, serta tidak mendekati sumber bunyi yang
memekakkan telinga.
I. Pencegahan
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut :
1. Hindari suara suara bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising.
2. Batasi pemakaian Walkman, jangan mendengar dengan volume maksimal.
3. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
4. Makan makanan yang sehat dan rendah garam.
J. Pengobatan
Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus di bagi menjadi 4 yaitu :
1. Elektrofisiologi, yaitu memberi stimulus elektroakustik(rangsangan bunyi) dengan
intensitas suara yang lebih besar dari tinnitusnya. Dapat dengan alat bantu dengar
atau tinnitus masker.
2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan dan bisa di sembuhgkan serta mengajarkan
relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan jelas untuk
meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer anti depresan sedative neurotonik,
vitamin dan mineral.
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustrik neuroma namun, sedapat mungkin
tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang di derita menar
benar para
5. Pasien diberikan obat penenag atau obat tidur untuk membantu memenuhi kebutuhan
istirahat karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat terganggu.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas:
a. Gangguan keseimbangan tubuh,
b. mudah lelah,
2. Sirkulasi
a. hipotensi
b. hipertensi
c. pucat
3. Nutrisi
a. mual.
4. System pendengaran
a. adanya suara abnormal atau dengung
5. Pola istirahat
a. gangguan tidur atau kesulitan tidur.
K. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran
2. Gangguan istrirahat dan tidur berhubungan dengan gagguan pendengaran.
3. Resiko kerusakan interaksi sosisial berhubungan dengan hambatan komunikasi.
L. Intervensi
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran.
Tujuan dan kriteria hasil :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap klien meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan/rasa takut
b. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya.
c. Berikan penyeluhan tentang tinni tus
d. Yakinkan klien bahwa meyakitnya dapat disembuhkan.
e. Anjurkan klien untuk realeks untuk menghindari stress
2. Gangguan istrirahat dan tidur berhubungan dengan gagguan pendengaran
Tujuan dan kriteria hasil :
Ganguuan tidur dapat teratasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesulitan tidur
b. Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/obat tidur.
c. Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
3. Resiko kerusakan interaksi sosisial berhubungan dengan hambatan komunikasi.
Tujuan dan kriteria hasil :
Resiko kerusakan interaksi social dapat di minimalkan.
Intervensi :
a. Kaji kesulitan mendengar.
b. Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami klien./
c. Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi non verbal.
d. Anjurkan klien menggunanakan alat bantu dengar setriap diperlukan jika tersedia.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tinnitus adalah gangguan pendengaran berupa bunyi mendenging pada satu atau
kedua telinga padahal tidak ada rangsangan suara dari luar. Dapat diartikan juga sebagai
sensasi bising atau persepsi suara yang ditimbulkan oleh telinga atau kepala dari
penderita sendiri, di saat tidak ada suara apapun di sekitarnya. Tinnitus sering dikaitkan
dengan penurunan fungsi pendengaran karena faktor usia (degenerasi), trauma pada
telinga, atau penyakit pendengaran lainnya. Penelitian menyebutkan bahwa 1 dari 5 orang
yang berusia 55-65 tahun mengalami tinnitus. Sehingga tinnitus disebut sebagai salah
satu dari keluhan umum di usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Http://jurnalnasional.com/?med:about%20us

Anda mungkin juga menyukai