Anda di halaman 1dari 33

ASKEP OMA dan OMK

(OTITIS MEDIA AKUT dan KRONIS)

Ns. Luluk Nur Aini,M.Kep.

1
2
Definisi
 Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam,
hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo.
 Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi
otitis media berarti peradangan dari telinga tengah.
 Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid
 Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3
minggu
 Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah.
Kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang
tak tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan di telinga
tengah dan mastoid yang menetap   > 12 minggu.

3
Etiologi :
 OMA: Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa
sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius
atau kadang juga melalui aliran darah.
 Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya
penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius
akibat alergi atau pembengkakan amandel.
 Bakteri yang umum ditemukan sebagai
organisme penyebab adalah Streptococcus
peneumoniae, Hemophylus influenzae,
Streptococcus pyogenes, dan Moraxella
catarrhalis.

4
OMK
 OMK terjadi akibat adanya perforasi. Perforasi gendang
telinga bisa disebabkan oleh: OMA penyumbatan tuba
eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam
telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi
secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia.
 Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
Streptococcus, Stapilococcus, Diplococcus pneumonie,
Hemopilus influens, Gram Positif : S. Pyogenes, S.
Albus, Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E.
Coli, Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC
paru.

5
6
Patofisiologis
 Penyebab utama otitis media akuta adalah masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti
obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan
atas, inflamasi jaringan disekitarnya (mis, sinusitis, hipertropi
adenoid), atau reaksi alergi (mis, rinitis alergika). Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada
mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian
lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga
tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan
terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi
bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

7
OMK
 Perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa
telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada
beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan
pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang,
kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang
telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran
napas bagian atas akan menyebabkan infeksi
eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang
mukoid atau mukopurulen.

8
OMK tipe Benigna
 Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu
berbau busuk  , ketika pertama kali ditemukan bau
busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang,
discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
 Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada
pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya
kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea
selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.

9
OMK tipe maligna dengan kolesteatoma

 Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas,


sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu,
kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
 Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat
terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena
hilangnya alat penghantar udara pada otitis media
nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe
campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi
pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik
kolesteatom.

10
Cholesteatoma Formation

11
Pemeriksaan Diagnostik
 Otitis Media Akut: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Timpanogram untuk
mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani. Untuk
menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan
terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.
 Otitis Media Kronis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk mengetahui
organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap cairan
yang keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT scan kepala
dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur
di sekeliling telinga. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui
pendengaran menurun. X ray terhadap kolesteatoma dan
kekaburan mastoid.

12
Dibagi dlm 4 stadium

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengumpulan Data OMK
 Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama,
pendidikan,   pekerjaan, alamat
 Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada
telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan
telinga
 Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang
berulang, riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat
penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ),
riwayat operasi
 Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah
mengalami penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik

25
Pengkajian Persistem

 Tanda-tanda vital : Suhu meningkat,


keluarnya otore
 B2 ( Blood )         : Nadi meningkat
 B3 (Brain)            : Nyeri telinga, perasaan
penuh dan pendengaran menurun, vertigo,
pusing, refleks kejut
 B5 (Bowel)          : Nausea vomiting
 B6 (Bone)            : Malaise, alergi

26
Diagnosa Keperawatan
 Nyeri kronik berhubungan dengan proses peradangan
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
 Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi,
infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
 Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan
penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
 Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore berbau busuk
 Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan
kekambuhan

27
DX Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
 Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang
 Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu
melakukan metode pengalihan suasana
Intervensi Keperawatan:
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

28
 TERAPEUTIK :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis,
akupressur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain).
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.

29
 EDUKASI :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri
KOLABORASI :
Kolaborasi pemberia analgetik, jika perlu.

30
31
32
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.

33

Anda mungkin juga menyukai