B TETANUS
Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah II
Program Studi Vokasi Diploma III Keperawatan
Dosen Pembimbing:
Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Salwa Agri Nursyamsiah
102018013
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tak lupa pula Salawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya
keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini,semoga apa
yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.
Syukur allahamdulilah penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.B TETANUS”
Yang semoga bermanfaat bagi semua belah pihak yang telah membacanya
dan ingin menabah ilmu pengetahuan. Penulis sadar di dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan begitu banyak kekurangan. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
penulis buat pada berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan
tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30 tahun terakhir,
hanya terdapat sembilan penelitian RCT (Randomized Controlled Trials)
mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun 2000, hanya 18.833
kasus tetanus yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan data dari WHO, data dari
Vietnam diperkirakan insidens tetanus di seluruh dunia adalah sekitar 700.000-
1.000.000 kasus per tahun. (Dire, 2009)
Tetanus yang juga dikenal sebagai lockjaw (kejang mulut), merupakan
infeksi termediasi-eksotoksin akut yang disebabkan oleh basilus anaerobik
pembentuk spora, Clostridium tetani. Tetanus bersifat fatal pada hampir 60%
orang yang tidak terimunisasi, biasanya dalam 10 hari setelah serangan.
Komplikasinya antara lain atelektasis, pneumonia, emboli pulmoner, ulser
gastrik akut, kontraktur fleksi dan aritmia kardiak. Jika gejala berkembang
dalam waktu 3 hari setelah paparan, prognosisnya buruk. Setelah masuk ke
tubuh, Clostridium tetani menyebabkan infeksi lokal dan nekrosis jaringan.
Clostridium tetani memproduksi toksin yang menyebar menuju jaringan sistem
saraf pusat. (Tim Indeks, 2011)
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan
dalam makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa pengertian tetanus ?
2. Apa etiologi tetanus ?
3. Apa saja manifestasi klinis atau tanda dan gejala tetanus ?
4. Bagaimana patofisiologi tetanus ?
5. Bagaimana pathway tetanus ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang tetanus ?
7. Apa saja penatalaksanaan pada pasien tetanus ?
8. Apa saja komplikasi pada pasien tetanus ?
9. Bagaimana pencegahan penyakit tetanus ?
10. Konsep asuhan keperawatan pada pasien ca paru ?
C. TUJUAN MASALAH
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tetanus;
2. untuk mengetahui etiologi tetanus;
3. untuk mengetahui manifestasi klinis atau tanda dan gejala tetanus;
4. untuk mengetahui patofisiologi tetanus;
5. untuk mengetahui pathway tetanus;
6. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tetanus;
7. untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien tetanus;
8. untuk mengetahui komplikasi pada pasien tetanus;
9. untuk mengetahui pencegahan penyakit tetanus;
10. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien ca paru.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Tetanus penykit dengan utama kekakua otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung,tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetonoplasmin) yang dihasilkan
oleh kuman pda sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang,
sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion)dan saraf autonom.
( Smarno 2010).
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh tetonospasmin yang
diproduksi oleh clostridium tetani yang menginfeksi system urat saraf dan
otot sehingga otot menjadi kaku ( Widjoseno 2011). Penyakit tetanus adalah
penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman clostridium
tetanibermanifestasi sebagai kejang otot paroksimal, diikuti kekakuan otot
massater dan otot-otot rangka .( Sjaifoellah Noer,2013).
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu : (Sudoyo Aru,2011)
a. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
b. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi
1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf
otak VII diikuti tetanus umum.
c. Tetanus general : yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot,
kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang
terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan
dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh
periode relaksaksi.
d. Tetanus neonatorum: biasanya terjadi dalam bentuk general dan fatal
apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu
yang tidak iminisasi secara ade kuat, rigiditas, sulit menenlan ASI,
iritabilitas, spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh Albret (SudoyoAru,2011):
a. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai
sedang, spasitas general, tanpa ggangguan pernafasan, tanpa spasme
sedikit atau tanpa disfagia
b. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme
singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang RR ≥ 30 x/
menit, disfagia ringan.
c. Dejat III (berat): trismus berat, spastitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apne, difagea berat,
takikardia ≥ 120.
d. Derajat IV (sangat berat): derajat III dengan otomik berat melibatkan
sistem kardiovaskuler. Hipotensi berrat dan takikardia terjadi perselingan
dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
2. Penyebab
Tetanus disebabkan neourutoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram
positif annerob, clostridium tetani, dengan mula-mula1 hingga 2 minggu
setelah inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera
(periode inkubasi) (Brennen U. 2012).
Pada keadaan anaerobik, sppra bakteri ini bergerminasi menjadi sel
vegetatif. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar kebagian seluruh
tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan
beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk
otak. Gejala klonis yang di timbulkan dari toksin tersebut adalah dengan
memblok pelepasan dari neurotranmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang
tidak terkontrol. Akibat dari tetanus adalah rigid paralysisi (kehilangan
kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya
dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali mucul
pada otot rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh ke gagalan
pernafasan dan resiko kematian sangat tinggi (Martinko JM, dkk.2012).
4. Patofisiologi
Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia biasanya melalui luka
dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul apabila spora tumbuh pada
keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi
oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama di tentukan oleh kondisi
luka. Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan kecepatan
produksi toksin serta jumlah toksin yang mencapai susunan saraf pusat.
Faktor – faktor tersebut selain ditentukan oleh kondisi luka, mungkin juga
ditentukan oleh strain Clostridium tetani.Pengetahuan tentang patofisiologi.
Toksin yang dikeluarkan Clostridium tetani menyebar dengan berbagai
cara, sebagai berikut:
a. Masuk kedalam otot yang terletak dibawah atau sekitar luka, kemudian
ke otot-otot sekitarnya dan seterusnya secara ascenden melalui sinap
kedalam susunan saraf pusat.
b. Penyebaran sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan secara cepat masuk kedalam
nodus limafatikus selanjutnya melalui sistem limfatik masuk keperedaran
darah sistemik.
c. Penyebaran kedalam pembuluh darah
Toksin masuk kedalam pembuluh darah terutama melalui sistem limfatik,
namun dapat pula melalui sistem kapiler di sekitar luka. Penyebaran
melalui pembulu darah merupakan cara yang penting sekalipun tidak
menentukan beratnya penyakit. Pada manusia sebagian besar toksin
diabsorsi kedalam penbuluh darah, sehingga memungkinkan untuk
dinetralisasi atau ditahan dengan pemberian antitoksin dengan dosis
optimal yang diberikan secara intervena. Toksin tidak masuk kedalam
susunan saraf pusat melalui peredaran darah karena sulit menembusa
sawar otak. Sesuatu yang sangat penting toksin bisa menyebar ke otot-
otot lain bahkan ke organ lain melalui peredaran darah, secara tidak
langsung meningkatkan transport toksin kedalam susunan saraf pusat.
d. Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SSP)
Toksin masuk kedalam SSP dengan penyebaran melalui serabut saraf,
secara retrograd toksin mencapai SSP melalui sistem saraf motorik,
sensorik dan autonom. Toksin yang mencapai komu anterior medula
spinalis atau nukleus motorik batang otak kemudian bergabung dengan
reseptor presinaptik dan saraf inhibitor.(Parry CM dkk.2013)
5. Pathway
Faktor prediposisi (luka tusuk dalam dan kotor serta belum
terimunisasi,luka karena lalu lintas ,luka tembak,luka bakar
TETANUS
Menempel pada cerebral Respon inflamasi pada jaringan otak
gangion side
Suhu tubuh
Kekakuan dan kejang otot
Dirangsang oleh cahaya,suara meningkat
yang khas pada tetanus
Hipertermi
Kejang berulang
Otot mas tikatorius Otot-otot erector pada Otot pernapasan dan laring
batang tubuh
Trismus
Penurunan Suplai 02 cerebral
Kaku kuduk
kemampuan batuk menurun
Sulit menelan
Gangguan
mobilitas Penumpukan Sulit bernapas Hipoksia berat
Intake nutrisi tidak adekuat fisik secret
7. Penatalaksanaan
a. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
1) Hiperimun globulin (paling baik)
Dosis : 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikan dijaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah otak.
2) Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat
clostridium: luka paku berkarat),luka yang besar, luka yang terlambat di
rawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan muka, dan luka-
luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU-4500 IU
ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh
kuman tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan
clostridium tetani disekitar lukayang kemudian menyebarmelalui
sirkukasi menuju otak. Untuk terapi UTS ada 3 cara yaitu :
a) Disuntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul)
b) IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan kiri)
c) IM di region gluteal 10.000 IU
3) Perawatan luka
4) Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka
(jaringan nekrosis atau pus membuat kondisi baik C. Tetani untuk
berkembang biak)
5) Penicilin G 100.000 U/kg BB/6 jam IV ( atau 2.000.000 U/kg BB/24 IV)
selama 10 hari
6) Alternativ
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi 3 atau 4 dosis
metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya
dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.
7) Berantas kejang
a) Hindari rangsan, kamar terang/silau, suasana terang
b) Preparat anti kejang
c) Barbiturat dan phenotiazim
Sekobarbital/pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2
jam untuk optimum level, yaitu pasien tenang setengah tidur tapi
berespon segera bila terangsang
Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalu perlu10-15 mg/kg
BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
8) Terafi suportif
a) Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
b) Perawatan umum, oksigen
c) Bebas jalan nafas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d) Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutri parental, hindari
dehidrasi. Sekama pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan
selain berfungsi untuk mencegah antropi saluran cerna.
e) Kebersihan mulut, kulit, hidrasi obstipasi, retensi urin
8. Komplikasi
a. Hipertensi
b. Kelelahan
c. Asfiksia
d. Aspiransi pneunomia
e. Fraktur dan robekan otot
9. Pencegahan
a. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntikan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
b. Membersihkan semua jenis lukaa setelah injuri terjadi, sekecil apapun
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien tetanus antara lain:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Resiko infeksi
c. Ketidak seimbangan nut2risi
d. Defisit perawatan diri
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
BAB III
ANALISIS KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : Sebagai supir taksi online
Agama : -
Pendidikan : -
Status : -
Nomor RM : -
Diagnosa Medis : Tetanus
Tanggal Pengkajian : 9 Maret 2021
Tanggal Masuk RS : 8 Maret 2021
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak napas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, keluhan sesak nafas dirasakan jika
beraktivitas berat, sesak kadang-kadang muncul. Keluhan sesak juga
disertai batuk berdahak. Keluhan sesak meningkat ketika setelah batuk.
Pada saat pengkajian pasien terlihat lemah dan terpasang tracheostomi
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
-
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita tetanus
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
………………
b. Data Sosial
………………
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
4 Kebiasaan diri
Mandi 2 kali sehari 1 kali sehari (di
Perawatan kuku 1 minggu washlap)
Perawatan gigi sekali belum
Perawatan rambut 2 kali sehari belum
Ketergantungan 2 hari sekali Belum keramas
Keluhan/gangguan Mandiri Ketergantungan
Tidak ada Badan terasa lengket
dan rambut kusam
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Compos mentis - GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/80 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 26 kali/menit
S = 36,3 OC
Status Antopometri : BB = 59,5 kg
TB = 178 cm
IMT = 18,6 ( cukup)
b. Sistem Pernapasan
Nafas klien terlihat cepat, terdapat otot bantu pernafasan,pengembangan
dada simetris, tidak terdengar ronchi Tidak terkaji namun harus ada
yang dikaji adalah Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, irama napas reguler, vocal fremitus seimbang kanan
kiri.Terdapat nyeri tekan di area dada. Terdengar suara resonan di area
dada, terdengar bunyi vesikuler di sekitar area paru, saat di auskultasi
tidak terdengar wheezing (-/-)
c. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva anemis. Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak terdapat
kardiomegali, Akral pasien hangat. CRT < 2 detik. Tidak terkaji namun
harus ada yang dikaji adalah tidak terlihat kebiruan pada bagian
dada/jantung, saat di perkusi pada daerah lapang jantung terdengar suara
dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi di 4 area katup jantung,
bunyi antung S1 dan S2 terdengar lub dub
d. Sistem Pencernaan
Warna bibir sedikit hitam, mulut klien kotor, bentuk bibir simetris,
terdapat caries. bising usus 10 kali/menit. Tidak terkaji namun harus ada
yang dikaji adalah lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah bibir,
gigi klien tidak lengkap Abdomen datar lembut, suara perkusi area
lambung tympani, tidak terdapat pembengkakandan nyeri tekan pada
hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien tidak merasa kembung dan
mual.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid dan getah bening
f. Sistem Perkemihan
terpasang kateter Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji adalah
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
rasa nyeri.
g. Sistem Persarafan
N1 (Olfaktorius): pasien dapat membedakan bau kopi.
N2 (Optikus): pasien mampu membaca papan nama perawat dalam
jarak 30 cm tanpa mengguanakan alat bantu.
N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata
ke segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi
kasar, halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip
(+).
N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
N8 (Auditorius): kemempuan mendengar dapat mendengar dengan
baik.
N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien sedikit kesulitan untuk makan
dan minum karena terpasang tracheostomy
N11 (Asesorius): terasa kaku
N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah
dengan bebas.
Pemeriksaan Tanda Meningeal
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: terasa kaku, ROM kedua tangan kiri dan kanan dapat
digerakan dengan bebas ke segala arah. Dapat melakukan fleksi dan
ekstensi pada persendian tidak ada nyeri pada area tangan. Kekuatan
otot kanan dan kiri: 4/5
Ektremitas bawah: ROM ekstremitas bawah dapat bergerak ke segala
arah tetapi sedikit lemah, kekuatan otot ekstremitas bawah 4/4 turgor
kulit elastis.
i. Sistem Integumen
Kulit elastis, rambut terlihat lengket dan kusam, badan lengket.
j. Sistem Reproduksi
Terpasang kateter
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Tanggal 9 maret 2021
Kimia klinik
Creatinin Kinase 2550 20-200 U/L
Ureum 18,0 Mg/dl
Kreatinin 0,81 Mg/dl
Natrium 137 mEq/L
Kalium 3,8 Mg/dl
Pemeriksaan AGD
pH 7,425 7,35-7,45
PCO2 32,2
mmHg; PO2 90,8
mmHg; HC03 21,4 20-26 mEq/I
TCO2 22,4
Base Excess -1,6
Saturasi O2 96,6%
b. Program Terapi
Tanggal 9 maret 2021
IVFD RL dan Dextrose 3000cc/24 Paracetamol 3x 500 mg (PO)
jam Ceftriaxson 2 x 1grv(IV)
Omeprazole 2x40 mg (IV) Diazepam 1 x 10 mg (PO)
Lactulac1x15 cc (IV)
N-Coltylsistein 2x200 mg (PO)
B. ANALISA DATA
No. Data Fokus Etilogi Masalah
1. Ds: faktor predisposisi Bersihan jalan
1. Klien mengeluh sesak (mis, luka tusuk,luka nafas tidak
nafas bakar,luka tembak efektif
2. Klien mengeluh sesak belum terimunisasi )
napas dirasakan jika
beraktivitas berat clostridium tetani
3. Klien mengatakan masuk kedalam tubuh
sesak dan disertai dan berfoliferasi
batuk berdahak
Do: clostridium tetani
1. Nafas terlihat cepat masuk kedalam ubuh
2. Terdapat otot bantu dan berfoliferasi
pernafasan
3. Terpasang TETANUS
tracheostomy
4. RR : 26 x/menit Kekakuan dan kejang
otot yang khas pada
tetanus
penurunan kemampuan
batuk
penumpukan secret
Hari/Ta
DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
nggal
Senin, I, II, 08.00 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, Diagnosa Keperawatan 1 Salwa
31 III usaha napas) S:
Maret R : usaha nafas masih berat 1. Pasien mengeluh sesak disertai batuk
2021 berdahak
2. Monitor bunyi napas tambahan
(Shift O:
R : tidak terdapat bunyi suara nafas
Pagi) 1. RR 26 x/menit
tambahan
2. Napas terlihat cepat sesak batuk dan
3. Monitor sputum
Sputum berlebih
R : Sputum masih terasa banyak dan kental A : Masalah belum teratasi
08.30 4. Posisikan semifowler P : Lanjutkan intervensi: 1, 2, 3, 4
R : Pasien terlihat tidak terlalu sesak. RR
26x/menit
5. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan Diagnosa Keperawatan 2
10.00 pergerakan S:
R : Pasien terlihat bersih dan harum 2. Integritas kulit pasien bagus dan
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL
KEGIATAN
O (Integrasi Jurnal)
1. Persiapan alat Untuk kelancaran dalam
Alat-alat steril pelaksanaan memastikan
1. Kateter dengan ukuran sesuai peralatan yang dibutuhkan
kebutuhan pasien tersedia
2. Sarung tangan steril
3. Container steril
4. Nacl steril
5. Tongue steril
6. Kassa steril
Alat-alat non steril
1. Tabung oksigen dan isinya
2. Mesin suction
3. Stetoskop
4. Pengalas/handuk
5. Bengkok
6. Tissue
7. Masker
8. Larutan desinfektan dalam tempat
yang agak besar
9. Lidi watten atau cotton bud
10. Pelumas larut air
11. Barack scort
A. KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh tetonospasmin yang diproduksi
oleh clostridium tetani yang menginfeksi system urat saraf dan otot sehingga otot
menjadi kaku ( Widjoseno 2011). Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang
diakibatkan toksin kuman clostridium tetanibermanifestasi sebagai kejang otot
paroksimal, diikuti kekakuan otot massater dan otot-otot rangka .( Sjaifoellah
Noer,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Nike Budhi ;
editor edisi bahasa indonesia, Egi Komara. Jakarta : EGC.
Chris Tanto. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi I. Jakarta : Media Aesculapius.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.